Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan disiplin ilmu yang erat

kaitannya kegiatan eksperimen. Puskur (2009:4) Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains

diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses.

Selama ini, pembelajaran IPA cenderung hanya mempelajari IPA

sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Pembelajaran

yang berorientasi pada tes/ujian menyebabkan IPA sebagai proses,

sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran (Trianto,

2010:5). Dalam pembelajaran IPA siswa juga dituntut untuk

memahami berbagai konsep dasar pada materi IPA yang diajarkan di

kelas. Akan tetapi tidak semua siswa dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang ada. Banyak faktor

yang mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya adalah faktor

dari diri siswa itu sendiri ataupun faktor dari luar seperti guru,

lingkungan dan fasilitas. Faktor yang ada pada diri siswa sendiri antara

lain kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir siswa sangat

erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung, siswa menggunakan kemampuan

1
berpikirnya terutama kemampuan berpikir analisis untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya. Dari data temuan hasil tes Programme for

International Student Assessment ( PISA ) tahun 2015 hasil survey

mengenai kemampuan siswa di Indonesia dalam pembelajaran IPA

masih kurang. Dari 69 negara yang disurvey oleh PISA, Indonesia

menduduki peringkat ke-62 untuk IPA (The Organisation for

Economic Co-operation and Development, 2016:83). Peringkat

tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil tes dan survey PISA terdahulu

tahun 2012 yang juga berada pada kelompok yang rendah. Menurut

survey PISA, siswa Indonesia hanya mampu memecahkan masalah

sederhana dan tidak bisa memecahkan masalah-masalah yang lebih

rumit. Hal ini menandakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi

IPA siswa seperti berpikir analisis masih kurang.

Salah satu pendekatan untuk dapat mengembangkan kemampuan

berpikir analisis adalah pendekatan inkuiri. Pada proses-proses inkuiri

menuntut peserta didik untuk dapat berpikir analisis. Hal ini senada

dengan Depdiknas (2006: 2) yang menyatakan bahwa perlunya

melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bersikap dan bertindak ilmiah, serta berkomunikasi.

Kegiatan inkuiri dalam pembelajaran IPA dilakukan dalam bentuk

kegiatan eksperimen di laboratorium, akan tetapi pada kenyataannya

terdapat beberapa kendala yang dialami guru sehingga guru kurang

2
memaksimalkan kegiatan pembelajaran di laboratorium diantaranya

ruangan laboratorium yang kurang mendukung.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP I Al-

Azhar 26 Yogyakarta permasalahan yang ditemui menunjukkan bahwa

kegiatan pembelajaran IPA belum sepenuhnya dilakukan dengan

proses penemuan dan penyelidikan. Pembelajaran IPA masih

dilaksanakan didalam kelas dan dalam kegiatan pembelajaran cara

berpikir analisis siswa masih kurang yang terlihat ketika guru

menyajikan masalah dan meminta siswa memikirkan penyelesaian

masalah tersebut, siswa menjawab pertanyaan dari guru tanpa

dilandasi dengan teori. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami

kesulitan dalam menghubungkan teori untuk menjelaskan peristiwa

yang ada kehidupan sehari-hari dan kesulitan memberikan contoh

nyata dari aplikasi teori dengan kehidupan nyata. Kendala lainnya

adalah apabila guru dalam menyampaikan materi kurang menarik

terutama pada materi yang abstrak dan sulit dipahami siswa akan lebih

cenderung mengabaikan pembelajaran dan asyik sendiri. Oleh sebab

itu diperlukan adanya media alternatif yang dapat menarik minat siswa

dalam kegiatan pembelajaran IPA khususnya pada materi yang abstrak

dan sulit dipahami sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran IPA

yang sudah ditetapkan.

Di abad 21, sudah waktunya pendidikan mengintegrasikan

Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam kegiatan pembelajaran.

3
Guru dan siswa harus bisa beradaptasi dengan perkembangan

teknologi. Yuniarti (2012:87) mendefinisikan Virtual laboratory

sebagai suatu produk inovasi media pembelajaran berbasis komputer

dan teknologi dapat diterapkan di sekolah dengan teknologi informasi

dalam proses pembelajarannya. Pengembangan virtual laboratory IPA

dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir

analisis dan sekaligus meningkatkan kemampuan siswa dan guru di

bidang ICT. Keberadaan virtual laboratory diharapkan dapat menjadi

solusi bagi kendala-kendala yang dihadapi untuk melakukan praktikum

di sekolah. Virtual laboratory bukan untuk menggantikan laboratorium

riil akan tetapi sebagai media untuk mendukung.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMP I Al-Azhar

26 Yogyakarta telah difasilitasi laboratorium komputer yang luas serta

jaringan wifi yang cepat dan sebagian besar siswa memiliki dan

membawa laptop untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas.

Akan tetapi fasilitas yang diberikan sekolah dan potensi siswa dalam

menggunakan IT belum diintegrasikan pada pembelajaran IPA. Guru

IPA di SMP I Al-Azhar 26 Yogyakarta belum ada yang menggunakan

media pembelajaran virtual laboratory untuk mempermudah siswa

dalam mempelajari materi yang abstrak dan sulit dipahami. Dalam

pembelajaran IPA penggunaan laptop hanya sebatas untuk membuka

materi untuk ditayangkan didepan kelas oleh guru.

4
Materi yang dipilih dalam pengembangan virtual laboratory ini

adalah materi Alat Optik. Materi Alat Optik merupakan materi abstrak

terutama jalannya sinar pada instrumenasi optik dan proses terjadinya

bayangan pada mata. Kegiatan yang dilakukan untuk membelajarkan

materi tersebut adalah dengan eksperimen. Akan tetapi situasi pada

laboratorium riil kurang mendukung dikarenakan ruangan

laboratorium terlalu terang karena ketidaktersediaan tirai untuk

menutup jendela sehingga menyulitkan siswa untuk melakukan

pengamatan terhadap bayangan yang terbentuk, alat optik mata sukar

untuk di eksperimenkan secara langsung karena merupakan organ

hidup. Fakta lain hasil observasi adalah dalam melaksanakan kegiatan

eksperimen siswa melakukannya secara berkelompok, dikarenakan

jumlah kit Alat Optik tidak sebanyak jumlah siswa sehingga siswa

kurang memahami materi yang di eksperimenkan yang berdampak

adanya siswa yang tidak aktif selama melakukan kegiatan eksperimen.

Dengan adanya perkembangan teknologi,solusi untuk mengatasi

masalah tersebut berupa media pembelajaran virtual laboratory pada

materi alat optik yang dapat digunakan sebagai sarana untuk

mensimulasikan kegiatan di laboratorium riil.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti mengembangkan media

pembelajaran IPA virtual laboratory pada materi alat optik dengan

berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir

analisis siswa dengan fitur pembelajaran yang lebih lengkap dan

5
menarik. Siswa dituntut untuk merumuskan, mencari atau menggali,

menguji serta menyimpulkan sesuai langkah pembelajaran inkuiri

didukung dengan virtual laboratory yang dapat diakses oleh siswa

dimana saja dan kapan saja yang diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan analisis siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Pembelajaran IPA belum sepenuhnya dilakukan dengan

proses penemuan. Meskipun fasilitas yang terdapat pada

laboratorium sudah lengkap dan memadai.

2. Rendahnya kemampuan menganalisis masalah siswa terhadap

pembelajaran IPA terutama pada materi yang abstrak, yang sulit

dipahami, dan tidak bisa dilihat dengan alat bantu indera. Ditandai

dengan banyak siswa yang mengabaikan pembelajaran, tidak

mendengarkan dan tidak memperhatikan penjelasan guru.

3. Kurangnya pemanfaatan penggunaan komputer dan laptop yang

diintegrasikan pada mata pelajaran IPA

4. Belum adanya media pembelajaran virtual Laboratory pada materi

alat optik.

5. Guru IPA di sekolah belum ada yang memiliki media pembeajaran

berupa virtual Laboratory. Guru beranggapan bahwa pembuatan

media pembelajaran virtual Laboratory rumit dan memakan

6
banyak waktu sehingga guru tidak sempat untuk membuat media

tersebut.

6. Beberapa guru belum memiliki media pembelajaran yang

mendukung proses pembelajaran IPA.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan maka untuk

lebih memfokuskan penelitian, penelitian ini hanya akan dibatasi

dalam pengembangan produk virtual Laboratory pada materi alat optik

berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir

analisis siswa SMP kelas VIII.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan virtual Laboratory pada materi alat optik

berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir

analisis siswa SMP kelas VIII ditinjau berdasarkan aspek

pembelajaran, aspek materi, aspek rekayasa lunak dan aspek

komunikasi visual?

2. Bagaimana peningkatam kemampuan analisis siswa setelah

menggunakan virtual Laboratory pada materi alat optik

berpendekatan inkuiri?

3. Bagaimana respon siswa terhadap produk virtual Laboratory pada

materi alat optik berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan

7
kemampuan berpikir analisis siswa SMP kelas VIII ditinjau

berdasarkan kelayakan isi,kegrafisan, tampilan dan bahasa?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan agar:

1. Mengetahui kelayakan virtual Laboratory pada materi alat optik

berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir

analisis siswa SMP kelas VIII berdasarkan aspek pembelajaran,

aspek materi, aspek rekayasa lunak dan aspek komunikasi visual

2. Mengetahui peningkatan kemampuan analisis siswa setelah

menggunakan virtual Laboratory pada materi alat optik

berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir

analisis siswa SMP kelas VIII.

3. Mengetahui respon siswa terhadap produk virtual Laboratory pada

materi alat optik berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan

kemampuan berpikir analisis siswa SMP kelas VIII.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan media pembelajaran ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a) Memfasilitasi siswa untuk belajar aktif.

b) Memotivasi siswa untuk lebih meningkatkan keinginan siswa

dalam belajar IPA.

8
c) Meningkatkan efisisensi waktu dalam proses pembelajaran

IPA.

d) Sebagai media pembelajaran alternatif yang dapat digunakan

untuk menggambarkan suatu fenomena/gejala alam yang sulit

dilihat secara langsung.

2. Bagi Guru

a. Hasil pengembangan ini dapat dijadikan referensi dalam

menyusun media pembelajaran IPA, sehingga dapat

memotivasi guru untuk membuat media pembelajaran IPA

yang lebih baik.

b. Sebagai media pembelajaran

3. Bagi Peneliti

a. Melatih kemampuan mengembangkan media pembelajaran

IPA dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa

b. Memberikan inspirasi untuk penelitian lebih lanjut tentang

pengembangan media pembelajaran IPA.

G. Definisi Operasional
1. Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri merupakan serangkaian proses untuk

menemukan kebenaran suatu konsep ilmiah dengan cara

penyelidikan yang difasilitasi dengan petunjuk maupun bimbingan,

melalui proses penyajian masalah, verifikasi, eksperimen,

9
pengorganisasian atau pengolahan data dan analisis proses inkuiri

untuk meningkatkan ketrampilan berpikir analisis.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu alat bantu pendidikan

yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran

sebagai alat interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas.

3. Virtual Laboratory

Virtual Laboratory merupakan program komputer yang dapat

memvisualisasikan fenomena yang abstrak atau percobaan yang

rumit dilakukan di dunia nyata sehingga dapat meningkatkan

aktivitas belajar dalam upaya mengembangkan kemampuan

berpikir analisis yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu

masalah.

4. Kemampuan Berpikir Analisis

Suatu proses memecahkan masalah atau gagasan menjadi bagian-

yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan antara bagian-bagian

tersebut. Membedakan hal relevan dan tidak relevan,

mengorganisasikan penyelesaian masalah, menghubungkan antar

gejala/fakta untuk pemecahan masalah.

10

Anda mungkin juga menyukai