Pemanfaat Kitosan Sebagai Minuman PDF
Pemanfaat Kitosan Sebagai Minuman PDF
Emma Rochima
Abstrak
Kitin adalah biopolimer yang tersusun atas unit N-asetil-D-glukosamin dengan ikatan Beta-(1,4) yang paling banyak
dijumpai di alam setelah selulosa. Di Indonesia limbah kitin yang belum dimanfaatkan sebesar 56.200 metrik ton per
tahun. Limbah ini belum termanfaatkan secara baik dan berdaya guna, bahkan sebagian besar merupakan buangan yang
juga turut mencemari lingkungan.Di pihak lain, buangan tersebut ternyata sangat potensil untuk dimanfaatkan sebagai
kitosan. Tujuan penulisan kajian ini adalah untuk menggambarkan pemanfaatan limbah rajungan menjadi kitosan lalu
mengaplikasikan kitosan tersebut sebagai bahan minuman kesehatan.Hasil kajian kitosan dijarapkan akan dapat
diterapkan sebagai bahan baku industri berbasis biota laut.
Abstract
Chitin is a biopolymer composed of units of N-acetyl-D-glucosamine by bonds Beta-(1,4) are most often found in nature
after cellulose. In Indonesia chitin waste untapped by 56,200 metric tons per year. This waste has not been utilized
properly and efficiently, even a majority of the waste which also pollute the environment. On the other hand, turns the
waste's potential to be used as a very chitosan. The purpose of writing this review is to describe the use of waste into a
small crab chitosan and chitosan apply such as a health drink. The results of the study will be applicable for chitosan as
raw materials of marine-based industries.
71
[Review] Emma Rochima : Kajian Pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya …
72
Jurnal Akuatika Vol. V No. 1/Maret 2014 (71-82)
ISSN 0853-2532
73
[Review] Emma Rochima : Kajian Pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya …
Bidang Pemanfaatan
74
Jurnal Akuatika Vol. V No. 1/Maret 2014 (71-82)
ISSN 0853-2532
Tabel 3. Standar mutu kitosan
Table 3. Quality standard of Chitosan
Standar
Parameter
Dalwoo Korea Lab. Protan Jepang
75
[Review] Emma Rochima : Kajian Pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya …
secara fisik dengan kitin. Cangkangrajungan a. Asam klorida 1.25 persen sebanyak 10 kali
mengandung mineral yang beratnya mencapai 40- bobot bahan pada suhu 70-75°C selama
60% berat kering.Maka, dalam proses pemurnian 1 jam
kitin, demineralisasi penting untuk b. Asam klorida 1 N pada suhu 15°C selama
dilakukan.Demineralisasi dapat dilakukan dengan 30 menit
mudah melalui perlakuan dengan asam klorida c. Asam klorida 10 persen selama 2 jam
encer pada suhu kamar, sedangkandemineralisasi dengan rasio perbandingan cangkang
cangkang rajungan umumnya dilakukan dengan rajungan-
asam klorida padakonsentrasi tertentu. Metode asam klorida 1:1.5 (b/v)
yang dapat digunakan yaitu perendaman dengan: Demineralisasi kemudian dilanjutkan
dengan pencucian dan pengeringan selama 2 hari.
Bagan proses demineralisasi adalah sebagai
berikut terlihat Gambar 2.
3. Dekolorisasi 4. Deasetilasi
Dekolorisasi merupakan tahap Deasetilasi kitin merupakan proses
penghilangan lemak dan zat- zat warna yang penghilangan gugus asetil dari kitin menjadi
sebenarnya telah mulai hilang pada pencucian kitosan. Perlakuan yang diberikan adalah
yang dilakukan setelah proses deproteinasi dan pemberian larutan natrium hidroksida konsentrasi
demineralisasi. Proses ini dilakukan dengan tinggi pada suhu tinggi, yang dapat menghasilkan
penambahan aseton dan sokletasi selama 7 jam produk yang hampir seluruhnya mengalami
dengan perbandingan berat sampel 1:10 (b/v). deasetilasi. Kitosan secara komersial diproduksi
Aseton dapat menghilangkan warna oranye dari secara kimiawi dengan melarutkan kitin dalam 40-
kitin. Dapat jugadilakukan proses pemutihan 45% larutan natrium hidroksida. Bagan proses
(bleaching) menggunakan agen pemutih berupa deasetilasi terlihat pada Gambar 3.
natrium hipoklorit atau peroksida.
76
Jurnal Akuatika Vol. V No. 1/Maret 2014 (71-82)
ISSN 0853-2532
Selain proses deasetilasi kitosan secara K29-14 yang berhasil diisolasi dari Kawah
kimiawi seperti di atas, adapula deasetilasi kitin Kamojang Gunung Papandayan Garut JawaBarat.
secara enzimatis. Deasetilasi secara kimiawi dalam Produksi kitosan dari limbah rajungan
banyak hal tidak menguntungkan diantaranya tidak secara enzimatis mulai dikembangkan oleh penulis
ramah lingkungan, prosesnya tidak mudah sejak tahun 2004 sampai kini. Selanjutnya,
dikendalikan dan kitosan yang dihasilkan memiliki pemurnian enzim CDA untuk mendegradasi kitin
berat molekul serta derajat deasetilasi tidak dilakukan menggunakan kolom kromatografi.
seragam . Hal ini karena proses deasetilasi rantai Kitosan enzimatis lalu dikarakterisasi meliputi
kitin yang berlangsung secara acak menghasilkan derajat deasetilasi, berat molekul, kelarutan dan
kitosan dengan derajat deasetilasi bervariasi. viskositasnya (Rochima, 2005). Pada tahun 2007,
Untuk memperoleh kitosan dengan derajat kitosan enzimatis dimanfaatkan sebagai prebiotik
deasetilasi tertentu dapat dilakukan secara dan antihiperkolesterolemik. Pemanfaatan kitosan
enzimatik dengan memanfaatkan enzim yang di bidang biomedis dimulai pada tahun 2008 dalam
bekerja spesifik memotong gugus asetil dari kitin bentuk minuman kesehatan yang diberikan secara
bernama enzim kitin deasetilase (chitin invitro dan invivo (Rochima 2007; Rochima 2008;
deacetylase/ CDA). Salah satu CDA yang Rochima, 2011).Secara garis besar pembuatan
berpeluang diaplikasikan untuk pembuatan kitosan kitin dari cangkang rajungan disajikan pada
adalah bakteri termofilik Bacillus papandayan Gambar 4.
77
[Review] Emma Rochima : Kajian Pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya …
Pemanfaatan Kitosan sebagai Bahan Baku konsumsi nutraseutikal seperti obat, tetapi seperti
Minuman Kesehatan orang normal yang mengkonsumsi
makanan/minuman biasa.
Dewasa ini masyarakat cenderung menyukai Salah satu formulasiminuman fungsional
pangan fungsional, karena selain memberikan efek instan berbahan dasar kitosan dan teh yang
positif terhadap kesehatan, pangan fungsional juga ditawarkan telah dibuat dalam satu kemasan
mempertimbangkan aspek pleasure, yaitu mengandung 3 gram kitosan, 3 gram teh instan, 11
penilaian dari segi aroma, rasa, warna, dan tekstur gram gula semi powder, dan 0.5 gram vitamin C
yang diminati masyarakat. Bentuk dari pangan (Gambar 5). Air minum yang digunakan sebaiknya
fungsional adalah seperti makanan atau minuman dingin atau bersuhu ruang, karena penggunaan air
biasa tetapi sebenarnya memiliki sifat fungsional minum bersuhu tinggi dapat merusak komponen
yang penting bagi kesehatan. Dengan demikian vitamin C dalam produk.
konsumen tidak merasa sedang sakit akibat
78
Jurnal Akuatika Vol. V No. 1/Maret 2014 (71-82)
ISSN 0853-2532
Tabel 4. Hasil analisis mutu produk akhir minuman instan kitosan rajungan-teh hijau (150 mL per sajian)
Table 4. Final analysis of product quality of instant chitosan-green tea drink (150 mL per serve)
Minuman instan
Satuan
Parameter kitosan-teh hijau Pembandingb
(b.b.)
Keringa Setelah diseduh
Kadar air % b/b 0,22 85,30 Maks.0,5
Kadar abu % b/b 0,11 0,04 Maks. 0,1
Kadar protein % b/b 0,03 0,94 -
Kadar lemak % b/b 0,002 0,08 -
pH - - 5 -
TAT % - 1,73 -
Total karbohidrat % b/b 0,37 13,64 -
o
Total padatan terlarut Brix - 1,354 -
Vitamin C mg/100g - - Min 300
Aktivitas antioksidan mM Trolox® - 8,41 -
% b/b
Total gula (sebagai sukrosa) - - Maks.78
Kalori Kkal
Pemanis buatan - 58,5 58,5 Maks. 312 tidak
- - boleh ada sakarin
dan siklamat
a
Produk minuman instan kitosan-teh hijau yang belum diseduh
b
SNI 01-3722-1995 (SNI serbuk minuman rasa jeruk yang belum diseduh)
79
[Review] Emma Rochima : Kajian Pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya …
Hasil analisis mutu produk akhir minuman hijau telah memiliki aktivitas antioksidan tinggi.
instan kitosan rajungan-teh hijau (Tabel 4) telah Dengan metode analisis yang sama, minuman
memenuhi standar SNI 01-3722-1995 (serbuk fungsional tomat-kayu manis terpilih memiliki
minuman rasa jeruk). SNI minuman rasa jeruk aktivitas antioksidan 5,44 mM Trolox ® (Radianti,
dipilih sebagai pembanding karena hingga saat ini 2005). Dengan demikian, minuman instan kitosan
standar minuman instan yang mengandung kitosan teh hijau tergolong aktivitas antioksidannya tinggi
belum ada. SNI 01-3722-1995 diasumsikan paling (8,41 mM Trolox ®) bila dibandingkan dengan
mendekati produk minuman instan kitosan-teh minuman instan tomat-kayu manis, mengingat
hijau. tomat kaya akan likopen yang memiliki aktifitas
Kadar vitamin C pada produk akhir tidak antioksidan serta kayu manis yang juga kaya
dianalisis, mengingat secara alami kitosan-teh fenol.(Gambar 6)
M
I
N a. Edible film kitosan
b. Serbuk penyeduh (0,25 %ekstrak teh hijau + 15% sorbitol)
U c. Campuran edible film kitosan+serbuk penyeduh
M
A
N
I
N
S
T
A
N Edible film kitosan dengan
pelarut asam asetat
T
Secara fisik minuman instant kitosan-teh kitin menjadi kitosan. Hasil kajian menyimpulkan
hijau berbentuk serbuk berwarna putih kecoklatan bahwa kitosan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bercampur dengan potongan=potongan gel kitosan pembuatan minuman kesehatan.
kering (1,5 cm x 1,5 cm) yang mempunyai
permukaan halus dan mengkilat berwarna coklat Daftar Pustaka
jernih, agak lunak. Formulasi minuman instan
kitosan teh berberat ± 23,7 gram perkemasan/ satu Angka S.L dan Suhartono M. T. 2000.
kali konsumsi (sorbitol 22,5 gram, ekstrak teh Bioteknologi Hasil Laut. PKSPL-IPB.
hijau 0,375 gram, kitosan 0,8 gram).
Bastaman. 1989. Studies on degradation and
Kesimpulan extraction of chitin and chitosan from prawn
shell (Nephrops norregicus). Tesis. The
Sumberdaya perikanan Indonesia, Department of Mechanical, Manufacturing,
khususnya limbah kitin hasil pengolahan Aeronautical and Chemical Engineering.
perikanan, memiliki potensi yang sangat baik Faculty of Engineering The Queen’s
untuk berkontribusi di dalam peningkatan University of Belfast.
kesejahteraan nelayan melalui pemanfaatan limbah
80
Jurnal Akuatika Vol. V No. 1/Maret 2014 (71-82)
ISSN 0853-2532
Dhiman Harpreet K. Ray AR, Panda AK. 2004. chitosan deacetylation on efficiency og gen
Characterization and evaluation of chitosan transfection. Biomat 25:5293-5301
matrix for in vitro frowth of MCF-7 breast
cancer cell lines. Biomat 25:5147-5157 Koide SS.1998. Chitin-chitosan: properties,
benefits and risk. Nutr Res , 18:1091-1101
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005.
Revitalisasi perikanan. Departemen Knorr D. 1982. Funtion properties of chitin and
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. chitosan. J Food.Sci 47:36
Jakarta
Kurita K. 1997. β-Chitin and reactivity
Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, 2004. characteristics. Di Dalam M.F.A. Goosen
Peta Komoditi Utama Sektor Primer, (ed). Applications of Chitin and Chitosan.
danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Technomic Publ Co Inc., Basel
Investasinya di Indonesia
Lima Ilauro S dan C. Airoldi. 2004. A
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik thermodynamic investigation on chitosan-
Indonesia. 2003. Perkembangan ekspor divalent cation interactions. Thermo Acta
komoditi hasil perikanan Indonesia 1998- 421: 33-139
2002. url: http://www.dkp.go.id/
Min Byung-Moo, SW Lee, JN Lim, Y. You, TS
Gooday GW. 1994. The ecology of chitin Lee, PH Kang, WH Park. 2004. Chitin and
degradation. Di dalam: Marshall KC, editor chitosan nanofibers: Electrospinning and
Advances in Microbial Ecology. Kluwer deacetylation of chitin nanofibers. Polym
Acad Pub Netherlands. p 378-430 45:7137-7142
Goosen MFA 1997. Applications of Chitin and Palupi, E. 2006. Formulasi Minuman Instan
Chitosan. Technomic Pub, p.7 Kitosan Rajungan (Portunus pelagicus)-
Teh Hijau. Skripsi. Fakultas Teknologi
Guibal E, Milot C, Roussy J. 1997. Chitosan gel Pertanian. Institut Pertanian Bogor
beads for metal ion recovery. Di dalam:
Muzzarelli RAA dan Peter MG, editor. Qin Caiqin, Y. Du, L. Xiao, Z. Li, X. Gao. 2002.
Chitin Handbook. Grottammare. Italy. p528 Enzymatic preparation of water soluble
chitosan and their antitumor activity. Int J
Howling GI et al, 2001 Howling Graeme I, PW Biol Macromol 31:111-117
Dettmar, PA Goodard, FC Hampson, M.
Domish, EJ. Wood. 2001. Biomat 22:2959- Rochima, E. 2004. Pemurnian dan karakterisasi
2966 kitin deasetilase termostabil dari Bacillus
papandayan asal Kawah Kamojang Jawa
Anonim 2014. Barat. Laporan Penelitian Dasar Dikti-
http://industri.kontan.co.id/news/kepiting- Unpad. Bandung
dan-rajungan-semakin diminati di pasar
internasional. (Diunduh 17 Maret 2014) Rochima, E. 2005. Aplikasi kitin deasetilase
termostabil dari Bacillus papandayan K29-
Je Jae-Young, Park PJ, Kim SK. 2004. Free radical 14 asal Kawah Kamojang Jawa Barat pada
scavenging properties of hetero- pembuatan kitosan. Tesis Pascasarjana IPB.
chitooligosaccharides using an ESR Bogor
spectroscopy. Food ChemToxic 42:381-387
Rochima, E.2007. Karakterisasi kitin dan kitosan
Jumaa Muhammad, FH Furket, BW Muller. 2002. asal limbah rajungan Cirebon Jawa Barat.
A new lipid emulsion formulation with high Buletin Teknologi Hasil Perikanan, IPB.
antimicrobial efficacy using chitosan. Euro J Bogor. X (1): 9-22
Pharmaceut Biopharmaceut 53:115-123
Rochima,E., Eddy Afrianto, Junianto. 2008.
Kiang T. Jie Wen, Huay Wen Lim, KW. Kam W. Production of chitosan from Local Crab
Liong. 2004. The effect of degree of Chitin Waste Enzymatically for Healthy
81
[Review] Emma Rochima : Kajian Pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya …
82