Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DEBRIDEMENT ULKUS DIABETES MELITUS (DM)

DI RUANG ZAM-ZAM II RSI SULTAN HADLIRIN

JEPARA

Disusun oleh:

Khoirun Nisa
920173029

S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. S DENGAN DEBRIDEMENT ULKUS DIABETES MELITUS (DM)

DI RUANG ZAM-ZAM II RSI SULTAN HADLIRIN

JEPARA

A. DEFINISI
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak
cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin
itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau
kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam
waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi
kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal), syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2011)
Ulkus adalah luka terbuka pada permukan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invosif kuman suprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer. (Andyagreeni, 2010)
Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari DM sebagai sebab utama
morbiditas, mortilitas serta kecacatan penderita DM. Kadar LDL yang tinggi memainkan
peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik melaui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah. (Zaidah, 2009)

B. ETIOLOGI
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan
tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam mayoritas
Diabetes Melitus (Riyadi, 2011). Adapun faktor – faktor lain sebagai kemungkinan
etiologi penyakit Diabetus Melitus antara lain :
a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan terjadinya
kegagalan pada sel B melepas insulin.
b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel antara lain agen yang
mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang
diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan
c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system imunologi
d. Adanya kelainan insulin
e. Pola hidup yang tidak sehat

C. TANDA DAN GEJALA

Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun


nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya
teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan
pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu : Pain
(nyeri), Paleness (kepucatan), Paresthesia (kesemutan), Pulselessness (denyut nadi
hilang), Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine :
1.      Stadium I       : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
2.      Stadium II      : terjadi klaudikasio intermiten
3.      Stadium III    : timbul nyeri saat istitrahat
4.      Stadium IV    : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
Klasifikasi gangren kaki diabetik dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu:
1.    Derajat 0          : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
2.    Derajat I          : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
3.    Derajat II         : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
4.    Derajat III       : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
5.    Derajat IV       : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
6.    Derajat V         : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

D. PATHOFISIOLOGI
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes melitus adalah ulkus
diabetikum. Ulkus diabetikus disebabkan adanya 3 faktor yang sering disebut trias, yaitu:
lekemik, neutrofil, dan infeksi.
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi
komplikasi kronik. Kronik yaitu neuropaati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf
karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson
menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastecia, menurunnya reflek otot, atrofi
otot, keringat berlebihan, kulit berkeringan dan hilang rasa. Apabila diabetisi tidak hati-
hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika.
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah
dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses
makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai
oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis, dan
poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal kelainan selanjutnya terjadi
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki
atau tungkai. (Price, 2009)
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit
karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di
kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena kurangnya suplai darah, sehingga
mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabelika.

Proses angiopati pada penderita DM berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh


darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan
bagian disertai dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetika. Pada
penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima
(hiperplasia membran basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler
bahkan dapatterjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi
darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika.

Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang
menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit
terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan
kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus
diabetika.

Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan


tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan
memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan
mengganggu sirkulasi darah. Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total,
LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan
menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan
merangsang terjadinya aterosklerosis.

Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak


pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai
pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan
meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis
yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya
dimulai dari ujung kaki atau tungkai. aerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta
kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium
septikum Patogenesis ulkus diabetika pada penderita.
E. PATHWAY
Proses menu/kemunduruan Life style buruk (pola makan, minim
OR, konsumsi alkohol, dll)

Fungsi pengecap Fungsi pankreas


menurun menurun

Konsumsi gula Penurunan kualitas dan


berlebih kuantitas insulin

HIPERGLIKEMIA DM)

Glukosa intrasel menurun Komplikasi vaskuler


Glycosuria

Glukoneogenesis Proses pembentukan Mikrovaskuler Makrovaskuler Osmotik diuresis


meningkat ATP/energi terganggu

Nefropati Neuropati
Kekurangan
Cadangan lemak & Basa keton Kelelahan/ volume cairan
protein berkurang meningkat keletihan PK: GGK

Parastesia
Retiropoli (kesemutan)
Semibiltas

Resiko
cedera

Resiko
infeksi

Nyeri Ulkus Ekstremitas

Kurangnya
perawatan

Kurangnya vaskulorisasi Gangguan body image

Gangren Amputasi

Gangguan mobilitas fisik


Kerusakan integritas kulit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dl
mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula
darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan
diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral.
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan
diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah
meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum,
sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada
mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa
yang dapat dilakukan dirumah.
5. Urine.
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau  ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
6. Kultur pus.
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Medis
Penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan:
1)      Pemicu sekresi insulin.
2)      Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3)      Penghambat glukoneogenesis.
4)      Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
1)      Penurunan berat badan yang cepat.
2)      Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3)      Ketoasidosis diabetik.
4)      Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.

2. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus
dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan
kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat
ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang
luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM. Tujuan utama penatalaksanaan
terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar
glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari
terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus
Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan
pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu
menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
f. Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan
luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses
penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin
diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren
diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan
karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar
gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau
infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan
hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol
gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
g. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight
bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan
sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki
harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini
diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri,
sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri
masuk pada tempat luka.
h. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
1) Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
2) Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor.

H. PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN)


1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat alergi
f. Genogram
3. Pola Fungsional Virginia Handerson
a. Oksigenasi
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat dan tidur
f. Mempertahankan suhu
g. Berpakaian
h. Gerak dan keseimbangan
i. Personal hygiene
j. Komunikasi
k. Aman dan nyaman
l. Spiritual
m. Rekreasi
n. Belajar
4. Pemeriksaan Fisik
5. Data Penunjang
6. Analisa Data

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (Domain 12, Kelas 1: 00132)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula dalam darah (Domain 11,
kelas 1: 00004)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO HARI DIAGNOSA NOC NIC TTD


TANGGAL KEPERAWATA (TUJUAN) (INTERVENSI)
JAM N
1. Selasa, Nyeri akut Setelah dilakukan - Observasi TTV dan nyeri
26 Nov 2019 berhubungan tindakan keperawatan - Anjurkan istirahat yang
11.45 WIB dengan agen 2x24jam diharapkan nyaman
cedera fisik tidak ada masalah - Ajarkan teknik relaksasi
dalam nyeri dengan - Berikan analgesik untuk
KH: mengurangi nyeri
- Nyeri berkurang
- Ekspresi wajah pasien
rileks
2. Selasa, Resiko infeksi Setelah dilakukan - Observasi tanda dan gejala
26 Nov 2019 berhubungan tindakan keperawatan infeksi
11.45 WIB dengan tingginya 2x24jam diharapkan - Lakukan perawatan luka
kadar gula darah tidak ada resiko infeksi - Mengajarkan pasien dan
dengan KH: keluarga cara menghindari
- Mengenali tanda dan infeksi
gejala infeksi - Kolaborasikan dengan tim
- Mengetahui aktivitas medis lain untuk pemberian
yang dapat obat sesuai program
meningkatkan infeksi
- Mempertahankan
lingkungan yang bersih

K. REFERENSI
Price, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed.6. jakarta: EGC.
Andyagreeni. 2010. Tanda Klinis Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Kurniawan L. 2010. Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Majalah
Kedokteran Indonesia, edisi 60(12), 578-584.
World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed Rational
Use of Medicine. Geneva, 2011.
Riyadi, Sujono. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hardiman, H. Sutedjo, I dan Salim, I. 2013. Tumbuh: Diabetes dan
Komplikasi. Surakarta: Media Komunikasi RS. DR. OEN Surakarta.
Nurarif Huda Amin, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan berdasarkan NANDA
NIC NOC edisi revisi jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Mediaction Jogja.

Anda mungkin juga menyukai