Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang bersifat kodrati. Oleh karenanya tidak ada kekuasaan
apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan berarti hak-haknya itu
dapat dibuat semau-maunya.

Pada hakikatnya hak asasi manusia terdiri atas dua hak dasar yang paling fundamental, yaitu
hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya
atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit untuk ditegakkan. Pentingnya
proses internalisasi pemahaman hak asasi manusia bagi setiap orang yang hidup bersama
dengan orang lainnya, maka suatu pendekatan historis mulai dikenalnya hak asasi manusia
sampai dengan perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang untuk lebih
menegaskan keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan HAM?


1.2.2 Bagaimana sejarah perkembangan HAM?
1.2.3 Bagaimana problematika HAM di Indonesia?
1.2.4 Bagaimana sosialisasi HAM dan peran universitas?
1.2.5 Apa saja amandemen UUD 1945 yang membahas mengenai HAM?
1.2.6 Bagaimana penegakan HAM di Indonesia?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan HAM


1.3.2 Untuk mengetahui sejarah perkembangan HAM
1.3.3 Untuk mengetahui problematika HAM di Indonesia
1.3.4 Untuk mengetahui sosialisasi HAM dan peran universitas
1.3.5 Untuk mengetahui amandemen UUD 1945 yang membahas mengenai HAM
1.3.6 Untuk mengetahui penegakan HAM di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia

1
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat di ganggu gugat oleh
siapa pun.
Dalam undang-undang tentang hak asasi manusia pasal 1 dinyatakan : “hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Musthafa Kemal Pasha (2002) menyatakan bahwa HAM ialah hak-hak dasar yang
dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah
SWT.
Menurut Locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati.
Konsep hak asasi manusia, harus ditangkap dan dimaknai sebagai sebuah potensi
yang dimiliki oleh manusia secara kodrati yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Martabat manusia, sebagai substansi sentral hak-hak manusia di dalamnya
mengandung aspek bahwa manusia memiliki hubungan secara eksistensial dengan
Tuhannya, dan karena itu pada dasarnya setiap manusia memiliki martabat yang
sama. Sebagai milik manusia, martabat tidak dapat ditiadakan atau diubah oleh siapa
pun dan dengan cara apa pun. Hal ini berarti, tidak seorang pun manusia dapat
merubah martabat eksistensial seseorang, sehingga ia bermartabat lebih rendah atau
lebih tinggi ketimbang manusia lain.
Dengan demikian ide dasar hak-hak asasi manusia harus diletakan pada sebuah
pandangan bahwa manusia (lengkap dengan potensi hak asasi yang melekat pada
dirinya), harus diakui dan diperlakukan dalam posisi derajat dan kedudukan yang
sama.

2.2 Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia


Sesungguhnya hak-hak kemanusiaan ini sudah ada sejak manusia itu dikodratkan
hadir di dunia, dan dengan sendirinya hak-hak asasi manusia bukan merupakan hal
baru. Walaupun hak-hak asasi manusia adalah kodrat manusia yang menjadi milik
orang dari segala zaman, kesadaran akan hak-hak asasi itu termasuk relatif baru. Pada
Abad ke-18, kezaliman para raja dan negara absolut di satu pihak, mendorong orang-
orang yang mencintai kebebasan, mulai memikirkan kebangkitan perjuangan terhadap
hak-hak asasi manusia.

2
Sejarah mencatat, bahwa perjuangan terhadap hak-hak asasi manusia telah sampai
tonggak-tonggak kemenangannya, yang secara kronologis dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Kemenangan hak-hak asasi manusia terjadi di Inggris
Dengan bukti-bukti:
a) Magna Charta (1215), yang memuat bahwa kekuasaan Raja John
Lackland harus dibatasi.
b) Petition of Rights (1629), tentang pemungutan pajak yang harus
disetujui parlemen.
c) Habeas Corpus Act (1679), tentang penangkapan orang harus dengan
surat lengkap.
d) Bill of Rights (1689), menyatakan tentang parlemen juga berhak
mengubah keputusan raja.
2. Dikeluarkannya Declaration of Independence (1776), yang memuat
kemerdekaan Amerika dari penjajahan Inggris.
3. Revolusi Perancis yang dikumandangkan melalui Declaration des droits de
L' homme et Du Citoyen (pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga
negara) tahun 1789.
4. Saat perang dunia ke-2 (1939-1945) presiden F.D. Roosevelt dari Amerika
Serikat, di hadapan kongres tahun 1941 menyatakan The Four Freedoms,
yaitu: (a) freedoms of speech and thought, (b) freedoms of religion, (c)
freedoms from fear, (d) freedoms from want.
5. Pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia (The Universal
Declaration of Human Rights), pada tanggal 10 Desember 1948. Isi pokok
deklarasi itu tertuang dalam pasal 1 yang menyatakan: "sekalian orang
dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.
Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan."
Sekalipun pernyataan PBB telah menyebut hak-hak manusia, namun dalam
pernyataan itu belum menentukan sanksi yang mengikat negara-negara
anggotanya. Selama tahun 1948-1954, panitia hak-hak manusia bekerja
secara maraton untuk mempersiapkan suatu rancangan perjanjian. Hasilnya
tahun 1966 lahirlah Konvensi Internasional tentang Hak-hak ekonomi,
sosial, dan kultural dan Konvensi Internasional tentang Hak-hak Sipil dan
Politik. Kedua perjanjian masih memiliki kelemahan, dan pada akhirnya
ditetapkan Optional Protocol.
Perlu dicatat, bahwa setelah tahun 1948 PBB banyak mengalami kemajuan
bagi tercetusnya konvensi yang disepakati sidang umum oleh ILO maupun
3
organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan
dan Kebudayaan (UNESCO).

2.3 Problematika Hak Asasi Manusia di Indonesia


Penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak asasi manusia di Indonesia
telah mengalami pasang surut, bersamaan dengan pasang surutnya (dinamika) politik
dan ketatanegaraan Republik Indonesia. Pelanggaran HAM di masa lalu membawa
setidak-tidaknya dalam dua konsekuensi : pertama, hak-hak korban pelanggaran
HAM tidak pernah dipulihkan, sehingga secara psikologis mereka merasa tidak
mendapatkan perlakuan layanan keadilan dan kesejahteraan. Kedua, berlanjut
impunity, dimana pelaku dan penanggung jawab dari kejahatan HAM tidak pernah di
tindak secara hukum.
Bertolak dari pemikiran di atas, maka problematika HAM di Indonesia hendaknya
segera dipecahkan dengan cermat, manusiawi, adil serta demokratis, yang
menempatkan harkat dan martabat manusia sebagai subyek sekaligus obyek HAM.
Dalam kaitan ini, ada beberapa problema yang perlu dipecahkan dan patut diangkat
sebagai agenda nasional dan tuntutan yang mendesak, antara lain sebagai berikut:
1. Kejelasan landasan filosofis-yuridis bagi HAM
Karena tidak setiap hak-hak yang asasi pada manusia itu seluruhnya disadari oleh
manusia dan negaranya, maka untuk menyadarkan hal itu perlu dicantumkan
dalam ketentuan undang-undang dasar negara atau produk hukum yang lain.
Dengan demikian, landasan filosofis dan yuridis hendaknya saling memberikan
rasional dan penguatan hukum agar persoalan tidak mudah dilanggar atau di

4
anggap sebagai tuntutan moral semata, melainkan juga adanya kekuatan yuridis
bagi HAM yang mampu mengikat manusia dan negara.
2. Political will pemerintah terhadap HAM
Political will pemerintah, berpengaruh terhadap kebijakan dalam meratifikasi
instrumen HAM internasional ke dalam pemerintahan negara Indonesia. Dari
kurang lebih 50 instrumen HAM internasional yang dikeluarkan PBB, nampak
sangat minim (saptomo,2001) yang sudah teratifikasi ke Indonesia, yaitu :
a. Konvensi mengenai hak politik perempuan tahun 1952 (UU No. 68 tahun
1958)
b. Konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan tahun 1979 (UU No. 7 tahun 1984)
c. Konvensi menentang apartheid dalam bidang olahraga 1985
d. Konvensi mengenai hak anak 1989 (kepres No.36 tahun 1990)
e. Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lainnya yang
kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia 1987 (UU No.5
tahun 1998)
f. Konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial 1965 (UU
No. 29 tahun 1999) dan
g. Sejumlah konvensi ILO (mengenai perburuhan).

Tahun 1991, pemerintah Indonesia telah membentuk panitia tetap (pantap) yang
berkedudukan di departemen luar negeri dan bertugas memberi rekomendasi
mengenai pemajuan HAM di Indonesia. Pantap ini mempunyai andil besar dalam
mendorong pembentukan Komnas HAM tahun 1993 dan menyusun rencana aksi
nasional Hak Asasi Manusia (RAN-HAM) tahun 1998-2003. Sehubungan dengan
adanya kendala dalam proses ratifikasi, ditambah dengan tuntutan masyarakat untuk
memprioritaskan instrumen ham internasional, maka kegiatan itu baru dapat
dijadwalkan sebagai berikut:
 Tahun 2001 :
a. Kovenan internasional tentang hak ekonomi sosial dan budaya
b. Kovenan internasional tentang hak sipil dan politik dengan protokolnya
c. Kovenan pencegahan dan penghukuman kejahatan genocide
 Tahun 2002 :
a. Konvensi penghentian perdagangan manusia dan eksploitasi
prostitusi
b. Konvensi menentang perbudakan
c. Konvensi perlindungan hak pekerja migran dan anggota keluarganya
 Tahun 2003 :
a. Konvensi persetujuan perkawinan, usia minimum untuk menikah dan registrasi
perkawinan
b. Konvensi tentang status pengungsi
5
Draf penyempurnaan RAN-HAM tersebut telah disampaikan kepada ketua panitia
nasional RAN-HAM (Menlu RI) untuk proses berikutnya, yaitu penyusunan
Keputusan Presiden Republik Indonesia.

2.4 Sosialisasi Hak Asasi Manusia dan Peran Universitas


Dalam berbagai pertemuan internasional yang diprakarsai UNESCO sejak dekade
abad 20, universitas diharapkan senantiasa proaktif, universitas yang proaktif itu
digambarkan oleh UNESCO (sebagaimana dikutip Abbas,2001) sebagai “a
community whose members, being fully commited to the principles of academic
freedom, are engaged in the pursuit of truth, defence and promotion of human right,
democracy, social justice and toleran in their own communities and throughtout the
World, and participate in instruction For genius partcapatory citizenship and in
building a culture of Peace.”
Berkaitan dengan itu, maka universitas sebagai lembaga pendidikan yang memiliki
tugas Tri Dharma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) diharapkan
dapat berfungsi sebagai layanan informasi, sosialisasi dan pendidikan HAM bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Rencana Aksi Nasional Sosialisasi HAM Departemen Kehakiman dan HAM dan
Puslit HAM Universitas pada jenjang pendidikan tinggi diharapkan terdorong untuk
membentuk Pusat Studi HAM secara lebih meluas, pembentukan perpustakaan
HAM, pembentukan program studi bergelar dan non-gelar dengan spesialisasi HAM.
Selanjutnya, jalur pendidikan sekolah dapat di upayakan bersama, antara lain dengan
cara :
1. Penyiapan kurikulum dan buku pelajaran HAM yang menganut pendekatan
integratif dalam mata pelajaran atau bidang studi yang relevan pada jenjang
pendidikan dasar, menengah, termasuk di lingkungan perguruan agama;
2. Menerjemahkan bahan-bahan pengajaran mengenai HAM;
3. Menyelenggarakan pelatihan para guru di bidang HAM; dsb.

Dengan strategi ini, diharapkan konsep HAM di Indonesia dapat tersosialisasikan ke


seluruh penjuru nusantara dan masyarakat yang beraneka ragam baik suku bangsa,
agama, ras/etnik dan golongan yang ada di masyarakat. Selanjutnya persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan pelanggaran HAM di Indonesia dapat dipecahkan

6
dengan cermat, demokratis, manusiawi serta adil, tanpa mengurangi makna
persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.5 Amandemen UUD 1945 yang Membahas Mengenai Hak Asasi


Manusia
Perubahan kedua Undang-Undang Dasar 1945, oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia, melalui Sidang Tahunan MPR-RI tahun 2000,
khususnya tentang HAM (pasal 28) dan Pertahanan dan Keamanan Negara, dapat
diinformasikan sebagai berikut.
1. BAB XA – HAK ASASI MANUSIA
- Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
- Pasal 28B
(1)Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2)Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
- Pasal 28C
(1)Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dati
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2)Setiap orang berhak untuk mengajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
- Pasal 28D
(1)Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja;
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
- Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap sesuai dengan hati nurani.
7
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
- Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
- Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.
- Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama gua mencapai persamaan
dan keadilan.
(3) Setiap orang atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara untuk sebagai manusia yang bermanfaat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
- Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminas
(3) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.

8
(4) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional di hormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(5) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(6) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
- Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak asasi dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatas yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai, agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
2. BAB XII PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
- Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara;
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat serta menegakkan hukum;
(5) Susunan dan Kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang-undang.

9
2.6 Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia

1. Perjuangan dan Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Langkah penegakan dan perjuangan hak asasi manusia bagi masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia:

(a) Sosialisasi Hak Asasi Manusia

Peningkatan kesadaran rakyat terhadap hak-haknya, menjadi lahan subur


bagi proses demokratisasi, sekaligus penghalang munculnya praktik
kekuasaan sewenang-wenang.

(b) Pendidikan HAM

Pendidikan HAM mutlak diberikan di sekolah, karena dalam pendidikan


HAM tidak hanya diberikan materu tentang HAM, melainkan dibicarakan
tentang hak buruh, hak atas tanah, hak atas lingkungan dan hak konsumen.

(c) Advokasi HAM

Advokasi terhadap HAM bertujuan untuk mengubah lembaga masyarakat


dengan menegakkan keadilan dan keseteraan untuk memperoleh akses dari
tuntutan pengambilan keputusan.

(d) Kelembagaan HAM

10
Komisi nasional HAM (Komnas HAM) adalah lembaga yang dibentuk
dalam rangka peningkatan pelaksanaan HAM di Indonesia. Bertujuan untuk
membantu mengembangkan kondisi yang kindusif bagi pelaksana HAM
dan meningkatkan perlindungan HAM guna mewujudkan pembangunan
nasional.

2. Kendala dan Tantangan dalam Penegakan HAM

Hambatan dan tantangan utama penegakan HAM adalah masalah ketertiban dan
keamanan nasional, rendahnya kesadaran akan hak-hak asasi yang dimiliki orang
lain, serta terbatasnya perangkat hukum dan perundang-undangan yang ada.

Secara umum, kendala dan tantangan dalam penegakkan HAM dapat


dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kendala ideologis, kendala ekonomis, dan
kendala teknis. Secara ideologis, terdapat perbedaan yang sangat tajam antara
konsepsi ideologi sosialis dengan liberal. Perbedaan pandangan inilah yang
menjadi kendala dalam penegakan HAM di dunia apalagi di negara berkembang.

Ada hubungan antara kondisi ekonomi masyarakat dengan penegakkan HAM,


semakin tinggi tingkat perekinomian masyarakat, semakin tinggi pula upaya
untuk selalu menegakkan dan mengembangkan HAM dalam kehidupan.

3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Masa Lalu

Ada dua persoalan pokok pada pelanggaran HAM masa lalu, yaitu hak-hal korban
pelanggaran HAM tidak pernah dipulihkan dan para pelaku pelanggaran HAM
tidak pernah dipulihakan dan para pelaku pelanggaran HAM tidak pernah
diprosea secara hukum sebagaimana mestinya.

Ada tiga langkah pengalaman di.negara lain dalam penyelesaian pelanggaran


HAM masa lalu adalah: (1) memulihkan hak-hak korban dan kekuarganya
melalui proses reparasi, (2) merupakan pertanggungjawaban hukum atas
kejahatan yang dilakukan oleh pelaku dengan membuka kemungkinan pemberian
amnesti, tetapi tidak mengabaikan rasa keadilan, dan (3) perlunya referensi
kebijakan dari lembaga peradilan untuk memungkinkan terciptanya penegakan
hukum.

4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia

11
Pelanggaran HAM dapat terjadi pada saat tidak cermatnya menuangkan prinsip-
prinsip hak-hak manusia kedalam peraturan perundang undangan, dan juga pada
tahap pelaksanaan peraturan perundang-undanan oleh unsur aparatur pebguasa
administratif (Sudarmo,1994).

Dalam UU No. 39 Tahun 1999 dijelaskan pada pasal (1) bahwa pelanggaran haj
asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara,

Baik disengaja ataupun kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,


menghalangi/ dan mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.

Menurut UU No. 26 Tahun 2000, pelaku pelanggaran HAM yang berat


dirumuskan "setiap orang", yang berarti bisa orang perorangan, kelompok orang
baik sipil militer maupun polisi akan bertanggung jawab secara individual

Dalam pasal 42 ayat (1) UU No.26 Tahun 2000 menyatakan bahwa komandan
militer atau seseorang yang secara efektif bertindak sebagai komandan militer
dapat dimintai pertanggung jawaban terhadap tindak pidana yang berada dalam
yurisdiksi pengadialan hak asasi manusia yang dilakukan oleh pasukan yang
berada di bawah komandonyang pengendaliannya yang efektif.

5. Prosedur Penyelesaian Pelanggaran HAM

Dalam upaya penegakkan HAM telah dibentuk pengadilan khusus terhadap


pelanggaran HAM yang berat. Dengan munculnya pengadilan HAM diharapkan
akan dapat melindungi hak-hak dasar manusia, baik perorangan maupun
masyarakat.

6. Ketentuan Pidana

Dalam ketentuan UU pengadilan HAM,dicantumkan ketentuan pidana. Pelaku


kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan diberikan ancaman hukuman
mati, penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling
ringan 10 tahun. Untuk kejahatan penyikasaan diancam dengan hukuman

12
maksimal 15 tahun penjara dan minimal 5 tahun penjara. Bagi pelanggaran HAM
yang berupa kekerasan seksual, penganiayaan SARA dan penghilangan secara
paksa diancam dengan hukuman selama-lamanya 20 tahun penjara dan paling
ringan 10 tahun penjara.

Bagi kejahatan yang dikategorikan percobaan, pemufakatan jahat atau perbantuan


melakukan pelanggaran HAM yang berat dianggap sebagai tindak pidana yang
telah selesai/ sempurna pelaksanaannya dikenakan penjara sebagaimana
ketentuan diatas.

7. Konsekuensi dari Peradian HAM

Setelah kehadiran pengadian HAM di Indonesia, Indonesia mengalami kemajuan


pesat dalam ilmu HAM. Para hakim, jaksa dan pengacara dituntut memiliki
pengetahuan dalam bidang HAM.

Dalam pasal 90 UU No. 39 Tahun 1999 menyatakan setiap orang atau kelompok
orang yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar dapat
memajukan laporan dan pengaduan dengan lisan atau tertulis kepada Komisi
Nasional Hak Manusia.

8. Perlindungan Saksi

Di Indonesia sebelum lahir UU No. 26 Tahun 2000 tidak dikenal adanya


perlindungan bagi korban dan saksi. Akibatnya, banyak korban pelaku kejahatan
yang enggan untuk membuat laporan pengaduan atas tindak pidana yang
dialaminya karena takut keselamatannya terancam.

Kondisi ini telah diantisipasi dalam pasal 34 UU No. 26 Tahun 2000, dimana
setiap korban dan saksi dalam perkara pelanggaran hak asasi yang berat berhak
mendapat perlindungan fisik dan mental dari segala macam bentuk ancaman,
gangguan, teror dan kekerasan dari pihak mana pun. Perlindungan ini wajib
diberikan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan.

9. Penangkapan dan Penahanan

Setelah mendapat laporan terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi manusia


yang berat, maka dilakukan penangkapan teradap tersangka. Penangkapan
dilakukan oleh penyidik dengan disertai bukti yang cukup, surat tugas dan surat

13
penangkapan serta uraian singkat pelanggaran HAM berat yang disangkakan.
Setelah bukti permulaan diandang cukup (Pasal 184 KUHAP) berupa keterangan
saksi (minimal 2 orang), keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa
bila masih diperlukan bisa dilakukan penahanan.

10. Peradilan

Setelah penyidikan selesai, maka berkas dilimpahkan ke pengadilan untuk


dilakukan penuntutan. Majelis hakim yang memeriksa perkara pelanggaran hak
asasi manusia berat terdiri dari lima orang yaitu dua orang hakim dari pengadilan
hak asasi manusia dan tiga orang hakim ad hoc.

Tujuan ideal dari pengadilan hak asasi manusia adalah untuk memelihara
perdamaian dunia, menjamin hak asasi manusia serta memberikan perlindungan,
kepastian, keadilan dan perasaan perorangan ataupun masyarakat. Sedangkan
tujuan praktisnya adalah untuk menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia
yang berat.

Oleh karena itu ruang lingkup yang menjadi kewenangannya meliputi untuk
memeriksa dan memutuskan pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hak Asasi Manusia(HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat di ganggu gugat siapa
pun. Konsep hak asasi manusia harus ditangkap dan dimaknai sebagai sebuah
potensi yang dimiliki oleh manusia secara kodrati yang berasal dari Tuhan Yang
Maha Esa. Penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak asasi manusia di
Indonesia telah mengalami pasang surut, bersamaan dengan pasang surutnya
(dinamika) politik dan ketatanegaraan republik indonesia. Pelanggaran ham di masa
lalu membawa setidak-tidaknya dalam dua konsekuensi : pertama, hak-hak korban
pelanggaran ham tidak pernah dipulihkan, sehingga secara psikologis mereka merasa
tidak mendapatkan perlakuan layanan keadilan dan kesejahteraan. Kedua, berlanjut
impunity, dimana pelaku dan penanggung jawab dari kejahatan ham tidak pernah di
tindak secara hukum.

Hambatan dan tantangan utama penegakan HAM adalah masalah ketertiban dan
keamanan nasional, rendahnya kesadaran akan hak-hak asasi yang dimiliki orang
lain, serta terbatasnya perangkat hukum dan perundang-undangan yang ada.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih mengetahui hal-hal
mengenai HAM, sejarahnya, dan peraturan undang-undang yang menyangkut
tentang HAM. Dengan begitu, diharapkan masyarakat itu tahu dan sadar betul
bahwa terdapat hak-hak disetiap diri individu, dan dengan menyadari hal itu,
diharapkan juga keteraturan di masyarakat dapat tercipta.

15

Anda mungkin juga menyukai