Anda di halaman 1dari 18

Tugas Kimia II

“Perbedaan Gas Ideal dengan Gas Non Ideal (Gas Nyata)”

Disusun Oleh :

Agung Wibawa Panggabean


(03021281621031)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
Penjabaran Antara Perbedaan dan Persamaan Gas Ideal dan Gas
Real (Gas Non ideal)

ABSTRAK
Gas adalah salah satu dari tiga keadaan materi. Gas mempunyai sifat khusus yang
tidak dimiliki oleh zat cair maupun zat padat. Penjabaran persamaan keadaan gas ideal
terletak pada diperolehnya suatu energi potensial gas yang terbentuk dari potensial osilator
harmonik, sedangkan persamaan keadaaan gas nyata dapat diperoleh dengan menggunakan
potensial osilator harmonik terganggu. Gas ideal merupakan sebuah gas yang
mematuhi persamaan gas umum dari PV = nRT  
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gas adalah salah satu dari tiga keadaan materi. Gas mempunyai sifat khusus yang
tidak dimiliki oleh zat cair maupun zat padat. Salah satu yang menarik dari gas adalah sifat
sifatnya yang tidak terlalu bergantung pada komposisi kimianya. Semua gas memperlihatkan
sifat sifat yang hampir sama, bila variabel seperti tekanan dan suhunya diubah.

Sifat sifat gas secara umum dapat dinyatakan dalam hukum hukum gas. Hukum hukum
ini berlaku untuk gas ideal, sedangkan untuk gas tidak ideal seperti banyak yang kita jumpai
sehari hari, rumusannya agak menyimpang. Demikian sifat sifat gas ideal dapat didekati oleh
gas tidak ideal pada kondisi tertentu. Maka dari itu semua jenis gas terbagi menjadi dua tipe,
yaitu : gas ideal dan gas nyata. Gas ideal merupakan sebuah gas yang mematuhi persamaan
gas umum dari PV = nRT  yang disampaikan secara singkat, sedangkan gas nyata adalah gas
yang tidak mematuhi persamaan gas umum dan  menggunakan hukum-hukum gas hanya
pada saat tekanan rendah. (Maron, Samuel Herbert : 5).

Di dalam volume gas ideal ditempati molekul mereka sendiri yang diabaikannya
perbandingan dengan volume total pada semua tekanan dan tempertur, dan daya tarik antar
molekul sangat kecil dalam semua kondisi. Untuk gas nyata kedua faktor tersebut cukup
besar, pengukuran dari masing-masing gas tergantung pada sifat, temperature, tekanan dari
gas.
Kita dapat dengan mudah  menentukan bahwa gas ideal harus dengan hipotesa gas,
seperti semua gas mengandung molekul yang pasti menempati sebuah volum dan
menggunakan saling tarik menarik satu sama lain. Bagaimanapun, faktor yang mempengaruhi
menjadi diabaikan, dan kemungkinan tersebut ditinjau menjadi gas ideal. Kekuatan tarik
antara molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku pada tekanan rendah dan
suhu tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan. Tetapi pada tekanan tinggi dan suhu
rendah volume gas kecil dan sehingga kekuatan menarik meskipun sangat kecil.

Pada makalah kali ini akan dibahas tentang gas ideal dan gas nyata,yakni : sifat-sfatnya,
aturan (hukum-hukum yang berlaku) serta rumusan antara gas ideal dengan gas nyata( gas
non ideal).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Gas ideal dan Gas nyata?
1.2.2 Bagaimana sifat-sifat gas tersebut ?
1.2.3 Hukum-hukum apa saja yang berlaku pada kedua gas tersebut?
1.2.4 Bagaimana persamaan umum gas-gas tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian gas ideal dan gas nyata.
1.3.2 Untuk mengetahui sifat-sifat gas tersebut.
1.3.3 Untuk mengetahui hukum-hukum yang berlaku pada gas ideal dan gas nyata.
1.3.4 Untuk mengetahui persamaan umum gas ideal dan gas nyata.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk memberikan informasi macam-macam gas.
1.4.2 Untuk memberikan informasi tentang gas.
1.4.3 Untuk memberikan informasi seputar gas ideal dan gas nyata.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gas Ideal dan Gas Nyata

Pengertian Gas Ideal, suatu gas hipotetis yang memiliki molekul yang dipantulkan satu
sama lain (dalam batas-batas wadah mereka) dengan elastisitas yang sempurna dan memiliki
ukuran yang diabaikan, dan di mana gaya antarmolekul yang bekerja antara molekul tidak
bersentuhan satu sama lain juga diabaikan.
Gas ideal didefinisikan sebagai salah satu di mana semua tumbukan antara atom atau molekul
bersifat elastis sempurna dan di mana tidak ada kekuatan menarik antarmolekul. Sesuatu dapat
memvisualisasikannya sebagai kumpulan bola sempurna keras yang bertabrakan tetapi dinyatakan
tidak berinteraksi satu sama lain. Dalam gas seperti itu, semua energi internal dalam bentuk energi
kinetik dan perubahan energi internal disertai dengan perubahan suhu. Gas ideal dapat dicirikan oleh
tiga variabel keadaan: tekanan mutlak (P), volume (V), dan suhu mutlak (T). Hubungan antara mereka
dapat disimpulkan dari teori kinetik dan disebut
PV = nRT = NkT
n = banyaknya mol
R = Universal gas konstan = 8,3145 J / mol K
N = jumlah molekul
k = konstanta Boltzmann = 1,38066 x 10-23 J / K = 8,617385 x 10-5 eV / K
k = R / NA
NA = Avogadro nomor = 6.0221 x 1023 / mol
Hukum gas ideal dapat dipandang ketika yang muncul dari tekanan kinetik molekul gas
bertabrakan dengan dinding wadah sesuai dengan hukum Newton. Tapi ada juga unsur statistik dalam
penentuan energi kinetik rata-rata molekul-molekul. Suhu diambil harus proporsional dengan energi
kinetik rata-rata ini, ini akan memanggil gagasan tentang temperatur kinetik. Satu mol gas ideal pada
STP menempati 22,4 liter. Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum Charles, yakni hukum
gas ideal disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata,
tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur
tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan
kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar deviasinya. Paling tidak ada
dua alasan yang menjelaskan hal ini. Peratama, definisi temperatur absolut didasarkan asumsi
bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Molekul gas pasti memiliki
volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin
kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul.
Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan
persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals
atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal (persamaaan 6.5)
dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi
interaksi antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.
Sehingga didapat:
[P + (n2a/V2)] (V – nb) = nRT (6.12)
Keterangan :
P = tekanan
V = volume
n = jumlah mol zat
Vm = V/n = volume molar, volume 1 mol gas atau cairan
T = temperatur (K)
R = tetapan gas ideal (8.314472 J/(mol·K))
[P + (n2a/V2)] (V – nb) = nRT (6.12)
a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut
dengan tetapan van der Waals (Tabel 2.1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa
perilaku gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga
berhbungan denagn kemudahan gas tersebut dicairkan.
Tabel 2.1 Nilai tetapan gas yang umum kita jumpai sehari-hari.

gas a(atm dm6 mol-2) b(atm dm6 mol-2)


He 0,0341 0,0237
Ne 0,2107 0,0171
H2 0,244 0,0266
NH3 4,17 0,0371
N2 1,39 0,0391
C2H 4,47 0,0571
CO2 3,59 0,0427
H2O 5,46 0,0305
CO 1,49 0,0399
Hg 8,09 0,0170
O2 1,36 0,0318

Gas nyata (real gas) bersifat menyimpang dari gas ideal, terutama pada tekanan tinggi
dan suhu rendah. Teori Kinetika gas menjelaskan Postulat 1: massa gas dapat diabaikan jika
dibandingkan dengan volume bejana. Pada tekanan tinggi, atau jika jumlah molekul banyak,
volume gas harus diperhitungkan à volume ideal sebetulnya lebih kecil dari volume real.
à Menurut Van Der Waals, koreksi volume tergantung dari n (junlah mol gas)
b = tetapan koreksi volume

Pada tekanan tinggi à rapatan gas tinggi à molekul2 sangat berdekatan à gaya antar
molekul harus diperhitungkan à karena ada gaya tarik menarik à tekanan yang sebenarnya
lebih rendah dari tekanan ideal.

Pengurangan tekanan karena kerapatan gas adalah:

1. Berbanding lurus dengan jml tabrakan dgn dinding atau dengan konsentrasi gas.

2. Berbanding lurus dengan gaya tabrakan à berbanding lurus dengan konsentrasi gas.

2.2.1 Sifat – sifat gas ideal


Gas dianggap terdiri atas molekul-molekul gas yang disebut partikel. Teori ini tidak
mengutamakan kelakuan sebuah partikel tetapi meninjau sifat zat secara keseluruhan sebagai
hasil rata-rata kelakuan partikel tersebut. Untuk menyederhanakan permasalahan teori kinetik
gas diambil pengertian tentang gas ideal, dalam hal ini gas dianggap sebagai gas ideal.
Sifat-sifat gas ideal adalah sebagai berikut.
1.      Terdiri atas partikel yang banyak sekali dan bergerak sembarang.
2.      Setiap partikel mempunyai masa yang sama.
3.      Tidak ada gaya tarik menarik antara partikel satu dengan partikel lain.
4.      Jarak antara partikel jauh lebih besar disbanding ukuran sebuah partikel.
5.     Jika partikel menumbuk dinding atau partikel lain, tumbukan dianggap lenting
sempurna.
6.      Hukum Newton tentang gerak berlaku.
7.      Gas selalu memenuhi hukum Boyle-Gay Lussac.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu
cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak
akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun
suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat
pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli. Tekanan didefinisikan
gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas.
Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah
Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan
untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.

2.2.2 Sifat – sifat gas nyata


Sifat gas nyata:
a. volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan
b. Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan
diperbesar atau volum diperkecil
c. Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat,
menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil,
lebih kecil daripada gas ideal.

2.4 Hukum – hukum gas


Hubungan antara tekanan, temperatur dan volume pada gas telah  dibuktikan sedemikian
rupa dalam beberapa hukum gas . Hukum-hukum gas  ini memungkinkan kita untuk
menentukan bagaimana pe ngaruh yang  disebabkan oleh perubahan salah satu faktor terhada
p faktor lainnya. Gas  yang betul-betul memenuhi hukum-hukum gas sempurna  (perfect
gas).  Namun tidak satu gaspun yang benar-benar sempurna, tetapi dari hasil-hasil  penelitian
ada beberapa gas yang mendekati kondisi
gas sempurna tersebut.  Seperti halnya refrigerant yang digunakan sebagai bahan
pendingin  dalam teknik pendingin, walaupun dipanasi sampai di atas titik didihnya,  tetap
tidak akan menjadi gas sempurna, karenanya tidak akan mengikuti  hukum-hukum tersebut
secara tepat. Namun walaupun demikian secara  pendekatan hukum-hukum gas tersebut tetap
bisa digunakan untuk  menentukan pengaruh daripada perubahan tekanan temperatur dan
volume.

2.4.1 Hukum Boyle


Hukum Boyle (atau sering direferensikan sebagai Hukum Boyle-Mariotte) adalah salah
satu dari banyak hukum kimia dan merupakan kasus khusus dari hukum kimia ideal. Hukum
Boyle mendeskripsikan kebalikan hubungan proporsi antara tekanan absolut
dan volume udara, jika suhu tetap konstan dalam sistem tertutup. Hukum ini dinamakan
setelah kimiawan dan fisikawan Robert Boyle, yang menerbitkan hukum aslinya pada tahun
1662. Hukumnya sendiri berbunyi:

”Untuk jumlah tetap gas ideal  tetap di suhu yang sama, P [tekanan] dan V [volume]


merupakan proporsional terbalik (dimana yang satu ganda, yang satunya setengahnya).”

Hukum Boyle menyatakan bahwa "dalam suhu tetap" untuk massa yang sama, tekanan
absolut dan volume udara terbalik secara proporsional. Hukum ini juga bisa dinyatakan
sebagai: secara agak berbeda, produk dari tekanan absolut dan volume selalu konstan.Boyle
mengamati bahwa dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah volume tertentu merkuri,
volume gas, yang terjebak dalam tabung delas yang tertutup di salah satu ujungnya, akan
berkurang. Dalam percobaan ini, volume gas diukur pada tekanan lebih besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu itu, dan ia
mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang. Setelah ia melakukan
banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan untuk menggambarkan hubungan antara
volume V dan tekanan P gas.

Volume dan temperatur

Setelah lebih dari satu abad penemuan Boyle ilmuwan mulai tertarik pada hubungan
antara volume dan temperatur gas. Mungkin karena balon termal menjadi topik pembicaraan
di kotakota waktu itu. Kimiawan Perancis Jacques Alexandre César Charles (1746-1823),
seorang navigator balon yang terkenal pada waktu itu, mengenali bahwa, pada tekanan tetap,
volume gas akan meningkat bila temperaturnya dinaikkan. Hubungan ini disebut dengan
hukum Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak kuantitatif. Gay-Lussac lah yang
kemudian memplotkan volume gas terhadap temperatur dan mendapatkan garis lurus
(Gambar 6.2). Karena alasan ini hukum Charles sering dinamakan hukum Gay-Lussac.
Baik hukum Charles dan hukum Gay-Lussac kira-kira diikuti oleh semua gas selama tidak
terjadi pengembunan.

Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum Charles. Dengan


mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur, volumes menjadi nol pada
temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat volumenya menjadi nol sekiatar -273°C
(nilai tepatnya adalah -273.2 °C) untuk semua gas. Ini mengindikasikan bahwa pada tekanan
tetap, dua garis lurus yang didapatkan dari pengeplotan volume V 1 dan V2 dua gas 1 dan 2
terhadap temperatur akan berpotongan di V = 0.

Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan molekular. Dari sudut pandang
ini, nol absolut khususnya menarik karena pada temperatur ini, gerakan molekular gas akan
berhenti. Nol absolut tidak pernah dicapai dengan percobaan. Temperatur terendah yang
pernah dicapai adalah sekitar 0,000001 K.

Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama (hukum Avogadro). Hal ini sama
dengan menyatakan bahwa volume real gas apapun sangat kecil dibandingkan dengan
volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah
molekul gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa atom
gas, dengan mudah didapat.

Kebanyakan udara berjalan seperti udara ideal saat tekanan dan suhu cukup. Teknologi
pada abad ke-17 tidak dapat memproduksi tekanan tinggi atau suhu rendah. Tetapi, hukum
tidak mungkin memiliki penyimpangan pada saat publikasi. Sebagai kemajuan dalam
teknologi membolehkan tekanan lebih tinggi dan suhu lebih rendah, penyimpangan dari sifat
udara ideal bisa tercatat, dan hubungan antara tekanan dan volume hanya bisa akurat,
dijelaskan sebagai teori udara sesungguhnya. Penyimpangan ini disebut sebagai faktor
kompresibilitas.

Robert Boyle (dan Edme Mariotte) menyatakan bahwa hukum tersebut berasal dari
eksperimen yang mereka lakukan. Hukum ini juga bisa berasal secara teori, berdasarkan
anggapan bahwa atom dan molekul dan asumsi tentang gerakan dan elastis sempurna
(lihat teori kinetis udara). Asumsi tersebut ditemukan dengan resisten hebat dalam komunitas
ilmiah positif saat itu, tetapi, saat mereka terlihat, merupakan konstruksi teoretis murni yang
tidak ada sedikit pun bukti pengamatan.

Pada tahun 1738, Daniel Bernoulli, mengembangkan teori Boyle menggunakan Hukum


Newton dengan aplikasi tingkat molekul. Ini tetap tidak digubris sampai kira-kira tahun 1845,
dimana John Waterston menerbitkan bangunan kertas dengan persepsi utama adalah teori
kinetis; tetap tidak digubris oleh Royal Society of England. Kemudian, James Prescott
Joule, Rudolf Clausius, dan Ludwig Boltzmann menerbitkan teori kinetis udara, dan menarik
perhatian teori Bernoulli dan Waterston.

Debat antara proponen energetika dan atomisme mengantar Boltzmann untuk menulis


buku pada tahun 1898, dimana membuahkan kritik dan mengakibatkan ia bunuh diri pada
tahun 1906. Albert Einstein, pada tahun 1905, memperlihatkan bagaimana teori kinetis
berlaku kepada Gerakan Brown dengan partikel yang berisi fluida, dikonfirmasi tahun 1908
oleh Jean Perrin.

Selama suhu tetap konstan, jumlah energi yang sama memberikan sistem persis selama
operasi dan, secara teoritis, jumlah k akan tetap konstan. Akan tetapi, karena penyimpangan
tegak lurus diterapkanm, kemungkinan kekuatan probabilistik dari tabrakan dengan partikel
lain, seperti teori tabrakan, aplikasi kekuatan permukaan tidak mungkin konstan secara tak
terbatas, seperti jumlah k, tetapi akan mempunyai batas dimana perbedaan jumlah tersebut
terhadap a.

Kekuatan volume v dari kuantitas tetap udara naik, menetapkan udara dari suhu yang
telah diukur, tekanan p harus turun secara proporsional. Jika dikonversikan, menurunkan
volume udara sama dengan meninggikan tekanan.

Hukum Boyle biasa digunakan untuk memprediksi hasil pengenalan perubahan, dalam
volume dan tekanan saja, kepada keadaan yang sama dengan keadaan tetap udara. Sebelum
dan setelah volume dan tekanan tetap merupakan jumlah dari udara, dimana sebelum dan
sesudah suhu tetap (memanas dan mendingin bisa dibutuhkan untuk kondisi ini), memiliki
hubungan dengan persamaan:
Hukum Boyle, Hukum Charles, dan Hukum Gay-Lusaac menghasilkan hukum kombinasi
udara. Tiga hukum udara tersebut berkombinasi dengan Hukum Avogadro dan disamaratakan
dengan hukum udara ideal.
Contoh penggunaan
1.         Pergantian tekanan dalam penyuntik
2.         Meniup balon
3.         Peningkatan ukuran gelembung saat mereka naik ke permukaan.
4.         Kematian makhluk laut dalam karena perubahan tekanan.
5.         Masalah pada telinga di ketinggian tinggi.

2.4.2 Hukum Gay Lussac


Hukum Gay-Lussac dapat merujuk kepada salah satu dari dua hukum kimia yang
dikemukakan oleh kimiawan Perancis Joseph Louis Gay-Lussac. Keduanya berhubungan
dengan sifat-sifat gas.
Pada 1802, Gay-Lussac menemukan bahwa

“Tekanan dari sejumlah tetap gas pada volum yang tetap berbanding lurus dengan
temperaturnya dalam kelvin”

Hukum ini dapat dibuktikan melalui teori kinetik gas, karena temperatur adalah
ukuran rata-rata energi kinetik, dimana jika energi kinetik gas meningkat, maka partikel-
partikel gas akan bertumbukan dengan dinding/wadah lebih cepat, sehingga meningkatkan
tekanan.

Hukum Gay-Lussac 1809, hukum ini disebut juga hukum gabungan volum, yang


ditemukan pada 1809

“Perbandingan volum antara gas-gas dalam suatu reaksi kimia adalah perbandingan
bilangan bulat sederhana”

Misalnya perbandingan volum hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari


penguraian air adalah 2:1. Hukum ini merupakan salah satu dasar dari stoikiometri gas
modern, dan hipotesis Avogadro pada 1811 berasal dari hukum ini.

2.4.3 Hukum Charles


Hukum Charles juga kadang-kadang disebut Hukum Gay-Lussac atau Hukum
Charles Gay-Lussac, karena Gay-Lussac lah yang pertama kali mempublikasikan penemuan
ini pada 1802. Jacques Charles telah menemukannya lebih dahulu pada 1787, namun tidak
mempublikasikannya. Belakangan hukum ini lebih sering disebut hukum Charles karena
kemudian Gay-Lussac menemukan hukum-hukum lain yang dinamakan sesuai namanya.
Hukum Charles dapat dinyatakan sebagai jika wadah ditempati oleh sampel gas pada
tekanan konstan maka volume berbanding lurus dengan suhu.
V / T = konstan

V adalah volume
 T adalah temperatur (diukur dalam Kelvin)

2.4.4 Hukum Dalton


John dalton (1766-1844) adalah seorang ahli fisika dan kimia dari inggris yang
berhasil menemukan hukum proporsi ganda dan hukum gas atau hukum dalton. Dalton
disebut juga sebagai "bapak teori atom" karena menemukan teori atom yang ilmiah dan
bukan teori democritus dari Yunani kuno yang filosofis dan spekulatif. Dalton menyuguhkan
teori atom kuantitatif, jelas, dan jernih yang dapat di gunakan dalam penafsiran percobaan
kimiadan dapat dicoba secara tepat di laboratorium.

Tahun 1801 Dalton menemukan sebuah hukum empiris, yang kemudian di kenal
dengan nama hukum dalton. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran
gas adalah sama dengan jumlah tekanan parsial masing - masing bagian gas. Tekanan parsial
adalah tekanan yang akan dimiliki masing - masing gas bila berada sendiri dengan volume
seluruh campuran gas pada suhu yang sama. Hukum Dalton dapat diterangkan dengan
menggunakan teori kinetik gas yang menyatakan bahwa gas bersifat ideal dan tidak ada
reaksi kimia antara bagian - bagian gas.

2.4.5 Persamaan keadaan van der Waals

Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan


persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der
Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal (persamaaan
6.5) dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk
mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume
real molekul gas. Sehingga didapat:

[P + (n2a/V2)] (V – nb) = nRT

a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut
dengan tetapan van der Waals (Tabel 2.1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa
perilaku gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga
berhbungan denagn kemudahan gas tersebut dicairkan.
b. Temperatur dan tekanan kritis

Karena uap air mudah mengembun menjadi air, telah lama diharapkan bahwa semua
gas dapat dicairkan bila didinginkan dan tekanan diberikan. Namun, ternyata bahwa ada gas
yang tidak dapat dicairkan berapa besar tekanan diberikan bila gas berada di atas temperatur
tertentu yang disebut temperatur kritis. Tekanan yang diperlukan untuk mencairkan gas
pada temperatur kritis disebut dengan tekanan kritis, dan wujud materi pada temperatur dan
tekanan kritis disebut dengan keadaan kritis.

Temperatur kritis ditentukan oleh atraksi intermolekul antar molekul-molekul gas.


Akibatnya temperatur kritis gas nonpolar biasanya rendah. Di atas nilai temperatur kritis,
energi kinetik molekul gas jauh lebih besar dari atraksi intermolekular dan dengan demikian
pencairan dapat terjadi.
Tabel 6.2 Temperatur dan tekanan kritis beberapa gas yang umum dijumpai.

Gas Temperatur Tekanan Gas Temperatur Tekanan kritis (atm)


kritis (K) kritis (K) kritis (K)
H2O 647,2 217,7 N2 126,1 33,5
HCl 224,4 81,6 NH3 405,6 111,5
O2 153,4 49,7 H2 33,3 12,8
Cl2 417 76,1 He 5,3 2,26

c. Pencairan gas

Di antara nilai-nilai koreksi tekanan dalam tetapan van der Waals, H2O, amonia dan
karbon dioksida memiliki nilai yang sangat besar, sementara oksigen dan nitrogen dan gas
lain memiliki nilai pertengahan. Nilai untuk helium sangat rendah. Telah dikenali bahwa
pencairan nitrogen dan oksigen sangat sukar. Di abad 19, ditemukan bahwa gas-gas yang
baru ditemukan semacam amonia dicairkan dengan cukup mudah. Penemuan ini merangsang
orang untuk berusaha mencairkan gas lain. Pencairan oksigen atau nitrogen dengan
pendinginan pada tekanan tidak berhasil dilakukan. Gas semacam ini dianggap sebagai “gas
permanen” yang tidak pernah dapat dicairkan.

Baru kemudian ditemukan adanya tekanan dan temperatur kritis. Hal ini berarti bahwa
seharusnya tidak ada gas permanen. Beberapa gas mudah dicairkan sementara yang lain
tidak. Dalam proses pencairan gas dalam skala industro, digunakan efek Joule-
Thomson. Bila suatu gas dimasukkan dalam wadah yang terisolasi dengan cepat diberi tekan
dengan menekan piston, energi kinetik piston yang bergerak akan meningkatkan energi
kinetik molekul gas, menaikkan temperaturnya (karena prosesnya adiabatik, tidak ada energi
kinetik yang dipindahkan ke dinding, dsb). Proses ini disebut dengan kompresi adiabatik.
Bila gas kemudian dikembangkan dengan cepat melalui lubang kecil, temperatur gas
akan menurun. Proses ini adalah pengembangan adiabatik. Dimungkinkan untuk
mendinginkan gas dengan secara bergantian melakukan pengembangan dan penekanan
adiabatik cepat sampai pencairan.

Dalam laboratorium, es, atau campuran es dan garam, campuran es kering (padatan
CO2) dan aseton biasa digunakan sebagai pendingin. Bila temperatur yang lebih rendah
diinginkan, nitrogen cair lebih cocok karena lebih stabil dan relatif murah.
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penulisan di atas adalah gas dibagi menjadi dua, yaitu gas ideal dan gas
nyata. Gas ideal merupakan sebuah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari PV =
nRT  yang disampaikan secara singkat, sedangkan gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi
persamaan gas umum dan  menggunakan hukum-hukum gas hanya pada saat tekanan rendah.
(Maron, Samuel Herbert : 5).

Hukum – hukum yang digunakan untuk menetukan gas tersebut adalah :


1.      Hukum boyle
2.      Hukum Charles
3.      Hukum gay lussac
4.      Hukum dalton

Contoh Soal :
1. 4 liter gas oksigen bersuhu 27°C pada tekanan 2 atm (1 atm = 105 Pa) berada dalam sebuah
wadah. Jika konstanta gas umum R = 8,314 J.mol −1.K−1 dan bilangan avogadro NA 6,02 x
1023 molekul, maka banyaknya molekul gas oksigen dalam wadah adalah…

Pembahasan
Diketahui :

Volume gas (V) = 4 liter = 4 dm3 = 4 x 10-3 m3


Suhu gas (T) = 27oC = 27 + 273 = 300 Kelvin
Tekanan gas (P) = 2 atm = 2 x 105 Pascal
Konstanta gas umum (R) = 8,314 J.mol−1.K−1
Bilangan Avogadro (NA) = 6,02 x 1023
Ditanya : Banyaknya molekul gas oksigen dalam wadah (N)
Jawab :
Konstanta Boltzmann :

Hukum Gas Ideal (dalam jumlah molekul, N)

. Dalam 1 mol gas oksigen, terdapat 1,93 x 1023 molekul oksigen.

2. Pada tekanan atmosfir (101 kPa), suhu gas karbon dioksida = 20 oC dan volumenya = 2
liter. Apabila tekanan diubah menjadi 201 kPa dan suhu dinaikkan menjadi 40 oC, hitung
volume akhir gas karbon dioksida tersebut

Pembahasan

Diketahui :
P1 = 101 kPa
P2 = 201 kPa
T1 = 20 oC + 273 K = 293 K
T2 = 40 oC + 273 K = 313 K
V1 = 2 liter
Ditanya : V2
Jawab :
Tentukan volume 2 mol gas pada STP (anggap saja gas ini adalah gas ideal)

Volume 2 mol gas pada STP (temperatur dan tekanan stadard) adalah 44,8 liter.
3. Volume gas oksigen pada STP = 20 m3. Berapa massa gas oksigen ?

Pembahasan

Massa molekul oksigen = 32 gram/mol (massa 1 mol oksigen = 32 gram). Dengan


demikian, massa gas oksigen adalah :
massa (m) = jumlah mol (n) x massa molekul
massa = (893 mol) x (32 gram/mol) = 28576 gram = 28,576 kg

Anda mungkin juga menyukai