Anda di halaman 1dari 30

DISKUSI TOPIK

BLOK 4.C

MINGGU I : DISTOSIA BAHU

Dosen pembimbing : Rafika Oktova, SST, M. Keb

Kelompok : 5 ( lima )

Anggota : Putri Devaranti (1710331015)

Vony Adreza (1710331002)

Yessy Tamara (1710333002)

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses fisiologik dimana uterus mengeluarkanatau


berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 mingguatau lebih
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain denganbantuan atau tanpa
bantuan. Menurut dari cara persalinannya dibagi menjadi dua,yaitu: Persalinan biasa atau
normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin padakehamilan cukup bulan (aterm, 37-42
minggu), pada janin letak memanjang,presentasi belakang kepala yang disusul dengan
pengeluaran plasenta dan seluruhproses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24
jam tanpatindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi. Serta persalinan
abnormalmerupakan persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat maupun melalui
dindingperut dengan operasi caesarea.

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yangmenyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) dibawah rambut pubis. Dorongan saat ibu mengedan akan
menyebabkan bahu depan (anterior ) berada dibawah pubis.Bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miringpanggul dan tetap berada pada
posisi anterior posterior , pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap
simfisis. Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
melipat kedalam panggul (misalnya pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek padamultipara sehingga kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat padasaat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu
tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk
kedalampanggul. Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi
bayiyang lahir dengan badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3 % dan yang lebih dari
4500gram adalah 0,4 %. Pernah dilaporkan berat bayi lahir pervaginam 10,8 – 11,3
Kg(Lewellpyn, 2001).

Dari kasus tersebut, dapat diartikan distosia merupakan suatu penyulit


dalampersalinan, sedangkan distosia bahu adalah penyulit persalinan pada bahu janin.
Angkakejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang digunakan. Salah
satukriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk
melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan
episiotomi.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan distosia bahu?

2.Apa penyebab dari distosia bahu?


3.Bagaimana tanda dan gejala dari distosia bahu?

4.Bagaimana patofisiologi distosia bahu?

5.Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari distosia bahu?

6.Bagaimana prognosis yang terjadi pada distosia bahu?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari distosia bahu

2. Mengerti penyebab dari distosia bahu

3. Mengerti tanda dan gejala dari distosia bahu

4. Mengerti patofisiologi dari distosia bahu

5. Mengerti komplikasi dari distosia bahu

6. Mengerti prognosis dari distosia bahu


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN TELA’AH JURNAL

2.1 Tinjauan Pustaka Langkah Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap
langkah disempurnakan secara periodik, proses dimulai dari pengumpulan data dan berakhir
dengan evaluasi. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1. Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :

1.Riwayat kesehatan

2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

3.Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4.Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi

Langkah 2. Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data dasar yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik, diagnosis kebidanan yang ditegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktek kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis
kebidanan. Standar nomenklatur tersebut adalah :

1.Diakui dan telah disahkan oleh profesi

2.Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan

3.Memiliki ciri khas kebidanan

4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan

5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi, langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien, bidan diharapkan bersiap – siap bila diagnosis / masalah potensial ini benar-benar
terjadi.
Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau


ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh yang telah ditentukan oleh
langkah – langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
saja yang sudah teridentifikasidari kondisi klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan konseling, merujuk klien bila ada masalah sosial ekonomi kultural atau masalah
psikologi, setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien) agar
dapat dilaksanakan dengan efektif.

Langkah 6. Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dari langkah kelima harus
dilaksanakan secara efesien dan aman, pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebahagian dilakukan oleh bidan dan sebahagian lagi dilakukan oleh pasien.

Langkah 7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis, rencana tersebut dapat
dianggap efektif bila benar – benar efektif dalam pelaksanaannya.

2.2 Tinjauan Pustaka tentang manajemen kebidanan dengan metode SOAP

Manajamen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang digunakan


bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, ini merupakan alur pikir pikir bidan dalam
pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis.Asuhan yang dilakukan harus dicatat
secara benar, sederhana, jelas dan logis sebagai pendokumentasian (Mustika Sofyan. 50 tahun
IBI Bidan Menyongsong Masa Depan, 2001).

Metode dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah metode SOAP, yang
merupakan catatan yang bersifat sederhana,jelas,simgkat dan logis.SOAP terdiri dari :

S=Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui Anamnesa sebagai


langkah 1 Varney.

O=Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab dan tes diagnosis
lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment sebagai langkah 1
varney.

A=Assessment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi:

1. Diagnosa atau masalah

2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial

3. Perlunya tindakan segera oleh Bidan atau Dokter, konsultasiatau kolaborasi atau rujukan
sebagai langkah 2, 3 dan 4 varney.

P=Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari rencana yang akan dilakukan bidan terhadap


pasien,perencanaan yang akan dilakukan terhadap pasien ini sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan pasien,dibagian ini juga terdapat tindakan yang terlaksana dan evaluasi terhadap
perencanaan yang sudah dirancang sebelumya apakah terlaksana atau tidak.ini sebagai
langkah 5,6,dan 7 Varney. (Mustika Sofyan, 2001).

2.3 Tinjauan Pustaka Kasus

Kasus : Persalinan dengan distosia bahu

2.3.1 Pengertian

Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalulama
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal seringterjadi
apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.Kelainan persalinan
ini adalah konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendir iatau berkombinasi: a).
kelainan gaya dorong (ekspulsi) baik akibat gaya uterus yangkurang kuat atau kurangnya
koordinasi untuk melakukan pendataran dan dilatasiserviks (disfungsi uterus), maupun
kurangnya upaya otot volunteer selama persalinankala dua, b). kelainan tulang panggul ibu
yaitu panggul sempit, c) kelainan presentasi,posisi atau perkembangan janin dan kelainan
jaringan lunak saluran reproduksi yangmembentuk halangan bagi turunnya janin.
(Cunningham, Gary: 2005).

Antonim bahasa Yunani untuk eutosia,atau persalinan normal adalah distosiayang


menandakan persalinan yang abnormal atau sulit. distosia dapat terjadi akiba tbeberapa
kelainan tertentu yang melibatkan serviks, uterus, janin, tulang panggul ibu,atau obstruksi
lain di jalan lahir.Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit atau
abnormalyang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor
persalinan.(Bobak: 2004)Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung
melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu
ataspanggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelahketuban
pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar
dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janintegak lurus atau pada
sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi padaletak melintang. Presentasi
bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomendan otot uterus kendur, prematuritas,
obstruksi panggul.Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior
macetdiatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, ataubahu
tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum(tulang ekor).
Lebih mudahnya distosia bahu merupakan kejadian dimana tersangkutnya bahu janin dan
tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.

Klasifikasi Distosia :

1.Distosia karena kelainan tenaga

2.Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.

3.Distosia karena kelainan panggul

4.Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).

2.3.2 Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala dari distosia bahu adalah:

1.Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Namun,pada
distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar
yang normal.

2.Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar.Begitu
juga dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga mengalami obesitas.

3.Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak
berhasilmelahirkan bahu.

4.Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva

5.Dagu tertarik dan menekan perineum

6.Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga
tampak masuk kembali ke dalam vagina.

2.3.3 Etiologi

Secara umum, keadaan berikut yang dapat menyebabkan distosia adalah:

1.Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan atau powers).
2.Perubahan struktur pelvis (jalan lahir atau passage). Walaupun kekuatangaya
ekspulsifnya mungkin normal, memiliki kelainan struktur ataukarakter jalan lahir
yang menimbulkan hambatan mekanis terhadap turunnya bagian terbawah janin yang
tidak teratasi

3.Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi,bayi


besar, dan jumlah bayi (penumpang atau passengers)

4.Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5.Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,


persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.Penyebab dari distosia
bahu disebabkan oleh deformitas panggul,kegagalan bahu untuk melipat ke dalam
panggul (misalnya pada makrosomia)yang disebabkan oleh fase aktif dan persalinan
kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipatpada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelahmengalami pemanjangan kala II sebelah bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

2.3.4 Patofisiologi

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkankepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akanberada pada
sumbu miring (oblique) di bawah rambut pubis. Dorongan pada saat ibumeneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahugagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetapberada pada posisi anteroposterior,
pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahudepan terhadap simfisis sehingga bahu tidak
bisa lahir mengikuti kepala.

2.3.5 Prognosis

Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya
tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karenakepala yang besar
atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul
atau karena bahu yang lebar sulit melalui ronggapanggul. Bahu yang lebar selain dijumpai
pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi
kelahiran bagian-bagian lain macetkarena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat
asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit
dapat berakibat perlukaanpada nervus brokhialis & muskulus sternokleidomastoidelis.

2.3.6 Komplikasi

1.Infeksi intrapartum

Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partuslama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. bakteri di dalam cairan amnion danmenginvasi
desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsispada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yangterinfeksi adalah konsekuensi
serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tanganakan memasukkan bakteri vagina ke
dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai
terjadi distosia.

2.Rupture uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus
lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio
sesaria. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga
kepala tidak cakap dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat
terengang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.

3.Cincin retraksi patologisCincin ini sering timbul akibat persalianan yang terhambat,
disertai peregangandan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini,
cincin dapatterlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman
akanrupturya segmen bawah uterus.

4.Pembentukan fistulaApabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas


panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terletak diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan.
Karenagangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari
setelahmelahirkan dengn munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal atau rektovaginal.

5.Cedera otot dasar panggulSaat pelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan
langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini
meregangkandan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan
anatomis diotot, saraf dan jaringan ikat.

6.Efek pada janinApabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta
infeksiintrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul infeksi intrapartum bukan sajamerupakan
penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab pentingkematian dan
neonates. Hal ini disebabkan karena bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadibakterimia pada ibu dan janin.
Pneumoni janin, akibat aspirasi cairan amnion yangterinfeksi adalah konsekuensi serius
lainnya.

2.3.7 Faktor Resiko

Sejumlah karakteristik ibu, janin dan intrapartum sering menyertai distosia bahu.
beberapa faktor risiko pada ibu, termasuk obesitas, multiparitas dan diabetesberpengaruh
terhadap distosia bahu akibat pengaruhnya pada peningkatan berat lahir.Hubungan antara
kehamilan lewat waktu dengan distosia bahu tampaknya disebabkan karena banyak janin
terus tumbuh setelah usia 42 minggu. Penyulit intrapartum yangdihubungkan dengan distosia
bahu adalah pelahiran dengan forceps tengah sertapersalinan kala satu dank ala dua yang
memanjang.
2.3.8 Penatalaksanaan

Metode Persalinan Distosia Bahu

1. Manuver Mc. Roberts :

Posisi Walcher: Hiperfleksi kaki kearah perut sehingga terjadi pelebaran jalan lahir
dan mengubah sudut inklinasi dari 25 derajat menjadi 10 derajat.

Kepala janin tarik curam kebawah sehingga memudahkan persalinan bahu depan

Maneuver Mc Robert

Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomensebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanansuprapubic secara bersamaan
(panah vertikal).

2. Manuver Hibbard dan Resnick

Lakukan episiotomi luas untuk melebarkan jalan lahir

Kepala ditarik curam kebawah, sehingga bahu depan lebih mudah masuk PAP

Tekan bahu depan diatas simfisis, sehingga dapat masuk PAP

3. Manuver Woods Cork Screw

Fundus uteri didorong kebawah sehingga lebih menekan bagian terendah janin,
untuk masuk PAP

Bahu belakang diputar menjadi bahu depan sehingga secara spontan lahir
Maneuver Wood

Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahukemudian diputar 180
derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis.

4. Melahirkan bahu belakang

Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerusposterior janin


dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepandada dengan
mempertahankan posisi fleksi siku
Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
Lengan posterior dilahirkan

5. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain denganmelakukan tekanan pada
abdomen ibu, bila tidak berhasil makadilakukan langkah berikutnya yaitu :
Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkaudan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan iniuntuk melakukan abduksi kedua bahu
anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis
pubis.

6. Manuver Zevanelli
Kepala janin sudah berada diluar, dimasukkan kembali kedalamvagina Diikuti
dengan persalinan seksio sesarea
Bahaya besar karena akan terjadi ekstensi luka operasi di SBR danmenimbulkan
trauma jalan lahir lebih besar.
7. Teknik Kleidotomi
Dilakukan pemotongan tulang klavikula bawah sehingga volumebahu mengecil dan
selanjutnya persalinan dapat berlangsung
Bila diperlukan dapat dilakukan pemotongan tulang klavikula depan
8. Simfisiotomi
Untuk melebarkan jalan lahir sehingga bahu dapat lahir.
Komplikasi simfiotomi :
Ketidaknyamanan yang berkepanjangan dan nyeri
Ruptura vesika urinaria
(Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri ; Ginekologi dan KB ;455)

2.4 Tela’ah Jurnal


PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA DI BAGIAN OBSTETRI-
GINEKOLOGI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
Distosia bahu merupakan kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir dengan
mencoba salah satu metode persalinan bahu. Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan
obstetrik karena terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma janin, dan komplikasi pada ibu.

Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif. Populasi penelitian ialah semua pasien
remaja yang dirawat di Bagian Obstetri Ginekologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013. Kriteria pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah semua pasien remaja yang didiagnosis dengan atau tanpa penyakit
penyerta.

Dari data ditemukan hasil bahwa ditemukan bahwa persentase kasus distosia remaja
tertinggi ditemukan pada tahun 2013 sebesar 7 kasus dari total persalinan pada tahun 5140
yaitu 0,13 %. Kasus distosia paling banyak ditemukan pada kelompok remaja umur 16-19
tahun yaitu sebesar 100%. Bahwa pada pasien distosia dengan paritas 0, memiliki insiden
paling tinggi (50%). Bahwa distosia remaja paling banyak disebabkan karena masalah letak
dan bentuk (passanger) (58,33%). Tindakan utama yang paling banyak dilakukan pada kasus
distosia yaitu operasi seksio (66,67%). Distribusi Pasien Distosia pada Remaja Menurut
Komplikasi Penanganan di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari
2012-31 Desember 2013.

Persalinan distosia pada remaja umumnya terjadi pada usia >16 tahun, dengan
penyebab yang paling sering Ialah faktor letak dan bentuk janin, serta faktor jalan lahir.
Tindakan utama yang paling banyak dilakukan pada distosia yaitu operasi seksio setelah
persalinan percobaan kemudian gagal. Distosia jarang menimbulkan komplikasi yang berarti,
oleh karena itu hasil akhir dari pasien dengan distosia sangat baik.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN (VARNEY dan SOAP)


3.1 Asuhan kebidanan pada kasus persalinan dengan distosia bahu berdasarkan langkah
Varney dan metode SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALINDENGAN DISTOSIA


BAHU
I. PENGKAJIAN

Tanggal : 15 Mei 2012

Jam : 03.00 WIB

Tempat : Bidan Tuti Darmawan

A. DATA SUBYEKTIF

1. Biodata

Nama istri : Eka Setianti Nama suami : M. Purwanto

Umur : 24 tahun Umur : 29 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Karyawan swasta

Penghasilan : Rp 1.500.000, - Penghasilan : Rp 2.000.000,-

Alamat: Jl. Bunga 10 – Malang Alamat :Jl. Bunga 10- Malang

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan hamil 9 bulan dan mengeluh mules pada perut bagian bawah menjalar ke
punggung serta keluar lendir bercampur darah sejak pukul 21.00 WIB.

3. Tanda-tanda persalinan

Kontraksi uterus sejak tanggal 15 Mei 2012 jam 21.00 WIB

Kekuatan : kuat
Lokasi ketidaknyamanan : perut bagian bawah, menjalar ke punggung

Pengeluaran per vaginam

Lendir darah : ya

Air ketuban : tidak, banyaknya - cc, warna -

Darah : tidak ada, banyaknya - cc, warna -

4. Riwayat Menstruasi

a) Menarche : 12 tahun

b ) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 16 Agustus 2011

c) Siklus Menstruasi : teratur

d) Lama Menstruasi : 7 hari

Banyak Perdarahan : 3-4 kali ganti pembalut/ hari

e) Keluhan Terkait Menstruasi

Nyeri Haid : tidak ada

Fluor Albus : tidak ada

f) Perkiraan Taksiran Persalinan : 23 Mei 2012

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

a) ANC

Frekuensi : 5 kali teratur

Tempat : Bidan Tuti Darmawan

b) Gerakan Janin dalam 24 jam : 10x/12 jam

c) Tanda Bahaya Yang Timbul : tidak ada

d) Keluhan Umum Tentang Kehamilan Sekarang: -

e) Jenis Kelamin Bayi Yang Diinginkan: apa saja yang penting selamat

f) Kehawatiran –Kekhawatiran Khusus : tidak ada

g) Imunisasi TT

Imunisasi TT 1 : ya , tanggal 17-05-2009

Imunisasi TT 2: ya, tanggal 17-06-2009


Imunisasi TT 3 : ya, tanggal 17-12-2010

Imunisasi TT 4 : ya,tanggal 17-12-2011

Informasi yang pernah didapat : pola makan selama hamil (makan sedikit dan
sering serta makan makanan tinggi kalori tinggi protein), tanda bahaya selama kehamilan
(adanya perdarahan, ketuban pecah, gerakan janin berkurang, pusing hingga pandangan
kabur, bengkak pada wajah dan tangan) dan tanda-tanda persalinan

h) Terapi yang didapat beserta dosisnya : Fe 1 tablet/hari , B complex 1 tablet/hari.

6. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas Yang Lalu

Perkawinan ke: -

Kehamilan :-

Lahir :-

Penolong :-

Tempat Persali-nan :-

Bayi :-

Jenis Persalinan :-

Riwayat Persalinan/Nifas(HPP) :-

Hidup Umur : -

7. Riwayat Kontrasepsi

Ibu menyatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

8. Riwayat Kesehatan/Penyakit Yang Pernah Diderita Sekarang Dan Dahulu

Ibu menyatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan, seperti : DM, Asma

Ibu menyatakan tidak pernah menderita penyakit menular, seperti : TBC, Hepatitis, Penyakit
Menular Seksual, (HIV AIDS) dll

Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, ginjal, hipertensi, malaria

Ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi panggul

Ibu tidak pernah menderita keputihan

9. Riwayat Operasi

Ibu tidak pernah menjalani operasi sebelumnya

10. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu menyatakan dari keluarga suami/istri tidak ada yang menderita penyakit keturunan ,
seperti: DM, Asma

Ibu menyatakan dari keluarga suami/istri tidak ada yang menderita penyakit menular,
seperti : TBC, Hepatitis, Penyakit Menular Seksual dll

Ibu menyatakan dari keluarga suami/istri tidak ada yang memiliki keturunan kembar

Ibu menyatakan dari keluarga suami/istri tidak ada yang mengalami sindrom Down

11. Riwayat Sosial

a) Status Perkawinan

Menikah Berapa Kali : 1 kali

Lama Menikah : 2 tahun

b) Respon Ibu Dan Keluarga Terhadap Kehamilan : senang

c) Dukungan Keluarga : keluarga sangat mendukung

d) Pengambil Keputusan Dalam Keluarga : Suami

e) Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Tidak ada

f) Adat Yang Dipercaya : Tidak ada

g) Gizi Yang Dikonsumsi Dan Kebiasaan Makan

 Sebelum Hamil

Pola Makan : 3x/hari, keluhan (-)

Variasi Makanan : Porsi sedang, nasi, lauk : tahu, tempe, ikan,


daging, sayur : bayam, kangkung, buah
(pisang,pepaya,apel).

Minum : ± 8 gelas belimbing sehari

 Saat Hamil

Pola Makan : 3x/hari, keluhan (-)

Variasi Makanan : Porsi sedang, macam : nasi, sayur (kangkung,


bayam), lauk-pauk (tempe, tahu, ikan), buah
(pisang,papaya,apel)

nasi, lauk : tahu, tempe, ikan, daging, sayur :


bayam, kangkung.

Minum : ± 10 gelas belimbing sehari


h) Pola Istirahat

Istirahat Tidur Siang/Malam : Cukup,tidur malam 8 jam/hari, tidur 1 jam

Gangguan Tidur : tidak ada

i) Pola Eliminasi

BAB : 1 x/ hari konsistensi lunak, keluhan(-)

BAK : 6x/hr, warna jernih, keluhan (-)

j) Beban Kerja Dan Aktivitas Sehari-Hari

Pekerjaan : karyawan swasta dan ibu rumah tangga

Aktivitas Dalam Bekerja : ibu melakukan kegiatan sebagai ibu rumah


tangga seperti menyapu, mengepel, memasak dan mencuci baju.

k) Pola seksual

Frekuensi : 1 x/2 minggu

Keluhan : tidak ada

l) Kebiasaan Hidup Sehat, Merokok, Minum Minuman Keras, Penggunaan Obat


Terlarang( ibu dan keluarga yang lain)

Merokok : tidak pernah

Minum Alkohol : tidak pernah

Menggunakan Obat Terlarang : tidak pernah

m) Keadaan Psiko Sosio Spiritual/ kesiapan menghadapi proses persalinan

Pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan dan proses persalinan

- Ibu telah mengetahui tanda-tanda persalinan, yaitu perut mulas secara teratur,
mulasnya semakin sering dan lama, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar
cairan ketuban dari jalan lahir

- Ibu sudah mengetahui sekilas mengenai proses persalinan melalui cerita


ibunya, yaitu bayi dapat lahir saat pembukaan rahim telah lengkap, lalu akan dilakukan
bimbingan meneran oleh bidan hingga bayi berhasil dilahirkan.

Persiapan persalinan yang telah dilakukan (pendamping ibu, biaya, dll)

- Sudah mempersiapkan biaya persalinan dengan tabungan bersalin

- Sudah mempersiapkan perlengkapan persalinan untuk ibu dan bayi (jarit 2,


baju ganti 3, grito untuk ibu<sejenis stagen>, pakaian dalam untuk ganti, perlengkapan
mandi, grito bayi, baju bayi, gedong, topi bayi, kaos tangan, kaos kaki, minyak telon dan
bedak bayi )

- Sudah direncanakan suami yang akan mendampingi dalam proses persalinan.

- Ibu telah merencanakan untuk bersalin di Rumah Bidan Tuti Darmawan

- Sudah disiapkan donor darah dari keluarga untuk kemungkinan terjadi


komplikasi saat persalinan yaitu ayah dari ibu.

- Telah disiapkan alat transportasi dari bidan penolong untuk rujukan

Tanggapan ibu dan keluarga terhadap proses persalinan yang dihadapi

- Ibu dan keluarga merasa senang menyambut kelahiran bayi, karena ini adalah
anak pertama sekaligus cucu pertama.

B. DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

1. Kesadaran dan Postur Tubuh : baik, lordosis

2. Keadaan umum : Composmentis

3. Antropometri

TB : 156cm

BB : Sebelum Hamil 57 kg

Saat Hamil 69 kg

LILA : 26 cm

4. Vital Sign

Tekanan Darah : 120/ 70 mmHg

Nadi : 88 x/ menit

Suhu : 36,6 ° C

Respirasi : 24 x / menit

5. Memeriksa Kepala Dan Leher

• Edema Pada Wajah : tidak ada

• Chloasma gravidarum : tidak ada


• Memeriksa Mata

Conjunctiva : tidak pucat

Sklera : tidak ikterus

• Memeriksa Gigi

Caries : tidak ada

Epulis : tidak ada

• Palpasi Leher

Pembesaran Kelenjar Tiroid : tidak ada pembesaran

Bendungan Vena Jugularis : tidak ada

Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada

6. Memeriksa Payudara

• Inspeksi

Kesimetrisan : simetris/ normal

Putting Payudara : menonjol

Kebersihan payudara : bersih

• Palpasi

Kolostrum Atau Cairan Lain : tidak ada

Massa Atau Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada

7. Memeriksa Abdomen

• Inspeksi

Bekas Luka Operasi : tidak ada

Linea Alba/Nigra : ada

Striae livide/albicans : tidak ada

Pembesaran : membujur

Bentuk : normal, tidak menggantung


 Palpasi Abdomen Untuk Mengetahui Letak, Presentasi, Posisi Dan Penurunan
Kepala Janin

Leopold I : TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus, pada bagian

fundus teraba bagian bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)

Leopold II : pada bagian kiri perut ibu teraba bagian keras janin seperti
papan(punggung)

Leopold III : bagian terbawah janin teraba bagian keras, bulat dan tidak
dapat digerakkan (kepala), sudah masuk PAP

Leopold IV : divergen

TFU dalam cm : 36 cm

Perlimaan : 2/5

HIS : 10’. 3x. 30” Sedang

TBJ : 3875 gram

• Auskultasi

DJJ : punctum maksimum di kuadran kiri bawah perut ibu

Frekuensi : 148x / menit

Keteraturan : regular

Intensitas : Kuat

8. Memeriksa Tangan Dan Kaki

• Inspeksi Dan Palpasi

Edema, Pucat Pada Kuku Jari : tidak ada

• Varises : tidak ada

• Perkusi Reflek Patella : +/+

9. Anus

Hemoroid : tidak

Pemeriksaan Dalam

Tanggal 15 Mei 2012


Jam 03.20 WIB

Oleh Bidan Tuti Darmawan

v/v : lendir bercampur darah, tidak ada kondiloma, tidak odem, tidak varises, tidak ada
jaringan parut

v/t : Perineum elastis, tidak ada kelainan di jalan lahir vagina, pembukaan 5 cm,
effacement serviks 60 %, ketuban utuh, presentasi belakang kepala, molase 0 UUK kiri
depan, penurunan kepala di H-II

Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

II. DIAGNOSA

Diagnosa : G1 P0000 Ab000, UK 39 minggu, janin tunggal hidup intrauterin,


presentasi belakang kepala, inpartu kala 1 fase aktif

III. DIAGNOSA POTENSIAL

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

V. RENCANA TINDAKAN

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya

2. Siapkan obat dan peralatan untuk persalinan yang di butuhkan ( partus set , heacting set,
alat resusitasi )

3. Lakukan asuhan sayang ibu :

- Berikan dukungan emosional kepada ibu agar ibu tidak khawatir menghadapi
persalinan.

- Informasikan pada ibu mengenai proses persalinan dan batasan yang diberlakukan.

- Melakukan usapan pada abdomen dan punggung untuk mengurangi


ketidaknyamanan.
- Ajarkan cara bernafas yang benar saat terjadi kontraksi.

4. Anjurkan pada ibu untuk berjalan-jalan dan tidak terlalu sering tidur telentang

5. Lakukan pemeriksaan Nadi ibu, memeriksa DJJ janin setiap 30 menit, suhu tiap 2 jam,
Tekanan darah tiap 4 jam

6. Anjurkan ibu untuk minum susu, teh, atau makan makanan yang cukup gizi

7. Jelaskan pada ibu tentang kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi.

8. Anjurkan pada ibu untuk banyak berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

VI. TINDAKAN

Tanggal : 15 Mei 2012 Jam : 03.35 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya

2. Menyiapkan obat dan peralatan untuk persalinan yang di butuhkan ( partus set , heacting
set, alat resusitasi )

3. Melakukan asuhan sayang ibu :

- Memberikan dukungan emosional kepada ibu agar ibu tidak khawatir menghadapi
persalinan.

- Menginformasikan pada ibu mengenai proses persalinan dan batasan yang


diberlakukan.

- Melakukan usapan pada abdomen dan punggung untuk mengurangi


ketidaknyamanan.

- Mengajarkan cara bernafas yang benar saat terjadi kontraksi.

4. Menganjurkan pada ibu untuk berjalan-jalan tidak terlalu sering tidur telentang

5. Melakukan pemeriksaan Nadi ibu, memeriksa DJJ janin setiap 30 menit, suhu tiap 2 jam,
Tekanan darah tiap 4 jam

6. Menganjurkan ibu untuk minum susu, teh, atau makan makanan yang cukup gizi

7. Menjelaskan pada ibu tentang kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi.

8. Menganjurkan pada ibu untuk banyak berdoa sesuai dg agama dan kepercayaannya.

VII. EVALUASI
Tanggal : 15 Mei 2012 Jam : 07.00 WIB

1. Keadaan ibu sudah tenang

2. Kemajuan persalinan berlangsung lebih cepat

3. Ibu sudah mengkonsumsi satu mangkok sayur sop tanpa nasi ,meminum susu juga
memakan buah jeruk dan pear, makan roti, dan sudah minum dua gelas air mineral.
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2012

Jam : 07.30 WIB

S : Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengejan

O : KU baik

Kesadaran composmentis

Tanda vital

TD : 120/80 mmHg Nadi : 82 x/menit

RR : 22 x/menit Suhu : 370 C

DJJ 145 x/menit, teratur

His 4 x dalam 10, teratur lamanya 45 detik

v/v : keluar lendir bercampur darah, vulva dan sfingter ani membuka , perineum
menonjol

v/t : pembukaan 10 cm, eff 100 %, ketuban (-) jernih, presentasi belakang kepala,
UUK anterior, molase 0, hodge III,tidak teraba bagian kecil janin

A : G1P0000A000 UK 38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala,


inpartu kala II

P : Menginformasikan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan kondisi janin
baik.

Meminta keluarga untuk membantu ibu dalam posisi yang nyaman dan memberikan
minum pada saat ibu merasa lelah

Membimbing ibu untuk meneran ketika ada dorongan untuk meneran

Meminta ibu untuk bernafas biasa jika tidak ada kontraksi

Memeriksa DJJ diantara kontraksi

Menolong kelahiran kepala dengan perasat Ritgen.


Tanggal Pengkajjian : 16 Mei 2012

Jam : 07.45 WIB

S : Ibu merasa ingin mengejan serta ibu merasa lelah dan haus.

O : KU lemah dan pucat

Kesadaran composmentis

Tanda vital

TD : 90/70 mmHg Nadi : 90 x/menit

RR : 25 x/menit Suhu : 36,80 C

DJJ 150 x/menit, teratur

His 4 x dalam 10, tidak teratur lamanya 45 detik

Ibu meneran dengan baik, kepala sudah lahir tidak ada lilitan tali pusat tetapi tidak
melakukan putar paksi luar

A : G1P0000A000 UK 38 minggu inpartu kala II dengan distosia bahu

P : Memberikan infus RL 20 tetes per menit

Melakukan tarikan curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan

Melakukan episiotomy mediolateral untuk memperluas jalan lahir

Melakukan tekanan suprapubik untuk membantu bahu depan bebas dari simpisis

Melakukan Maneuver Mc Robert

- Bahu tetap tertahan setelah dilakukan Maneuver Mc Robert

Melakukan maneuver Woods dengan posisi merangkak.

- Seluruh badan bayi lahir

Tanggal Pengkajjian : 16 Mei 2012

Jam : 07.50 WIB

S : Ibu merasa perutnya masih terasa mules


pemeriksaan pada ibu
KU lemah dan pucat
Kesadaran composmentis
Tanda vital
TD : 90/70 mmHg Nadi : 90 x/menit
RR : 25 x/menit Suhu : 36,80 C
His 4x dalam 10, teratur lamanya 30 detik
Pemeriksaan pada bayi
As : 7-8
Jenis kelamin bayi laki - laki

A : P1001A000 inpartu kala III

P : Memberikan suntikan oksitosin 10 IU IM pada sepertiga paha kanan atas bagian luar

Memotong tali pusat bayi

Meletakkan bayi pada dada ibu untuk kontak kulit dan IMD

Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Melahirkan plasenta

Melakukan massase fundus sampai kontraksi uterus baik

Memeriksa kelengkapan plasenta baik sisi maternal maupun fetal

Memeriksa laserasi pada perineum dan vagina

Melakukan estimasi perdarahan

Tanggal Pengkajjian : 16 Mei 2012

Jam : 07.55 WIB

S : Ibu merasa lelah dan pusing

O : KU lemah ,pucat

Kesadaran composmentis

Tanda vital

TD : 90/70 mmHg Nadi : 88 x/menit

RR : 25 x/menit Suhu : 36,80 C


His 3x dalam 10, teratur lamanya 30 detik

Plasenta lahir lengkap


Perdarahan 450 cc
Laserasi derajat 3

A : P1001A000 inpartu kala IV dengan laserasi derajat 3

P : Menambah jumlah tetesan infuse menjadi 40 tetes per menit

Memantau kondisi bayi

Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan bayi sekarang

Merujuk ibu ke Rumah Sakit


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalulama
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal seringterjadi
apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.Distosia bahu
merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macetdiatas sacral promontory
karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, ataubahu tersebut bisa lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum(tulang ekor). Lebih mudahnya
distosia bahu merupakan kejadian dimanatersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan.

4.2 Saran

Diharapkan kepada ibu yang selama dalam masa kehamilan agar


melakukankunjungan / pemeriksaan kehamilan, dengan tujuan untuk mengetahui perubahan
beratbadan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupunibu
yang mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosaapakah ibu bisa
bersalin secara normal atau tidak normal.
DAFTAR PUSTAKA

Winkjosastro, Hanifah. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sastrawinata S, Wirakusumah MA. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi


(Ed. 2). Jakarta: EGC, 2004; p. 121.

Simkin P, Ancheta R. Buku Saku Persalinan terjemahan. Jakarta: EGC, 2005.

Cunningham FG, Gant NF, et al. Obstetri Williams (Ed. 21). Jakarta: EGC, 2005;

p. 487-90.

Anda mungkin juga menyukai