BLOK 4.C
Kelompok : 5 ( lima )
PRODI S1 KEBIDANAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yangmenyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) dibawah rambut pubis. Dorongan saat ibu mengedan akan
menyebabkan bahu depan (anterior ) berada dibawah pubis.Bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miringpanggul dan tetap berada pada
posisi anterior posterior , pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap
simfisis. Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
melipat kedalam panggul (misalnya pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek padamultipara sehingga kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat padasaat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu
tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk
kedalampanggul. Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi
bayiyang lahir dengan badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3 % dan yang lebih dari
4500gram adalah 0,4 %. Pernah dilaporkan berat bayi lahir pervaginam 10,8 – 11,3
Kg(Lewellpyn, 2001).
1.3 Tujuan
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap
langkah disempurnakan secara periodik, proses dimulai dari pengumpulan data dan berakhir
dengan evaluasi. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :
1.Riwayat kesehatan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data dasar yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik, diagnosis kebidanan yang ditegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktek kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis
kebidanan. Standar nomenklatur tersebut adalah :
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi, langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien, bidan diharapkan bersiap – siap bila diagnosis / masalah potensial ini benar-benar
terjadi.
Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh yang telah ditentukan oleh
langkah – langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
saja yang sudah teridentifikasidari kondisi klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan konseling, merujuk klien bila ada masalah sosial ekonomi kultural atau masalah
psikologi, setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien) agar
dapat dilaksanakan dengan efektif.
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dari langkah kelima harus
dilaksanakan secara efesien dan aman, pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebahagian dilakukan oleh bidan dan sebahagian lagi dilakukan oleh pasien.
Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis, rencana tersebut dapat
dianggap efektif bila benar – benar efektif dalam pelaksanaannya.
Metode dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah metode SOAP, yang
merupakan catatan yang bersifat sederhana,jelas,simgkat dan logis.SOAP terdiri dari :
S=Subyektif
O=Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab dan tes diagnosis
lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment sebagai langkah 1
varney.
A=Assessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi:
3. Perlunya tindakan segera oleh Bidan atau Dokter, konsultasiatau kolaborasi atau rujukan
sebagai langkah 2, 3 dan 4 varney.
P=Planning
2.3.1 Pengertian
Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalulama
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal seringterjadi
apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.Kelainan persalinan
ini adalah konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendir iatau berkombinasi: a).
kelainan gaya dorong (ekspulsi) baik akibat gaya uterus yangkurang kuat atau kurangnya
koordinasi untuk melakukan pendataran dan dilatasiserviks (disfungsi uterus), maupun
kurangnya upaya otot volunteer selama persalinankala dua, b). kelainan tulang panggul ibu
yaitu panggul sempit, c) kelainan presentasi,posisi atau perkembangan janin dan kelainan
jaringan lunak saluran reproduksi yangmembentuk halangan bagi turunnya janin.
(Cunningham, Gary: 2005).
Klasifikasi Distosia :
1.Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Namun,pada
distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar
yang normal.
2.Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar.Begitu
juga dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga mengalami obesitas.
3.Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak
berhasilmelahirkan bahu.
6.Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga
tampak masuk kembali ke dalam vagina.
2.3.3 Etiologi
1.Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan atau powers).
2.Perubahan struktur pelvis (jalan lahir atau passage). Walaupun kekuatangaya
ekspulsifnya mungkin normal, memiliki kelainan struktur ataukarakter jalan lahir
yang menimbulkan hambatan mekanis terhadap turunnya bagian terbawah janin yang
tidak teratasi
2.3.4 Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkankepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akanberada pada
sumbu miring (oblique) di bawah rambut pubis. Dorongan pada saat ibumeneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahugagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetapberada pada posisi anteroposterior,
pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahudepan terhadap simfisis sehingga bahu tidak
bisa lahir mengikuti kepala.
2.3.5 Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya
tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karenakepala yang besar
atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul
atau karena bahu yang lebar sulit melalui ronggapanggul. Bahu yang lebar selain dijumpai
pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi
kelahiran bagian-bagian lain macetkarena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat
asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit
dapat berakibat perlukaanpada nervus brokhialis & muskulus sternokleidomastoidelis.
2.3.6 Komplikasi
1.Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partuslama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. bakteri di dalam cairan amnion danmenginvasi
desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsispada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yangterinfeksi adalah konsekuensi
serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tanganakan memasukkan bakteri vagina ke
dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai
terjadi distosia.
2.Rupture uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus
lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio
sesaria. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga
kepala tidak cakap dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat
terengang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.
3.Cincin retraksi patologisCincin ini sering timbul akibat persalianan yang terhambat,
disertai peregangandan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini,
cincin dapatterlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman
akanrupturya segmen bawah uterus.
5.Cedera otot dasar panggulSaat pelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan
langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini
meregangkandan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan
anatomis diotot, saraf dan jaringan ikat.
6.Efek pada janinApabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta
infeksiintrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul infeksi intrapartum bukan sajamerupakan
penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab pentingkematian dan
neonates. Hal ini disebabkan karena bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadibakterimia pada ibu dan janin.
Pneumoni janin, akibat aspirasi cairan amnion yangterinfeksi adalah konsekuensi serius
lainnya.
Sejumlah karakteristik ibu, janin dan intrapartum sering menyertai distosia bahu.
beberapa faktor risiko pada ibu, termasuk obesitas, multiparitas dan diabetesberpengaruh
terhadap distosia bahu akibat pengaruhnya pada peningkatan berat lahir.Hubungan antara
kehamilan lewat waktu dengan distosia bahu tampaknya disebabkan karena banyak janin
terus tumbuh setelah usia 42 minggu. Penyulit intrapartum yangdihubungkan dengan distosia
bahu adalah pelahiran dengan forceps tengah sertapersalinan kala satu dank ala dua yang
memanjang.
2.3.8 Penatalaksanaan
Posisi Walcher: Hiperfleksi kaki kearah perut sehingga terjadi pelebaran jalan lahir
dan mengubah sudut inklinasi dari 25 derajat menjadi 10 derajat.
Kepala janin tarik curam kebawah sehingga memudahkan persalinan bahu depan
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomensebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanansuprapubic secara bersamaan
(panah vertikal).
Kepala ditarik curam kebawah, sehingga bahu depan lebih mudah masuk PAP
Fundus uteri didorong kebawah sehingga lebih menekan bagian terendah janin,
untuk masuk PAP
Bahu belakang diputar menjadi bahu depan sehingga secara spontan lahir
Maneuver Wood
Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahukemudian diputar 180
derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis.
5. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain denganmelakukan tekanan pada
abdomen ibu, bila tidak berhasil makadilakukan langkah berikutnya yaitu :
Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkaudan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan iniuntuk melakukan abduksi kedua bahu
anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis
pubis.
6. Manuver Zevanelli
Kepala janin sudah berada diluar, dimasukkan kembali kedalamvagina Diikuti
dengan persalinan seksio sesarea
Bahaya besar karena akan terjadi ekstensi luka operasi di SBR danmenimbulkan
trauma jalan lahir lebih besar.
7. Teknik Kleidotomi
Dilakukan pemotongan tulang klavikula bawah sehingga volumebahu mengecil dan
selanjutnya persalinan dapat berlangsung
Bila diperlukan dapat dilakukan pemotongan tulang klavikula depan
8. Simfisiotomi
Untuk melebarkan jalan lahir sehingga bahu dapat lahir.
Komplikasi simfiotomi :
Ketidaknyamanan yang berkepanjangan dan nyeri
Ruptura vesika urinaria
(Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri ; Ginekologi dan KB ;455)
Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif. Populasi penelitian ialah semua pasien
remaja yang dirawat di Bagian Obstetri Ginekologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013. Kriteria pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah semua pasien remaja yang didiagnosis dengan atau tanpa penyakit
penyerta.
Dari data ditemukan hasil bahwa ditemukan bahwa persentase kasus distosia remaja
tertinggi ditemukan pada tahun 2013 sebesar 7 kasus dari total persalinan pada tahun 5140
yaitu 0,13 %. Kasus distosia paling banyak ditemukan pada kelompok remaja umur 16-19
tahun yaitu sebesar 100%. Bahwa pada pasien distosia dengan paritas 0, memiliki insiden
paling tinggi (50%). Bahwa distosia remaja paling banyak disebabkan karena masalah letak
dan bentuk (passanger) (58,33%). Tindakan utama yang paling banyak dilakukan pada kasus
distosia yaitu operasi seksio (66,67%). Distribusi Pasien Distosia pada Remaja Menurut
Komplikasi Penanganan di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari
2012-31 Desember 2013.
Persalinan distosia pada remaja umumnya terjadi pada usia >16 tahun, dengan
penyebab yang paling sering Ialah faktor letak dan bentuk janin, serta faktor jalan lahir.
Tindakan utama yang paling banyak dilakukan pada distosia yaitu operasi seksio setelah
persalinan percobaan kemudian gagal. Distosia jarang menimbulkan komplikasi yang berarti,
oleh karena itu hasil akhir dari pasien dengan distosia sangat baik.
BAB III
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan dan mengeluh mules pada perut bagian bawah menjalar ke
punggung serta keluar lendir bercampur darah sejak pukul 21.00 WIB.
3. Tanda-tanda persalinan
Kekuatan : kuat
Lokasi ketidaknyamanan : perut bagian bawah, menjalar ke punggung
Lendir darah : ya
4. Riwayat Menstruasi
a) Menarche : 12 tahun
a) ANC
e) Jenis Kelamin Bayi Yang Diinginkan: apa saja yang penting selamat
g) Imunisasi TT
Informasi yang pernah didapat : pola makan selama hamil (makan sedikit dan
sering serta makan makanan tinggi kalori tinggi protein), tanda bahaya selama kehamilan
(adanya perdarahan, ketuban pecah, gerakan janin berkurang, pusing hingga pandangan
kabur, bengkak pada wajah dan tangan) dan tanda-tanda persalinan
Perkawinan ke: -
Kehamilan :-
Lahir :-
Penolong :-
Tempat Persali-nan :-
Bayi :-
Jenis Persalinan :-
Riwayat Persalinan/Nifas(HPP) :-
Hidup Umur : -
7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu menyatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan, seperti : DM, Asma
Ibu menyatakan tidak pernah menderita penyakit menular, seperti : TBC, Hepatitis, Penyakit
Menular Seksual, (HIV AIDS) dll
9. Riwayat Operasi
Ibu menyatakan dari keluarga suami/istri tidak ada yang menderita penyakit menular,
seperti : TBC, Hepatitis, Penyakit Menular Seksual dll
Ibu menyatakan dari keluarga suami/istri tidak ada yang memiliki keturunan kembar
Ibu menyatakan dari keluarga suami/istri tidak ada yang mengalami sindrom Down
a) Status Perkawinan
Sebelum Hamil
Saat Hamil
i) Pola Eliminasi
k) Pola seksual
- Ibu telah mengetahui tanda-tanda persalinan, yaitu perut mulas secara teratur,
mulasnya semakin sering dan lama, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar
cairan ketuban dari jalan lahir
- Ibu dan keluarga merasa senang menyambut kelahiran bayi, karena ini adalah
anak pertama sekaligus cucu pertama.
B. DATA OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
3. Antropometri
TB : 156cm
BB : Sebelum Hamil 57 kg
Saat Hamil 69 kg
LILA : 26 cm
4. Vital Sign
Nadi : 88 x/ menit
Suhu : 36,6 ° C
Respirasi : 24 x / menit
• Memeriksa Gigi
• Palpasi Leher
6. Memeriksa Payudara
• Inspeksi
• Palpasi
7. Memeriksa Abdomen
• Inspeksi
Pembesaran : membujur
Leopold II : pada bagian kiri perut ibu teraba bagian keras janin seperti
papan(punggung)
Leopold III : bagian terbawah janin teraba bagian keras, bulat dan tidak
dapat digerakkan (kepala), sudah masuk PAP
Leopold IV : divergen
TFU dalam cm : 36 cm
Perlimaan : 2/5
• Auskultasi
Keteraturan : regular
Intensitas : Kuat
9. Anus
Hemoroid : tidak
Pemeriksaan Dalam
v/v : lendir bercampur darah, tidak ada kondiloma, tidak odem, tidak varises, tidak ada
jaringan parut
v/t : Perineum elastis, tidak ada kelainan di jalan lahir vagina, pembukaan 5 cm,
effacement serviks 60 %, ketuban utuh, presentasi belakang kepala, molase 0 UUK kiri
depan, penurunan kepala di H-II
Pemeriksaan Penunjang
II. DIAGNOSA
V. RENCANA TINDAKAN
2. Siapkan obat dan peralatan untuk persalinan yang di butuhkan ( partus set , heacting set,
alat resusitasi )
- Berikan dukungan emosional kepada ibu agar ibu tidak khawatir menghadapi
persalinan.
- Informasikan pada ibu mengenai proses persalinan dan batasan yang diberlakukan.
4. Anjurkan pada ibu untuk berjalan-jalan dan tidak terlalu sering tidur telentang
5. Lakukan pemeriksaan Nadi ibu, memeriksa DJJ janin setiap 30 menit, suhu tiap 2 jam,
Tekanan darah tiap 4 jam
6. Anjurkan ibu untuk minum susu, teh, atau makan makanan yang cukup gizi
7. Jelaskan pada ibu tentang kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi.
8. Anjurkan pada ibu untuk banyak berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
VI. TINDAKAN
2. Menyiapkan obat dan peralatan untuk persalinan yang di butuhkan ( partus set , heacting
set, alat resusitasi )
- Memberikan dukungan emosional kepada ibu agar ibu tidak khawatir menghadapi
persalinan.
4. Menganjurkan pada ibu untuk berjalan-jalan tidak terlalu sering tidur telentang
5. Melakukan pemeriksaan Nadi ibu, memeriksa DJJ janin setiap 30 menit, suhu tiap 2 jam,
Tekanan darah tiap 4 jam
6. Menganjurkan ibu untuk minum susu, teh, atau makan makanan yang cukup gizi
7. Menjelaskan pada ibu tentang kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi.
8. Menganjurkan pada ibu untuk banyak berdoa sesuai dg agama dan kepercayaannya.
VII. EVALUASI
Tanggal : 15 Mei 2012 Jam : 07.00 WIB
3. Ibu sudah mengkonsumsi satu mangkok sayur sop tanpa nasi ,meminum susu juga
memakan buah jeruk dan pear, makan roti, dan sudah minum dua gelas air mineral.
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2012
O : KU baik
Kesadaran composmentis
Tanda vital
v/v : keluar lendir bercampur darah, vulva dan sfingter ani membuka , perineum
menonjol
v/t : pembukaan 10 cm, eff 100 %, ketuban (-) jernih, presentasi belakang kepala,
UUK anterior, molase 0, hodge III,tidak teraba bagian kecil janin
P : Menginformasikan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan kondisi janin
baik.
Meminta keluarga untuk membantu ibu dalam posisi yang nyaman dan memberikan
minum pada saat ibu merasa lelah
S : Ibu merasa ingin mengejan serta ibu merasa lelah dan haus.
Kesadaran composmentis
Tanda vital
Ibu meneran dengan baik, kepala sudah lahir tidak ada lilitan tali pusat tetapi tidak
melakukan putar paksi luar
Melakukan tekanan suprapubik untuk membantu bahu depan bebas dari simpisis
P : Memberikan suntikan oksitosin 10 IU IM pada sepertiga paha kanan atas bagian luar
Meletakkan bayi pada dada ibu untuk kontak kulit dan IMD
Melahirkan plasenta
O : KU lemah ,pucat
Kesadaran composmentis
Tanda vital
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan bayi sekarang
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalulama
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal seringterjadi
apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.Distosia bahu
merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macetdiatas sacral promontory
karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, ataubahu tersebut bisa lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum(tulang ekor). Lebih mudahnya
distosia bahu merupakan kejadian dimanatersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan.
4.2 Saran
Cunningham FG, Gant NF, et al. Obstetri Williams (Ed. 21). Jakarta: EGC, 2005;
p. 487-90.