Anda di halaman 1dari 12

“Memahami Hak Ingkar dalam Proses Arbiter”

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Alternatif Penyelesaian Sengketa

Dosen pengampu:

Suyikno, S.Ag, MH

Disusun oleh:
Kelompok 4

Yullyta Eka Trisnantasari C05217014


Khalwah Faridah C95217024
Anjar Fitriyah C95217033

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami mengucapkan kepada Allah SWT. yang telah


memberikan rahmat serta ridha-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang selalu mendukung
kami, baik dalam bentuk materi maupun doanya, dan kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing kami dengan baik,
serta kepada teman-teman Mahasiswa yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT. senantiasa
melindungi. Aamiin.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita


semua guna memperluas wawasan kita. dan kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, Maret 2020

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.........................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................2

BAB II Pembahasan........................................................................................................3

A. Pengertian dan Pengaturan Hak Ingkar.................................................................3


B. Alasan Diajukan Hak Ingkar.................................................................................4
C. Pengajuan Hak Ingkar...........................................................................................5

BAB III Penutup..............................................................................................................8

A. Kesimpulan............................................................................................................8

Daftar Pustaka.................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum


sebagai landasan dalam seluruh aktivitas negara dan masyarakat. Komitmen
Indonesia sebagai negara hukumpun selalu dan hanya dinyatakan secara tertulis
dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen yang
berbunyi: Indonesia adalah negara hukum. Negara Indonesia sebagai negara
hukum memberikan pengertian bahwa segala tindak tanduk, sikap,dan tingkah
laku setiap warg anegara maupun pemimpin harus didasarkan oleh hukum,
sehingga mereka mempunyai tingkah lakunya yang baik dan tidak terjerumus
pada yang tidak baik.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang dalam


tahap pembangunan diberbagai bidang, sehingga mempengaruhi sebagian
bidang kehidupan manusia. Pesatnya kemajuan teknologi dunia saat ini, pada
satu sisi memberikan dampak yang positif, namun di sisi lain dapat
menimbulkan perbedaan paham, perselisihan pendapat maupun pertentangan
dan konflik. Sengketa dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
masing-masing para pihak, yaitu apabila ada interaksi antara dua orang atau
lebih, dimana salah satu pihak percaya bahwa kepentingannya tidak sama
dengan kepentingan yang lain.

Kehidupan bermasyarakat sangatlah dinamis, sehingga tidak jarang antara


satu warga masyarakat dengan masyarakat lainnya terjadi perselisihan karena
adanya perbedaan kepentingan. Dalam kehidupan bermasyarakat setiap
masyarakat memiliki berbagai macam cara untuk memperoleh kesepakatan
dalam proses perkara atau untuk penyelesaian sengketa dan konflik. Setiap cara
yang dipakai, untuk penyelesaian suatu sengketa tertentu jelas memiliki
konsekuensi, baik bagi para pihak yang bersengketa maupun masyarakat dalam
arti seluas-luasnya. Demikian juga halnya dalam penyelesaian sengketa

1
arbitrase, yang merupakan sebuah prosedur hukum, menyangkut proses gugatan
di hadapan pihak ketiga sebagai pembuat keputusan, yang sekaligus bertindak
selaku pihak yang akan memeriksa gugatan tersebut.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan pengaturan hak ingkar ?
2. Apa yang menjadi alasan diajukan hak ingkar?
3. Bagaimana prosedur pengajuan hak ingkar?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian dan pengaturan hak ingkar.
2. Mengetahui yang menjadi alasan diajukan hak ingkar.
3. Memaparkan prosedur pengajuan hak ingkar.

1
Hartarto Mokoginta, Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan Melalui Arbitrase, Lex Privatum,
Vol.I/No.1/2013, hal: 47.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Pengaturan Hak Ingkar

Hak ingkar sebenarnya bukanlah suatu istilah baru di dalam ilmu hukum,
melainkan hak ingkar dalam banyak hal seringkali dikaitkan dengan istilah
bahasa Belanda yaitu “verschoningsrecht”. Dalam literatur hukum (Belanda)
yang masih berlaku sampai saat ini di Indonesia, diatur dalam ketentuan pasal
1909 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, pasal 146 dan pasal 277 Reglemen
Indonesia yang diperbaharui (RIB = HIR), yang merupakan ketentuan-ketentuan
dan aturan-aturan hukum yang berlaku dalam hukum acara perdata.2

Pengertian verschoningsrecht tersebut bukanlah suatu hak, melainkan


merupakan suatu kewajiban yang harus dipikul oleh mereka yang oleh undang-
undang diberikan hak ingkar. Disebut dengan hak ingkar karena pada dasarnya
hak tersebut merupakan pengecualian (atau pengingkaran) dari suatu kewajiban
yang dibebankan oleh undang-undang. Misalnya, seseorang mempunyai hak
ingkar yang dapat digunakan untuk mengundurkan diri sebagai saksi dalam
suatu perkara perdata karena adanya hubungan keluarga.3

Hak ingkar adalah hak dari para pihak yang bersengketa untuk menolak
salah satu atau lebih arbiter yang berdasarkan yang berdasarkan bukti-bukti kuat
terdapat alasan-alasan yang meragukan objektivitas dalam memberikan
keputusan. Dalam Undang-undang No. 30 Tahun 1999 hak ingkar diatur dalam
pasal 22 ayat 1 yang berbunyi:4

2
Ibid, hal: 53.
3
Cicut Sutiarso, Pelaksanaan Putusan Arbitrase dalam Sengketa Bisnis. (Jakarta: IKAPI DKI Jakarta
2011), hal: 109.
4
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya, (Jakarta:
Kencana, Cet.3, 2017), hal: 140.

3
“Terhadap arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup
bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan melakukan
tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam mengambil keputusan”

Ketentuan tersebut untuk menjamin agar arbiter tersebut benar-benar


mampu bersikap professional, imparsial, objektif dan independen dalam
mengambil keputusan.

Permasalahan berkaitan dengan hak ingkar pada dasarnya tidak hanya


dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh berbagai negara di dunia. Hak ingkar
bisa dijadikan sebagai sarana bagi pihak yang beriktikad buruk untuk menunda
putusan. Dengan demikian peluang hak ingkar ini dipersempit dengan
menegaskan bahwa hak ingkar dapat dilakukan jika memang terbukti bahwa
arbiter berada dalam posisi yang tidak netral. Ketentuan ini sudah diakomodasi
dalam Pasal 12 UNCITRAL Arbitration Rules.5

B. Alasan Diajukan Hak Ingkar

Alasan yang dapat diajukan hak ingkar terhadap salah satu atau lebih
para arbiter adalah karena ada keraguan bahwa arbiter tersebut tidak akan dapat
mengambil putusannya secara objektif. Hak ingkar dapat dilakukan jika terbukti
adanya:6

1. Hubungan kekeluargaan dengan salah satu pihak atau kuasanya;


2. Hubungan keuangan dengan dengan salah satu pihak atau kuasanya;
3. Hubungan pekerjaan dengan salah satu pihak atau kuasanya;

Terdapat arbiter yang diangkat oleh para pihak (tidak dengan penetapan
pengadilan), maka hak ingkar oleh salah satu atau kedua belah pihak hanya
dapat diajukan jika alasan-alasan potensial yang menyebabkan tidak objektifya
arbiter tersebut baru diketahui setelah pengangkatan arbiter itu. Jika alasan
tersebut sudah diketahui sebelumnya, hak ingkar tidak dapat digunakan lagi

5
Ibid, hal: 140.
6
Ibid.

4
karena dianggap para pihak sudah mengenyampingkan hak ingkarnya.
Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 24 ayat (1) UU No.30 Tahun 1999:

“Arbiter yang diangkat tidak dengan penetapan pengadilan, hanya dapat


diingkari berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang menggunakan
hak ingkarnya setelah pengangkatan arbiter yang bersangkutan”

Dalam penjelasan Pasal 24 ayat (1) dijelaskan sebagai berikut:7

“Sebelum mengangkat arbiter, para pihak tentu sudah memperhitungkan adanya


kemungkinan yang menjadi alasan untuk menggunakan hak ingkar. Namun
apabila arbiter tersebut tetap diangkat oleh para pihak, maka para pihak pihak
dianggap telah sepakat untuk tidak menggunakan hak ingkar berdasarkan fakta-
fakta yang mereka ketahui ketika mengangkat arbiter tersebut. Namun hal ini
tidak menutup kemungkinan munculnya fakta-fakta baru yang tidak diketahui
sebelumnya, sehingga memberikan hak kepada para pihak untuk menggunakan
hak ingkar berdasarkan fakta baru tersebut.”

C. Pengajuan Hak Ingkar

Tuntutan ingkar harus diajukan secara tertulis baik kepada pihak lain
maupun kepada pihak arbiter yang bersangkutan dengan menyebutkan alsan
tuntutannya. Berikut adalah prosedur dan cara pengajuan hak ingkar tergantung
kepada beberapa faktor:8

a. Hak ingkar terhadap arbiter secara umum, hak ingkar dapat diajukan yakni
diajukan kepada arbiter yang bersangkutan.
b. Hak ingkar terhadap arbiter yang diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri,
diajukan ke Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
c. Hak ingkar kepada arbiter tunggal, dalam arti hanya satu arbiter yang akan
menyelesaikan sengketa yang bersangkutan, maka hak ingkar diajukan
kepada arbiter yang bersangkutan.
7
Ibid, hal: 141.
8
Ibid: hal: 142.

5
d. Hak ingkar kepada anggota majelis arbiter, jika arbitrase tersebut suatu
majelis, maka hak ingkar diajukan terhadap majelis arbitrase yang
bersangkutan.

Tidak setiap saat hak ingkar dapat diajukan, pada prisnsipnya hak ingkar
hanya dapat diajukan apabila alasan-alasan pengingkaran tersebut baru
diketahui:9

a. Setelah pengangkatannya dalam hal pengangkatan arbiter tersebut tidak


lewat penetapan pengadilan. Hal ini disebabkan, apabila alasan-alasan
tersebut telah diketahui sebelum pengangkatan arbiter, tetapi para pihak
tetap saja mengangkat atau menyetujui pengangkatannya sebagai arbiter.
Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa para pihak tidak
menggunakan hak ingkar tersebut.
b. Setelah adanya penetapan pengadilan dalam hal pengangkatan arbiter
tersebut dilakukan lewat suatu penetapan pengadilan.

Akan tetapi tidak setiap saat setelah pengangkatan arbiter atau setelah
diterimanya penatapan pengadilan dapat diajukan hak ingkar. Hak ingkar hanya
dapat diajukan dalam jangka waktu:10

a. Empat belas hari sejak pengangkatannya, dalam hal alasan sudah diketahui
sebelum penunjukkan arbiter oleh pihak lawan.
b. Empat belas hari sejak diketahuinnya alasan penolakan dalam hal alasan
tersebut baru diketahui setelah pengangkatan arbiter yang bersangkutan.

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 mensyaratkan agar hak ingkar


dengan cara-cara sebagai berikut:11

a. Harus diajukan secara tertulis


b. Diajukan baik terhadap lawan maupun terhadap pihak arbitrase yang
bersangkutan
9
Ibid, hal: 143.
10
Ibid.
11
Ibid.

6
c. Diajukan haruslah dengan menyebutkan alasan tuntutan hak ingkar
tersebut.

Tata cara untuk menggunakan hak ingkar diatur dalam pasal 24 UU No.
30 Tahun 1999 sebagai berikut:12

1. Arbitrase yang diangkat tidak dengan penetapan pengadilan, hanya dapat


diingkari berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang
mempergunakan hak ingkarnya setelah pengangkatan arbitrase yang
bersangkutan.
2. Arbitrase yang diangkat dengan penetapan pengadilan, hanya dapat
diingkari berdasarkan alasan yang diketahuinya setelah adanya
penerimaan penetapan pengadilan tersebut.
3. Pihak yang keberatan terhadap penunjukan seorang arbiter yang dilakukan
oleh pihak lain, harus mengajukan tuntutan ingkar dalam waktu paling
lama 14 hari sejak pengangkatan.
4. Dalam hal alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1) dan (2)
UU No. 30 Tahun 1999 diketahui kemudian, tuntutan ingkar harus
diajukan dalam waktu paling lama 14 hari sejak diketahuinya hal tersebut.
5. Tuntutan ingkar harus secara tertulis, baik kepada pihak lain maupun
kepada hak arbiter yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan
tuntutannya.
6. Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu pihak, tidak
disetujui oleh pihak lain, arbiter yang bersangkutan harus mengundurkan
diri dan seorang arbiter pengganti akan ditunjuk sesuai dengan cara yang
ditentukan dalam Undang-undang ini.

12
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa Diluar Pengadilan, (Jakarta: Visimedia,
2011), hal : 74.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak ingkar adalah hak dari para pihak yang bersengketa untuk menolak
salah satu atau lebih arbiter yang berdasarkan yang berdasarkan bukti-bukti kuat
terdapat alasan-alasan yang meragukan objektivitas dalam memberikan
keputusan. Dalam Undang-undang No. 30 Tahun 1999 hak ingkar diatur dalam
pasal 22 ayat 1 yang berbunyi: “Terhadap arbiter dapat diajukan tuntutan
ingkar apabila terdapat cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan
bahwa arbiter akan melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak
dalam mengambil keputusan”.

Alasan yang dapat diajukan hak ingkar terhadap salah satu atau lebih
para arbiter adalah karena ada keraguan bahwa arbiter tersebut tidak akan dapat
mengambil putusannya secara objektif. Hak ingkar dapat dilakukan jika terbukti
adanya: Hubungan kekeluargaan dengan salah satu pihak atau kuasanya,
hubungan keuangan dengan dengan salah satu pihak atau kuasanya, hubungan
pekerjaan dengan salah satu pihak atau kuasanya.

Prosedur pengajuan Hak ingkar dijelaskan dalam Undang-undang No. 30


Tahun 1999 mensyaratkan agar hak ingkar dengan cara-cara sebagai berikut:
harus diajukan secara tertulis, diajukan baik terhadap lawan maupun terhadap
pihak arbitrase yang bersangkutan, diajukan haruslah dengan menyebutkan
alasan tuntutan hak ingkar tersebut. Lalu tata cara untuk menggunakan hak
ingkar selanjutnya diatur dalam pasal 24 UU No. 30 Tahun 1999.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mokoginta, Hartarto. 2013 Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan Melalui


Arbitrase. Lex Privatum. Vol.I/No.1/.
Nugroho, Susanti Adi. 2017. Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan
Hukumnya. Jakarta: Kencana. Cet.3.
Sembiring, Jimmy Joses. 2011. Cara Menyelesaikan Sengketa Diluar
Pengadilan. Jakarta: Visimedia.
Sutiarso, Cicut. 2011. Pelaksanaan Putusan Arbitrase dalam Sengketa Bisnis.
Jakarta: IKAPI DKI Jakarta 2011.

Anda mungkin juga menyukai