Anda di halaman 1dari 46

PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALISIS

Hakikat
Manusi
a

Konsep
Pribadi Proses
Dasar
Sehat Konseling

Nama
Pendek
at-an, Peran
Tokoh Konselor

Asumsi
Pribadi Tujuan
Perilaku
Tidak Konseling
Ber- Teknik
masalah Sehat
Konseling
PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALISIS
NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang Teori Psikoanalisis merupakan salah satu aliran psikologi yang tangguh. Psikoanalisa lahir di tengah-tengah kebesaran
zaman pengetahuan. Salah satu penemuan yang lalu mempengaruhi psikoanalisis adalah penemuan tentang energi
sebagai suatu kumpulan yang dapat diubah bentuknya tetapi tidak dapat dihancurkan.

2 Pendiri dan Pengembang Sigmund Freud (1856-1939)


Teori
3 Konsep Dasar: Hakikat a. Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik (Manusia berdasar pada sifat-sifat
Manusia anti rasionalisme).
b. Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari
kehidupannya.
c. Tingkah laku manusia: (1) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya; (2) dikendalikan
oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentukan oleh faktor-faktor interpersonal dan intrapsikis (semua
kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya).
d. Mendasari tindakannya dengan motivasi tidak sadar konflik dan simbolisme.
e. Secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan instinktif. Libido mendorong manusia kearah
kesenangan melawan Thanatos.
f. Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan proses mental yang berciri biasa.
4 Asumsi Perilaku a. Pribadi sehat: Pribadi yang id, ego, super ego bisa seimbang, juga tidak cemas.
b. Tiga pribadi tidak sehat. Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu yang
Bermasalah
bersumber pada:
1) Dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan super ego.
2) Ego tidak dapat mengendalikan id, sehingga superego terabaikan (pribadi yang dinamika id, ego, super ego
tidak seimbang, salah satu menguasai).
3) Masa lalu yang tidak enak (usia 0-5 th).

5 Tujuan konseling a. Menolong klien mendapatkan kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pertolongan yang efektif.
b. Menciptakan hubungan kerja dengan klien dan lalu banyak mendengar dan menafsirkan.
c. Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari
menjadi disadari oleh klien.
d. Secara spesifik:
1) Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan ke
arah perkembangan kesadaran intelektual.
2) Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres.
3) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.

6 Peran Konselor a. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan
hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis.
b. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan.
c. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien.
d. Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
e. Fungsi konselor sebagai penafsir dan penganalisis.
f. Konseli yang ditolong:
1) Mengalami traumatik pada masa kanak-kanak (usia 0-5 th).
2) Rapuh kondisi psikologinya.
3) Menginginkan pemenuhan kebutuhan salah satunya dengan terpecahkannya masalah.

7 Deskripsi Proses a. Tahap awal:


1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien agar percaya terhadap konselor.
Konseling
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
b. Tahap inti:
1) Tinjauan terhadap masa lalu klien (masa kanak-kanak).
2) Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
3) Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
4) Melanjutkan hal-hal yang resistensi
c. Tahap akhir: Menutup wawancara konseling.

8 Teknik Konseling a. Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk mengembangkan suasana bebas tekanan.
b.Dalam suasana bebas itu klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan
diri untuk membangun tingkah laku baru.
c. Asosiasi bebas: teknik pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi yang berkaitan dengan
situasi traumatik pada masa lampau. Tujuan agar klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.
d.Interpretasi: mengungkap apa yang terkandung dibalik apa yang dikatakan oleh klien.
e. Analisis mimpi: klien diminta mengungkapkan impiannya dan konselor menganalisis.
f. Analisi dan interpretasi atas resistensi: mengalihkan (mungkin perasaan atau harapan masa lalu).

9 Kelebihan dan a. Kelebihan


1) Konseling psikoanalisis tepat digunakan karena pada prakteknya bertujuan membantu klien menghidupkan
Keterbatasan
kembali pengalaman masa kanak-kanak dengan menembus konflik, konflik yang direpresi yang dapat membuat
Pendekatan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari dalam ragka merekonstruksi keprbadian dasar.
2) Kemampuan konselor yang baik dalam hal penguasaan dasar ilmu dan ketrampilan konseling psikodinamik
akan mampu membawa dan mengarahkan klien pada kesanggupan diri untuk berubah dan mengubah tingkah
laku, yang dilakukan dalam hubungan konseling yang bersifat menusiawi.
b. Kelemahan
1) Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2) Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh
masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
3) Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4) Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang
energi psikis yang menentukan tingkah laku manusia.

PENDEKATAN KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK


Peran
Konselor

Hakikat
Nama Manusi
Pendek a
at-an Proses
Konsep Konseling
dan
Dasar
Tokoh
Pribadi
Sehat
Asumsi
Perilaku Pribadi
Ber- Tidak Tujuan Teknik
masalah Sehat Konseling Konseling

PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK

NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang Pendekatan konseling eksistensial berkembang sebagai reaksi atas dua model sebelumnya psikoanalisis dan
behaviorisme. Teori EH berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan oleh karenanya bertanggung jawab atas
pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan.

2 Pendiri dan Pengembang Ludwing Biswanger, Medar Boss dan Viktor Frank, Rollo May.
Teori
3 Konsep Dasar: Hakikat a. Pada dasarnya manusia memiliki keasadaran terhadap dirinya sendiri dan tentang apa yang dilakukannya.
b. Manusia bebas melakukan sesuatu dan memiliki tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Manusia
c. Manusia adalah makluk dinamis yang senantiasa melakukan aktualisasi diri.
d. Klien Memiliki kebebasa berpikir untuk mengambil sebuah keputusan.
e. Manusia memiliki keterbatasan dan arena keterbatasan yang dimiliki oleh manusia harus dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Perkembangan yang dialami oleh manusia selalu kearah aktualisasi diri.
g. Manusia memiliki keunikan yang tidak dimiliki manusia lainnya serta memilki kretifitasnya sendiri untuk
menyempurnakan esensi dan tujuan eksistensinya.
h. Manusia mampu menentukan sendiri apa yang akan dilakukan atau tidak.

4 Asumsi Perilaku a. Pribadi sehat:


1) Mampu melihat secara jelas kehidupan sebagaimana diinginkan, tidak emosional.
Bermasalah
2) Mempunyai pandangan apa yang benar dan salah, dapat meramalkan masa depan.
3) Memiliki kerendahan hati yang memberinya kemampuan untuk mendengarkan orang lain.
4) Kreatif mempunyai ciri-ciri fleksibilitas, spontan keberanian, kemauan untuk melaksanakan.
b. Pribadi tidak sehat: Kondisi tingkah laku bermasalah merupakan akibat dari kegagalan dalam
mengaktualisasikan potensi diri yang ditandai dengan rasa bersalah eksistensi dan rasa bersalah neurotik, serta
antara kecemasan eksistensial dan kecemasan neurotik.
5 Tujuan Konseling a. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya, dan menerima keadaan dirinya menurut apa adanya.
b. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan, serta pandangan individu yang tidak sesuai
dengan dirinya, agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self-actualization seoptimal
mungkin.
c. Menghilangkan hambatan yang dirasakan oleh individu dalam proses aktualisasi tersebut.
d. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi
dirinya.

6 Peran Konselor a. Mengembangkan kesadaran dari diri manusia (klien) dalam memahami dirinya dengan memandang
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
b. Sebagai fasilitator yang memberikan support, stimulus serta motivasi kepada klien agar ia memahami diri
dengan tanggung jawab pada realita.
c. Memberikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan akhir untuk menentukan pilihan.
d. Konselor berperan sebagai pendekatan yang memberikan pandangan humanistiknya sebagai contoh bagi
klien dalam meningkatkan kretifitas dan potensi yangdimiliki.

7 Deskripsi Proses a. Memberikan kebebasan kepada klien.


b. Memperbaiki hasil penemuannya dengan orang lain.
Konseling
c. Memberi arti kepada eksistensi dirinya.
8 Teknik Konseling a. Acceptance (penerimaan).
b. Respect (rasa hormat).
c. Understanding (mamahami dan mengerti).
d. Reassurance (menentramkan hati atau memahami).
e. Encouragement (memeberi dorongan).
f. Limited questioning (pertanyaan terbatas).
g. Reflection (memantulkan perasaan dan pernyataan).

9 Kelebihan dan a. Kelebihan


1) Dengan adanya pertemuan antara konselor yang menangkap secara akurat ada dalam dunia klien serta
Keterbatasan Pendekatan
menciptakan sutau pertemuan yang personal, klien akan mampu menemukan keunikan diri dalam
hubungannya dengan terapis/konselor.
2) Baik klien maupun terapis bisa berubah melalui pertemuan.
b. Keterbatasan
1) Banyak konsep dasar yang kabur dan pendefenisiannya tidak baik, sehingga kadang-kadang membuat
kerangka umumnya menjadi abstrak. Tidak memiliki pertanyaan prinsip dan praktek terapi yang sistematis.
Untuk klien yang berfungsi rendah dan tidak verbal dan pada klien yang ada dalam keadaan krisis yang
ekstrim yang memerlukan pengarahan pendekatan ini kemampuan mengaplikasikannya terbatas.

2) Nilai individualitas, kebebasan, otonomi dan realisasi diri seringkali mengalami konflik dengan nilai diri
seringkali mengalami konflik dengan nilai kultural yang menjunjung tinggi kolektivisme, rasa hormat pada
tradisi, menghormati adanya kewenangan, dan interdependensi. Beberapa orang mungkin merasa ketakutan
karena tiadanya teknik yang spesifik.

10 Penerapan Terutama bisa disesuaikan dengan orang yang menghadapi krisis perkembangan atau masa transisi dalam hidup.
Berguna bagi klien yang risau akan keadaan (menentukan pilihan, berurusan dengan kebebasan dan
pertanggungjawaban, berurusan dengan masalah rasa bersalah dan kecemasan. Menjadikan hidup ada artinya dan
menemukan nilai. Suatu pendekatan yang berguna bagi mereka yang mencarai kenaikan kualitas pribadi. Bisa
diaplikasikan pada konseling individu, konseling kelompok, terapi pernikahan dan keluarga, intervensi yang kritis
dan kerja kesehatan mental masyarakat.

Peran
TEORI PENDEKATAN KONSELING CLIENT CENTREDKonselor
THERAPY

Hakikat
Manusi
a Proses
Konseling
Konsep
Dasar
Pribadi
Sehat
Nama
Pendek
at-an
dan
Tokoh

Asumsi
Perilaku Pribadi
Ber- Tidak Tujuan Teknik
masalah Sehat Konseling Konseling

PENDEKATAN KONSELING CLIENT CENTERED

NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang dan Pelopor dan tokoh koenseling client centre adalah Carl R. Rogers. Pendekatan client centre sering disebut
Pengembang Teori dengan konseling teori diri (self teori). Pendekatan ini menekankan pada kecakapaan klien untuk menentukan
masalah yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah bagi dirinya atau dengan kata lain pemecahan
masalah terpusat pada klien.
2 Konsep Dasar: Hakikat Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting
tentang Manusia bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut
konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian dan hakikat kecemasan. Menurut Roger
konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan
perwujudan diri.
Pandangan tentang manusia:
a. Manusia pada dasarnya baik dan penuh kepositifan.
b. Manusia mempunyai kemampuan untuk membimbing, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri.
c. Setiap individu pada dirinya terdapat motor penggerak.
d. Setiap individu mempunyai kemampuan beradaptasi dan menyesuaikan diri serta mempunyai dorongan
yang kuat untuk ke arah kedewasaan dan kemerdekaan.

3 Asumsi Perilaku Bermasalah a. Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya
secara objektif.
b. Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang mengancam konsep dirinya.

c. Tidak mampu menggunakan semua pengalamannya dengan baik.


d. Tidak mampu mengembangkan dirinya ke arah aktualisasi diri.

4 Tujuan Konseling a. Memberi kesempatan dan kebebasan pada individu atau klien untuk mengekspresikan perasaan-
perasaannya, berkembang dan terealisasi potensinya.
b. Membantu individu untuk makin sangggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan
lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
c. Membantu individu dalam mengadakan perubahan dan pertumbuhan.

5 Peran Konselor a. Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan konseling, tetapi itu
dilakukan oleh klien sendiri.
b. Konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien, sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
c. Konselor menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
d. Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam- dalamnya dan
seluas-luasnya.
e. Unconditioning positive regard.

6 Deskripsi Proses Konseling a. Individu datang sendiri kepada konselor untuk meminta bantuan.
b. Penentuan situasi yang cocok untuk memberikan bantuan oleh konselor.
c. Konselor menerima, mengenal dan memperjelas perasaan negatif klien.
d. Konselor memberikan kebebasan klien untuk mengemukakan masalahnya.
e. Apabila perasaan negatif itu telah dinyatakan seluruhnya secara berangsur-angsur timbul perasaan
positif.

f. Konselor menerima, mengenal dan memperjelas perasaan positif klien.


g. Pada diri klien timbul pemahaman diri (self).
h. Pemahaman yang jelas pada diri klien kemungkinan menentukan kepuasan dan berbuat.
i. Timbul inisiatif pada diri klien untuk melakukan perbuatan yang positif.
j. Adanya perkembangan lebih lanjut pada diri klien tentang self.
k. Timbul perkembangan tindakan positif dan integratif pada diri klien.
l. Klien secara berangsur-angsur merasa tidak membutuhkan lagi.

7 Teknik Konseling a. Acceptance (penerimaan).


b. Respect (rasa hormat).
c. Understanding (mengerti, memahami).
d. Reassurance ( menentramkan hati, meyakinkan).
e. Encouragement (dorongan).
f. Limited questioning ( pertanyaan terbatas).
g. Reflection (memantulakan pernyataan dan perasaan).

8 Kelebihan dan Keterbatasan a. Kelebihan


1) Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor.
2) Identifikasi dan hubungan konseling sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3) Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada teknik.
4) Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5) Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling.

b. Keterbatasan
1)Konseling berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana.
2)Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, peresaan sebagai penentu perilaku, tetapi melupakan
faktor intelektual kognitif dan rasional.
3)Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehinggan sulit untuk
menilai individu.
4)Meskipun terbukti bahwa CCT diakui cukup efektif, tapi bukti-bukti tidak cukup sistematik dan
lengkap, terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung jawabnya.
5)Sulit bagi konselor untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
TEORI PENDEKATAN KONSELING GESTALT

Hakikat
Manusi
a

Konsep
Pribadi Proses
Dasar
Sehat Konseling

Nama
Pendek
at-an, Peran
Tokoh Konselor

Asumsi
Pribadi Tujuan
Perilaku
Tidak Konseling
Ber- Teknik
masalah Sehat
Konseling
TEORI PENDEKATAN KONSELING GESTALT

NO Aspek Uraian
1 Latar Belakang dan Tokoh Teori ini dikembangkan oleh Frederich Salomon Perls. Teori ini muncul hampir bersamaan dengan teori
Pengembang Behaviorisme. Teori ini dikembangkan dari tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu: Psikoanalisis,
Phenomonologi, Eksistensialisme Eropa dan Psikologi Gestalt. Prinsip pandangan dari teori Gestalt bahwa suatu
gejala haruslah dipandang sebagi sustu kesatuan atau keseluruhan.

2 Konsep Dasar: Hakikat a. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.
Manusia b. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati,
jantung, otak dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
c. Manusia aktif terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan dan tingkah lakunya.
d. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
e. Anti deterministik, bahwa manusia mampu menentukan, mengembangkan, mampu mengarahkan diri
sendiri secara bertanggung jawab.
f. Makhluk yang mempunyai kemampuan membebaskan diri dari pengaruh pengalaman masa lalu.
g. Manusia hidup di saat ini dan sekarang ini.
h. Hakikat manusia: (1) hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya; (2) merupakan bagian dari
lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu; (3) aktor bukan reaktor;
(4) berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya; (5) dapat memilih
secara sadar dan bertanggung jawab; (6) mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
3 Asumsi Perilaku a. Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan top dog dan keberadaan under dog.
1) Top Dog: adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntun dan mengancam.
Bermasalah
2) Under Dog: adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
b. Perkembangan yang tergantung kerena terjaadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self
Image) dan apa-apa yang diinginkan (self).
c. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis.
d. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan dan tingkah lakunya.
e. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang.
f. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi.
g. Spektrum tingkah laku bermasalah: (1) kepribadian kaku; (2) tidak mau bebas bertanggung jawab, ingin
tetap tergantung; (3) menolak berhubungan dengan lingkungan; (4) memeliharan unfinished bussiness ; (4)
menolak kebutuhan diri sendiri; (5) melihat diri sendiri dalam kontinum hitam-putih.

4 Tujuan Konseling a. Tujuan utama terapi Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran, dengan dan pada dirinya, pilihan
yang sangat tepat. Kesadaran termasuk mengetahui lingkungan, mengetahui akan diri sendiri, menerima diri
sendiri dan mampu membuat hubungan. Menambah dan memperkaya kesadaran, oleh diri sendiri adalah
melihat sebagai penyembuhan. Pendekatan Gestalt membantu klien mencatat proses kesadaran yang
dimilikinya sehingga mereka dapat bertanggung jawab dan selektif dalam menentukan pilihan.
b. Tujuan spesifik:
1) Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas,
serta mendapatkan insight secara penuh.
2) Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya.

3) Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur
diri sendiri (to be true to himself).
4) Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat bertingkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi
dengan baik.
5 Peran Konselor a. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang berjalan, pesan-pesan tubuh, energi
penghindaran serta hambatan terhadap kesadaran.
b. Tugas terapis adalah menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka sepenuhnya
dan berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.
c. Tugas terapis adalah menolong klien bisa mengadakan transisi dari dukungan eksternal menjadi
dukungan internal, dan ini dilakukan dengan jalan menemukan lokasi impas.
d. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh si klien, sebagai petunjuk non verbal.
e. Waspada terhadap terpecahnya perhatian serta kesadaran dan terhadap tiadak kongruennya antara
verbalisasi dengan apa yang dilakukan oleh klien pada tubuhnya.
f. Memberi tekanan pada hubungan antara pola bahasa dan kepribadian, yang menjadi ungkapan
perasaannya, pikirannya dan sikapnya.
g. Secara halus berkonfrontasi dengan klien dengan jalan intervensi-intervensi yang menolong mereka
untuk menjadi sadar akan akibat dari pola bahasa mereka.

6 Deskripsi Proses Konseling a. Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapainya situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda,
karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu.
b. Konselor berusaha menyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prsedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang dilakukan konselor yaitu membangkitkan motivasi
klien dan membangkitkan otonomi klien (menekankan bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal
dapat mengemukakan alsan-alasannya secara bertanggung jawab).
c. Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaanya pada saat ini. Klien diberi
kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan
di saat ini. Kadang-kadang klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor.
d. Setelah klien memperleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya,
konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling. Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala
yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
7 Teknik Konseling a. Enhancing awarnes: yaitu klien dibantu untuk berada pada pengalamannya sekarang secara sadar.
b. Personality pronouns: yaitu klien diminta untuk mempribadikan pikirannya untuk mengingat kesadaran
pribadinya.
c. Changing question to statements: mendorong klien untuk menggunakan pernyataan daripada pertanyaan
yang mendorong untuk mengekspresikan dirinya, dan bertanggung jawab bagi komunitasnya.
d. Assuming responsibility: klien diminta untuk mengalihkan kata won’t atau can’t.
e. Asking how and what: klien diajak untuk memahami suatu masalah melalui pertanyaan “mengapa” dan
“bagaimana” masalah itu terjadi.
f. Sharing hunches: mendorong klien untuk mengeksplorasi dengan menanamkan kata seperti “saya
melihat/saya dapat membayangkan”.
g. Bringing the pass into the now: membantu klien agar mengalami pengalaman-pengalaman masa lalu dan
situasi sekarang.
h. Experssing restatements and apreciations: membantu klien untuk mengidentifikasi dan menyatakan
keadaan dan penghargaan dirinya.
i. Using body ekspresion: mengamati ekspresi badan klien dan memusatkan perhatian untuk membantu
kesadaran individu.

8 Kelebihan dan a. Kelebihan


1) Membawa konflik dan perjuangan manusia ke alam kehidupan, sehingga klien benar-benar
Keterbatasan
mengalami pergulatan mereka.
2) Pendekatan konseling dimana konselor aktif menjemput bolanya(masalah klien).
3) Menaruh perhatian pada bahasa verbal maupun bahasa tubuh.
4) Waktu yang digunakan relatif singkat.
b. Keterbatasan
1) Pendekatan gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan tanggung
jawab pada orang lain.
2) Menjadi tidak produktf bila penggunaan teknik-teknik gestalt dikembangkan secara mekanis.
3) Dapat terjadi klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik gestalt karena merasa dirinya
dianggap anak kecil atau orang bodoh.

TEORI PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL

Hakikat
Manusi
a

Konsep
Pribadi
Dasar
Sehat
Proses
Konseling
Peran
Nama Asumsi Konselor
Pendek Perilaku
at-an Ber-
dan masalah
Tokoh Teknik
Konseling

Tujuan
Pribadi Konseling
Tidak
sehat
TEORI PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL
NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang Munculnya Pendekatan Behavioral mulai ada pada tahun 1950-an dan 1960-an awal sebagai pemisahan diri yang radikal dari
Teori perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan Behavioral muncul sebagai penolakan terhadap Pendekatan
psikoanalisis.

2 Konsep Dasar: Hakikat a. Tingkah laku manusia diperoleh melalui proses belajar dari lingkungan
b. Tingkah laku manusia cenderung bersifat positif negatif. Tingkah laku manusia ditentukan oleh
Manusia
perubahnnya di masa sekarang.
c. Tingkah laku manusia yang diubah bersifat observable, spesifik terukur atau measurable.
d. Pada dasarnya manusia adalah makluk yang reaktif sehingga muda terstimulasi oleh stimulus yang
diperoleh dari lingkungannya.

3 Asumsi Perilaku a. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak
Bermasalah tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
b. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
c. Manusia bermasalah memiliki kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya.
d. Tingkah laku mal-adaptif terjadi karena kesalahpahaman dalam menggapai lingkungan dengan tepat.
e. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengn cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan
prinsip-prinsip belajar.
4 Tujuan Konseling a. Mengubah tingkah laku yang tidak diharapkan bahkan cenderung malladaptive menjadi perilaku yang
diharapkan dan adaptive.
b. Mengubah tingkah laku klien dalam proses belajar dengan konsep stimulus respon.
c. Mengubah perilaku indisipliner (merupakan bagian perilaku malladaptive) menjadi periaku yang berdisiplin
tinggi.

5 Peran Konselor a. Konselor berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan kepada klien yang berperan sebagai peserta didik.
b. Konselor juga berperan sebagai pelatih dan sekaligus orang tua bagi klien.
c. Berperan dalam membantu klien untuk merumuskan secara spesifik proses belajar beserta stratetgi yang
digunakan untuk merubah tingkah laku klien.

6 Deskripsi Proses Konseling a. Tahap assessment: bertujuan untuk memahami klien, baik individunya maupun permasalahannya, dengan cara
menentukan apakah yang dilakukan klien saat ini mencakup aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai dan pikiran
klien. Juga menganalisis informasi tenang : (1) tingkah laku bermasalah dari klien saat ini (behaviour); (2)
antecendent dan consequence; (3) motivasi klien; (4) self control klien; (5) lingkungan fisik dan sosial budaya
klien.
b. Tahap goal setting: yaitu konselor dan klien menentukan tujuan konseling ini berdasarkan analisis informasi.
Dalam hal ini tujuan konseling ini harus betul-betul diinginkan oleh klien, dan konselor harus berkeinginan
untuk membantu klien serta harus ada kesempatan untuk membantu menjelajah lingkungan pencapaian tujuan.
c. Tahap technique implementation: yaitu penerapan teknik-teknik konseling dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama antara konselor dan klien. Dalam konseling behavioral, teknik konseling sering kali
disusun untuk dilaksanakan di luar ruang konseling, sedang di dalam ruang pada proses konseling yang
memusatkan perhatian pada membantu klien mempelajari metode-metode belajar yang lebih efektif yang akan
digunakan untuk strategi mengubah tingkah laku.
d. Tahapan evaluasi dan terminasi: evaluasi merupakan prosedur untuk mengetahui keefektifan konseling, sedang
terminasi merupakan penghentian konseling yang tidak hanya stopping, tetapi juga untuk: (1) menguji apa yang
dilakukan oleh klien pada dekade terakhir; (2) eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan; (3)
membantu klien mentransfer apa yang dipelajari klien; (4) memberi jalan untuk memantau secara terus-menerus
tingkah laku klien.

7 Teknik Konseling a. Teknik memperkuat tingkah laku:


1) Shopping: teknik mengajarkan tingkah laku dengan terus-menerus melakukan aproksimasi dan
membuat rantai hubungan.
2) Behavioral contract: yaitu kontrak dari klien dalam proses konseling tentang tingkah laku yang
sesuai arah pengubahan tingkah laku.
3) Assertive training: yaitu belajar mengatakan sesuatu secara tegas tanpa diikuti rasa bersalah atau
yang lain.
b. Teknik modeling:
1) Proses mediasi: yaitu proses menyimpan dan mengungkap kembali respon di dalam ingatan.
2) Life model dan simbolic model dengan berbagai jenisnya.
3) Behavioral rehearsal: yaitu proses menjadi tingkah laku yang diinginkan sebagai perubahan
perubahan tingkah laku sebelumnya.
4) Cognitive restructuring: yaitu proses menemukan dan menilai kognitif seseorang, memahami
dampak negatif pemikiran terhadap perilaku tertentu dan menggantikan pemikiran tersebut dengan pemikiran
yang realistik dan lebih cocok.
5) Convert reinforcement: yaitu memakai imajinasi (gaya khayal) untuk menghadiahi diri sendiri.

c. Teknik melemahkan tingkah laku:


1) Extinction: yaitu proses mengurangi frekuensi terjadinya tingkah laku dengan menghilangkan
reinforcement.
2) Reinforcing incompantible: yaitu memperkuat tingkah laku positif untuk mengurangi tingkah laku
negatif.
3) Relaxtation training: yaitu latihan pengendoran otot-otot untuk mengurangi/menghilangkan
stres/ketegangan psikis.
4) Systematic disensitisation: yaitu prosedur untuk mengurangi kepekaan secara sistematis.
5) Satiation: yaitu prosedur memberikan reinforcement secara berlebihan sehingga reinforcement
menjadi tidak bernilai (agar tingkah laku tidak tepat/tidak dikehendaki tidak dilakukan lagi).

8 Kelebihan dan Keterbatasan a. Kelebihan


1) Dengan mengacu pada dasar pikiran bahwa tingkah laku merupakan hasil belajar, maka konseling
behavioral sangat membantu dalam menciptakan kondisi baru untuk belajar bagi para klien.
2) Konseling behavioral juga membantu klien menolong dirinya sendiri, mengembangkan klien ke
dalam masyarakat, meningkatkan keterampilan sosial, membantu mengarahkan memperbaiki tingkah laku
yang menyimpang, membantu klien mengembangkan sistem self management dan self control.
3) Konseling behavioral menempatkan pengalaman klien pada posisi yang baik, sehingga di dalam
konseling behavioral klien harus berperan aktif dengan menekankan pada kesadaran dan partisipasi aktif dari
klien dalam prosedur terapiutik. Peran/partisipasi aktif tersebut telah dimulai sejak perumusan tujuan yang
kemudian diikuti dengan proses pemanfaatan pengalaman diluar kondisi konseling didalam proses konseling.
b. Keterbatasan
1) Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat manipulatif dan mengabaikan hubungan
antara pribadi.
2) Lebih terkonsentrasi kepada teknik.
3) Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor.
4) Konstruksi belajar yang dikembangkan dan digunakan oleh konselor behavioral tidak cukup
komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus diuji.
5) Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku yang lain.
TEORI PENDEKATAN KONSELING REALITA

Hakikat
Manusi
a
Konsep
Dasar
Pribadi Proses
Sehat Konseling

Nama
Pendek
at-an
dan
Tokoh Peran
Konselor

Asumsi
Perilaku Pribadi
Ber- Tidak Tujuan Teknik
masalah Sehat Konseling Konseling

PENDEKATAN KONSELING REALITA

NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang dan Pendekatan ini berkembang pada awal tahun 30an - 60an yang dipelopori oleh William Glasser. Alasan Glesser
Pengembang Teori mengembangkan pendekatan ini antara lain ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis karena
pendekatan psikoanalisis kurang efektif dan efisien. Glasser tidak setuju dengan anggapan bahwa pada dasarnya
manusia itu baik. Reality therapy lebih menekankan masa kini, dan cenderung tidak memperhatikan masa lalu.

2 Konsep Dasar: Hakikat a. Manusia mempunyai kebutuhan psikologis yang tunggal yang hadir diseluruh kehidupannya. Kebutuhan
tentang Manusia psikologis tersebut menyebabkan individu menjadi seseorang yang merasa dirinya mempunyai keunikan
berbeda dengan yang lain.
b. Setiap individu mempunyai kemampuan yang potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pola-pola yang sudah tertentu.
c. Setiap individu mempunyai optimisme dia dapat menerima dirinya dan mencintai dirinya dalam arti
yang lebih luas menjadi pribadi yang sukses.
d. Tingkah laku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan dasar baik filosofis maupun
psikologis.
e. Kebutuhan dasar seseorang adalah: (1) kebutuhan untuk mencintai dan dicintai; (2) kebutuhan untuk
merasakan bahwa individu berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
f. Kebutuhan tidak terpenuhi individu akan mengembangkan identitas kegagalan. Sebaliknya jika individu
berhasil memenuhi kebtuhannya, akan mengembangkan identitas keberhasilan.
g. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan mengubah identitasnya dari identitas kegagalan ke
identitas keberhasilan.
3 Asumsi Perilaku Bermasalah a. Individu yang bermasalah yaitu, yang bertingkah laku tidak tepat disebabkan oleh ketidakmampuannya
dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga ia kehilangan sentuhan dengan realitas obyektif.
b. Individu tidak mampu melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas kebenaran
tanggung jawab dan realitas.
c. Individu bermasalah jika ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya ia akan kehilangan hubungan dengan
kenyataan persepsinya terhadap kenyataan menjadi kacau.
d. Simpulan: tidak adanya 3 R (right, reality and responsibility).
4 Tujuan Konseling a. Secara umum tujuan konseling realitas addalah membantu individu agar dapat mencapai kehidupan
dengan succes identity.
b. Kualitas pribadi sebagai tujuan konseling realitas adalah individu yang memahami dunia nyatanya dan
harus memenuhi kebutuhannya dalam kerangka kerja.
c. Konseling realitas merupakan wahana mengajar atau melatih klien tentang apa yang seharusnya
dilakukan dalam hidupnya. Jadi tujuannya adalah mengajar/melatih klien memenuhi kebutuhannya dengan
mempergunakan right, responsibility dan reality.

5 Peran Konselor a. Sebagai motivator, yaitu mampu mendorong kliennya untuk:


1) Menerima dan memperoleh keadaan yang nyata baik dalam perbuatan maupun dalam harapan
yang akan dicapainnya.
2) Merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi
individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang menyulitkan dirinya sendiri.
3) Konselor harus hangat sensitif, terhadap kemampuan untuk memahami tingkah laku orang lain.

4) Konselor harus dapat bertukar pikiran dengan klien tentang perjuangannya dapat melihat bahwa
seluruh individu dapat melakukan secara bertanggung jawab termasuk pada saat-saat yang sulit.
b. Sebagai penyalur tanggung jawab, sehingga keputusan terakhir harus ada ditangan klien. Klien secara
sadar bertanggungjawab dan objektif serta realistis dalam menilai tingkah lakunya sendiri.
c. Berperan sebagai moralis: berarti memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari tingkah
laku yang dinyatakan oleh kliennya maka konselor akan memberikan pujian apabila klien betanggung jawab
atas tingkah lakunya sebaliknya memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap tingkah
lakunya.
d. Sebagai guru: dalam hal ini konselor mendidik klien agar memperoleh berbagai pengalaman dalam
mencapai harapan.
e. Sebagai pengikat janji: peranan konselor punya batas-batas kewenangan. Batas tersebut berupa limit
waktu, ruang lingkup kehidupan klien yang dapat dijajaki dan tidak terlepas pula mengenai akibatnya.
Karena akhirnya klien harus dapat mandiri dalam hidupnya.

6 Teknik Konseling a. Melakukan main peran dengan klien.


b. Menggunakan humor.
c. Mengkonfrontasikan klien dan tidak memberi ampunan.
d. Membantu klien merumuskan rencana perubahan.
e. Melayani klien sebagai model dan guru.
f. Menentukan batas dan struktur konseling yang tepat.
g. Menggunakan verbal shcok/sarkasme yang tepat untuk menentang klien dengan tingkah lakunya yang
tidak realistis.
h. Terlibat dengan klien dalam mencari hidup yang lebih efektif.

7 Deskripsi Proses Konseling a. Berfokus pada personal, prosedur utama yaitu mengkomunikasikan perhatian konselor pada klien.
b. Berfokus pada perilaku, konseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap.
c. Berfokus saat ini, konselor tidak perlu malakukan eksplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang
irasional terhadap masa lalu konseli.
d. Pertimbangan nilai dalam konseling realitas bahwa klien perlu menilai kualitas perilakunya sendiri
apakah perilakunya itu bertanggungjawab, rasional dan benar atau justru sebaliknya.
e. Komitmen, klien harus memiliki komitmen atau keterakitan untuk melaksanakan rencana.
f. Tidak menerima dalih, dalam hal ini ketika konseli melaporkan mengenai alasan-alasan kegagalan
tersebut, sebaiknya konselor menolak menerima dalih atau alasan-alasan yang dikemukakan konseli.
8 Kelebihan dan Keterbatasan a. Kelebihan
1) Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik dan karenanya bisa tercapai keberhasilan.
2) Jangka waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar.
3) Lebih cepat dalam menyadarkan klien karena menggunakan tindakan langsung untuk mengajak
klien melakukan tindakan yang realistik untuk mengatasi masalah yang dialami.
4) Bersifat praktis, luwes dan efektif.
5) Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis dan psikopatologi.
b. Keterbatasan
1) Teknik yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi
klien.
2) Hanya menekankan perilaku tanpa mempertimbangkan sisi perasaan.
3) Tidak memberikan penekanan yang cukup pada dinamika tidak sadar dan pada masa lampau
individu sebagai salah satu determinan dari tingkah lakunya sekarang.
4) Bisa terjadi suatu tipe campur tangan yang dangkal karena ia menggunakan kerangka yang
terlampu disederhanakan.
TEORI PENDEKATAN KONSELING RATIONAL EMOTIVE THERAPY

Hakikat
Manusi
a

Konsep
Pribadi
Dasar
Sehat
Proses
Konseling

Nama
Pendek
at-an
Peran
dan
Asumsi Konselor
Tokoh
Perilaku
Ber-
masalah
Pribadi Teknik
Tidak Tujuan Konseling
sehat Konseling
TEORI PENDEKATAN KONSELING RATIONAL EMOTIVE THERAPY

NO ASPEK URAIAN
1 Nama Pendekatan dan Tokoh Albert Ellis (2 September 1913-24 Juli 2007) adalah seorang psikolog Amerika yang pada tahun 1955
menegembangkan Terapi Perilaku Rational Emotif. Ketika dikembangkan untuk pertama kalinya pada 1955
Ellis menyebut pendekatannya dengan Rational Therapy (RT). Pada 1961 ia mengubah namanya menjadi
Rational Emotive Therapy (RET). Pada 1993, Ellis mengubah lagi anmanya menjadi Rational Emotive
Behaviour Therapy (REBT).

2 Konsep Dasar a. Hakikat Manusia


1) Manusia dilahirkan dengan berbagai kekuatan dan potensi untuk kehidupan.
2) Pikiran dan emosi adalah dua potensi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
3) Berpikir irrasional adalah merupakan kenyataan hidup manusia yang terbentuk melalui
pengalaman-pengalaman serta proses belajar yang tidak logis, yang diperoleh dari orangtua, keluarga,
masyarakat dan kebudayaan.
4) Emosi dan pemikiran-pemikiran negatif yang bersifat merusak diri harus ditangani melalui
pemikiran yang rasional, sehingga pemikiran yang irasional dapat diubah ke arah pemikiran yang
rasional.
5) Perasaan dan pikiran sangat erat hubungan. Namun kedua potensi ini mempunyai sifat dan
fungsi saling komplementer.
b. Teori A-B-C
1) A adalah activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-
kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita
anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan.
2) B adalah beliefs, yaitu keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri
sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.
3) C adalah consequence, yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi
negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-keyakinan kita
yang keliru.

3 Asumsi Perilaku Bermasalah a. Gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap orang yang
berarti di masyarakatnya.
b. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak dan berprestasi dalam segala hal jika
seseorang itu menginginkan dirinya dihormati.
c. Gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk, keji atau jahat, sehingga harus dikutuk dan dihukum atas
kejahatannya.
d. Gagasan bahwa lebih mudah menghindari dari pada menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan
tanggung jawab-tanggung jawab pribadi.
e. Gagasan bahwa adalah merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti
yang diharapkan.
f. Gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-
orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan kesusahan-kesusahan
dan gangguan-gangguannya.
g. Gagasan bahwa masa lampau adalah determinan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang
dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang, maka sesuatu itu sekarang
memiliki efek yang sama.

4 Tujuan Konseling a. Tujuan Utama


1) Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-
pandangan konseli yang irasional dan ilogis menjadi rasional dan logis agar konseli dapat
mengembangkan diri, meningkatkan self actualization-nya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif
dan efektif yang positif.
2) Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri, seperti: rasa benci,
rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, rasa was-was, rasa marah. Sebagai konsekuensi dari
cara berpikir dan sistem keyakinan yang keliru dengan jalan melatih dan hidup secara rasional dan
membangkitkan kepercayaan, nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.
b. Tujuan Khusus
1) Self Interest: menciptakan kesehatan mental termasuk keseimbangan emosional pada seseorang
terletak pada diri sendiri, bukan dari orang lain.
2) Self Direction: individu yang memiliki kesehatan mental yang baik akan selalu
bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.
3) Tolerance: konseling disini adalah untuk mendorong dan membangkitkan rasa toleransi konseli
terhadap orang lain meskipun ia bersalah.
4) Acceptance of Uncertainty: individu yang matang emosinya bersedia menerima kenyataan
bahwa di dunia ini segala sesuatu mungkin terjadi.
5) Fleksibel: mendorong konseli agar luwes dalam bertindak secara intelektual, terbuka terhadap
suatu masalah sehingga diperoleh cara-cara pemecahannya yang dapat mendatangkan kepuasan kepada
diri konseli sendiri.
6) Commitment: individu yang sehat perlu dan dapat mengembangkan sikap dan perasaan
komitmen dengan lingkungannya.
7) Scientific Thinking: berpikir rasional secara objektif adalah tujuan dari konseling Rasional
Emotif.
8) Risk Taking: konseling Rasional Emotif juga bertujuan mendorong dan membangkitkan sikap
keberanian dalam diri konseli untuk menghubah nasibnya melalui kehidupan nyata, meskipun belum
tentu berhasil.
9) Self Acceptance: penerimaan terhadap diri sendiri, terhadap kemampuan dan kenyataan diri
sendiri dengan rasa gembira dan senang.

5 Peran Konselor a. Konselor bertugas mendorong dan meyakinkan kepada konseli bahwa konseli harus memisahkan
keyakinannya yang rasional dari keyakinannya yang irrasional.
b. Konselor menunjukkan kepada konseli bahwa berpikir yang ilogis sebenarnya adalah sumber dari
gangguan terhadap kepribadiannya.
c. Konselor mencoba mengarahkan konseli untuk berpikir dan membebaskan dari ide-ide yang tidak
rasional.
d. Mengajar konseli bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, objektif dan logis dalam berpikir dan
selanjutnya melatih diri untuk menghayati sendiri bahwa ide-ide irasional hanya akan mengembangkan
perilaku dan perasaan-perasaan yang dapat menghancurkan atau merusak diri sendiri.

6 Deskripsi Proses Konseling a. Langkah I: menunjukkan kepada konseli bahwa mereka tidak logis, membantu individu memahami
bagaimana dan mengapa mereka menjadi demikian, dan mendemonstrasikan hubungan irrasional mereka
yang menjadi sumber ketidakbahagiaan dan gangguan emosional.
b. Langkah II: konseling REBT berjalan dengan menunjukkan konseli bahwa mereka memelihara
gangguan dengan terus berpikir tidak logis.
c. Langkah III: mengubah cara berpikir individu dan meninggalkan ide-ide irasionalnya.
d. Langkah IV: menggunakan ide-ide tidak logis yang lebih khusus dan mempertimbangkan ide-ide
irrasional yang lebih umum bersama-sama dengan filosofi yang lebih rasional.
7 Teknik Konseling a. Teknik Emotif
1) Teknik asertive training.
2) Teknik sosiodrama.
3) Teknik self modelling (diri sebagai model).
4) Teknik imitasi.
b. Teknik Behavioristik
1) Teknik reinforcement.
2) Teknik sosial modeling.
c. Teknik Counter Conditioning
1) Sistematic desinsitization.
2) Teknik relaksasi.
3) Teknik self control.
d. Teknik Kognitif
1) Home work assigment (pemberian tugas rumah).
2) Teknik biblioterapi.
3) Teknik diskusi.
4) Teknik simulasi.
5) Teknik permainan.
6) Teknik paradoksial intension (keinginan yang berlawanan).
7) Teknik assertive.

8 Kelebihan dan Keterbatasan a. Kelebihan


1) Setelah orang mengalami suatu katarsis atau pengalaman emosional yang sangat intensif yang
berkaitan dengan trauma-trauma masa lalu, tampak bahwa usaha mengonseptualkan dan meletakkan
makna pada pengalaman adalah esensial jika memiliki pengaruh panjang terhadap perubahan konseli.
2) Penekanan REBT pada peletakan pemahaman-pemahaman yang baru diperoleh ke dalam
tindakan.
3) Keberanian teori REBT untuk mengubah cara berpikir konseli yang irrasional menjadi rasional,
dengan pertimbangan bahwa sudah tidak ada keraguan sama sekali bahkan secara universal prinsip-
prinsip dan peraturan yang ada bukan merupakan ketentuan filosofis kehidupan.
b. Keterbatasan
1) Pendekatan ini sangat didaktik, sehingga konselor perlu mengenal dirinya sendiri dengan baik
dan hati-hati agar tidak hanya memaksakan filsafat hidupnya sendiri pada konseli.
2) Konselor memiliki kekuatan besar (otoritas) yang dihasilkan oleh sikap persuasif dan
direktifnya, kerugian psikologis lebih mungkin terjadi dalam REBT dibandingkan dengan pendekatan
yang kurang direktif.
3) Konselor yang tidak terlatih menggunakan REBT memandang REBT sebagai “pencecaran”
konseli dengan persuasi, indoktrinasi, logika dan nasihat. Jadi seorang konselor bisa keliru menggunakan
REBT dengan menyempitkan REBT menjadi pemberian metode-metode penyembuhan kilat, yakni
dengan menyampaikan kepada konseli apa yang salah dan bagaimana mereka harus mengubahnya.

TEORI PENDEKATAN KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL

Hakikat
Manusi
a
Peran
Konselor

Konsep
Pribadi Proses
Dasar
Asumsi Sehat Konseling

Nama Perilaku
Pendek Ber-
at-an, masalah
Tokoh
Tujuan
Konseling

Pribadi
Tidak
Sehat
Teknik
Konseling

TEORI PENDEKATAN KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL

NO ASPEK URAIAN
1 Nama Pendekatan dan Tokohnya adalah Eric Berne, pendekatan analisis transaksional berdasarkan munculnya manifestasi pola-pola
Tokoh perilaku. Pendekatan ini memberikan kerangka bagi analisis dan transaksi antar orang dan dalam diri seseorang
berdasarkan pada konsep dari tiga status ego yaitu orang tua, dewasa dan anak. Dan setiap individu dalam
kepribadiannya adalah merupakan paduan dari beberpa individu lain.

2 Konsep Dasar a. Dalam terapi ini hubungan konselor dan klien diapandang dalam suatu transaksional (interaksi, tindakan
yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu sama lain. Sebagai fungsi
tujuan tertentu, transaksi menurut Berne merupakan manifestasi hubungan sosial.
b. Konseling ini berasal dari psikoanalisis yang dipergunakan dalam terapi kelompok, yang kemudian
dipergunakann pula dalam terapi individual sampai dengan sekarang.
c. Prinsip yang dikembangkan ini adalah upaya merangsang tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya
sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan wajar, terbuka
dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Perhatian utama diberikan pada manipulasi-manipulasi yang dipergunakann oleh orang dalam
berkomunikasi dengan orang lain (games people play).

3 Asumsi Perilaku a. Konsep diri negatif.


b. Hubungan dengan orang lain negatif.
Bermasalah
c. Posisi dasar hidupnya I am OK you are not OK atau I am not OK you are OK dan I am not OK you are
not OK.
d. Kontaminasi atau eksklusi.
e. Pribadi yang tidak bisa memposisikan dirinya berdasarkan status ego sehingga tidak dapat mengambil
keputusan baru yang dapat merubah cara hidupnya

4 Tujuan Konseling a. Membantu klien agar bisa mengatur dirinya sendiri, menentukan nasib sendiri, bertanggung jawab
terhadap kegiatan dan perasaannya sendiri serta menjauhkan yang tidak menjadi rencana hidupnya.
b. Membantu klien menggunakan status egonya secara tepat.
c. Membantu klien untuk membebaskan status ego dewasanya dari kontaminasi dan pengaruh negatif dari
status ego orangtua dan status ego anak.
d. Memberikan kesadaran serta kebebasan kepada klien untuk menentukan cara-cara serta keputusan
mngenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministik.
e. Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan
mematangkan status egonya.

5 Peran Konselor a. Hubungan yang sederajat antara konselor dengan klien tanpa mengesampingkan status terapis, tugas
utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk
mendiagnosa transaksi.
b. Konselor transaksional selalu aktif, menghindarkan keadaan diam yang terlalu lama dan mempunyai
tanggung jawab untuk memelihara perhatian pada transaksi.
c. Konselor berupaya menciptakan suasana yang akrab dalam hubungan sosial yang baik agar keduanya
terjadi timbal balik satu sama lain.
6 Deskripsi Proses a. Dalam situasi transaksional yang aktif antara konselor dengan klien, konselor memiliki tanggung jawab
Konseling untuk memelihara perhatian dan transaksi.
b. Diutamakan klien membuat kontrak-kontrak dengan terapis untuk mencapai perubahan-perubahan
spesifik yang diinginkan, apabila kontrak telah selesai, maka terapi diakhiri.
c. Transferensi dan kebergantungan pada terapis ditiadakan.
d. Selanjutnya berdasarkan analisis yang dibuat antara keduanya, konselor dapat memberikan bantuan
pemecahan masalah melalui:
1) Permission (memberi kebebasan melakukan sesuatu yang dilarang orangtua).
2) Protection (menciptakan rasa aman).
3) Potention (konselor berusaha dengan cara mengembangkan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan klien).

7 Teknik Konseling a. Analisis struktur: yaitu struktur kepribadian yang menjadi pola dasar bertransaksi antara klien dengan
orang lain yang tergambar dari transaksinya dengan konselor.
b. Analisis transaksional: yaitu menganalisis bagaimana klien bertransaksi dengan konselor, sehingga
dapat dianalisis bagaimana transaksi klien dengan orang lain baik dalam bentuk verbal maupun non verbal,
misalnya sikapnya, kata-katanya.
c. Analisis permainan (games analysis): yaitu analisis transaksional terselubung yang berulang menuju
pada hasil psikologis yang nyata yang telah dapat diduga sebelumnya. Tujuannya membantu klien agar
termotivasi mengubah sikap, sifat dan kebiasaan yang perlu diperbaiki dengan bantuan konselor.
d. Analisis naskah hidup: telah terbentuk sejak bayi dalam transaksinya dengan orang tua (sebagai early
decision).

8 Kelebihan dan a. Kelebihan


1) Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
Keterbatasan
2) Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
3) Integrasi antara konsep dan praktek AT dengan konsep tertentu dari terapi Gestalt amat berguna
karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain.
4) Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan
mengkaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri
sendiri.
b. Keterbatasan
1) Banyak temninologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup
membingungkan.
2) Penekanan AT pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
3) Konseli bisa mengenali semua benda, namun mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek-
aspek diri mereka sendiri.
4) Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat diuji keilmiahannya.

Peran
Konselor
TEORI PENDEKATAN KONSELING TRAIT & FACTOR

Hakikat
Manusi Proses
a Konseling

Konsep
Dasar
Pribadi
Sehat

Nama
Pendek
at-an
dan
Tokoh

Asumsi
Perilaku Pribadi
Ber- Tidak Tujuan Teknik
masalah sehat Konseling Konseling

TEORI PENDEKATAN KONSELING TRAIT & FACTOR

NO ASPEK URAIAN
1 Tokoh Pengembang E. G Williamson yang bertugas sebagai Pembantu Rektor urusan akademik dan kemahasiswaan pada
Universitas di Minnesota.

2 Konsep Dasar: Hakikat Teori ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun
Manusia lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, yang merupakan sifat yang
unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan setiap orang berbeda. Pendirian ini memandang bahwa
kepribadian adalah suatu sistem saling ketergantungan dengan trait dan faktor seperti kecakapan, minat, sikap,
temperamen dan lain-lain.
Konseling ini memiliki kekhasan dalam cara pandang terhadap hakikat manusia (klien) sebagai berikut:
a. Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Makna hidup adalah mencari kebenaran
dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan
orang lain. Manusia bermasalah menggambarkan dirinya sedang didominasi oleh perkembangan potensi
buruknya.
b. Manusia bersifat bergantung dan hanya berkembang secara optimal di tengah-tengah masyarakatnya.
c. Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good life). Memperoleh kehidupan yang baik, dan
lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang.
d. Manusia berhadapan dengan pengintroduksi (orangtua, guru, teman) konsep hidup yang baik yang
menghadapkannya pada pilihan-pilihan.

3 Asumsi Perilaku Bermasalah a. Dependence (bergantung), contoh: dalam setiap ulangan saya belum yakin atas kebenaran jawaban
saya kalau belum melihat jawaban teman saya.
b. Lock of information (kurang informasi), contoh: seorang siswa memutuskan keluar dari sekolah karena
tidak ada biaya, padahal sebenarnya ada kesempatan untuk mendapatkan beasiswa atau seorang siswa tidak
mau masuk jurusan tata busana padahal sebenarnya dia memiliki bakat yang kuat dalam bidang tersebut.
c. Self conflict (konflik diri), contoh: hari ini berjanji akan ketemu dengan pacar, tapi di saat yang sama
ada acara keluarga yang sangat penting.
d. Choice anxiety (cemas memilih), contoh: pada saat yang sama X didekati oleh dua orang pria yang
sama-sama menarik dan X juga merasa tertarik dan cocok dengan keduanya. Namun ia harus segera
memutuskan pilihannya, sementara ia tidak mau kehilangan keduanya.
e. Lock of assurance (kurang percaya pada diri sendiri), contoh: semua orang mendorong untuk
mengikuti lomba pidato, tetapi saya kurang yakin dengan kemampuan saya.
f. Lock of skill (kurang ketrampilan), contoh: tidak tahu cara membaca yang efisien, tidak dapat mengatur
jadwal harian.

4 Tujuan Konseling a. Tujuan konseling adalah membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya
sendiri dan membantu individu berpikir lebih jernih dalam memecahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional.
b. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat, sehingga dapat bereaksi
dengan wajar dan stabil.
c. Mengubah sifat-sifat subjektif dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan
metode atau cara ilmiah.

5 Peran Konselor a. Memberi tahu klien tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor dari hasil testing, angket
dan alat pengukur lainnya.
b. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
c. Konselor membantu mencari sebab individu tidak memiliki sumber personal untuk menentukan
individualitasnya.
d. Konselor aktif dalam situasi belajar, melakukan diagnosis, menyajikan informasi, mengumpulkan dan
menilai data, untuk membantu individu. Konselor berperan sebagai guru, yang bertugas mengajar klien
belajar tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.

6 Deskripsi Proses Konseling a. Tahap analisis, yaitu langkah awal yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang diri
klien dan latar belakang kehidupannya.
b. Tahap sintesis, yaitu upaya merangkum, menggolong-golongkan serta menghubungkan data yang telah
dikumpulkan untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang kepribadian klien baik dari sisi kelebihan
maupun kelemahannya.
c. Tahap diagnosis yakni suatu langkah menarik simpulan logis mengenai masalah yang dihadapi klien
atas dasar gambaran pribadi hasil tahap analisis dan sintesis.
d. Tahap konseling. Konseling dalam konteks ini berarti sebagai tahap setelah tahap diagnosis atau secara
umum dikenal dengan istilah treatmen. Dalam tahap ini terdapat tiga langkah, yaitu:
1) Pengembangan alternatif pemecahan masalah.
2) Pengujian alternatif pemecahan masalah.
3) Pengambilan keputusan, yaitu langkah memilih alternatif strategi di atas dengan
mempertimbangkan ketepatan dengn masalah klien, kegunaan dan feasibilitasnya.
e. Tindak lanjut.
7 Teknik Konseling a. Menciptakan rapport (establishing rapport), yaitu teknik menciptakan hubungan baik antara konselor
dan klien yang diwarnai oleh suasana hangat, sikap ramah dan akrab serta sedapat mungkin meminimalkan
situasi yang mengancam klien.
b. Mengusahakan pemahaman diri (cultivating self understanding), yaitu teknik membantu klien agar
mampu memahami diri sendiri baik itu yang mencakup kelebihan atau kelemahannya. Untuk itu konselor
membutuhkan hasil aplikasi instrumentasi data tes dan non tes dalam kepentingan interpretasi berikut
pengkomunikasiannya kepada klien. Teknik ini menjadi fokus utama pada tahap analisis, sintesis dan
diagnosis.
c. Memberikan saran atau merencanakan program tindakan ( advising or planning a program of action),
yaitu teknik membantu klien dalam merencanakan tindakan. Oleh karena ada kemungkinan pemahaman
konselor terhadap klien dan masalahnya yang bersifat terbatas, maka hendaknya dalam memberikan saran
tidak bersifat langsung melainkan lebih bersifat persuasif.
d. Melaksanakan rencana (carrying out the plan), yaitu teknik membantu klien untuk melaksanakan
rencana-rencana sebagai wujud pengambilan keputusan oleh klien. Rencana yang diputuskan akan
dilakukan klien dapat dibahas secara lebih rinci dan operasional.
e. Melakukan alih tangan (referal), yaitu teknik mengalihtangankan ke pihak lain (orang/lembaga) yang
lebih berwenang. Dalam kasus penggunaan tes psikologis misalnya konselor tidak direkomendasikan untuk
mengadministrasikan jenis tes-tes proyektif. Maka dalam kasus yang memerlukan data kepribadian yang
mendalam, konselor harus melakukan alih tangan kepada profesional lain yang lebih berkewenangan.

8 Keterbatasan a. Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa-
siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggung jawab sendiri.
b. Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri klien
lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan dan membatasi klien.
c. Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif klien yang justru seharusnya menjadi
kepedulian konselor.
d. Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada data objektif. Penggunaan dan keyakinan yang
berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena keterbatasan reliabilitas, validitasdan kelengkapan alat serta
datanya.
e. Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong dan meyakinkan klien mewujudkan
kemampuannya, tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi.
DAFTAR PUSTAKA

Gerald Corey. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terjemahan). Bandung: PT Refika Aditama.

Nandang Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

Richard Nelson Jones. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rochman Natawidjaja. 2009. Konseling Kelompok: Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.

Sayekti Pujosuwarno. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

Sofyan S. Willis. 2010. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Uman Suherman. 2008. Konsep dan Aplikasi Konseling. Bandung: Madani Prod.

Anda mungkin juga menyukai