Hakikat
Manusi
a
Konsep
Pribadi Proses
Dasar
Sehat Konseling
Nama
Pendek
at-an, Peran
Tokoh Konselor
Asumsi
Pribadi Tujuan
Perilaku
Tidak Konseling
Ber- Teknik
masalah Sehat
Konseling
PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALISIS
NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang Teori Psikoanalisis merupakan salah satu aliran psikologi yang tangguh. Psikoanalisa lahir di tengah-tengah kebesaran
zaman pengetahuan. Salah satu penemuan yang lalu mempengaruhi psikoanalisis adalah penemuan tentang energi
sebagai suatu kumpulan yang dapat diubah bentuknya tetapi tidak dapat dihancurkan.
5 Tujuan konseling a. Menolong klien mendapatkan kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pertolongan yang efektif.
b. Menciptakan hubungan kerja dengan klien dan lalu banyak mendengar dan menafsirkan.
c. Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari
menjadi disadari oleh klien.
d. Secara spesifik:
1) Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan ke
arah perkembangan kesadaran intelektual.
2) Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres.
3) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
6 Peran Konselor a. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan
hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis.
b. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan.
c. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien.
d. Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
e. Fungsi konselor sebagai penafsir dan penganalisis.
f. Konseli yang ditolong:
1) Mengalami traumatik pada masa kanak-kanak (usia 0-5 th).
2) Rapuh kondisi psikologinya.
3) Menginginkan pemenuhan kebutuhan salah satunya dengan terpecahkannya masalah.
8 Teknik Konseling a. Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk mengembangkan suasana bebas tekanan.
b.Dalam suasana bebas itu klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan
diri untuk membangun tingkah laku baru.
c. Asosiasi bebas: teknik pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi yang berkaitan dengan
situasi traumatik pada masa lampau. Tujuan agar klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.
d.Interpretasi: mengungkap apa yang terkandung dibalik apa yang dikatakan oleh klien.
e. Analisis mimpi: klien diminta mengungkapkan impiannya dan konselor menganalisis.
f. Analisi dan interpretasi atas resistensi: mengalihkan (mungkin perasaan atau harapan masa lalu).
Hakikat
Nama Manusi
Pendek a
at-an Proses
Konsep Konseling
dan
Dasar
Tokoh
Pribadi
Sehat
Asumsi
Perilaku Pribadi
Ber- Tidak Tujuan Teknik
masalah Sehat Konseling Konseling
NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang Pendekatan konseling eksistensial berkembang sebagai reaksi atas dua model sebelumnya psikoanalisis dan
behaviorisme. Teori EH berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan oleh karenanya bertanggung jawab atas
pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan.
2 Pendiri dan Pengembang Ludwing Biswanger, Medar Boss dan Viktor Frank, Rollo May.
Teori
3 Konsep Dasar: Hakikat a. Pada dasarnya manusia memiliki keasadaran terhadap dirinya sendiri dan tentang apa yang dilakukannya.
b. Manusia bebas melakukan sesuatu dan memiliki tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Manusia
c. Manusia adalah makluk dinamis yang senantiasa melakukan aktualisasi diri.
d. Klien Memiliki kebebasa berpikir untuk mengambil sebuah keputusan.
e. Manusia memiliki keterbatasan dan arena keterbatasan yang dimiliki oleh manusia harus dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Perkembangan yang dialami oleh manusia selalu kearah aktualisasi diri.
g. Manusia memiliki keunikan yang tidak dimiliki manusia lainnya serta memilki kretifitasnya sendiri untuk
menyempurnakan esensi dan tujuan eksistensinya.
h. Manusia mampu menentukan sendiri apa yang akan dilakukan atau tidak.
6 Peran Konselor a. Mengembangkan kesadaran dari diri manusia (klien) dalam memahami dirinya dengan memandang
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
b. Sebagai fasilitator yang memberikan support, stimulus serta motivasi kepada klien agar ia memahami diri
dengan tanggung jawab pada realita.
c. Memberikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan akhir untuk menentukan pilihan.
d. Konselor berperan sebagai pendekatan yang memberikan pandangan humanistiknya sebagai contoh bagi
klien dalam meningkatkan kretifitas dan potensi yangdimiliki.
2) Nilai individualitas, kebebasan, otonomi dan realisasi diri seringkali mengalami konflik dengan nilai diri
seringkali mengalami konflik dengan nilai kultural yang menjunjung tinggi kolektivisme, rasa hormat pada
tradisi, menghormati adanya kewenangan, dan interdependensi. Beberapa orang mungkin merasa ketakutan
karena tiadanya teknik yang spesifik.
10 Penerapan Terutama bisa disesuaikan dengan orang yang menghadapi krisis perkembangan atau masa transisi dalam hidup.
Berguna bagi klien yang risau akan keadaan (menentukan pilihan, berurusan dengan kebebasan dan
pertanggungjawaban, berurusan dengan masalah rasa bersalah dan kecemasan. Menjadikan hidup ada artinya dan
menemukan nilai. Suatu pendekatan yang berguna bagi mereka yang mencarai kenaikan kualitas pribadi. Bisa
diaplikasikan pada konseling individu, konseling kelompok, terapi pernikahan dan keluarga, intervensi yang kritis
dan kerja kesehatan mental masyarakat.
Peran
TEORI PENDEKATAN KONSELING CLIENT CENTREDKonselor
THERAPY
Hakikat
Manusi
a Proses
Konseling
Konsep
Dasar
Pribadi
Sehat
Nama
Pendek
at-an
dan
Tokoh
Asumsi
Perilaku Pribadi
Ber- Tidak Tujuan Teknik
masalah Sehat Konseling Konseling
NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang dan Pelopor dan tokoh koenseling client centre adalah Carl R. Rogers. Pendekatan client centre sering disebut
Pengembang Teori dengan konseling teori diri (self teori). Pendekatan ini menekankan pada kecakapaan klien untuk menentukan
masalah yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah bagi dirinya atau dengan kata lain pemecahan
masalah terpusat pada klien.
2 Konsep Dasar: Hakikat Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting
tentang Manusia bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut
konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian dan hakikat kecemasan. Menurut Roger
konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan
perwujudan diri.
Pandangan tentang manusia:
a. Manusia pada dasarnya baik dan penuh kepositifan.
b. Manusia mempunyai kemampuan untuk membimbing, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri.
c. Setiap individu pada dirinya terdapat motor penggerak.
d. Setiap individu mempunyai kemampuan beradaptasi dan menyesuaikan diri serta mempunyai dorongan
yang kuat untuk ke arah kedewasaan dan kemerdekaan.
3 Asumsi Perilaku Bermasalah a. Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya
secara objektif.
b. Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang mengancam konsep dirinya.
4 Tujuan Konseling a. Memberi kesempatan dan kebebasan pada individu atau klien untuk mengekspresikan perasaan-
perasaannya, berkembang dan terealisasi potensinya.
b. Membantu individu untuk makin sangggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan
lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
c. Membantu individu dalam mengadakan perubahan dan pertumbuhan.
5 Peran Konselor a. Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan konseling, tetapi itu
dilakukan oleh klien sendiri.
b. Konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien, sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
c. Konselor menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
d. Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam- dalamnya dan
seluas-luasnya.
e. Unconditioning positive regard.
6 Deskripsi Proses Konseling a. Individu datang sendiri kepada konselor untuk meminta bantuan.
b. Penentuan situasi yang cocok untuk memberikan bantuan oleh konselor.
c. Konselor menerima, mengenal dan memperjelas perasaan negatif klien.
d. Konselor memberikan kebebasan klien untuk mengemukakan masalahnya.
e. Apabila perasaan negatif itu telah dinyatakan seluruhnya secara berangsur-angsur timbul perasaan
positif.
b. Keterbatasan
1)Konseling berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana.
2)Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, peresaan sebagai penentu perilaku, tetapi melupakan
faktor intelektual kognitif dan rasional.
3)Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehinggan sulit untuk
menilai individu.
4)Meskipun terbukti bahwa CCT diakui cukup efektif, tapi bukti-bukti tidak cukup sistematik dan
lengkap, terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung jawabnya.
5)Sulit bagi konselor untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
TEORI PENDEKATAN KONSELING GESTALT
Hakikat
Manusi
a
Konsep
Pribadi Proses
Dasar
Sehat Konseling
Nama
Pendek
at-an, Peran
Tokoh Konselor
Asumsi
Pribadi Tujuan
Perilaku
Tidak Konseling
Ber- Teknik
masalah Sehat
Konseling
TEORI PENDEKATAN KONSELING GESTALT
NO Aspek Uraian
1 Latar Belakang dan Tokoh Teori ini dikembangkan oleh Frederich Salomon Perls. Teori ini muncul hampir bersamaan dengan teori
Pengembang Behaviorisme. Teori ini dikembangkan dari tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu: Psikoanalisis,
Phenomonologi, Eksistensialisme Eropa dan Psikologi Gestalt. Prinsip pandangan dari teori Gestalt bahwa suatu
gejala haruslah dipandang sebagi sustu kesatuan atau keseluruhan.
2 Konsep Dasar: Hakikat a. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.
Manusia b. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati,
jantung, otak dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
c. Manusia aktif terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan dan tingkah lakunya.
d. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
e. Anti deterministik, bahwa manusia mampu menentukan, mengembangkan, mampu mengarahkan diri
sendiri secara bertanggung jawab.
f. Makhluk yang mempunyai kemampuan membebaskan diri dari pengaruh pengalaman masa lalu.
g. Manusia hidup di saat ini dan sekarang ini.
h. Hakikat manusia: (1) hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya; (2) merupakan bagian dari
lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu; (3) aktor bukan reaktor;
(4) berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya; (5) dapat memilih
secara sadar dan bertanggung jawab; (6) mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
3 Asumsi Perilaku a. Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan top dog dan keberadaan under dog.
1) Top Dog: adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntun dan mengancam.
Bermasalah
2) Under Dog: adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
b. Perkembangan yang tergantung kerena terjaadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self
Image) dan apa-apa yang diinginkan (self).
c. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis.
d. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan dan tingkah lakunya.
e. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang.
f. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi.
g. Spektrum tingkah laku bermasalah: (1) kepribadian kaku; (2) tidak mau bebas bertanggung jawab, ingin
tetap tergantung; (3) menolak berhubungan dengan lingkungan; (4) memeliharan unfinished bussiness ; (4)
menolak kebutuhan diri sendiri; (5) melihat diri sendiri dalam kontinum hitam-putih.
4 Tujuan Konseling a. Tujuan utama terapi Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran, dengan dan pada dirinya, pilihan
yang sangat tepat. Kesadaran termasuk mengetahui lingkungan, mengetahui akan diri sendiri, menerima diri
sendiri dan mampu membuat hubungan. Menambah dan memperkaya kesadaran, oleh diri sendiri adalah
melihat sebagai penyembuhan. Pendekatan Gestalt membantu klien mencatat proses kesadaran yang
dimilikinya sehingga mereka dapat bertanggung jawab dan selektif dalam menentukan pilihan.
b. Tujuan spesifik:
1) Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas,
serta mendapatkan insight secara penuh.
2) Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya.
3) Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur
diri sendiri (to be true to himself).
4) Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat bertingkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi
dengan baik.
5 Peran Konselor a. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang berjalan, pesan-pesan tubuh, energi
penghindaran serta hambatan terhadap kesadaran.
b. Tugas terapis adalah menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka sepenuhnya
dan berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.
c. Tugas terapis adalah menolong klien bisa mengadakan transisi dari dukungan eksternal menjadi
dukungan internal, dan ini dilakukan dengan jalan menemukan lokasi impas.
d. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh si klien, sebagai petunjuk non verbal.
e. Waspada terhadap terpecahnya perhatian serta kesadaran dan terhadap tiadak kongruennya antara
verbalisasi dengan apa yang dilakukan oleh klien pada tubuhnya.
f. Memberi tekanan pada hubungan antara pola bahasa dan kepribadian, yang menjadi ungkapan
perasaannya, pikirannya dan sikapnya.
g. Secara halus berkonfrontasi dengan klien dengan jalan intervensi-intervensi yang menolong mereka
untuk menjadi sadar akan akibat dari pola bahasa mereka.
6 Deskripsi Proses Konseling a. Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapainya situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda,
karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu.
b. Konselor berusaha menyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prsedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang dilakukan konselor yaitu membangkitkan motivasi
klien dan membangkitkan otonomi klien (menekankan bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal
dapat mengemukakan alsan-alasannya secara bertanggung jawab).
c. Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaanya pada saat ini. Klien diberi
kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan
di saat ini. Kadang-kadang klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor.
d. Setelah klien memperleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya,
konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling. Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala
yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
7 Teknik Konseling a. Enhancing awarnes: yaitu klien dibantu untuk berada pada pengalamannya sekarang secara sadar.
b. Personality pronouns: yaitu klien diminta untuk mempribadikan pikirannya untuk mengingat kesadaran
pribadinya.
c. Changing question to statements: mendorong klien untuk menggunakan pernyataan daripada pertanyaan
yang mendorong untuk mengekspresikan dirinya, dan bertanggung jawab bagi komunitasnya.
d. Assuming responsibility: klien diminta untuk mengalihkan kata won’t atau can’t.
e. Asking how and what: klien diajak untuk memahami suatu masalah melalui pertanyaan “mengapa” dan
“bagaimana” masalah itu terjadi.
f. Sharing hunches: mendorong klien untuk mengeksplorasi dengan menanamkan kata seperti “saya
melihat/saya dapat membayangkan”.
g. Bringing the pass into the now: membantu klien agar mengalami pengalaman-pengalaman masa lalu dan
situasi sekarang.
h. Experssing restatements and apreciations: membantu klien untuk mengidentifikasi dan menyatakan
keadaan dan penghargaan dirinya.
i. Using body ekspresion: mengamati ekspresi badan klien dan memusatkan perhatian untuk membantu
kesadaran individu.
Hakikat
Manusi
a
Konsep
Pribadi
Dasar
Sehat
Proses
Konseling
Peran
Nama Asumsi Konselor
Pendek Perilaku
at-an Ber-
dan masalah
Tokoh Teknik
Konseling
Tujuan
Pribadi Konseling
Tidak
sehat
TEORI PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL
NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang Munculnya Pendekatan Behavioral mulai ada pada tahun 1950-an dan 1960-an awal sebagai pemisahan diri yang radikal dari
Teori perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan Behavioral muncul sebagai penolakan terhadap Pendekatan
psikoanalisis.
2 Konsep Dasar: Hakikat a. Tingkah laku manusia diperoleh melalui proses belajar dari lingkungan
b. Tingkah laku manusia cenderung bersifat positif negatif. Tingkah laku manusia ditentukan oleh
Manusia
perubahnnya di masa sekarang.
c. Tingkah laku manusia yang diubah bersifat observable, spesifik terukur atau measurable.
d. Pada dasarnya manusia adalah makluk yang reaktif sehingga muda terstimulasi oleh stimulus yang
diperoleh dari lingkungannya.
3 Asumsi Perilaku a. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak
Bermasalah tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
b. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
c. Manusia bermasalah memiliki kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya.
d. Tingkah laku mal-adaptif terjadi karena kesalahpahaman dalam menggapai lingkungan dengan tepat.
e. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengn cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan
prinsip-prinsip belajar.
4 Tujuan Konseling a. Mengubah tingkah laku yang tidak diharapkan bahkan cenderung malladaptive menjadi perilaku yang
diharapkan dan adaptive.
b. Mengubah tingkah laku klien dalam proses belajar dengan konsep stimulus respon.
c. Mengubah perilaku indisipliner (merupakan bagian perilaku malladaptive) menjadi periaku yang berdisiplin
tinggi.
5 Peran Konselor a. Konselor berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan kepada klien yang berperan sebagai peserta didik.
b. Konselor juga berperan sebagai pelatih dan sekaligus orang tua bagi klien.
c. Berperan dalam membantu klien untuk merumuskan secara spesifik proses belajar beserta stratetgi yang
digunakan untuk merubah tingkah laku klien.
6 Deskripsi Proses Konseling a. Tahap assessment: bertujuan untuk memahami klien, baik individunya maupun permasalahannya, dengan cara
menentukan apakah yang dilakukan klien saat ini mencakup aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai dan pikiran
klien. Juga menganalisis informasi tenang : (1) tingkah laku bermasalah dari klien saat ini (behaviour); (2)
antecendent dan consequence; (3) motivasi klien; (4) self control klien; (5) lingkungan fisik dan sosial budaya
klien.
b. Tahap goal setting: yaitu konselor dan klien menentukan tujuan konseling ini berdasarkan analisis informasi.
Dalam hal ini tujuan konseling ini harus betul-betul diinginkan oleh klien, dan konselor harus berkeinginan
untuk membantu klien serta harus ada kesempatan untuk membantu menjelajah lingkungan pencapaian tujuan.
c. Tahap technique implementation: yaitu penerapan teknik-teknik konseling dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama antara konselor dan klien. Dalam konseling behavioral, teknik konseling sering kali
disusun untuk dilaksanakan di luar ruang konseling, sedang di dalam ruang pada proses konseling yang
memusatkan perhatian pada membantu klien mempelajari metode-metode belajar yang lebih efektif yang akan
digunakan untuk strategi mengubah tingkah laku.
d. Tahapan evaluasi dan terminasi: evaluasi merupakan prosedur untuk mengetahui keefektifan konseling, sedang
terminasi merupakan penghentian konseling yang tidak hanya stopping, tetapi juga untuk: (1) menguji apa yang
dilakukan oleh klien pada dekade terakhir; (2) eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan; (3)
membantu klien mentransfer apa yang dipelajari klien; (4) memberi jalan untuk memantau secara terus-menerus
tingkah laku klien.
Hakikat
Manusi
a
Konsep
Dasar
Pribadi Proses
Sehat Konseling
Nama
Pendek
at-an
dan
Tokoh Peran
Konselor
Asumsi
Perilaku Pribadi
Ber- Tidak Tujuan Teknik
masalah Sehat Konseling Konseling
NO ASPEK URAIAN
1 Latar Belakang dan Pendekatan ini berkembang pada awal tahun 30an - 60an yang dipelopori oleh William Glasser. Alasan Glesser
Pengembang Teori mengembangkan pendekatan ini antara lain ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis karena
pendekatan psikoanalisis kurang efektif dan efisien. Glasser tidak setuju dengan anggapan bahwa pada dasarnya
manusia itu baik. Reality therapy lebih menekankan masa kini, dan cenderung tidak memperhatikan masa lalu.
2 Konsep Dasar: Hakikat a. Manusia mempunyai kebutuhan psikologis yang tunggal yang hadir diseluruh kehidupannya. Kebutuhan
tentang Manusia psikologis tersebut menyebabkan individu menjadi seseorang yang merasa dirinya mempunyai keunikan
berbeda dengan yang lain.
b. Setiap individu mempunyai kemampuan yang potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pola-pola yang sudah tertentu.
c. Setiap individu mempunyai optimisme dia dapat menerima dirinya dan mencintai dirinya dalam arti
yang lebih luas menjadi pribadi yang sukses.
d. Tingkah laku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan dasar baik filosofis maupun
psikologis.
e. Kebutuhan dasar seseorang adalah: (1) kebutuhan untuk mencintai dan dicintai; (2) kebutuhan untuk
merasakan bahwa individu berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
f. Kebutuhan tidak terpenuhi individu akan mengembangkan identitas kegagalan. Sebaliknya jika individu
berhasil memenuhi kebtuhannya, akan mengembangkan identitas keberhasilan.
g. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan mengubah identitasnya dari identitas kegagalan ke
identitas keberhasilan.
3 Asumsi Perilaku Bermasalah a. Individu yang bermasalah yaitu, yang bertingkah laku tidak tepat disebabkan oleh ketidakmampuannya
dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga ia kehilangan sentuhan dengan realitas obyektif.
b. Individu tidak mampu melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas kebenaran
tanggung jawab dan realitas.
c. Individu bermasalah jika ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya ia akan kehilangan hubungan dengan
kenyataan persepsinya terhadap kenyataan menjadi kacau.
d. Simpulan: tidak adanya 3 R (right, reality and responsibility).
4 Tujuan Konseling a. Secara umum tujuan konseling realitas addalah membantu individu agar dapat mencapai kehidupan
dengan succes identity.
b. Kualitas pribadi sebagai tujuan konseling realitas adalah individu yang memahami dunia nyatanya dan
harus memenuhi kebutuhannya dalam kerangka kerja.
c. Konseling realitas merupakan wahana mengajar atau melatih klien tentang apa yang seharusnya
dilakukan dalam hidupnya. Jadi tujuannya adalah mengajar/melatih klien memenuhi kebutuhannya dengan
mempergunakan right, responsibility dan reality.
4) Konselor harus dapat bertukar pikiran dengan klien tentang perjuangannya dapat melihat bahwa
seluruh individu dapat melakukan secara bertanggung jawab termasuk pada saat-saat yang sulit.
b. Sebagai penyalur tanggung jawab, sehingga keputusan terakhir harus ada ditangan klien. Klien secara
sadar bertanggungjawab dan objektif serta realistis dalam menilai tingkah lakunya sendiri.
c. Berperan sebagai moralis: berarti memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari tingkah
laku yang dinyatakan oleh kliennya maka konselor akan memberikan pujian apabila klien betanggung jawab
atas tingkah lakunya sebaliknya memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap tingkah
lakunya.
d. Sebagai guru: dalam hal ini konselor mendidik klien agar memperoleh berbagai pengalaman dalam
mencapai harapan.
e. Sebagai pengikat janji: peranan konselor punya batas-batas kewenangan. Batas tersebut berupa limit
waktu, ruang lingkup kehidupan klien yang dapat dijajaki dan tidak terlepas pula mengenai akibatnya.
Karena akhirnya klien harus dapat mandiri dalam hidupnya.
7 Deskripsi Proses Konseling a. Berfokus pada personal, prosedur utama yaitu mengkomunikasikan perhatian konselor pada klien.
b. Berfokus pada perilaku, konseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap.
c. Berfokus saat ini, konselor tidak perlu malakukan eksplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang
irasional terhadap masa lalu konseli.
d. Pertimbangan nilai dalam konseling realitas bahwa klien perlu menilai kualitas perilakunya sendiri
apakah perilakunya itu bertanggungjawab, rasional dan benar atau justru sebaliknya.
e. Komitmen, klien harus memiliki komitmen atau keterakitan untuk melaksanakan rencana.
f. Tidak menerima dalih, dalam hal ini ketika konseli melaporkan mengenai alasan-alasan kegagalan
tersebut, sebaiknya konselor menolak menerima dalih atau alasan-alasan yang dikemukakan konseli.
8 Kelebihan dan Keterbatasan a. Kelebihan
1) Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik dan karenanya bisa tercapai keberhasilan.
2) Jangka waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar.
3) Lebih cepat dalam menyadarkan klien karena menggunakan tindakan langsung untuk mengajak
klien melakukan tindakan yang realistik untuk mengatasi masalah yang dialami.
4) Bersifat praktis, luwes dan efektif.
5) Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis dan psikopatologi.
b. Keterbatasan
1) Teknik yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi
klien.
2) Hanya menekankan perilaku tanpa mempertimbangkan sisi perasaan.
3) Tidak memberikan penekanan yang cukup pada dinamika tidak sadar dan pada masa lampau
individu sebagai salah satu determinan dari tingkah lakunya sekarang.
4) Bisa terjadi suatu tipe campur tangan yang dangkal karena ia menggunakan kerangka yang
terlampu disederhanakan.
TEORI PENDEKATAN KONSELING RATIONAL EMOTIVE THERAPY
Hakikat
Manusi
a
Konsep
Pribadi
Dasar
Sehat
Proses
Konseling
Nama
Pendek
at-an
Peran
dan
Asumsi Konselor
Tokoh
Perilaku
Ber-
masalah
Pribadi Teknik
Tidak Tujuan Konseling
sehat Konseling
TEORI PENDEKATAN KONSELING RATIONAL EMOTIVE THERAPY
NO ASPEK URAIAN
1 Nama Pendekatan dan Tokoh Albert Ellis (2 September 1913-24 Juli 2007) adalah seorang psikolog Amerika yang pada tahun 1955
menegembangkan Terapi Perilaku Rational Emotif. Ketika dikembangkan untuk pertama kalinya pada 1955
Ellis menyebut pendekatannya dengan Rational Therapy (RT). Pada 1961 ia mengubah namanya menjadi
Rational Emotive Therapy (RET). Pada 1993, Ellis mengubah lagi anmanya menjadi Rational Emotive
Behaviour Therapy (REBT).
3 Asumsi Perilaku Bermasalah a. Gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap orang yang
berarti di masyarakatnya.
b. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak dan berprestasi dalam segala hal jika
seseorang itu menginginkan dirinya dihormati.
c. Gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk, keji atau jahat, sehingga harus dikutuk dan dihukum atas
kejahatannya.
d. Gagasan bahwa lebih mudah menghindari dari pada menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan
tanggung jawab-tanggung jawab pribadi.
e. Gagasan bahwa adalah merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti
yang diharapkan.
f. Gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-
orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan kesusahan-kesusahan
dan gangguan-gangguannya.
g. Gagasan bahwa masa lampau adalah determinan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang
dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang, maka sesuatu itu sekarang
memiliki efek yang sama.
5 Peran Konselor a. Konselor bertugas mendorong dan meyakinkan kepada konseli bahwa konseli harus memisahkan
keyakinannya yang rasional dari keyakinannya yang irrasional.
b. Konselor menunjukkan kepada konseli bahwa berpikir yang ilogis sebenarnya adalah sumber dari
gangguan terhadap kepribadiannya.
c. Konselor mencoba mengarahkan konseli untuk berpikir dan membebaskan dari ide-ide yang tidak
rasional.
d. Mengajar konseli bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, objektif dan logis dalam berpikir dan
selanjutnya melatih diri untuk menghayati sendiri bahwa ide-ide irasional hanya akan mengembangkan
perilaku dan perasaan-perasaan yang dapat menghancurkan atau merusak diri sendiri.
6 Deskripsi Proses Konseling a. Langkah I: menunjukkan kepada konseli bahwa mereka tidak logis, membantu individu memahami
bagaimana dan mengapa mereka menjadi demikian, dan mendemonstrasikan hubungan irrasional mereka
yang menjadi sumber ketidakbahagiaan dan gangguan emosional.
b. Langkah II: konseling REBT berjalan dengan menunjukkan konseli bahwa mereka memelihara
gangguan dengan terus berpikir tidak logis.
c. Langkah III: mengubah cara berpikir individu dan meninggalkan ide-ide irasionalnya.
d. Langkah IV: menggunakan ide-ide tidak logis yang lebih khusus dan mempertimbangkan ide-ide
irrasional yang lebih umum bersama-sama dengan filosofi yang lebih rasional.
7 Teknik Konseling a. Teknik Emotif
1) Teknik asertive training.
2) Teknik sosiodrama.
3) Teknik self modelling (diri sebagai model).
4) Teknik imitasi.
b. Teknik Behavioristik
1) Teknik reinforcement.
2) Teknik sosial modeling.
c. Teknik Counter Conditioning
1) Sistematic desinsitization.
2) Teknik relaksasi.
3) Teknik self control.
d. Teknik Kognitif
1) Home work assigment (pemberian tugas rumah).
2) Teknik biblioterapi.
3) Teknik diskusi.
4) Teknik simulasi.
5) Teknik permainan.
6) Teknik paradoksial intension (keinginan yang berlawanan).
7) Teknik assertive.
Hakikat
Manusi
a
Peran
Konselor
Konsep
Pribadi Proses
Dasar
Asumsi Sehat Konseling
Nama Perilaku
Pendek Ber-
at-an, masalah
Tokoh
Tujuan
Konseling
Pribadi
Tidak
Sehat
Teknik
Konseling
NO ASPEK URAIAN
1 Nama Pendekatan dan Tokohnya adalah Eric Berne, pendekatan analisis transaksional berdasarkan munculnya manifestasi pola-pola
Tokoh perilaku. Pendekatan ini memberikan kerangka bagi analisis dan transaksi antar orang dan dalam diri seseorang
berdasarkan pada konsep dari tiga status ego yaitu orang tua, dewasa dan anak. Dan setiap individu dalam
kepribadiannya adalah merupakan paduan dari beberpa individu lain.
2 Konsep Dasar a. Dalam terapi ini hubungan konselor dan klien diapandang dalam suatu transaksional (interaksi, tindakan
yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu sama lain. Sebagai fungsi
tujuan tertentu, transaksi menurut Berne merupakan manifestasi hubungan sosial.
b. Konseling ini berasal dari psikoanalisis yang dipergunakan dalam terapi kelompok, yang kemudian
dipergunakann pula dalam terapi individual sampai dengan sekarang.
c. Prinsip yang dikembangkan ini adalah upaya merangsang tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya
sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan wajar, terbuka
dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Perhatian utama diberikan pada manipulasi-manipulasi yang dipergunakann oleh orang dalam
berkomunikasi dengan orang lain (games people play).
4 Tujuan Konseling a. Membantu klien agar bisa mengatur dirinya sendiri, menentukan nasib sendiri, bertanggung jawab
terhadap kegiatan dan perasaannya sendiri serta menjauhkan yang tidak menjadi rencana hidupnya.
b. Membantu klien menggunakan status egonya secara tepat.
c. Membantu klien untuk membebaskan status ego dewasanya dari kontaminasi dan pengaruh negatif dari
status ego orangtua dan status ego anak.
d. Memberikan kesadaran serta kebebasan kepada klien untuk menentukan cara-cara serta keputusan
mngenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministik.
e. Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan
mematangkan status egonya.
5 Peran Konselor a. Hubungan yang sederajat antara konselor dengan klien tanpa mengesampingkan status terapis, tugas
utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk
mendiagnosa transaksi.
b. Konselor transaksional selalu aktif, menghindarkan keadaan diam yang terlalu lama dan mempunyai
tanggung jawab untuk memelihara perhatian pada transaksi.
c. Konselor berupaya menciptakan suasana yang akrab dalam hubungan sosial yang baik agar keduanya
terjadi timbal balik satu sama lain.
6 Deskripsi Proses a. Dalam situasi transaksional yang aktif antara konselor dengan klien, konselor memiliki tanggung jawab
Konseling untuk memelihara perhatian dan transaksi.
b. Diutamakan klien membuat kontrak-kontrak dengan terapis untuk mencapai perubahan-perubahan
spesifik yang diinginkan, apabila kontrak telah selesai, maka terapi diakhiri.
c. Transferensi dan kebergantungan pada terapis ditiadakan.
d. Selanjutnya berdasarkan analisis yang dibuat antara keduanya, konselor dapat memberikan bantuan
pemecahan masalah melalui:
1) Permission (memberi kebebasan melakukan sesuatu yang dilarang orangtua).
2) Protection (menciptakan rasa aman).
3) Potention (konselor berusaha dengan cara mengembangkan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan klien).
7 Teknik Konseling a. Analisis struktur: yaitu struktur kepribadian yang menjadi pola dasar bertransaksi antara klien dengan
orang lain yang tergambar dari transaksinya dengan konselor.
b. Analisis transaksional: yaitu menganalisis bagaimana klien bertransaksi dengan konselor, sehingga
dapat dianalisis bagaimana transaksi klien dengan orang lain baik dalam bentuk verbal maupun non verbal,
misalnya sikapnya, kata-katanya.
c. Analisis permainan (games analysis): yaitu analisis transaksional terselubung yang berulang menuju
pada hasil psikologis yang nyata yang telah dapat diduga sebelumnya. Tujuannya membantu klien agar
termotivasi mengubah sikap, sifat dan kebiasaan yang perlu diperbaiki dengan bantuan konselor.
d. Analisis naskah hidup: telah terbentuk sejak bayi dalam transaksinya dengan orang tua (sebagai early
decision).
Peran
Konselor
TEORI PENDEKATAN KONSELING TRAIT & FACTOR
Hakikat
Manusi Proses
a Konseling
Konsep
Dasar
Pribadi
Sehat
Nama
Pendek
at-an
dan
Tokoh
Asumsi
Perilaku Pribadi
Ber- Tidak Tujuan Teknik
masalah sehat Konseling Konseling
NO ASPEK URAIAN
1 Tokoh Pengembang E. G Williamson yang bertugas sebagai Pembantu Rektor urusan akademik dan kemahasiswaan pada
Universitas di Minnesota.
2 Konsep Dasar: Hakikat Teori ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun
Manusia lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, yang merupakan sifat yang
unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan setiap orang berbeda. Pendirian ini memandang bahwa
kepribadian adalah suatu sistem saling ketergantungan dengan trait dan faktor seperti kecakapan, minat, sikap,
temperamen dan lain-lain.
Konseling ini memiliki kekhasan dalam cara pandang terhadap hakikat manusia (klien) sebagai berikut:
a. Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Makna hidup adalah mencari kebenaran
dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan
orang lain. Manusia bermasalah menggambarkan dirinya sedang didominasi oleh perkembangan potensi
buruknya.
b. Manusia bersifat bergantung dan hanya berkembang secara optimal di tengah-tengah masyarakatnya.
c. Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good life). Memperoleh kehidupan yang baik, dan
lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang.
d. Manusia berhadapan dengan pengintroduksi (orangtua, guru, teman) konsep hidup yang baik yang
menghadapkannya pada pilihan-pilihan.
3 Asumsi Perilaku Bermasalah a. Dependence (bergantung), contoh: dalam setiap ulangan saya belum yakin atas kebenaran jawaban
saya kalau belum melihat jawaban teman saya.
b. Lock of information (kurang informasi), contoh: seorang siswa memutuskan keluar dari sekolah karena
tidak ada biaya, padahal sebenarnya ada kesempatan untuk mendapatkan beasiswa atau seorang siswa tidak
mau masuk jurusan tata busana padahal sebenarnya dia memiliki bakat yang kuat dalam bidang tersebut.
c. Self conflict (konflik diri), contoh: hari ini berjanji akan ketemu dengan pacar, tapi di saat yang sama
ada acara keluarga yang sangat penting.
d. Choice anxiety (cemas memilih), contoh: pada saat yang sama X didekati oleh dua orang pria yang
sama-sama menarik dan X juga merasa tertarik dan cocok dengan keduanya. Namun ia harus segera
memutuskan pilihannya, sementara ia tidak mau kehilangan keduanya.
e. Lock of assurance (kurang percaya pada diri sendiri), contoh: semua orang mendorong untuk
mengikuti lomba pidato, tetapi saya kurang yakin dengan kemampuan saya.
f. Lock of skill (kurang ketrampilan), contoh: tidak tahu cara membaca yang efisien, tidak dapat mengatur
jadwal harian.
4 Tujuan Konseling a. Tujuan konseling adalah membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya
sendiri dan membantu individu berpikir lebih jernih dalam memecahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional.
b. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat, sehingga dapat bereaksi
dengan wajar dan stabil.
c. Mengubah sifat-sifat subjektif dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan
metode atau cara ilmiah.
5 Peran Konselor a. Memberi tahu klien tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor dari hasil testing, angket
dan alat pengukur lainnya.
b. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
c. Konselor membantu mencari sebab individu tidak memiliki sumber personal untuk menentukan
individualitasnya.
d. Konselor aktif dalam situasi belajar, melakukan diagnosis, menyajikan informasi, mengumpulkan dan
menilai data, untuk membantu individu. Konselor berperan sebagai guru, yang bertugas mengajar klien
belajar tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
6 Deskripsi Proses Konseling a. Tahap analisis, yaitu langkah awal yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang diri
klien dan latar belakang kehidupannya.
b. Tahap sintesis, yaitu upaya merangkum, menggolong-golongkan serta menghubungkan data yang telah
dikumpulkan untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang kepribadian klien baik dari sisi kelebihan
maupun kelemahannya.
c. Tahap diagnosis yakni suatu langkah menarik simpulan logis mengenai masalah yang dihadapi klien
atas dasar gambaran pribadi hasil tahap analisis dan sintesis.
d. Tahap konseling. Konseling dalam konteks ini berarti sebagai tahap setelah tahap diagnosis atau secara
umum dikenal dengan istilah treatmen. Dalam tahap ini terdapat tiga langkah, yaitu:
1) Pengembangan alternatif pemecahan masalah.
2) Pengujian alternatif pemecahan masalah.
3) Pengambilan keputusan, yaitu langkah memilih alternatif strategi di atas dengan
mempertimbangkan ketepatan dengn masalah klien, kegunaan dan feasibilitasnya.
e. Tindak lanjut.
7 Teknik Konseling a. Menciptakan rapport (establishing rapport), yaitu teknik menciptakan hubungan baik antara konselor
dan klien yang diwarnai oleh suasana hangat, sikap ramah dan akrab serta sedapat mungkin meminimalkan
situasi yang mengancam klien.
b. Mengusahakan pemahaman diri (cultivating self understanding), yaitu teknik membantu klien agar
mampu memahami diri sendiri baik itu yang mencakup kelebihan atau kelemahannya. Untuk itu konselor
membutuhkan hasil aplikasi instrumentasi data tes dan non tes dalam kepentingan interpretasi berikut
pengkomunikasiannya kepada klien. Teknik ini menjadi fokus utama pada tahap analisis, sintesis dan
diagnosis.
c. Memberikan saran atau merencanakan program tindakan ( advising or planning a program of action),
yaitu teknik membantu klien dalam merencanakan tindakan. Oleh karena ada kemungkinan pemahaman
konselor terhadap klien dan masalahnya yang bersifat terbatas, maka hendaknya dalam memberikan saran
tidak bersifat langsung melainkan lebih bersifat persuasif.
d. Melaksanakan rencana (carrying out the plan), yaitu teknik membantu klien untuk melaksanakan
rencana-rencana sebagai wujud pengambilan keputusan oleh klien. Rencana yang diputuskan akan
dilakukan klien dapat dibahas secara lebih rinci dan operasional.
e. Melakukan alih tangan (referal), yaitu teknik mengalihtangankan ke pihak lain (orang/lembaga) yang
lebih berwenang. Dalam kasus penggunaan tes psikologis misalnya konselor tidak direkomendasikan untuk
mengadministrasikan jenis tes-tes proyektif. Maka dalam kasus yang memerlukan data kepribadian yang
mendalam, konselor harus melakukan alih tangan kepada profesional lain yang lebih berkewenangan.
8 Keterbatasan a. Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa-
siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggung jawab sendiri.
b. Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri klien
lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan dan membatasi klien.
c. Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif klien yang justru seharusnya menjadi
kepedulian konselor.
d. Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada data objektif. Penggunaan dan keyakinan yang
berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena keterbatasan reliabilitas, validitasdan kelengkapan alat serta
datanya.
e. Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong dan meyakinkan klien mewujudkan
kemampuannya, tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gerald Corey. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terjemahan). Bandung: PT Refika Aditama.
Nandang Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.
Richard Nelson Jones. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rochman Natawidjaja. 2009. Konseling Kelompok: Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.
Sayekti Pujosuwarno. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.
Sofyan S. Willis. 2010. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Uman Suherman. 2008. Konsep dan Aplikasi Konseling. Bandung: Madani Prod.