Anda di halaman 1dari 6

JUDUL ESAI

“Merdekanya LGBT sebagai Tonggak Awal Kehancuran Indonesia”


Karya ini Disusun untuk Mengikuti
Lomba Esai Nasional Kelompok Penulis Muda 2018
“Peran Pemuda sebagai Pemimpin Masa Depan dalam Mengatasi Permasalahan
Indonesia”

Disusun oleh :
Saffana Haniyya

BANDUNG
2018
Pada tahun 2015, dunia dikejutkan dengan berita mengenai pelegalan pernikahan
sesama jenis di seluruh wilayah Amerika Serikat sebagai buah dari kemenangan kaum
gay di Mahkamah Agung AS. Hal tersebut memicu reaksi tak hanya dari warga AS yang
menyambut semarak, namun juga seluruh masyarakat dunia. Timbul berbagai reaksi baik
pro maupun kontra terhadap hal tersebut yang menyebabkan banyak terjadinya
perdebatan antara politisi-politisi di berbagai negara.

Dilansir dari Tribunnews, hingga tahun 2017 sudah terdapat 10 negara yang
melegalkan hal tersebut diantaranya adalah Jerman, Skotlandia, Amerika Serikat, Brazil,
Selandia Baru, Denmark, Spanyol, Kanada, dan Belanda. Bahkan pelegalan tersebut tidak
hanya terjadi di negara-negara barat, namun sudah merambah Benua Asia. Pada tahun
2017 Taiwan menjadi negara pertama di Benua Asia yang melegalkan pernikahan sesama
jenis. Perkembangan LGBT di seluruh dunia berkembang pesat sejak mulai banyak
dikumandangkannya pelegalan pernikahan sesama jenis tersebut. Para kaum LGBT
semakin tidak takut untuk menunjukkan jati diri mereka. Indonesiapun tak luput dari
kaum LGBT yang semakin merajalela.

Dilansir dari Republika, kaum LGBT sudah ada di Indonesia sejak tahun 1960-an
dan terus berkembang hingga puncaknya terjadi di era 2000-an hingga sekarang. Saat ini
kaum LGBT di Indonesia semakin terbuka dan semakin meresahkan masyarakat. Pada
tahun 2017 silam masyarakat dihebohkan dengan maraknya pesta seks gay, seperti yang
terjadi di Klub Atlantis Kelapa Gading pada 21 Mei 2017 yang dihadiri oleh 141 orang
serta pesta seks gay di Surabaya yang dihadiri oleh 14 orang pada Minggu 30 April 2017.
Kejadian-kejadian tersebut memperlihatkan bahwa jumlah penganut LGBT semakin
meningkat jumlahnya dan terbuka. Bahkan menurut Moammar Emka, penulis buku
“Jakarta Undercover” jumlah LGBT di Indonesia sudah mencapai tiga persen dari jumlah
penduduk Indonesia! Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang kecil, Indonesia sudah
berada ditahap darurat LGBT! Namun melihat hal tersebut pemerintah Indonesia malah
belum bertindak tegas mengenai masalah legalisasi LGBT di Indonesia. Seperti yang
terjadi pada 14 Desember 2017, MK menolak kriminalisasi LGBT di Indonesia. Bahkan
berdasarkan pernyataan ketua MPR dan ketua umum PAN, Zulkifli Hasan sudah terdapat
5 partai di DPR yang setuju untuk melegalkan LGBT! Melihat berbagai kejadian
belakangan ini yang telah terjadi di Indonesia, penulis ingin memaparkan mengenai
betapa daruratnya perkembangan dan legalisasi LGBT di Indonesia terhadap masa depan
bangsa ini.

Di Indonesia, isu mengenai LGBT bak bola liar panas yang selalu menjadi sorotan
banyak pihak dan memicu berbagai reaksi. Setelah semakin terbukanya kaum LGBT di
Indonesia, semakin terlihat pula golongan “kanan” dan “kiri” para petinggi negara ini.
Banyak tokoh politik yang menyuarakan mengenai penolakan pelegalan LGBT di
Indonesia, namun tak sedikit juga tokoh masyarakat yang menyatakan dukungan yang
berlandaskan “HAM”. Keputusan MK pada tanggal 14 Desember 2017 merupakan titik
“klimaks” mengenai isu LGBT ini. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya besar
dikalangan masyarakat. Mengapa MK menolak uji materi pasal 284, 285, dan 289 disaat
pasal yang melarang LGBT di Indonesia ini sangat lemah, seperti pada pasal 292 KUHP
yang berisi “Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum
dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya
hal belum dewasa itu, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun”. Dilihat dari isinya
terdapat banyak kelemahan, seperti yang telah disampaikan oleh Prof. Euis, guru besar
IPB, bahwa pasal ini hanya menjerat orang dewasa yang melakukan pencabulan terhadap
anak kecil sehingga dengan kata lain perbuatan cabul antara dua lelaki dewasa tidak dapat
dijerat dengan pasal tersebut.

Isu LGBT ini semakin panas karena banyak tokoh masyarakat yang mendukung
mengenai pelegalan LGBT ini berdasarkan HAM, “pernikahan bukanlah berdasarkan
gender melainkan cinta” serta tegaknya keadilan untuk semua orang. Benarkah legalisasi
LGBT merupakan bentuk tegaknya keadilan dan HAM di Indonesia? Kaum LGBT
merupakan kaum yang telah menyalahi kodrat dirinya. LGBT merupakan sebuah
kebiasaan yang berujung pada perilaku menyimpang. Bagaimana bisa kaum LGBT
menerima HAM ketika mereka tidak melakukan tanggung jawab sebagai manusia yaitu
menjalankan hidup berdasarkan kodrat yang telah Tuhan berikan. Selain itu, berdasarkan
dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Dewi Inong Irana, kaum LGBT terutama gay 60
kali lebih rentan terkena HIV-AIDS dikarenakan kebiasaan seks melalui dubur. Jika hal
ini terus menerus dibiarkan, tingkat HIV-AIDS di Indonesia dapat meningkat tajam
seperti yang terjadi di Amerika Serikat, dikutip dari CDC (Centers for Disease Control
and Prevention) AS dari screening gay yan berusia 13 tahun keatas 81% diantaranya telah
terinfeksi HIV dan 55 % diantaranya terdiagnosis AIDS. Bisa dibanyangkan apabila hal
ini terjadi pada Indonesia, pemuda-pemuda yang seharusnya dapat menjadi tombak
majunya negara ini malah terkena HIV-AIDS. Apakah hal ini masih bisa dikatakan untuk
menjunjung HAM dan keadilan?

Selain itu banyak masyarakat yang vokal mendukung dan mengatakan bahwa
Indonesia adalah negara demokrasi yang merujuk kepada kebebasan dan keterbukaan
berpendapat bukan negara agama. Namun apakah saudara semua lupa bahwa pilar utama
negri ini adalah pancasila dan yang berada pada sila pertamanya adalah “ketuhanan yang
maha esa”. Hal ini sudah sangat membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang
berlandaskan agama, dan tak ada satu agamapun yang melegalkan LGBT. Salah satunya
agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia adalah agama islam. Islam
dengan tegas melarang LGBT karena terdapat banyak ayat dalam Al-quran yang
menghinakan dan mengharamkan LGBT. Salah satunya adalah surat Al-A’raf :30 yang
berbunyi: ”Dan (Kami juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang
sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum
kalian?”. Sehingga biasanya kaum LGBT akan mencari pembenaran mengenai perbuatan
yang dilakukannya dan akan perlahan meninggalkan agama/ menjadi tidak beragama. Hal
ini akan menyalahi pilar Indonesia yaitu pancasila.

Pertumbuhan LGBT yang sangat pesat di Indonesia ini tidak luput merupakan
gerakan massif dan terstruktur. Para kaum LGBT menyebarkannya kepada anak-anak dan
remaja terlebih dahulu. Berdasarkan pernyataan Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg)
DPR, Firman Soebagyo, bahwa negara-negara barat yang telah melegalkan LGBT
memberikan aliran dana untuk tumbuhnya LGBT di negara asia salah satunya di
Indonesia. Beliau mengatakan bahwa pernah dilobi oleh LSM untuk membahas soal
rancangan undang-undang LGBT. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia ditargetkan
untuk menjadi negara yang dapat dikuasi oleh kaum LGBT. Masalah ini berkaitan pada
politik, mengenai perebutan kekuasaan di Indonesia. Adanya sumber dengan dana besar
yang membayar LSM local untuk melobi partai-partai dipemerintahan untuk dapat
“menggolkan” LGBT.

Apabila LBGT berhasil diakui dan dibiarkan untuk tumbuh, kehancuran masa
depan Indonesia sudah berada di depan mata. Karena apabila LGBT telah dilegalkan di
Indonesia, dan akan semakin berkembang pesat maka peningkatan penyakit HIV-AIDS
meningkat yang menyebabkan jumlah masyarakat yang produktif semakin sedikit
sehingga jumlah pemuda yang dapat memimpin dan memajukan Indonesia akan semakin
sedikit. Selain itu, LGBT merusak moral bangsa ini. Bangsa yang moralnya telah rusak
tidak akan pernah bisa memajukan negaranya. Yang terpenting, dengan meningkatnya
LGBT akan membuat jumlah kelahiran di Indonesia menurun sehingga akan sulit didapati
usia produktif seperti halnya yang terjadi pada Negara Jepang. Hal- hal itulah yang sangat
berbahaya dan akan berdampak terhadap kemajuan negara Indonesia ini di masa depan.

Peran para pemuda Indonesia dalam masalah legalisasi LGBT ini adalah dengan
terus mengawalnya hingga akhir dan vokal dalam menentang hal tersebut. Apabila
terdapat teman yang terjerumus dalam LGBT jangan dijauhkan namun dirangkul dan ajak
untuk kembali mengingat Tuhan. Selain itu vokal dalam sosialisasi dampak negatif dari
LGBT baik di lingkungan persekolahan maupun rumah. Pemuda merupakan benteng
pertahanan dan juga kuda pejuang yang dimiliki Indonesia. Sehingga sebagai pemuda
Indonesia kita harus mencegah kehancuran bangsa ini oleh LGBT.

Legalisasi LGBT di Indonesia adalah sesuatu yang tidak boleh terjadi. Sebab
pelegalan LGBT menyalahi pilar Indonesia yaitu pancasila sila pertama tentang
ketuhanan dan juga menyalahi masalah hak dan kewajiban manusia. Pelegalan LGBT
yang akan meningkatkan kaum LGBT di Indonesia akan banyak memberikan dampak
negatif mulai dari persebaran dan peningkatan penyakit HIV-AIDS, merusak moral
bangsa, menurunnya angka kelahiran, dan dikuasainya Indonesia oleh negara-negara
yang ingin menggolkan LGBT di seluruh dunia. Oleh karena itu kita masyarakat
Indonesia harus sadar akan bahaya yang akan ditimbulkan tersebut, jangan mau “tercuci”
oleh orang-orang yang mendukung LGBT dengan kedok HAM dan Keadilan. Masyarakat
Indonesia harus dapat membuktikan bahwa pancasila memang merupakan pedoman negri
ini sehingga harus kembali pada Tuhan, kembali untuk memperdalam dan mengamalkan
ajaran agama. Dan yang terpenting pemuda Indonesia harus sadar bahwa dengan
pelegalan LGBT, merupakan tonggak kehancuran bangsa ini. Sehingga para pemuda
bangsa harus giat dan vokal dalam menentang legalisasi LGBT agar Indonesia tidak
dikuasai oleh pihak lain dan agar terus maju. Karena kalau bukan para pemuda Indonesia
yang memajukan Indonesia, siapa lagi?
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. 2016. Menelisik Perjalanan LGBT di Indonesia. Republika, 28 Januari 2018

Anar, A P. 2017. Gerakan Melegalkan LGBT di Indonesia Tersistematis. Rakyatku News,


24 Desember 2017.

Fajar, R. 2018. Bahaya LGBT dari Sisi Kesehatan dan Psikologi. Republika, 22 Januari
2018.

Purnama, R. 2017. LGBT Makin Terbuka, Jumlah Penganut Homoseksual di Indonesia


Meningkat. Sindo News, 23 Mei 2017.

Putra, P M. 2017. Uji Materi MK, Kumpul Kebo dan LGBT Tak Bisa Dipidana. Liputan6,
14 Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai