Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI TERPADU (FA 4142)


MODUL 5
SISTEM KARDIOVASKULAR
Tanggal Percobaan : 12 Oktober 2018
Tanggal Pengumpulan : 19 Oktober 2018
Kelompok 1 (Shift Jumat)
NIM Nama Tugas
10715006 Melisa Lidya Situmorang Tekanan darah, obat antiaritmia
10715022 Billgerd Tjengal Sel darah merah, obat antiplatelet
10715030 Gertrud Aknadya Anggira Hematokrit, hemoglobin, obat antiangina
10715036 Nane Nurhayati Pembahasan percobaan antihipertensi, obat
glikosida jantung
Golongan darah, warna kulit, hiperemia,
10715048 Cindy Devina metodologi dan data uji tail cuff, obat
antihipertensi
10715058 Siti Rhomlah Jahja Waktu pendarahan, waktu koagulasi, obat
trombolitik
10715088 Sausan Sakinah Kecepatan denyut jantung, bunyi jantung,
obat antianemia
10715099 Saffana Haniyya Sel darah putih, obat antikoagulan, editor

Asisten Praktikum:
Ranti Hashna Barirah (90718050)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TERPADU


PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
1. TUJUAN
1. Menentukan jumlah eritrosit dalam darah pada responden pria dan wanita menggunakan
hemocytometer.
2. Menentukan jumlah sel darah putih pada beberapa responden menggunakan
hemocytometer.
3. Menentukan adanya perbedaan hematokrit pada pria dan wanita.
4. Menentukan jumlah hemoglobin dalam darah.
5. Menentukan rata-rata waktu pendarahan dari empat panelis
6. Menentukan interval waktu koagulasi darah dari tiga panelis dibandingkan terhadap
waktu koagulasi normal.
7. Menentukan dan membandingkan tekanan darah berdasarkan jenis kelamin dan
aktivitas fisik.
8. Menentukan efek antihipertensi obat atenolol dan CMC-Na pada dua kelompok tikus yang
dibandingkan dengan uji Independent T Test.
2. PENDAHULUAN
Komponen utama yang menyusun sistem kardiovaskular adalah jantung, pembuluh darah, dan
cairan yang mengalir di dalam pembuluh yaitu darah. Darah adalah cairan jaringan ikat yang
mengalir dalam pembuluh di sistem kardiovaskular. Darah terdiri dari dua bagian utama yaitu
plasma yang menempati 55% darah total dan sisanya elemen darah yang mewakili 45% darah
total. Elemen darah terdiri dari tiga kelompok yaitu sel darah merah atau eritrosit, sel darah
putih atau leukosit dan platelet. Jantung berfungsi sebagai pompa mekanis yang memompakan
darah melalui pembuluh darah untuk sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru-paru. Aliran darah
dalam pembuluh ini menyebabkan timbulnya tekanan darah. Besarnya tekanan darah terutama
dipengaruhi oleh diameter pembuluh darah. Salah satu faktor resiko utama penyakit
kardiovaskular adalah hipertensi. Efek obat hipertensi dapat dievaluasi secara eksperimental
dengan mengukur potensinya dalam menurunkan tekanan darah.
3. METODOLOGI
3.1 Pengukuran Jumlah Sel darah Merah
Sebanyak 10 µL darah segar diencerkan menggunakan Natrium sitrat 2,5% sebanyak 2 mL.
Sampel kemudian diteteskan pada bagian tengah hemocytometer, kemudian dipasang
tutupnya jumlah sel darah merah dihitung menggunakan mikroskop dengan perbesaran
400 kali.
3.2 Hematokrit

2
Jari yang telah dibersihkan dengan etanol 70% ditusuk dengan lanset steril. Tetesan
pertama dibuang dan tetesan berikutnya langsung dimasukkan ke dalam pipa kapiler
hingga tingginya sekitar ¾ tinggi pipa. Kedua ujung pipa kapiler ditutup dengan lilin lalu
disentrifugasi selama 4 menit. Tinggi komponen darah dan total darah diukur dan
perbandingannya ditentukan.
3.3 Penentuan Waktu Pendarahan
Ujung jari panelis ditusuk dengan lanset steril. Stopwatch dijalankan sejak tetesan darah
pertama keluar. Kemudian darah yang keluar diserap dengan kertas penyerap setiap 15
detik. Stopwatch dihentikan saat darah berhenti mengalir. Dicatat periode waktu saat
mulai terjadi pendarahan hingga darah berhenti mengalir.
3.4 Pengukuran Tekanan Darah
Percobaan penentuan tekanan darah dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan perabaan
denyut nadi dan cara auskultasi dengan kondisi atau aktivitas yang berbeda-beda, seperti
ketika sedang duduk, berdiri, berbaring, dan berlari selama 2 menit. Alat yang digunakan
dalam menentukan tekanan darah pada kedua metode ini adalah sphigmomanometer.
Ban sfigmomanometer dililitkan pada lengan atas lalu dipompa. Pada metode perabaan
denyut nadi, tekanan diturunkan perlahan hingga pada suatu titik denyut nadi responden
kembali terasa. Pada metode auskultasi digunakan stetoskop yang diletakkan di bawah
ban sfigmomanometer untuk mendengar lebih jelas lagi sistol dan diastol. Ban dipompa
lagi, lalu diturunkan tekanannya perlahan. Saat pertama ketika denyut nadi responden
kembali terasa disebut sebagai sistol dan ketika denyut tidak lagi terasa disebut sebagai
diastol.
3.5 Percobaan Antihipertensi
Disiapkan dua kelompok uji yaitu tikus 1-4 sebagai kelompok uji atenolol, dan tikus 5-6
untuk kelompok uji Na-CMC. Tikus masing-masing ditimbang beratnya dan dihitung dosis
pemberian sediaan sesuai kelompok uji. Tikus dimasukkan dalam restrainer dan dijepitkan
cuff pada ekor lalu diukur tekanan darah awal sebagai T0 sebelum diberikan sediaan, lalu
diberi zat uji secara oral. Setelah 30 menit, tikus diberikan adrenalin 0,5 mg/kg BB secara
intraperitonial dan 30 menit kemudian diukur kembali tekanan darah sebagai T1. Data
kemudian dianalisis dengan membandingkan T1 antar kelompok uji menggunakan Uji T-
test independent.
4. HASIL PENGAMATAN
4.1 Perhitungan Jumlah Sel Darah Merah
• Pada Pria (Kelompok 1)

3
(Gambar 1 terlampir)
Jumlah sel darah merah di kotak tengah + kiri atas+kiri bawah+kanan bawah+kanan
atas=49+44+55+33+14= 195
Jumlah sel darah merah dalam darah = 195 x 10.000 = 1,95 juta sel/µL
Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah merah dibawah normal yakni 4,5 –
6,3 juta sel/µL.
• Pada Wanita (Kelompok 3)
(Gambar 2 terlampir)
Diperolah perhitungan pada kelima kotak yaitu 480.
Jumlah sel darah merah dalam darah = 480 x 10.000 = 4,8 juta sel/µL
Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah merah normal yakni berada pada
rentang 4,2 – 5,5 juta sel/µL.
4.2 Perhitungan Jumlah Sel Darah Putih
• Pada wanita kelompok 2
(Gambar 3 terlampir)
Jumlah sel darah putih di kotak atas + bawah+kanan+kiri= 2 +1+ 69 + 32=84
Jumlah sel darah putih dalam darah = 104 x 50 = 5200 sel/mm3
Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah putih normal yakni berada pada
rentang 5000 - 10000 sel/mm3
• Pada wanita kelompok 4
(Gambar 4 terlampir)
Jumlah sel darah putih di kotak atas + bawah+kanan+kiri= 55 +32+ 26 + 41=154
Jumlah sel darah putih dalam darah = 154 x 50 = 7700 sel/mm3
Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah putih normal yakni berada pada
rentang 5000 - 10000 sel/mm3
4.3 Hematokrit
(Data terlampir)
Berdasarkan pengolahan data dengan SPSS, hematokrit pada responden pria dan wanita
tidak memberikan perbedaan bermakna (confident interval 95%).
4.4 Penentuan Kadar Hemoglobin
(Data terlampir)
4.5 Penentuan Waktu Pendarahan
(Data terlampir)
4.6 Penentuan Waktu Koagulasi

4
(Data terlampir)
4.7 Tekanan Darah
(Data terlampir)
4.8 Percobaan Antihipertensi
(Data terlampir)
5. PEMBAHASAN
Darah adalah cairan tubuh yang memiliki fungsi untuk membawa senyawa-senyawa seperti
nutrisi, dan oksigen ke dalam sel dan mentransportasi limbah metabolisme dan CO2 keluar dari
sel. Darah terdiri atas plasma darah (46 - 63%) dan sel darah (37 - 54%). Plasma darah sendiri
merupakan bagian fasa cair dari darah yang terdiri dari protein (kebanyakan albumin, globulin
dan fibrinogen), senyawa-senyawa larut air lainnya dan air. Sedangkan sel darah terdiri dari
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan platelet. Eritrosit (sel darah merah)
merupakan komponen mayoritas sel darah (99,9% dari total sel darah) yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan
ke paru-paru. Eritrosit terdiri dari banyak Hemoglobin, yaitu metalloprotein yang memiliki
fungsi untuk mengikat O2. Satu molekul hemoglobin mampu mengikat 4 molekul O2.
Hemoglobin juga adalah zat yang memberikan warna khas eritrosit yang berwarna merah
karena mengandung ion Fe2+ yang dikompleks oleh heme yang berwarna merah. Jumlah sel
darah merah pada pria rata-rata yakni 4,5 – 6,3 juta sel/µL sedangkan pada wanita 4,2 – 5,5
juta sel/µL.
Pengukuran jumlah sel darah merah ini menggunakan hemocytometer. Darah didapatkan
dengan menusukkan jari menggunakan lanset yang sebelumnya telah dioleskan alkohol
sebagai antiseptik dan agar terjadi vasodilatasi, kemudian darah diambil dan diencerkan
dengan Na Sitrat yang berperan sebagai antikoagulan, tujuan lainnya yaitu agar saat
pengamatan, sel darah merah menjadi mudah diamati karena jumlahnya yang tidak terlalu
banyak. Pada hasil percobaan, diperoleh hasil pada wanita normal sehingga hasilnya baik.
Sedangkan hasil pada pria diperoleh jumlah eritrosit yang relatif rendah dengan jumlah rata-
rata. Hal ini disebabkan karena sampel darah yang telah diencerkan oleh Na Sitrat sudah
dibiarkan di udara terbuka relatif lama yaitu selama 30 – 40 menit, dan sesaat sebelum
diteteskan ke hemocytometer terlihat darah sudah menggumpal, sehingga hasil sebenarnya
sudah tidak valid. Terdapat beberapa kondisi patologis berdasarkan jumlah eritrosit. Bila
jumlah eritrosit dibawah normal, maka dinamakan Anemia, sedangkan bila jumlah eritrosit
diatas normal, maka dinamakan Polisitemia. Pada penyakit polisitemia, tubuh menghasilkan
terlalu banyak sel darah merah dan dapat mengakibatkan penyumbatan aliran darah pada

5
sebagian orang. Polisitemia dapat terjadi karena kelainan sumsum tulang belakang seperti
kanker yang dapat menyebabkan pembentukan sel darah merah terlalu banyak. Pada penyakit
anemia tubuh kekurangan Sel darah merah (atau bisa juga Hemoglobin) yang mengakibatkan
jumlah oksigen dalam tubuh yang dapat diserap oleh sel berkurang, membuat tubuh menjadi
pucat dan hipoksia. Anemia dapat diklasifikasikan menjadi mikrositik, normositik, dan
makrositik. Anemia mikrositik disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) sehingga
pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan asupan zat besi. Anemia normositik
disebabkan karena kekurangan eritropoietin (EPO) sehingga pengobatan dapat dilakukan
dengan terapi EPO. Anemia makrositik disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam
folat sehingga pengobatannya dapat dilakukan dengan pemberian multivitamin.
Sel darah putih/leukosit merupakan bagian dari sistem imun yang melindungi tubuh dari
mikroorganisme dengan membentuk antibodi dan memfagosit benda-benda asing. Leukosit
dibagi menjadi dua macam yaitu granulosit yang terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil,
serta agranulosit yang terdiri atas limfosit dan monosit. Rata-rata jumlah leukosit dalam darah
manusia normal adalah 5.000- 10.000/mm3, bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm3, keadaan
ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5.000/mm3 disebut leukopenia (Effendi, Z., 2003).
Selain leukositosis dan leukopenia, terdapat penyakit lain pada sel darah putih yaitu leukemia.
Leukemia terjadi ketika jumlah sel darah putih jauh melibihi jumlah normalnya yaitu lebih dari
100.000 sel/ mm3 darah sampai fagosit sel lain.
Pada pengukuran jumlah sel darah putih digunakan larutan asam asetat 0,1% yang
berfungsi untuk melisis sel darah merah sehingga tidak mengganggu pengamatan.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa sel darah putih wanita 1 adalah 5200 sel/mm3
dan wanita 2 adalah 7700 sel/mm3. Jumlah tersebut berada pada rentang normal leukosit yaitu
5.000- 10.000/mm3. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua responden wanita tersebut
memiliki jumlah leukosit normal. Adapun perbedaan jumlah dapat disebabkan oleh kondisi
fisiologis atau patologis responden yang berbeda. Pada salah satu hasil mikroskop
menunjukkan banyaknya sel yang menumpuk sehingga menyulitkan untuk melakukan
perhitungan. Hal ini disebabkan oleh kurang homogennya asam asetat pada suspensi darah
sehingga lisis eritrosit tidak sempurna.
Hematokrit atau packed cell volume (PCV) adalah jumlah elemen darah dibandingkan
dengan total volume darah. Nilai hematokrit normal untuk wanita adalah 36% – 46% untuk
wanita dan 41%-53% untuk pria (Hillman, 1998). Penentuan hematokrit dilakukan dengan
memasukkan darah ke dalam pipa kapiler berheparin, lalu ujung pipa kapiler tersebut ditutup
dengan lilin dan disentrifuga. Pipa kapiler berheparin digunakan agar darah tidak mengalami

6
koagulasi di dalam pipa kapiler. Penentuan hematokrit dilakukan untuk menentukan
normalitas komponen sel darah. Nilai hematokrit yang terlalu tinggi menunjukkan adanya
polisitemia (kelebihan sel darah merah) dan nilai yang terlalu rendah menunjukkan penyakit
terkait pembentukan sel darah merah.
Pada penentuan hematokrit didapatkan hasil bahwa hematokrit pada pria dan wanita tidak
berbeda bermakna. Padahal seharusnya terdapat hematokrit pria lebih tinggi dibandingkan
wanita. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh hormon androgen (hormon pada pria) memiliki
kemampuan untuk menstimulasi pembentukan sel darah merah, sedangkan hormon estrogen
(hormon pada wanita) tidak dapat menstimulasi pembentukan tersebut. Hasil pengujian yang
tidak sesuai dengan teori dapat diakibatkan oleh beberapa hal. Pertama, hidrasi dari setiap
responden kemungkinan berbeda-beda karena tidak dilakukan penyeragaman makanan dan
minuman yang diterima oleh responden sebelum pengujian dilakukan. Jumlah hematokrit
dapat meningkat apabila dilakukan pada responden yang mengalami dehidrasi karena
menurunnya volume plasma. Selain itu, cara pengambilan darah juga dapat mempengaruhi
hasil hematokrit. Bila pengeluaran darah dilakukan dengan bantuan menekan jari berulang-
ulang, hematokrit dapat menjadi lebih rendah dari hasil yang seharusnya. Hal tersebut dapat
terjadi karena cairan pada jaringan ikut keluar melalui pembuluh darah dan menyebabkan
volume plasma yang terbaca meningkat (Walker et al, 1990).
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang terdiri dari empat subunit,
di mana setiap sub unit berikatan dengan molekul heme. Heme memiliki atom besi (Fe) yang
dapat berikatan dengan molekul oksigen sehingga hemoglobin dapat mentranspor oksigen.
Jumlah normal hemoglobin dalam darah untuk pria adalah 14-18 g/dL dan untuk wanita 12-16
g/dL (Walker et al, 1990). Penentuan hemoglobin dalam darah dilakukan untuk menentukan
normalitas hemoglobin. Jumlah hemoglobin yang terlalu rendah dapat menyebabkan anemia
sehingga jumlah oksigen yang ditranspor ke dalam jaringan menjadi lebih rendah dari yang
seharusnya. Jumlah hemoglobin yang terlalu tinggi dapat ditimbulkan dari keadaan
eritrositosis. Eritrositosis kenaikan produksi sel darah merah dan meningkatkan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen.
Penentuan hemoglobin dalam darah dapat dilakukan dengan metode Sahli dan Tallquist.
Pada metode Tallquist, darah diteteskan pada kertas Tallquist lalu warna yang terbentuk
dicocokkan dengan pembanding. Metode Tallquist merupakan metode semikuantitatif karena
tidak dapat menentukan jumlah hemoglobin dengan tepat. Metode Sahli lebih baik digunakan
untuk menentukan hemoglobin dibandingkan metode Tallquist karena memiliki ketepatan
yang lebih baik. Pada metode Sahli, darah yang telah ditambahkan HCl dibandingkan dengan

7
warna pembanding sehingga dapat ditentukan jumlah hemoglobin yang lebih spesifik. Tujuan
penambahan HCl adalah untuk membentuk kompleks hematin-acid dengan hemoglobin yang
dapat memberikan warna coklat. Pada hasil pengamatan, rata-rata hemoglobin responden
adalah 53,33% dengan metode Tallquist dan 9,033 g/dL untuk metode Sahli. Nilai tersebut
lebih rendah dari nilai hemoglobin normal untuk wanita (12-16 g/dL). Nilai yang rendah
tersebut juga dapat diakibatkan jari yang ditekan berulang ketika darah dikeluarkan. Hal
tersebut mengakibatkan cairan pada jaringan ikut keluar dan menyebabkan volume plasma
lebih tinggi daripada yang seharusnya sehingga konsentrasi hemoglobin menjadi lebih rendah.
Waktu pendarahan adalah periode waktu antara waktu mulai keluarnya tetes darah
pertama sampai darah berhenti mengalir. Pendarahan merupakan kondisi saat terjadi
kehilangan darah akibat kerusakan pada organ tubuh atau pembuluh darah sehingga darah
dapat mengalir dengan bebas di dalam ataupun di luar tubuh. Berbeda dengan waktu koagulasi
yang menunjukkan interval waktu saat timbulnya tetesan darah pertama hingga terbentuknya
benang fibrin. Waktu pendarahan digunakan untuk menguji kemampuan trombosit atau
platelet dalam menghentikan pendarahan sementara waktu koagulasi lebih digunakan untuk
menguji proses pembekuan darah. Koagulasi merupakan salah satu tahapan dalam hemostatis
akibat adanya luka atau kerusakan pada pembuluh darah. Tahap hemostatis yakni: 1) Fase
Vaskular: terjadi vasokontriksi akibat refleks syaraf sehingga mengurangi jumlah darah yang
keluar. Vasokontriksi dipicu oleh adanya reaktan seperti serotonin, histamin, prostaglandin
dan bahan vasoaktif lainnya. Serotonin dihasilkan oleh trombosit yang keluar dari pembuluh
darah akibat adanya luka. 2) Fase Platelet: terjadi adhesi atau penempelan platelet pada sel
endotel daerah luka yang terekspos. Sel endotel yang terekspos memiliki efek lengket yang
akan memfasilitasi penempelan platelet pada pembuluh darah. Platelet yang teraktivasi akan
menghasilkan berbagai senyawa seperti ADP. ADP (Adenosin difosfat) akan mengaktifkan
platelet lain untuk menuju daerah luka sehingga terjadi agregasi platelet pada daerah tersebut.
3) Fase Koagulasi: platelet factor 3 (PT3) akan mengaktivasi faktor X yang selanjutnya akan
merubah protrombin menjadi trombin. Protrombin yang dikonversi menjadi trombin akan
menyebabkan diubahnya fibrinogen menjadi fibrin. Sumbatan platelet akan bercampur
dengan fibrin yang tidak larut serta komponen darah lainnya seperti sel darah merah atau sel
darah putih yang memperkuat obstruksi untuk membentuk koagulan. Proses koagulasi dibantu
oleh faktor koagulan I hingga XII (daftar faktor koagulan terlampir). 4) Fase Fibrinolitik: proses
pelarutan kembali fibrin dikarenakan adanya plasmin. Pada pembekuan darah, plasminogen
terikat dengan fibrin, sehingga untuk mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin diperlukan
aktivator seperti alteplase atau t-PA. Saat t-PA dilepaskan ke pembuluh darah, akan terikat

8
pada fibrin dan menyebabkan terjadinya perubahan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin
akan mencerna fibrin hingga membentuk produk degradasi yang larut. Selanjutnya produk
pemguraian fibrin akan dihilangkan aktivitasnya oleh inhibitor alami. (Gambar fase fibrinotik
pada hemostasis terlampir)
Fungsi penentuan waktu pendarahan yakni untuk menentukan normalitas sistem vaskular
sehingga dapat mendiagnosis adanya kerusakan dan disfungsi trombosit, kelainan pada
dinding vaskular ataupun pada faktor koagulasi. Selain itu juga dapat diperpanjang oleh karena
penggunaan obat-obat seperti aspirin, NSAID, penisilin sefalosporin dan antikoagulan.
Diketahui waktu pendarahan normal yang ditentukan dengan metode Duke berkisar antara 1
hingga 5 menit (Kinra et al. 2009). Pendarahan yang berlangsung lebih lama mengarahkan
dugaan pada penyakit trombositopenia dimana kondisi darah encer akibat kurangnya jumlah
platelet atau trombosit berperan penting pada proses pembekuan darah. Sedangkan waktu
koagulasi normal yang ditentukan dengan metode Duke berkisar antara 5 hingga 11 menit
(Kinra et al. 2009). Waktu koagulasi yang lama mengarahkan pada penyakit heredites
(keturunan) misalnya hemofilia. Hemofilia merupakan kondisi dimana darah sukar membeku.
Selain itu untuk penderita diabetes melitus akan mengalami kesukaran penyembuhan luka
akibat efek terhambatnya sirkulasi darah sehingga aliran darah menuju daerah luka berkurang
sedangkan luka memerlukan oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh oksigen tersebut dalam
penyembuhannya. Juga mungkin dikarenakan oleh neuropati sehingga luka yg timbul sudah
tidak dapat dirasakan lagi dan secara tak sadar luka bertambah parah, ataupun karena
kekebalan tubuh yang melemah sehingga tidak mendukung penyembuhan luka.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai rata-rata waktu pendarahan yakni 55 detik.
Dengan waktu pendarahan tersingkat yakni 32 detik dan terlama yakni 72 detik serta standar
deviasi yakni 15,28 detik. Perbedaan waktu pendarahan mungkin dikarenakan oleh perbedaan
preparasi pada saat percobaan seperti dalamnya luka ataupun cara menyerap darah dengan
kertas penyerap. Juga mungkin dikarenakan oleh kondisi praktikan yang bervariasi misalnya
terkait jumlah trombositnya. Sedangkan untuk waktu koagulasi terdapat satu panelis yang
memiliki interval waktu koagulasi darah yang normal sedangkan dua panelis lainnya kurang
dari interval normal. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan pada keberadaan faktor koagulan
dalam darah. Akan tetapi perbedaan interval waktu pada panelis tidak signifikan dan tidak ada
yang berada diatas rentang normal sehingga tidak mengindikasikan penyakit hemofilia atau
kesukaran darah dalam koagulasi atau pembekuan. Waktu koagulasi yang terlalu cepat dapat
dikarenakan oleh beberapa kondisi seperti obesitas, denyut jantung yang tidak beraturan, atau
kehamilan.

9
Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu golongan darah A dimana golongan darah A
mempunyai antigen A dan anti - B, golongan darah B yang memiliki antigen B dan anti – A,
golongan darah O yang memiliki antibodi tetapi tidak memiliki antigen, dan golongan darah AB
yang memiliki antigen tetapi tidak memiliki antibodi (Guyton, 1997). Prinsip penentuan
golongan darah ialah prinsip antigen (aglutinogen) direaksikan dengan antibodi (aglutinin)
yang senama maka akan terbentuk aglutinasi. Fungsi pemeriksaan golongan darah ialah
mempermudah saat transfusi darah, karena dapat berakibat fatal jika terjadi kesalahan saat
transfusi / donor darah apabila tidak mengetahui golongan darahnya terlebih dahulu.
Pada sistem peredaran darah, terdapat pembuluh darah tepi, dimana pembuluh darah tepi
merupakan pembuluh darah yang membawa darah kembali ke jantung pada peredaran darah.
Berbeda dengan pembuluh darah pulmonalis karena pembuluh darah tepi mengadung banyak
karbon dioksida yang diserap di jaringan tubuh ketika oksigen dilepaskan. Pembuluh darah tepi
cenderung mengandung darah yang lebih hangat daripada darah yang berasal dari arteri
karena kandungan pH yang lebih rendah, kandungan glukosa yang lebih sedikit, campuran
urea, dan produk sisa buangan. Pembuluh darah tepi digambarkan dengan warna biru dan
terlihat pada kulit umumnya, namun darah tepi pada kondisi sebenarnya berwarna merah
gelap dibandingkan darah arteri. Ketika kulit diberikan tekanan / goresan dengan kuat, maka
akan terjadi kemerahan, penyebaran warna merah pada kulit, dan pembengkakan. Hal
tersebut merupakan respon kulit saat terjadi luka yang disebut dengan triple response. Respon
kemerahan pada tempat terjadi luka disebabkan dilatasi kapiler yang diakibatkan tekanan saat
terjadi luka. Warna merah pada kulit menyebar di sekitar area terjadinya luka yang disebabkan
dilatasi arteriolar. Hal tersebut merupakan reflek akson yang diteruskan secara antidromik ke
cabang-cabang area sensorik di tempat terjadinya luka. Pembengkakan / lokal edema yang
terjadi pada tempat terjadinya luka diakibatkan peningkatan permiabilitas kapiler yang
menyebabkan keluarnya cairan (darah). Warna kulit memiliki kaitan yang erat dengan darah
yang berada di pembuluh darah. Ketika darah yang berada di pembuluh darah membawa
banyak O2 maka kulit akan tampak lebih merah namun sebaliknya ketika darah membawa
sedikit O2 atau dalam keadaan kurang oksigen maka kulit menjadi lebih pucat. Namun hal
tersebut dipengaruhi kandungan pigmen melanin pada kulit. Melanin berperan dalam
mempengaruhi warna kulit seseorang. Ketika pigmen melanin seseorang sedikit maka warna
kulit akan lebih pucat sehingga perbedaan warna kulit tersebut akan nampak lebih jelas
daripada seseorang yang memiliki pigmen melanin dalam jumlah banyak / kulit berwarna
coklat.

10
Hiperemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan aliran darah di dalam
pembuluh darah di beberapa jaringan tubuh yang berbeda. Kondisi ini diakibatkan terjadinya
gangguan sirkulasi darah dan umumnya ditandai dengan munculnya kemerahan pada kulit.
Hiperemia dibagi menjadi dua yaitu hiperemia aktif dan hiperemia reaktif/pasif. Hiperemia
aktif terjadi ketika adanya peningkatan metabolisme jaringan. Hal tersebut memicu pelepasan
vasdilator metabolik ke dalam cairan ekstraselular sehingga terjadi dilatasi arteriol. Dilatasi
arteriol menurunkan resistensi dan menghasilkan peningkatan aliran darah. Cadangan O2 dan
nutrisi ke jaringan meningkat selama metabolisme meningkat. Contoh hiperemia aktif ialah
pada radang akut, warna merah pada wajah, yang timbul akibat respon terhadap stimulus
neurogenik. Berbeda dengan hiperemia reaktif/pasif dimana tidak menyangkut peningkatan
jumlah darah yang mengalir ke suatu daerah, namun diakibatkan gangguan aliran darah pada
daerah tertentu.Hiperemia reaktif terjadi ketika penurunan aliran darah akibat adanya
sumbatan mengakibatkan vasodilatasi metabolik terakumulasi di cairan ekstraselular. Hal
tersebut menyebabkan dilatasi arteriol, tetapi sumbatan menghambat aliran darah. Kemudian
sumbatan terlepas, dan terjadi penurunan resistensi yang mengakibatkan peningkatan aliran
darah. Dengan menghilangnya vasodilator, arteriol berkontriksi dan aliran darah kembali
normal. Hiperemia pasif dibagi menjadi 2 berdasarkan waktu berlangsungnya, yaitu hiperemia
pasif akut dan hiperemia pasif kronik. Hiperemia pasif akut berlangsung dalam waktu singkat
tanpa dipengaruhi jaringan yang mengalami gangguan sementara hiperemia pasif kronik
berlangsung lama dan dapat terjadi perubahan yang permanen pada jaringan seperti hipoksia,
atrofi, dan nekrosis.
Pada manusia, system sirkulasi darah memiliki fungsi untuk menjaga homeostasis tubuh
dengan cara: 1). Transportasi oksigen, karbondioksida, nutrisi, hormone, dan sisa metabolism.
2). Regulasi pH dan konsentrasi ion dalam tubuh. 3). Menghambat hilangnya cairan pada
daerah luka. 4). Melawan racun dan pathogen. 5). Menstabilkan suhu tubuh, dan lainnya.
(Martini:640). Sedangkan fungsi dari sirkulasi system limfatik adalah produksi,
mnyeimbangkan, dan distribusi limfosit yang berfungsi untuk melawan infeksi. Limfosit,
makrofag, dan mikrofag bersirkulasi Bersama aliran darah dan dapat keluar masuk ke
pembuluh kapiler pada jaringan-jaringan tubuh. Kelebihan cairan pada jaringan tubuh dapat
dikembalikan ke aliran darah melalui pembuluh-pembuluh limfatik. (Martini:764).
Untuk mendengar suara jantung, digunakan teknik auscultation dengan menggunakan
stetoskop untuk mendengar ketidak normalan pada bunyi jantung. Stetoskop diletakkan
tergantung posisi katup yang ingin didengar. Bunyi pada jantung dibagi menjadi S1, S2, S3, dan
S4. S1 adalah bunyi “LUBB” yang terjadi karena menutupnya katup AV saat kontraksi ventrikel.

11
S2 adalah “DUPP” yang terjadi karena menutupnya katup semilunar pada saat pengisisan
ventrikel. S3 dan S4 bunyinya sulit didengarkan karena merupakan bunyi akibat aliran darah
ke ventrikel untuk S3 dan kontraksi atrial untu S4. Suara jantung yang paling jelas terdengar
adalah S1 dan S2 karena berhunbungan langsung dengan katupnya. (Martini:694). Jika
terdapat abnormalitas pada katup dan terdapat masalah pada otot papillary atau chordae
tendineae, maka katup tidak akan menutup dengan sempurna. Hal ini akan menyebabkan
darah yang dipompa dapat kembali masuk pada saat systole. Keadaan ini membuat kekacauan
pada system pemompaan di jantung sehingga timbul suara “MURMUR”. Penentuan suara
jantung ini diperlukan untuk mengetahui abnormalitas pada katup jantung. (Martini:694).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan denyut jantung adalah sirkulasi hormon dalam
tubuh, yaitu neurotransmitter asetilkolin, epinefrin dan norepinefrin. Tubuh yang melakukan
aktivitas fisik akan memberi stimulus pada otak. Otak yang menerima stimulus parasimpatik
akan melepaskan asetilkolin sehingga menurunkan kecepatan denyut jantung, sedangkan
ketika otak menerima stimulus simpatik, otak akan melepaskan epinefrin dan norepinefrin
sehingga menyebabkan kecepatan denyut jantung meningkat. Kemampuan otot jantung untuk
berkontraksi juga dapat dipengaruhi oleh keberadaan hormon-hormon ini sehingga juga dapat
mempengaruhi cardiac output jantung. Selain itu kecepatan denyut jantung juga dapat
dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, dan indeks masa tubuh (IMT).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak
terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah
tekanan terendah yang terjadi saat ventrikel beristirahat dan mengisi ruangannya. Tekanan
darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik (Oxford,
2003). Faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah umur, jenis kelamin, olahraga dan
aktivitas fisik obat-obatan, serta kerja jantung, volume dan viskositas darah, diameter,
keelastisitasan, dan hambatan pada pembuluh darah.
Penentuan tekanan darah dilakukan dengan dua cara, yaitu cara perabaan denyut nadi dan
cara auskultasi. Dari hasil percobaan pengukuran tekanan darah dengan cara perabaan denyut
nadi hanya dapat ditentukan nilai sistol. Nilai diastol tidak dapat ditentukan secara pasti hanya
dengan meraba denyut nadi seseorang, sehingga dilakukan juga cara auskultasi dengan
menggunakan stetoskop sebagai alat bantu dengar yang lebih jelas. Percobaan dengan cara
auskultasi juga dilakukan dalam berbagai keadaan seperti ketika sedang duduk, berdiri,
berbaring, dan berlari. Pada percobaan dengan perabaan denyut nadi dapat diperoleh hasil
apakah jenis kelamin mempengaruhi tekanan darah. Hasil yang diperoleh adalah tekanan
darah pada responden berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini

12
dapat disebabka oleh faktor perubahan hormonal yang lebih sering terjadi pada wanita
sehingga menyebabkan wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Hal ini
juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi. Pada
percobaan dengan cara auskultasi, dapat diperoleh hasil apakah perbedaan aktivitas
seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa urutan tekanan darah responden paling tinggi ke rendah adalah ketika telah berlari
selama 2 menit, berbaring dan berdiri, serta ketika dalam keadaan duduk. Nilai rata-rata
tekanan darah pada keadaan berbaring dan berdiri adalah sama, namun dilihat dari nilai
standar deviasinya, sebenarnya tekanan darah responden lebih tinggi ketika dalam keadaan
berbaring dari pada ketika berdiri. Tekanan darah terbukti dapat dipengaruhi oleh aktivitas
fisik seseorang. Dengan meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka kebutuhan darah yang
mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan
meningkatkan aliran darahnya. Hal ini juga direspon pembuluh darah dengan melebarkan
diameter pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga akan berdampakpada tekanan darah
individu tersebut.
Sphygnomanometer merupakan salah satu instrumen pengukur tekanan darah yang terdiri
dari 3 bagian: cuff (manset yang bisa diisi udara), manometer (untuk mengukur tekanan angin
dalam cuff), dan stetoskop. Pengukuran tekanan darah dimulai ketika cuff dibalutkan ke lengan
atas kemudian dikembangkan sampai darah tidak bisa mengalir lewat arteri brankial. Ketika
terdengar dentuman pertama kali, skala pada pengukur tekanan menunjukan tekanan sistolik.
Dentuman berhenti ketika tekanan angin dalam cuff lebih rendah dari tekanan darah diastolik.
Ketika dentuman berhenti, skala pada pengukur tekanan menunjukkan tekanan darah diastol.
Tekanan darah sistol adalah tekanan pembuluh arterial ketika jantung berkontraksi (berdetak).
Sedangkan tekanan darah diastol adalah tekanan pada pembuluh darah ketika jantung
beristirahat atau relaksasi diantara denyut jantung. Tekanan darah memiliki satuan mmHg
karena alat pengukur tekanan darah yang biasa dipakai memiliki tabung berisi merkuri dalam
satuan mm dan 760 mmHg setara dengan 1 atm. Salah satu golongan obat terkait sistem
kardiovaskular adalah glikosida jantung yang merupakan senyawa dengan efek inotropik
positif pada gagal jantung dengan memperbesar kapasitas otot jantung untuk memompa
darah. Mekanisme aksi dari glikosida jantung belum jelas namun berhubungan dengan inhibisi
pompa Na-K yang bertanggung jawab atas pertukaran natrium dan potasium.
Pengukuran tekanan darah dengan cara Tail Cuff method dengan menggunakan blood
pressure analyzer memiliki prinsip pengukuran yang mirip dengan prinsip alat
Sphygnomanometer. Metode ini memungkinkan untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan

13
diastolik. Prinsip kerja pengukuran tekanan darah adalah Cuff digelembungkan sampai
mencapai tekanan darah di atas tekanan darah sistolik, tekanan darah normal tikus yaitu ≥ 129
(sistolik) / 91 (diastolik) mmHg, sehingga nadi menghilang kemudian tekanan cuff dikurangi
perlahan-lahan. Pada saat tekanan darah mencapai di bawah tekanan sistolik nadi akan
muncul kembali. Tikus perlu dimasukkan ke tabung restrainer dan ditempatkan diatas
pemanas untuk menjaga tekanan darah tetap normal. Pada uji Independent T-Test, dasar
pengambilan keputusan memiliki 2 kondisi: Jika nilai Sig. (2 tailed) < 0,05 maka terdapat
perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok uji dan jika nilai Sig. (2 tailed) > 0,05, maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok uji. Hasil perhitungan menggunakan
Independent T-Test yaitu Sig. (2 tailed) pada sistol sebesar 0,364 dan pada diastol 0,382.
Kesimpulannya yaitu tidak ada perbedaan antara tekanan darah sistol dan diastol tikus yang
diberi obat atenolol dan tikus yang diberi CMC-Na. Perhitungan data dilakukan dengan
menggunakan T1 yaitu tekanan darah tikus setelah diberi obat dan diberi adrenalin. T0
(tekanan darah awal) tikus memiliki nilai yang lebih besar dari normal. Hal ini disebabkan tikus
yang stress karena lingkungan yang bising dan banyak terdapat praktikan diruangan. Kelompok
uji menggunakan 2 substansi: CMC-Na dan Atenolol. CMC-Na tidak memiliki aktivitas biologis
(inert) sebagai penurun tekanan darah. Atenolol memiliki waktu onset sekitar 3 jam sedangkan
waktu antara pemberian dosis oral atenolol dan adrenalin sekitar 30 menit dan pengukuran
tekanan darah 30 menit setelahnya. Atenolol belum memiliki aktivitas biologi sebelum 3 jam
sehingga tidak memiliki efek penurunan tekanan darah pada tikus percobaan menyebabkan
hasil yang tidak menunjukkan perbedaan antara uji antihipertensi antara kelompok tikus obat
atenolol dengan CMC-Na.
6. KESIMPULAN
1. Jumlah sel darah merah pada sampel darah pria adalah 1,95 juta sel/µL dan pada wanita
adalah 4,8 juta sel/µL.
2. Jumlah sel darah putih pada sampel darah responden 1 adalah 5500 sel/ mm3 dan pada
responden 2 adalah 7200 sel/mm3.
3. Tidak terdapat perbedaan hematokrit antara wanita dan pria.
4. Jumlah hemoglobin yang didapatkan berdasarkan hasil praktikum adalah 9,033 g/dL
dengan metode Sahli dan 53,33% atau 8,333 g/dL metode Tallquist.
5. Rata-rata waktu pendarahan dari empat panelis yakni 55 detik dengan dua panelis berada
di rentang waktu pendarahan normal.
6. Interval waktu koagulasi darah dari tiga panelis yakni 2,5 hingga 5 menit. Dibandingkan
terhadap literatur, hanya satu yang berada pada interval waktu koagulasi yang normal.

14
7. Tekanan darah dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin dan aktivitas fisik. Tekanan
darah pada responden perempuan lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki.
Sedangkan urutan tekanan darah tertinggi ke terendah adalah saat setelah berlari selama
2 menit, berbaring, berdiri, dan duduk.
8. Tidak ada perbedaan efek antara obat atenolol dan CMC-Na pada 2 kelompok tikus
sebagai obat antihipertensi berdasarkan uji Independent T Test.
7. SARAN
1. Sebaiknya pada percobaan antihipertensi obat antihipertensi yang diujikan pada tikus
diganti dari atenolol menjadi propanolol karena memiliki waktu onset yang lebih cepat
yaitu rute per oral 30 menit
8. DAFTAR PUSTAKA
Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh. Fakultas
Kedokteran: Universitas Sumatera Utara.
Frederic H, Martini, et al. 2006. Fundamental of Anatomy and Physiology Seventh Edition. San
Fransisco: Pearson Education, Inc. Halaman:640 ;692; 694; 695; 764; 766; 767
Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi V. Jakarta : EGC.
Hillman, R.S. dan Ault, K.A.. 1998. Hematology in Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and
Management, 2nd Edition. New York : McGraw Hill (hlm. 568)
Kinra, Tewari dan Raghu Raman. 2009. Role of bleeding time and clotting time in preoperative
hemostasis evaluation. IJASM. Halaman 56-61 (Diakses melalui
http://medind.nic.in/iab/t09/i1/iabt09i1p56.pdf)
Lokich, J.J., et al. 1973. Hemoglobin brigham (alpha2Abeta2100 Pro—Leu). Hemoglobin variant
associated with familial erythrocytosis. Journal of Clinical Investigation 52(8): 2060-2067
Walker, H. K. , Hall, W. D., Hurst, J. W. (eds). 1990. Clinical Methods: The History, Physical, and
Laboratory Examinations 3rd Edition. Boston: Butterworths.

15
LAMPIRAN
A. HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Pengamatan Perhitungan sel darah merah

Gambar 1. Hasil Mikroskop Sel Darah Merah Pria Kelompok 1

16
Gambar 2. Hasil Mikroskop Sel Darah Merah Wanita Kelompok 4

2. Hasil Pengamatan Sel Darah Putih

Gambar 3. Hasil Mikroskopik WBC kelompok 4 wanita


Keterangan: dari kiri atas ke samping -> atas, bawah, kanan,kiri

17
Gambar 4. Hasil Mikroskopik WBC kelompok 2 wanita
Keterangan: dari kiri atas ke samping -> atas, bawah, kanan,kiri
3. Hematokrit
Tabel 1. Data Hematokrit

Kelompok Jenis Komponen Darah Total Darah (cm) Hematokrit


Kelamin (cm)
1 Wanita 0,8 2,2 36,36%
2 Tidak dapat ditentukan
3 Pria 2,1 4,7 44,68%
4 Wanita 2 5 40%
5 Tidak dapat ditentukan
6 Pria 1,6 3,3 48,48%
7 Tidak dapat ditentukan

Gambar 5. Pengolahan Data dengan SPSS

4. Penentuan Kadar Hemoglobin


Tabel 2. Data Hemoglobin

Kelompok Jenis Kelamin Metode Tallquist Metode Tallquist Metode Sahli


(%) (g/dL) (g/dL)
5 Wanita 50% 7,8 8
6 Wanita 60% 9,4 6,2
7 Wanita 50% 7,8 12,9
Rata-rata 53,33% 8,33 9,033
SD 5,773 0,924 3,467

5. Penentuan Waktu Pendarahan


Tabel 3. Data Waktu Pendarahan

18
Panelis Waktu Pendarahan
1 32 detik
2 51 detik
3 65 detik
4 72 detik
Rata-rata 55 detik
Standar Deviasi 15,28 detik
6. Penentuan Waktu Koagulasi
Tabel 4. Data Waktu Koagulasi

Panelis Waktu Koagulasi


1 2 menit 30 detik
2 3 menit 30 detik
3 5 menit
7. Pengukuran Tekanan Darah
• Cara Perabaan Denyut Nadi
Tabel 5. Data Cara Perabaan Denyut Nadi

Kelompok Denyut Nadi Rata-rata SD


1 (Perempuan) 100
2 (Perempuan) 118
102,5 10
3 (Perempuan) 90
4 (Perempuan) 102
5 (Laki-laki) 114
6 (Laki-laki) 90 99,7 10,3
7 (Laki-laki) 95
• Cara Auskultasi
Tabel 6. Data Auskultasi

Tekanan Darah saat


Kelompok
Duduk Berdiri Berbaring Berlari
1 100/68 100/70 90/66 100/70
2 110/60 105/55 118/68 120/60
3 102/70 100/78 119/89 123/57
4 105/70 110/70 100/70 120/75
5 118/78 104/84 112/64 120/80

19
6 80/60 110/80 110/70 130/70
7 110/90 120/90 100/60 130/70
Rata-rata 103,5/70,8 107/75,3 107/69,6 120,4/68,9
SD 11,9/10,5 7/11,5 10,7/9,3 10/8
8. Percobaan Antihipertensi
Tabel 7. Data Uji Tail Cuff

Sistol Diastol Sistol Diastol


Kelompok uji
(T0) (T0) (T1) (T1)
Tikus 1 146 106 155 117
Kelompok Tikus 2 136 91 117 80
atenolol Tikus 3 123 89 139 106
Tikus 4 125 90 140 99
Tikus 5 142 102 125 91
Kelompok
Tikus 6 157 122 137 97
Na-CMC
Tikus 7 143 98 121 86

Gambar 6. Pengolahan Data dengan SPSS

B. PEMBAHASAN

20
Gambar 7. Faktor Koagulan
(sumber : http://www.thrombocyte.com/clotting-factors/)

Gambar 8. Kerja Faktor koagulan intrinsik dan ekstrinsik dalam pembekuan darah
(sumber : Kee. 1994)

21
Gambar 9. Fase Fibrinolitik pada hemostatis

Gambar 10. Pertukaran antara pembuluh kapiler darah dan limfatik.

(sumber : Fundamental of Anatomy and Physiology Seventh Edition .halaman 767)

Gambar 11. Fase pada siklus kardiak

sumber : Fundamental of Anatomy and Physiology Seventh Edition .Halaman 692

22
Gambar 12. Bunyi jantung (kiri) dan letak bunyi jantung (kanan)
sumber : Fundamental of Anatomy and Physiology Seventh Edition. Halaman 694

C. OBAT TERKAIT SISTEM KARDIOVASKULAR


GLIKOSIDA JANTUNG

Nama
Jenis Obat Mekanisme Kerja Obat Contoh Obat
Penyakit

Congestive Glikosida Jantung Meningkatkan kontraktilitas otot Digoksin


Heart jantung Digitoksin
Failure Gitoksin
(CHF) Oubain
ANTIANEMIA

Nama Jenis Obat Mekanisme Kerja Obat Contoh Obat


Penyakit
Zat besi Meningkatkan produksi Ferrous sulphate
haemoglobin Ferrous gluconate
Ferrous fumarate
Vitamin B12 Pematangan produksi sel darah Hidroksokobalamin
Anemia merah Sianokobalamin
Asam folat Pematangan pembelahan sel darah Asam folat
merah
Eritopoietin Pembentukan sel darah merah Epoetin alfa dan
epoetin beta
ANTIKOAGULAN

Nama Jenis Obat Mekanisme Kerja Obat Contoh Obat


Penyakit
Heparin Bekerja langsung Heparin
Koagulasi Antikoagulan Oral Bekerja tidak langsung dengan Dikumarol, warfarin
darah menghambat sintesis yang
merupakan antagonis vitamin K

23
Antikoagulan Bekerja dengan mengikat ion K Natrium sitrat,
pengikat ion (factor pembekuan darah) asam oksalat,
kalsium natrium edetat
ANTIHIPERTENSI

Golongan Obat Mekanisme Obat Contoh Obat


ACE inhibitor Blokade konversi angiotensin I menjadi Benazepril, Captopril,
angiotensin II. Enalapril, Fosinopril,
Lisinopril
Angiotensin II receptor Blokade langsung reseptor angiotensin II Losartan, Valsartan
blockers tipe I yang memediasi kerja angiotensin
II.
Calcium channel Relaksasi otot jantung dan otot polos Dihydropyridines :
blockers dengan memblokir saluran kalsium yang Amlodipine, Felodipine,
sensitif terhadap tegangan, sehingga Isradipine
mengurangi masuknya ekstraseluler Non- Dihydropyridines :
kalsium ke dalam sel. Diltiazem, Verapamil
Diuretik – (Thiazida, Mereduksi volume plasma dan stroke Indapamide (Thiazide),
Loop, K sparing, volum yang berhubungan dengan diuresis Furosemide (Loop),
aldosteron antagonis) dapat menurunkan cardiac output dan Amiloride (K sparing),
tekanan darah. Spironolakton,
Eplerenone (Aldosteron
antagonis)
β-Blockers Efek kronotropik dan inotropik negatif Atenolol, Betaxolol,
pada jantung dan penghambatan Metoprolol
pelepasan renin dari ginjal menurunkan
kardiak output dan tekanan darah.
α1-Blockers Menginhibisi penyerapan katekolamin Doxazosin, Prazosin,
dalam sel otot polos pembuluh darah Terazosin
perifer, menyebabkan vasodilatasi.
Direct renin inhibitor Memblokir RAAS pada titik aktivasi, Aliskiren
sehingga mengurangi aktivitas renin
plasma dan tekanan darah.
Central α2-agonists Merangsang reseptor α2-adrenergik di Klonidine, Metildopa
otak, yang mengurangi simpangan
simpatis dari pusat vasomotor dan
meningkatkan tonus vagal.
Peripheral adrenergic Deplesi norepinefrin dari ujung saraf Reserpine
antagonist simpatik dan blokade transportasi
norepinefrin ke dalam granula
penyimpanan.
Direct arterial Relaksasi otot arterioal secara lansung. Hydralazine, Minoxidil
vasodilators
ANTIANGINA

Nama Jenis Obat Mekanisme Kerja Obat Contoh Obat


Penyakit
Angina Nitrat organik Menurunkan vasokonstriksi pembuluh koroner Nitrogliserin,
dan meningkatkan perfusi otot jantung dengan sildenafil
merelaksasi arteri koroner. Vena juga dapat

24
berdilatasi sehingga preload dan konsumsi
oksigen di otot jantung berkurang.
Beta bloker Menurunkan kebutuhan oksigen pada otot Propanolol,
jantung dengan menurunkan kecepatan dan metoproolol,
kekuatan kontraksi di jantung. Beta bloker akan atenolol
berikatan pada reseptor beta 1 dan
mengurangi denyut jantung, kontraktilitas,
curah jantung, dan tekanan darah.
Calcium Mencegah ion kalsium masuk ke dalam otot Verapamil,
channel jantung dan sel otot polos pada pembuluh nifedipin,
blocker koroner dan arteri sehingga terjadi vasodilatasi diltiazem
arteri karena penurunan resistensi vaskular
TROMBOLITIK

Contoh
Nama Penyakit Jenis Obat Mekanisme Kerja Obat
Obat
Mengaktifasi plasminogen dengan cara
tidak langsung yakni dengan bergabung
terlebih dulu dengan plasminogen untuk Streptase,
Streptokinase
membentuk kompleks aktivator Kabikinase
mengkatalisis perubahan plasminogen
bebas menjadi plasmin
Secara langsung mengaktifkan
Urokinase Plasminogen Abbokinase

Mengaktifkan plasminogen yang terikat


Tromboembolisme Aktivator
pada fibrin menjadi plasmin sehingga
plasminogen Alteplase
menyebabkan terjadinya fibrinolisis dan
jaringan
pecahnya trombus
Mengaktifkan plasminogen untuk
Anistreplase membentuk plasmin, yang mendegradasi APSAC
fibrin dan kemudian memecah trombus
Inhibitor kompetitif dari activator
plasminogen dan penghambat
Asam
pembentukan plasmin. Oleh karenanya Amicar
aminokaproat
obat ini dapat mengatasi perdarahan
berat akibat trombolitik yang berlebihan
ANTIPLATELET

Jenis Obat Mekanisme Contoh obat


Menghambat Ticlopidine,
pathway ADP Clopidogrel, dan
Anti-platelet Prasugrel
Menghambat sintesis Aspirin dosis rendah
Thromboxane A2

25
(salah satu factor
koagulasi darah)
Blokade reseptor Eptifibatide, Tirofiban,
glikoprotein IIb/IIIa Abciximab
platelet
Menghambat uptake Dipyridamole
adenosin dan aktivitas
cGMP fosfodiesterase
ANTIARITMIA

Golongan Mekanisme Kerja Obat Contoh Obat


Membuka atau menginaktivasi
Ia (Na+ channel saluran Na+ sehingga menunda waktu Quinidin,
blockers: rekoveri dari saluran Na+ secara Prokainamid,
moderate) moderate, menekan konduksi AV dan Disopiramid
memperpanjang refraktori
Memblok saluran Na+ lebih banyak
saat inaktivasi, tapi tidak menunda
Ib (Na+ channel Lidokain, Fenitoin,
waktu rekoversi saluran, juga tidak
blockers: cepat) Mexiletin, Tokainid
menekan konduksi AV ataupun
memperpanjang ADP, ERP, dan Q-T
Memblok saluran Na+ saat saluran
dibuka, memperlambat konduksi,
Ic (Na+ channel Enkainid, flekainid,
memperpanjang P-R. Menekan
blockers: lambat) propafenon, morisizin
upstrooke fasa 0 di purkinje dan serat
miokardial.
Menurunkan depolarisasi fasa 4, Propranolol, atenolol,
II (Beta blockers)
memperpanjang ERP dari nodus AV carvedilol, esmolol
Menghambat kanal kalium sehingga
III (K+ channel
memperpanjang potensial aksi fasa 3. Amiodaron, Sotalol
blockers)
Fasa AP diperlebar, ERP meningkat.
IV (Ca2+ channel Memblok kanal kalsium dan
Verapamil, Diltiazem
blockers) memperlambat laju kenaikan fasa 4

26
dari nodus SA, serta menurunkan
konduksi nodus SA dan AV
JAWABAN MODUL

GAMBAR

27
28
PERTANYAAN DISKUSI

Warna Kulit
1. Tidak dilakukan
2. Warna kulit terutama ditentukan oleh :
a. Oxyhemoglobin yang berwarna merah
b. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan
c. Melanin yang berwarna coklat
d. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit
e. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warnakulit adalah
pigmen melanin yang ada pada lapisan malphigi. Semakin banyak jumlah pigmen maka semakin
gelap warna kulit. Selan itu juga warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai faktor lain yaitu
jumlah pigmen melanin kulit, peredaran darah, tebal tipisnya lapisan tanduk dan adanya zat-zat
warna lain yang bukan melanin yaitu darah dan kalogen.

29
3. Pada percobaan warna kulit dilakukan pengujian untuk melihat adanya kondisi sianosis atau tidak
dengan menggunakan bantuan alat sfigmomanometer. Sianosis adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan adanya perubahan warna kulit menjadi kebiruan dan pucat yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen di dalam darah.
Hiperemia
2. Tipe A: Hiperemia pasif
Tipe B: Hiperemia aktif
3. a. Hiperemia aktif dapat terjadi jika metabolisme di dalam tubuh meningkat karena adanya
infeksi sehingga aliran darah semakin cepat. Keadaan ini menyebabkan darah akan menumpuk
pada organ di sekitar infeksi terjadi. Hiperemia aktif merupakan kombinasi dari hipoksia kelenjar
dan pembentukan metabolit vasodilatasi. Hipoksia kelenjar merupakan kondisi dimana jaringan
pembuluh darah kekurangan jumlah oksigen pada darah yang mengalir. Vasodilator akan
merespon kondisi ini sehingga pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) dengan cara
relaksasi otot polos pada pembuluh dan jumlah oksigen dalam pembuluh dapat kembali normal.
b. Hiperemia reaktif atau hiperemia pasif merupakan respon tubuh terhadap terhalangnya
pembuluh darah sehingga aliran darah terhambat. Reaktif hiperemia sering timbul setelah
seorang mengalami ischemia (keterbatasan aliran darah). Kondisi ini menyebabkan kadar
oksigen pada darah berkurang dan sisa-sisa metabolisme serta karbon dioksisa di dalam tubuh
terus bertambah.
Triple Response
1. Tabelkan hasil pengamatan seluruh kelompok. Apakah ketiga unsur triple response ini
muncul pada ketiga prosedur di atas?
(Tidak dilakukan)
2. Apa manfaat melakukan uji triple response?
Uji ini dapat mendeteksi adanya kelainan pada fungsi histamine.
Kecepatan Denyut Jantung
1. Bahas hasil percobaan seluruh anggota kelompok. Bandingkan kecepatan denyut jantung
pada wanita dan pria!
(Tidak dilakukan)
Seharusnya kecepatan denyut jantung wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2. Adakah pengaruh usia terhadap kecepatan denyut jantung?
Usia tidak mempengaruhi denyut jantung istirahat secara signifikan. Namun, detak jantung
maksimal akan menurun ketika usia bertambah karena kemampuan fisiologis tubuh
berkurang.

30
3. Bagaimana pengaruh bobot badan terhadap kecepatan denyut jantung?
Dalam keadaan istirahat, bobot badan yang berlebih akan membuat jantung bekerja lebih
keras, karena bobot badan yang besar membatasi aliran darah menuju vena dan arteri.
Selain itu, ketika tubuh dengan bobot badan yang besar melemah, jantung akan berdetak
lebih cepat untuk memenuhi jumlah oksigen yang lebih besar dari yang seharusnya.
4. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi denyut jantung?
Suhu tubuh, saat makan, saat berolahraga, umur, jenis kelamin, kafein atau obat-obatan
lain, emosi, berat badan.
5. Bagaimanakah pengaruh makanan atau minumann seperti kopi, teh, alkohol, atau merokok
terhadap kecepatan denyut jantung?
Pada kopi, teh, ataupun soda, dan makanan atau minuman yang mengandung kafein, kafein
merupakan stimulan yang dapat mempengaruhi sistem saraf untuk meningkatkan detak
jantung. Hal tersebut merefleksikan efek dari adrenalin, hormon alami dalam tubuh yang
bertanggung jawab dalam meningkatkan detak jantung.
6. Arteri superfisial mana sajakah yang dapat digunakan sebagai Pressure points?
Superfisial temporal, wajah, karotid umum, subklavia, brakialis, radial, femoral, popliteal,
posterior tibialis, dorsalis pedis.
Bunyi Jantung
2. Bunyi Jantung yaitu lub dub
Lub mulai sistol, dub selesi sistol
3. Abnormalitas jantung bisa dilihat dari bunyi jantungnya yaitu bunyi murmur. Selain
abnormalitas katup, bunyi murmur dapat disebabkan
oleh anemia, hipertensi, demam, dan kehamilan. Untuk diagnosisnya, selain
mendengarkan bunyinya, bisa juga dengan elektrokardiogram, ekokardiogram, dan chest
X-Ray.
4. Bunyi murmur adalah bunyi yang ditimbulkan ketika katup jantung tidak normal
menyebabkan proses buka-tutupnya menjadi tidak sempurna. Abnormalitas katup ini
disebabkan bentuk katup tidak sesuai atau terdapat masalah dengan otot papilari atau
chordate tendinae. Bunyi yang ditimbulkan yaitu bunyi seperti bunyi air mengalir di keran
jadi bunyi “lubbdupp”-nya tidak muncul dengan jelas.
5. Ketika katup jantung terbuka atau tertutup, maka akan mengeluarkan bunyi jantung. Bunyi
jantung yang terdengar jelas adalah bunyi “lubb-dubb” yang secara berurutan adalah bunyi
jantungS1 dan S2. Bunyi S1 disebabkan oleh kontraksinya ventrikel jantung dan
menutupnya katup atrioventrikular (AV). Sementara S2 adalah bunyi saat ventrikel terisi

31
darah dan katup semilunar tertutup. Bunyi S3 dan S4 sulit terdengar karena aliran darah
yang masuk ke ventrikel dan kontraksi atrial tanpa adanya buka-tutup katup
Pengukuran Tekanan Darah
1. Ada
2. (Terdapat di laporan)
3. Tekanan darah dipengaruhi 2: faktor utama, yaitu Cardiac Output (CO) dan Total Peripheral
Resistance (TPC). CO dipengaruhi oleh heart rate dan stroke volume, sehingga rumus CO =
HR x SV. Tekanan darah akan naik bila heart rate meningkat dan / atau stroke volume
jantung meningkat, begitu juga sebaliknya.
4. Perfusi jantung adalah jumlah darah dalam otot jantung ketika beristirahat dan selama
berolahraga, makin tinggi perfusi jantung tentunya tekanan darah akan tinggi.
5. Posisi juga mempengaruhi tekanan darah, pada posisi tubuh istirahat (berbaring atau
duduk) tekanan darah akan lebih kecil disbanding saat posisi berdiri, atau bahkan dalam
kondisi sedang berolahraga (lari)
6. ACE inhibitor, Beta blocker, CCB
7. Midodrine, levophed, NE
8. Kafein dan rokok dapat menghambat hormone yang membantu arteri berdilatasi, sehingga
tekanan darah menjadi tinggi

32

Anda mungkin juga menyukai