Anda di halaman 1dari 9

No.

Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 1 dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN

ACARA II
HEMATOLOGI

Disusun oleh:
Nama : Muh. Andhi Hardianto
NIM : 18/432400/PBI/01558
Asisten : Rahadian Yudo Hartantyo, S.Si., M.Sc.

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 2 dari 9

ACARA II
HEMATOLOGI

I. Tujuan
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Mempelajari teknik pembuatan serum dan plasma.
2. Mempelajari teknik pembuatan preparat apus darah tipis.
3. Mengamati sel darah pada preparat apus darah tipis.
4. Mempelajari penentuan profil darah (hemogram) menggunakan alat hemato
analyzer.

II. Dasar Teori


Darah merupakan cairan yang terdiri atas dua bagian yaitu selah darah dan
plasma. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan. Plasma
darah terdiri atas : air (91%), mineral (0,9%), protein (8%), dan sisanya diisi oleh
bahan organik yaitu : glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan
asam amino. Selain itu plasma juga berisi gas (CO2), hormon, enzim dan antigen.
Darah berfungsi sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan oksigen ke
jaringan, melindungi tubuh terhadap serangan bakteri, pembentukan jaringan,
menyegarkan cairan jaringan, dan sebagainya (Evelyn, 2005).
Komponen dasar darah yang utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah
yang terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma darah merupakan
komponen cairan yang mengandung ion-ion dan molekul organik yang meliputi
protein, elektrolit, materi sampah, zat pengatur dan zat-zat terlarut. Bagian plasma
darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum merupakan plasma
darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara memutar darah
dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat antibodi.
Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam
tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen. Sedangkan sel
terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda,
sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen juga terdapat ion-ion inorganic
(Alamanda et al., 2006).
Di dalam darah, serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah dan
juga bukan faktor koagulasi. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Serum
protein tidak mengandung fibrin (bukan merupakan fibrous protein) sehingga dapat
terlarut. Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 -8 g/dl atau sekitar 7% dari
volume darah keseluruhan dengan berbagai kegunaan: Sirkulasi molekul lipida,
hormon, vitamin dan zat besi; Enzim, komponen komplemen, protease inhibitor
dan kinin prekursor; dan regulasi aktivitas, fungsional nonseluler dalam sistem
kekebalan (Frandson, 1996).
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 3 dari 9

Pemeriksaan darah rutin seperti hitung jenis sel darah dapat dimanfaatkan
untuk menentukan karakteristik morfologi darah. Hitung jenis ini dilakukan dengan
prosedur tertentu yaitu mengoleskan setetes darah vena atau kapiler setelah itu
dengan hati-hati ditipiskan diatas object glass (kaca obyek) kemudian dilakukan
pengecatan dengan giemsa/wright. Pemeriksaan ini disebut sediaan apus darah tepi
(D’Hiru 2013).
Sediaan apus darah tipis merupakan suatu pemeriksaan untuk menghitung
jenis dan mengidentifikasi morfologi darah. Sediaan apus darah tepi adalah slide
yang salah satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis darah dan diwarnai dengan
pewarnaan giemsa atau wright, kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Preparat
terlebih dahulu difiksasi menggunakan methanol kemudian dilakukan pengecatan
giemsa (Houwen, 2000).
Hematology Analyzer Sysmex XN-1000 merupakan alat pemeriksaan darah
lengkap otomatis di laboratorium klinik yang menghitung beberapa parameter penting
dalam pemeriksaan darah lengkap menggunakan prinsip flow cytometry. Sysmex XN-
1000 memiliki dimensi 25.4” w (width/lebar) x 33.7” h (height/tinggi) x 29.7” d
(depth/kedalaman). Alat ini dapat melakukan throughput sebanyak maksimal 100
sampel/jam untuk sampel whole bloood dan 40 sampel/jam untuk sample body fluids
(cairan tubuh). Volume sample yang diperlukan untuk sample whole blood dan body
fluids (cairan tubuh) sebanyak 88 μL. Alat ini juga memiliki beberapa mode analisis
pemeriksaan yang dapat disesuaikan (Hikmawati, 2016).

III. Metode
A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: alat tulis, sarung
tangan, timbangan, syringe ukuran 1 mL, jarum suntik, batang pengaduk,
mikrohematokrit, mikrotube, rak mikrotube, hemato analyzer, pipet tetes, kaca
benda, timbangan analitik, sentrifuge, mikroskop cahaya, optilab, laptop/komputer.

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: Tikus (Rattus
norvegicus Berkenhout, 1796), ketamin : xylazine (1:1), EDTA, methanol, larutan
Giemsa 3%, aquades, dan tisu.

C. Cara Kerja
Praktikum ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Penimbangan hewan coba
Dipastikan hewan coba yang akan digunakan telah diaklamasi pada
kondisi laboratorium. Dilakukan familiarisasi hewan coba dengan
meletakkan telapak tangan pada tutup kandang sehingga hewan coba
mampu mengendus. Dipindahkan tikus dari kandang dengan menarik 1/3
bagian pangkal ekor. Selanjutnya, tikus dicengkeram dengan tangan pada
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 4 dari 9

bagian kraniodorsal tikus, kepala tikus dijepit antara jari tengah dan jari
telunjuk sedangkan dua tungkai depan tikus dijepit dengan jari yang lain.
2. Anestesi
Ditimbang tikus untuk menentukan volume ketamin yang akan
diinjeksikan. Dilakukan konversi dosis (50mg/kgBB) sesuai konsentrasi
ketamin:xylazine yang digunakan dan berat badan hewan coba. Anestesi
dilakukan dengan rute administrasi intramuskular menggunakan syringe
dan jarum suntik.
3. Koleksi Darah
Dilakukan koleksi darah pada saat tikus dalam pengaruh anestesi.
Lokasi pengoleksian darah yang dilakukan adalah di sinus supraorbitalis
menggunakan mikrohematokrit dan darah ditampung pada mikrotube yang
terbagi menjadi dua mikrotube tanpa EDTA dan mikrotube + EDTA.
4. Pembuatan serum dan plasma
a. Pembuatan serum
Ditampung darah hasil koleksi dalam mikrotube. Sampel darah
didiamkan hingga mengalami koagulasi (+ 10 menit). Disentrifuge
sampel darah dengan kekuatan 4000 rpm selama + 15 menit pada suhu
4oC untuk memisahkan komponen seluler dengan serum. Difoto hasil
sentifuge dan diamati lapisan sampel darah yang terbentuk.
b. Pembuatan plasma
Dimasukkan zat antikoagulan (EDTA) ke dalam mikrotube.
Ditampung darah hasil koleksi dan digoyang-goyangkan dengan lembut
sehingga darah tercaampur dengan zat antikoagulan. Disentifuge sampel
darah dengan kekuatan 4000 rpm selama + 15 menit pada suhu 4oC
untuk memisahkan komponen seluler dengan plasma. Difoto hasil
sentrifuge dan diamati lapisan sampel darah yang terbentuk.
5. Pembuatan dan pengamatan preparat apus darah tipis
Diteteskan darah pada kaca benda A. Darah diletakkan pada pada
sisi/tepi kaca benda A yang pendek. Diletakkan kaca benda B di muka
tetesan darah tersebut lalu tariklah kebelakang sedikit sampai menyentuh
tetesan darah tersebut hingga timbul kapiler yang menyebabkan darah
merata ke kiri dan ke kanan tepi kaca benda. Sudut diantara kedua kaca
benda sebaiknya ± 45º. Kaca benda B didorong dengan kekuatan dan
kecepatan yang sama supaya mendapatkan film darah yang tipis dan sama
rata. Dikeringanginkan apusan darah pada kaca benda A. Diteteskan
methanol hingga menutupi seluruh permukaan apusan darah lalu
dikeringanginkan. Ditetesi larutan Giemsa 3% ke seluruh permukaan
apusan darah selama + 25 menit. Dicuci apusan darah menggunakan
tetesan aquades atau menggunakan air kran yang mengalir. Diamati
preparat apusan darah tipis yang telah dibuat.
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 5 dari 9

6. Penentuan profil darah (hemogram) menggunakan alat hemato analyzer


Pastikan alat dalam status Ready. Jika system tidak ada pada Whole
Blood Mode, tekan tombol [Mode] untuk merubah Analysis Mode dan
gunakan tombol [Left]/[Right] untuk memilih “Whole Blood (WB)”,
kemudian tekan tombol [Enter]. Tekan tombol [Sample No.] untuk
memasukkan identitas sampel darah, kemudian tekan tombol [Enter]
Homogenisasikan darah yang akan diperiksa dengan baik. Buka tutupnya
dan letakkan di bawah Aspiration Probe. Pastikan ujung Probe menyentuh
dasar botol sampel darah agar tidak menghisap udara. Tekan StartSwitch
untuk memulai proses. Tarik Botol darah sampel dari bawah probe setelah
terdengar bunyi Beep dua kali. Hasil akan tertampil pada layar dan secara
otomatis tercetak pada kertas printer.

IV. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Berat Badan Tikus dan Dosis Ketamin+Xylazine
Dosis Ketamin+
No Daerah penandaan Berat badan (gr)
Xylazine (mL)
1 Kepala 138 0,07+0,028
2 Ekor 166 0,08+0,038
3 Punggung 168 0,086+0,034

Tabel 2. Perbedaan Serum dan Plasma


Tikus
No. Serum Plasma
(daerah penandaan)
1 Kepala

2 Ekor
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 6 dari 9

3 Punggung

Tabel 3. Hasil Pengamatan Preparat Apus Darah Tipis


No. Sel Darah Gambar
1 Eritrosit

2 Neutrofil

3 Limfosit

Tabel 4. Profil darah (hemogram) darah tikus


Tikus 1 (Kepala) Tikus 2 (Ekor) Tikus 3 (Punggung)
WBC - 7,5 x 103 7,7 x 103
RBC - 7,36 x 106 6,96 x 106
HGB - 12,7 13,2
HCT - 40,9 40,7
MCV - 55,6 58,5
MCH - 17,3 19,0
MCHC - 31,1 32,4
PLT - 1370 x 103 1041 x 103

V. Pembahasan
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 7 dari 9

Praktikum kali ini yaitu tentang hematologi. Probandus yang digunakan


adalah tikus putih (Rattus novergicus) sebanyak 3 ekor. Praktikum kali ini dilakukan
dalam beberapa tahap yaitu penimbangan berat badan tikus, anestesi, koleksi darah,
pembuatan serum dan plasma, pembuatan preparat apus darah darah tipis, dan
penentuan profil darah (hemogram) menggunakan alat hemato analyzer.
Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan O’hauss untuk
mendapatkan berat badan dari ketiga tikus yang selanjutnya digunakan sebagai
acuan dalam penentuan dosis anestesi ketamin dan xylazine. Anestesi dilakukan
menggunakan syringe dan jarum suntik yang diinjeksikan secara intramuskular.
Pada praktikum kali ini pada proses anestesi menggunakan kombinasi
ketamin dan xylazine. Xylazine biasa digunakan sebagai agen sedatif untuk
keperluan pembedahan minor dan untuk menguasai hewan atau handling.
Penggunaaan xylazine dengan dosis yang lebih tinggi bukan saja untuk sedasi dan
analgesi, tetapi juga menghasilkan immobilisasi. Xylazine juga dapat
dikombinasikan dengan anestesi injeksi seperti ketamine, tiopental, dan propofol
atau anestesi inhalasi seperti halotan dan isofluran untuk menghasilkan anestesi
yang lebih baik (Boulton, 1994). Xylazine bekerja melalui mekanisme yang
menghambat tonus simpatik karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-
adrenoseptor sehingga menyebabkan medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut
jantung, penurunan peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Xylazine
diinjeksikan secara intramuskular menyebabkan iritasi kecil pada daerah suntikan,
tetapi tidak menyakitkan dan akan hilang dalam waktu 24 –48 jam (Dobson, 1988).
Koleksi darah tikus dilakukan di bawah kondisi anestesi pada sinus
supraorbitalis. Darah yang dikoleksi disimpan pada mikrotube tanpa EDTA dan
mikrotube + EDTA. Pengoleksian darah pada mikrotube tanpa EDTA akan
membentuk serum sedangkan pada mikrotube + EDTA akan membentuk plasma.
Serum merupakan bagian dalam darah yang tidak mengandung zat pembekuan
darah namun terdapat protein sedangkan plasma merupakan bagian dalam darah
yang cair namun cenderung menggumpal karena mengandung nutrisi, hormone dan
mengandung zat fibrinogen yang berfungsi sebagai pembeku darah. Pada proses
pembuatan serum dan plasma menggunakan prinsip yang sama yaitu pengendepan
komponen sel darah untuk mendapatkan cairan darah (serum/plasma). Untuk
mengoptimalkan pengendapan komponen sel darah maka dilakukan
pemutaran/pemusingan sampel darah pada mikrotube menggunakan alat pemutar
yaitu sentrifuge selama + 15 menit pada suhu 4oC dengan kecepatan 4000 rpm. Dari
proses pembuatan serum dan plasma tersebut didapatkan perbedaan jumlah lapisan
yang terbentuk pada mikrotube tanpa EDTA (serum) dan mikrotube + EDTA
(plasma). Pada mikrotube serum terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas yaitu serum
dan lapisan dasar adalah seluruh komponen sel darah yang mengalami
penggumpalan (eritrosit, leukosit, dan trombosit). Sementara itu, pada mikrotube
plasma terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan atas adalah plasma yang mengandung
fibrinogen, lapisan tengah disebut dengan buffy coat adalah suspensi leukosit dan
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 8 dari 9

trombosit yang terbentuk dan tidak menyatu bersama sel darah merah karena telah
ditambahkan zat antikoagulasi yaitu EDTA, dan lapisan dasar adalah sel darah
merah (eritrosit).
Pembuatan preparat apus darah tipis menggunakan metode apus/ulas dengan
pewarnaan menggunakan larutan Giemsa 3 %. Larutan giemsa terdiri dari
methylene azure yang akan mewarnai inti sel, methylene blue yang akan mewarnai
basofil, dan eosin yang akan mewarnai eosinofil.
Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan
ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel
sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal Trypanosoma,
Plasmodia dan lain-lain dari golongan protozoa. Hasil pewarnaan dengan Giemsa
pada darah manusia akan memperlihatkan eritrosit berwarna merah muda, nukleolus
lekosit berwarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma lekosit berwarna sangat ungu
muda, granula dari lekosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari lekosit netrofil
dan lekosit basofil berwarna ungu (Subowo, 2006).
Pembuatan preparat apus darah tipis bertujuan untuk mengamati bentuk dan
morfologi sel darah. Preparat yang telah dibuat lalu diamati menggunakan
mikroskop dan menggunakan kamera optiLab untuk menghubungkan penampakan
pada lensa okuler mikroskop ke layar komputer. Pengamatan mikroskop
menggunakan perbesaran lensa objektif 100x dan hasil pengamatan
didokumentasikan. Sel darah yang tampak pada preparat apus darah tipis tersebut
adalah eritrosit, leukosit neutrofil, dan leukosit limfosit. Eritrosit ditunjukkan
dengan warna merah kekuning-kuningan/agak transparan. Eritrosit berbentuk bulat
dan tak berinti. Sedangkan leukosit ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti yang
berwarna ungu. Warna biru pada leukosit disebabkan karena pewarnaan yang
diberikan pada saat pembuatan preparat. Inti leukosit akan menyerap warna yang
bersifat basa.
Penentuan profil darah (hemogram) menggunakan hemato analyzer
menghasilkan beberapa profil sel darah secara otomatis, cepat dan akurat. penentuan
profil darah berasal dari tiga ekor tikus yang telah ditandai sebelumnya untuk
membedakan ketiganya. Dari ketiga sampel darah tikus, terdapat satu sampel darah
tikus yang tidak dapat terbaca pada hemato analyzer yang disebabkan oleh tidak
meratanya darah menyatu EDTA sehingga mengakibatkan terjadinya
penjendalan/penggumpalan darah. Penentuan hemogram menggunakan hemato
analyzer akan menunjukan beberapa profil darah seperti eritrosit (RBC), leukosit
(WBC), trombosit (PLT), nilai hematokrit (HCT), kadar hemoglobin (HGB), Mean
Cell Volume (MCV), Mean Cell Hemoglobin (MCH) dan Mean Cell Hemoglobin
Concentratin (MCHC), limfosit (LYM), neutrofil (NEUT), turunan sel darah putih
yang lain (MXD), dan lain sebagainya.
Eritrosit, Hb, Mean Cell Volume (MCV), Mean Cell Hemoglobin (MCH) dan
Mean Cell Hemoglobin Concentratin (MCHC) digunakan untuk mengevaluasi
kondisi anemia. Eritrosit merupakan benda darah terbanyak dalam tubuh. Berfungsi
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 9 dari 9

sebagai pembawa O2 menuju jaringan serta membawa CO2 menuju paru-paru.


Hemoglobin merupakan molekul dalam eritrosit yang meningkatkan kapasitas darah
untuk mengangkut O2. Gangguan pada sumsum tulang akan menganggu proses
pembentukan Hb. Mean cell volume merupakan nilai yang menggambarkan rataan
volume eritrosit, MCH merupakan nilai yang menggambarkan rataan eritrosit
dengan Hb, sedangkan MCHC merupakan nilai yang menggambarkan rataan Hb
dalam eritrosit (Meyer dan Harvey, 2004).

VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa serum
dan plasma dihasilkan dari proses penggumpalan sel darah yang dibiarkan beberapa
menit dan dilanjutkan dengan proses sentrifuge untuk memisahkan cairan darah
(serum/plasma) dan sel darah berdasarkan berat jenisnya. Preparat apus darah tipis
dibuat dengan metode apus/ulas dan perwarnaan Romanowski yaitu menggunakan
larutan Giemsa 3%. Pada preparat apus darah tipis dapat diamati sel darah merah
(eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Dan penentuan profil darah (hemogram)
menggunakan hemato analyzer akan mendapatkan profil leukosit (WBC), eritrosit
(RBC), hemoglobin (HGB), hematokrit (HCT), Mean Cell Volume (MCV), Mean
Cell Hemoglobin (MCH) dan Mean Cell Hemoglobin Concentratin (MCHC),
trombosit (PLT), dan lain sebagainya.

VII. Daftar Pustaka


Alamanda, I. E., N. S. Handajani, dan A. Budiharjo 2006. Metode Hematologi dan
Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali.
Biodiversitas 8 (1) : 34-38.
Boulton, T. B. 1994. Anestesiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
D’Hiru. 2013. Live Blood Analysis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dobson, M. B. 1988. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Evelyn, C. P. 2005. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Frandson, R. D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, edisi keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hikmawati, D. A. 2016. Pentingnya Pemahaman Otomatisasi Laboratorium Klinik
pada Aplikasi Penggunaan Alat Hematology Analyzer Sysmex XN-1000.
[Tugas Akhir]. Universitas Airlangga. Surabaya.
Houwen, B. 2000. Blood Film Preparation and Staining Procedures. Loma Linda
University School of Medicine. California.
Meyer, D. J. dan J. W. Harvey. 2004. Veterinary Laboratory Medicine:
Interpretation & Diagnosis. 3rd ed. Elsevier. Missouri (US).
Subowo. 2006. Histologi Umum. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai