Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 1 dari 9
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
ACARA II
HEMATOLOGI
Disusun oleh:
Nama : Muh. Andhi Hardianto
NIM : 18/432400/PBI/01558
Asisten : Rahadian Yudo Hartantyo, S.Si., M.Sc.
ACARA II
HEMATOLOGI
I. Tujuan
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Mempelajari teknik pembuatan serum dan plasma.
2. Mempelajari teknik pembuatan preparat apus darah tipis.
3. Mengamati sel darah pada preparat apus darah tipis.
4. Mempelajari penentuan profil darah (hemogram) menggunakan alat hemato
analyzer.
Pemeriksaan darah rutin seperti hitung jenis sel darah dapat dimanfaatkan
untuk menentukan karakteristik morfologi darah. Hitung jenis ini dilakukan dengan
prosedur tertentu yaitu mengoleskan setetes darah vena atau kapiler setelah itu
dengan hati-hati ditipiskan diatas object glass (kaca obyek) kemudian dilakukan
pengecatan dengan giemsa/wright. Pemeriksaan ini disebut sediaan apus darah tepi
(D’Hiru 2013).
Sediaan apus darah tipis merupakan suatu pemeriksaan untuk menghitung
jenis dan mengidentifikasi morfologi darah. Sediaan apus darah tepi adalah slide
yang salah satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis darah dan diwarnai dengan
pewarnaan giemsa atau wright, kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Preparat
terlebih dahulu difiksasi menggunakan methanol kemudian dilakukan pengecatan
giemsa (Houwen, 2000).
Hematology Analyzer Sysmex XN-1000 merupakan alat pemeriksaan darah
lengkap otomatis di laboratorium klinik yang menghitung beberapa parameter penting
dalam pemeriksaan darah lengkap menggunakan prinsip flow cytometry. Sysmex XN-
1000 memiliki dimensi 25.4” w (width/lebar) x 33.7” h (height/tinggi) x 29.7” d
(depth/kedalaman). Alat ini dapat melakukan throughput sebanyak maksimal 100
sampel/jam untuk sampel whole bloood dan 40 sampel/jam untuk sample body fluids
(cairan tubuh). Volume sample yang diperlukan untuk sample whole blood dan body
fluids (cairan tubuh) sebanyak 88 μL. Alat ini juga memiliki beberapa mode analisis
pemeriksaan yang dapat disesuaikan (Hikmawati, 2016).
III. Metode
A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: alat tulis, sarung
tangan, timbangan, syringe ukuran 1 mL, jarum suntik, batang pengaduk,
mikrohematokrit, mikrotube, rak mikrotube, hemato analyzer, pipet tetes, kaca
benda, timbangan analitik, sentrifuge, mikroskop cahaya, optilab, laptop/komputer.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: Tikus (Rattus
norvegicus Berkenhout, 1796), ketamin : xylazine (1:1), EDTA, methanol, larutan
Giemsa 3%, aquades, dan tisu.
C. Cara Kerja
Praktikum ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Penimbangan hewan coba
Dipastikan hewan coba yang akan digunakan telah diaklamasi pada
kondisi laboratorium. Dilakukan familiarisasi hewan coba dengan
meletakkan telapak tangan pada tutup kandang sehingga hewan coba
mampu mengendus. Dipindahkan tikus dari kandang dengan menarik 1/3
bagian pangkal ekor. Selanjutnya, tikus dicengkeram dengan tangan pada
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 4 dari 9
bagian kraniodorsal tikus, kepala tikus dijepit antara jari tengah dan jari
telunjuk sedangkan dua tungkai depan tikus dijepit dengan jari yang lain.
2. Anestesi
Ditimbang tikus untuk menentukan volume ketamin yang akan
diinjeksikan. Dilakukan konversi dosis (50mg/kgBB) sesuai konsentrasi
ketamin:xylazine yang digunakan dan berat badan hewan coba. Anestesi
dilakukan dengan rute administrasi intramuskular menggunakan syringe
dan jarum suntik.
3. Koleksi Darah
Dilakukan koleksi darah pada saat tikus dalam pengaruh anestesi.
Lokasi pengoleksian darah yang dilakukan adalah di sinus supraorbitalis
menggunakan mikrohematokrit dan darah ditampung pada mikrotube yang
terbagi menjadi dua mikrotube tanpa EDTA dan mikrotube + EDTA.
4. Pembuatan serum dan plasma
a. Pembuatan serum
Ditampung darah hasil koleksi dalam mikrotube. Sampel darah
didiamkan hingga mengalami koagulasi (+ 10 menit). Disentrifuge
sampel darah dengan kekuatan 4000 rpm selama + 15 menit pada suhu
4oC untuk memisahkan komponen seluler dengan serum. Difoto hasil
sentifuge dan diamati lapisan sampel darah yang terbentuk.
b. Pembuatan plasma
Dimasukkan zat antikoagulan (EDTA) ke dalam mikrotube.
Ditampung darah hasil koleksi dan digoyang-goyangkan dengan lembut
sehingga darah tercaampur dengan zat antikoagulan. Disentifuge sampel
darah dengan kekuatan 4000 rpm selama + 15 menit pada suhu 4oC
untuk memisahkan komponen seluler dengan plasma. Difoto hasil
sentrifuge dan diamati lapisan sampel darah yang terbentuk.
5. Pembuatan dan pengamatan preparat apus darah tipis
Diteteskan darah pada kaca benda A. Darah diletakkan pada pada
sisi/tepi kaca benda A yang pendek. Diletakkan kaca benda B di muka
tetesan darah tersebut lalu tariklah kebelakang sedikit sampai menyentuh
tetesan darah tersebut hingga timbul kapiler yang menyebabkan darah
merata ke kiri dan ke kanan tepi kaca benda. Sudut diantara kedua kaca
benda sebaiknya ± 45º. Kaca benda B didorong dengan kekuatan dan
kecepatan yang sama supaya mendapatkan film darah yang tipis dan sama
rata. Dikeringanginkan apusan darah pada kaca benda A. Diteteskan
methanol hingga menutupi seluruh permukaan apusan darah lalu
dikeringanginkan. Ditetesi larutan Giemsa 3% ke seluruh permukaan
apusan darah selama + 25 menit. Dicuci apusan darah menggunakan
tetesan aquades atau menggunakan air kran yang mengalir. Diamati
preparat apusan darah tipis yang telah dibuat.
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 5 dari 9
IV. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Berat Badan Tikus dan Dosis Ketamin+Xylazine
Dosis Ketamin+
No Daerah penandaan Berat badan (gr)
Xylazine (mL)
1 Kepala 138 0,07+0,028
2 Ekor 166 0,08+0,038
3 Punggung 168 0,086+0,034
2 Ekor
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 6 dari 9
3 Punggung
2 Neutrofil
3 Limfosit
V. Pembahasan
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 7 dari 9
trombosit yang terbentuk dan tidak menyatu bersama sel darah merah karena telah
ditambahkan zat antikoagulasi yaitu EDTA, dan lapisan dasar adalah sel darah
merah (eritrosit).
Pembuatan preparat apus darah tipis menggunakan metode apus/ulas dengan
pewarnaan menggunakan larutan Giemsa 3 %. Larutan giemsa terdiri dari
methylene azure yang akan mewarnai inti sel, methylene blue yang akan mewarnai
basofil, dan eosin yang akan mewarnai eosinofil.
Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan
ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel
sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal Trypanosoma,
Plasmodia dan lain-lain dari golongan protozoa. Hasil pewarnaan dengan Giemsa
pada darah manusia akan memperlihatkan eritrosit berwarna merah muda, nukleolus
lekosit berwarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma lekosit berwarna sangat ungu
muda, granula dari lekosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari lekosit netrofil
dan lekosit basofil berwarna ungu (Subowo, 2006).
Pembuatan preparat apus darah tipis bertujuan untuk mengamati bentuk dan
morfologi sel darah. Preparat yang telah dibuat lalu diamati menggunakan
mikroskop dan menggunakan kamera optiLab untuk menghubungkan penampakan
pada lensa okuler mikroskop ke layar komputer. Pengamatan mikroskop
menggunakan perbesaran lensa objektif 100x dan hasil pengamatan
didokumentasikan. Sel darah yang tampak pada preparat apus darah tipis tersebut
adalah eritrosit, leukosit neutrofil, dan leukosit limfosit. Eritrosit ditunjukkan
dengan warna merah kekuning-kuningan/agak transparan. Eritrosit berbentuk bulat
dan tak berinti. Sedangkan leukosit ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti yang
berwarna ungu. Warna biru pada leukosit disebabkan karena pewarnaan yang
diberikan pada saat pembuatan preparat. Inti leukosit akan menyerap warna yang
bersifat basa.
Penentuan profil darah (hemogram) menggunakan hemato analyzer
menghasilkan beberapa profil sel darah secara otomatis, cepat dan akurat. penentuan
profil darah berasal dari tiga ekor tikus yang telah ditandai sebelumnya untuk
membedakan ketiganya. Dari ketiga sampel darah tikus, terdapat satu sampel darah
tikus yang tidak dapat terbaca pada hemato analyzer yang disebabkan oleh tidak
meratanya darah menyatu EDTA sehingga mengakibatkan terjadinya
penjendalan/penggumpalan darah. Penentuan hemogram menggunakan hemato
analyzer akan menunjukan beberapa profil darah seperti eritrosit (RBC), leukosit
(WBC), trombosit (PLT), nilai hematokrit (HCT), kadar hemoglobin (HGB), Mean
Cell Volume (MCV), Mean Cell Hemoglobin (MCH) dan Mean Cell Hemoglobin
Concentratin (MCHC), limfosit (LYM), neutrofil (NEUT), turunan sel darah putih
yang lain (MXD), dan lain sebagainya.
Eritrosit, Hb, Mean Cell Volume (MCV), Mean Cell Hemoglobin (MCH) dan
Mean Cell Hemoglobin Concentratin (MCHC) digunakan untuk mengevaluasi
kondisi anemia. Eritrosit merupakan benda darah terbanyak dalam tubuh. Berfungsi
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 5 Oktober 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 9 dari 9
VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa serum
dan plasma dihasilkan dari proses penggumpalan sel darah yang dibiarkan beberapa
menit dan dilanjutkan dengan proses sentrifuge untuk memisahkan cairan darah
(serum/plasma) dan sel darah berdasarkan berat jenisnya. Preparat apus darah tipis
dibuat dengan metode apus/ulas dan perwarnaan Romanowski yaitu menggunakan
larutan Giemsa 3%. Pada preparat apus darah tipis dapat diamati sel darah merah
(eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Dan penentuan profil darah (hemogram)
menggunakan hemato analyzer akan mendapatkan profil leukosit (WBC), eritrosit
(RBC), hemoglobin (HGB), hematokrit (HCT), Mean Cell Volume (MCV), Mean
Cell Hemoglobin (MCH) dan Mean Cell Hemoglobin Concentratin (MCHC),
trombosit (PLT), dan lain sebagainya.