PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam istilah kesehatan, “trauma” adalah cedera yang parah dan sering
membahayakan jiwa yang terjadi ketika seluruh atau suatu bagian tubuh
terkena pukulan benda tumpul atau tiba-tiba terbentur. Jenis cedera yang
seperti ini berbahaya karena tubuh dapat mengalami shock sistemik, dan organ
vital dapat berhenti bekerja secara cepat. Oleh karena itu, penanganan secara
medis tidak hanya dibutuhkan, namun juga harus cepat diberikan agar dapat
meningkatkan kemungkinan pasien selamat dari trauma. Saat ini,
cedera trauma merupakan penyebab dari lebih 120.000 kematian setiap
tahunnya serta bertanggung jawab atas 80% kematian remaja dan 60%
kematian anak. Sementara itu, setiap tahun ada lebih dari 50 juta cedera yang
dikategorikan sebagai trauma dan sebagian dari cedera tersebut cukup parah
sehingga pasien harus dirawat di rumah sakit. (RilivStory, 2019)
Trauma terdiri dari fisik, termal, elektrik, kimia dan radiasi yang dapat
mengakibatkan penyakit trauma jaringan lunak rongga mulut. Penyakit
Jaringan lunak rongga mulut yaitu patogenesis dan gejala klinis. Penyebab
iritasi dan penyakit trauma jaringan lunak rongga mulut: Individu yang
memiliki kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit mukosa pipi secara tidak
sengaja atau tidak sadar, iritasi mekanik dari bulu sikat gigi, dimana bulu sikat
tersebut memiliki bulu yang kasar dan tidak halus, gesekan dari makanan
ataupun benda yang masuk ke dalam mulut, berkelahi, saat individu
mendapatkan benturan yang hebat dan gigi yang memiliki permukaan yang
tajam seperti adanya restorasi, karies klas IV maupun V yang kontak dengan
mukosa dan menyebabkan mukosa terluka, makanan yang memiliki tekstur
keras dan tajam. Serta minuman yang terlalu panas, stress, gigi yang terletak
di luar lengkung rahang yang normal sehingga jaringan lunak selalu tergesek
dan tergigit pada saat mengunyah, kekurangan nutrisi, seperti vitamin B12,
penggunaan gigi tiruan, dan paparan radiasi. (Yusuf Rizky Akbar, 2013)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Trauma jaringan lunak atau sering disebut luka, adalah hilang atau
rusaknya jaringan lunak yang meliputi kulit, otot, saraf, atau pembuluh
darah akibat trauma. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu
perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan
penyebab dan beratnya trauma yang didapat. Pada kedokteran gigi
sejumlah besar dental trauma berhubungan dengan luka pada bibir,
gingiva, dan mukosa oral. Sepertiga dari semua pasien cedera oral dirawat
pada keadaan dental emergensi dan lebih dari setengah semua pasien yang
dirawat di rumah sakit pada keadaan darurat berhubungan dengan cedera
pada jaringan lunak.Gigi geligi terlindung oleh bibir. Energi trauma akan
diserap oleh jaringan lunak sehingga cedera pada gigi tidak terlalu parah.
Namun, hal ini akan mengakibatkan berbagai jenis trauma pada jaringan
lunak tergantung dari kekuatan, bentuk dan ukuran dari benda yang
menyebabkan trauma. Apalagi, ketika seorang pasien mengalami trauma,
gigi juga ias menyebabkan cedera pada jaringan lunak sekitarnya, yang
paling sering ditemukan yaitu menembus ke bibir, tapi terkadang juga
tembus pada pipi dan lidah. Ketika gigi dislokasi, gingival sewaktu-waktu
akan robek. Pengobatan utama yang tidak benar akan menyebabkan bekas
luka yang buruk. (Astrid Alvina Damayanty, 2013)
Etiologi
Trauma Fisik
Luka ini biasanya disebabkan oleh benda-benda tumpul, tajam,
kecelakaan lalu lintas, tembakan olahraga dan tawuran/perkelahian.
Biasanya lukanya berupa sobekan, sayatan dan memar. (Astrid Alvina
Damayanty, 2013)
Etiologi
a. Trauma gigitan
Sikat gigi ternyata adalah salah satu sebab dari trauma jaringan
lunak rongga mulut. Cara penggunaan dari sikat gigi yang berlebihan
dan cara menyikat gigi yang salah dapat merusak gigi serta melukai
jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut.
c. Trauma makanan
Trauma termal atau luka bakar pada rongga mulut sebagian besar
disebabkan oleh makanan atau minuman yang panas. Penggunaan
microwave meningkatkan angka kejadian luka bakar panas karena dapat
membuat makanan yang dingin di bagian luarnya tetapi sangat panas di
bagian dalamnya. Pada awal terjadinya trauma termal akan terasa nyeri
yang selanjutnya muncul area yang tidak nyeri, hangus, dan kekuningan
yang disertai dengan sedikit atau bahkan tidak berdarah. Selanjutnya, area
tersebut akan mengalami nekrosis, karena banyak sel yang mati akibat
panas, dan mulai mengelupas bahkan bisa mengeluarkan darah. Luka yang
melibatkan makanan yang panas biasanya timbul pada palatum atau
mukosa lidah bagian posterior berupa area eritema dan ulserasi yang dapat
menyisakan epithelium yang nekrosis pada daerah perifer. Selain itu, injuri
thermal juga dapat terjadi secara iatrogenik, yaitu overheat instrument
yang mengenai mukosa. Efek lebih parah terjadi pada mukosa yang
dianestesi, karena pasien tidak dapat merasakan sakit pada mukosa yang
berkontak dengan instrumen tersebut.
Gambar Lesi luka bakar
https://www.scribd.com/doc/148148273/Trauma-Jaringan-Lunak-
Rongga-Mulut
3. Trauma kimiawi
a. Aspirin
b. Silver Nitrat
c. Sodium Hipoklorid
f. Smoker’s Melanosis
g. Anesthetic Necrosis
4. Trauma Radiasi
Inflamasi merupakan suatu reaksi setempat dari jaringan hidup ata sel
terhadap suatu rangsang atau injury (cidera atau jejas). Proses ini diawali
dengan kerusakan jaringan yang menyebabkan patogen melewati pertahanan
tubuh untuk menginfeksi sel-sel tubuh. Jaringan yang terinfeksi tersebut akan
melepaskan histamin dan prostaglandin. Sel yang melepaskan histamin adalah
mastosit yang berkembang dari basofil. Histamin yang dilepaskan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan peningkatan kecepatan aliran
darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat menyebabkan
neutrofil, monosit dan eusinifil berpindah dari pembuluh darah ke jaringan
yang terinfeksi. Akibatnya, daerah yang terinfeksi akan berwarna kemerahan,
panas, bengkak, dan terasa nyeri.
Aspirin burn ini disebabkan oleh trauma kimia, dimana berbagai bahan
kimia atau obat terutama aspirin yang diletakkan di sulkus untuk mencoba
meredakan sakit gigi. Aspirin burn ini diakibatkan oleh pengelupasan
mukosa karena koagulasi protein dalam sel epitel superficial. Adapaun
gambaran klinis dari aspirin burn ini adalah lesi putih dengan lapisan
mukosa yang terlokalisir, biasanya di sulkus bukal dan di dekat mukosa
bukal atau seringkali di sepanjang gigi yang mengalami karies.
Gambar Lesi yang disebabkan oleh Aspirin Burn
https://www.scribd.com/doc/148148273/Trauma-Jaringan-Lunak-Rongga-Mulut
2. Leukoplakia
Etiologi
Gambaran Klinis
https://www.scribd.com/doc/148148273/Trauma-Jaringan-Lunak-
Rongga-Mulut
Gambaran Histopatologis
Pemeriksaan histopatologis, akan tampak adanya perubahan
keratinisasi sel epitelium, terutama pada bagian superfisial.Secara
mikroskopis, perubahan ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu
hiperkeratosis, hiperparakeratosis, akantosis, diskeratosis atau
displasia, carcinoma in situ.
3. Denture Stomatitis
Denture stomatitis atau denture sore mouth sering terjadi pada pasien
yang menggunakan gigi tiruan dalam jangka waktu lama. Lesi ini biasanya
ditemukan pada palatum. Gambaran klinis berupa mukosa yang tertutup
plat gigi tiruan edema berwarna merah dengan titik-titik putih yang
merupakan akumulasi Candida albicans atau sisa makanan. Beberapa
kasus tidak menimbulkan gejala pada pasien, namun ada beberapa yang
mengeluhkan sensasi rasa terbakar dan nyeri. Penyebab yang biasa terjadi
karena iritasi gigi tiruan, sisa-sisa makanan yang menumpuk di bawah
permukaan plat gigi tiruan dan infeksi Candida albicans. Perawatan yang
perlu dilakukan adalah memperbaiki gigi tiruan dan menjaga kebersihan
mulut dengan baik.
https://www.scribd.com/doc/148148273/Trauma-Jaringan-Lunak-
Rongga-Mulut
4. Toothbrush Injury
Trauma dari sikat gigi disebabkan iritasi mekanis dari bulu sikat gigi
pada margin gingival dan gingival cekat. Lokasi lesi ini dapat ditemukan
pada seluruh permukaan gingival, namun yang paling sering terjadi pada
gingival rahang atas di antara gigi kaninus dan premolar (karena pada
lokasi ini biasanya menggunakan tekanan maksimal selama menyikat
gigi). Penampakan klinis lesi berupa erosi tunggal dengan area
eritematous, berwarna putih atau merah, dan beberapa menyebabkan rasa
sakit. Lesi ini tidak memerlukan perawatan, namun mengurangi factor
local dengan memperbaiki cara menyikat gigi.
5. Ulkus Kemoterapeutik
6. Lesi Traumatik
Lesi traumatic dapat disebabkan oleh berbagai iritasi fisik dan kimia,
seperti trauma gesek, panas maupun penggunaan cairan kaustik yang
berlebihan.Trauma geseksering tampak pada gusi cekat, hal itu disebabkan
karena penyikatan gigi yang berlebihan. Lama kelamaan mukosa menjadi
menebal dengan suatu permukaan putih yang menjadi kasar. Sakit
umumnya tidakada dan pemeriksaan histopatologis menggambarkan
hyperkeratosis.
Linea alba bukalis (white line) adalah kondisi yang paling sering
muncul di sepanjang mukosa bukal setinggi dataran oklusal gigi rahang
atas dan rahang bawah yang disebabkan adanya tekanan, iritasi gesekan,
dan trauma dari permukaan gigi (Neville dkk., 2009). Linea alba
berbentuk garis putih keabuan memanjang di mukosa bukal, biasanya
bilateral di kanan dan kiri, berawal dari sudut mulut hingga gigi posterior.
Penampakan klinis berupa warna putih keabuan disebabkan hiperkeratosis
epitel. Lesi ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan berarti
Pada keratosis traumatik ini ditandai dengan adanya lesi putih dengan
tepi yang difuse. Dimana lesi putih merupakan daerah abnormal pada
mukosa mulut yang pada pemeriksaan klinis tampak lebih putih daripada
jaringan sekitarnya dan agak lebih tinggi dari sekitarnya, lebih kasar. Lesi
ini disebabkan karena adanya peningkatan ketebalan epidermis yang
ditutupi dengan peningkatan produksi keratin (hiperkeratosis) atau
produksi keratin yang abnormal.
https://www.scribd.com/doc/148148273/Trauma-Jaringan-Lunak-
Rongga-Mulut
9. Morsicatio Buccarum
Lesi putih pada rongga mulut ini disebabkan adanya iritasi kronis
akibat mengisap-isap atau menggigit-gigit pipi. Hal tersebut akan
menyebabkan area trauma menjadi lebih tebal, luka, dan lebih pucat
daripada jaringan di sekitarnya. Lesi ini seringkali muncul pada orang
yang sedang mengalami stress tinggi atau orang yang mempunyai
kebiasaan menggigit-gigit pipi, bibir maupun lidah .
Penampakan klinis dari lesi ini sering ditemukan bilateral pada mukosa
bukal, namun ada juga yang unilateral dikombinasikan dengan adanya lesi
pada bibir, lidah, atau keduanya. Area putih menebal seperti bekas cabikan
didominasi dengan area eritematous dan permukaan yang kasar.
Pemeriksaan histopatologis hasil biopsi menyatakan adanya hiperkeratosis
yang menyebar dengan jumlah keratin yang banyak. Tidak ada perawatan
yang perlu dilakukan selama lesi dirasa tidak mengganggu pasien. Apabila
pasien memerlukan perawatan dapat dilakukan dengan membuat cetakan
akrilik yang menutupi permukaan fasial gigi untuk menghindari akses
mukosa bukal. (Yusuf Rizky Akbar, 2013)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trauma jaringan lunak atau sering disebut luka, adalah hilang
atau rusaknya jaringan lunak yang meliputi kulit, otot, saraf, atau
pembuluh darah akibat trauma. Trauma pada jaringan lunak rongga
mulut terdiri dari trauma fisik atau mekanik, trauma termal (panas),
trauma kimiawi dan trauma radiasi. Respon tubuh jaringan lunak
rongga mulut diawali dengan kerusakan jaringan yang
menyebabkan pathogen melewati pertahanan tubuh untuk
menginfeksi sel-sel tubuh. Lesi trauma jaringan lunak rongga mulut
meliputi luka bakar akibat aspirin (aspirin burn), leukoplakia,
denture stomatitis, toothbrush injury, ulkus kemoterapeutik, lesi
traumatik, linea alba bukalis, keratosis traumatik dan morsicatio
buccarum.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://riliv.co/rilivstory/apa-sih-trauma-itu-berikut-definisi-dan-
penjelasannya/ rilivstory, 2019
https://www.scribd.com/doc/131732833/Pendarahan-Dan-Trauma-
Jaringan-Lunak Astrid Alvina Damayanty, 2013
https://www.scribd.com/doc/148148273/Trauma-Jaringan-Lunak-
Rongga-Mulut Yusuf Rizky Akbar, 2013