Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di masa sekarang ini,

karena pendidikan sudah menjadi kebutuhan primer dalam rangka membentuk

watak dan kepribadian suatu bangsa. Dalam hal ini setiap orang harus

mendapatkan pendidikan yang layak. Penyelanggaraan pendidikan di Indonesia

sendiri diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 BAB XIII pasal 31 ayat

(1) berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mandapatkan pengajaran” dan ayat

(2) berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satus sistem

pengajaran Nasional yang diatur dengan Undang-undang” (Septiana, 2011).

Pendidikan dapat merubah aspek-aspek pada diri peserta didik dalam

proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, berbagi pengalaman dan lain sebagainya. Pendidikan

dilakukan melalui kegiatan pengajaran yang diselenggarakan pada semua satuan

dan jenjang pendidikan. Tujuan dari diselenggarakannya pendidikan yaitu untuk

menciptakan sumberdaya manusia yang siap bersaing dalam dunia kerja.

Wajib belajar merupakan salah satu program yang gencar digalakkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Salah satu program yang

dijalankan yaitu program wajib belajar 12 tahun, yang mewajibkan setiap warga

negara Indonesia untuk bersekolah selama 12 tahun pada tingkat Sekolah Dasar

(SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 12 Sekolah Menengah Atas

(SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah kejuruan (SMK) atau

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

1
Jenjang ketiga pada program wajib belajar 12 tahun siswa dapat memilih

untuk memasuki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Sekolah Mengah Atas

(SMA). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih ditekankan pada praktik dan

skill yang dimiliki siswa untuk satu bidang yang ditekuni. Siswa SMK memang

telah dipersiapkan untuk lebih mengenal dunia kerja, karena setelah lulus di SMK

maka siswa dapat langsung bekerja sesuai dengan bidang yang ditekuni.

Sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih menekankan pada pendalaman

teoritik dibandingkan praktik karena SMA memang lebih ditujukan pada siswa-

siswi yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Pada jalur pendidikan formal keberhasilan tujuan pembelajaran dapat

dilihat salah satunya dari output atau hasil belajar siswa. Salah satu faktor

terpenting yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu adanya motivasi dalam

belajar. Pada proses belajar siswa memerlukan adanya motivasi sebagai penggerak

aktivitas kegiatan di dalamnya. Motivasi belajar merupakan proses yang memberi

semangat, arah, dan kegigihan perilaku dalam aktivitas belajar. Motivasi

seseorang akan baik, apabila tujuan dalam diri seseorang baik. Pada konteks

belajar maka tujuan dari dalam diri siswa yaitu untuk mendapatkan hasil belajar

yang maksimal. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak

energi dan semangat untuk mengikuti aktivitas belajar.


Sesuai kurikulum 2013 yang berlaku di seluruh Indonesia, maka siswa

kelas X SMA yang naik ke kelas XI akan mengalami pemilihan

jurusan/Penjurusan. Penjurusan yang tersedia di SMA meliputi Ilmu Alam (IPA),

Ilmu Sosial (IPS), dan Ilmu Bahasa. Penjurusan akan disesuaikan dengan minat

dan kemampuan siswa. Tujuannya agar kelak di kemudian hari, pelajaran yang

2
akan diberikan kepada siswa menjadi lebih terarah karena telah sesuai dengan

minatnya. Penjurusan merupakan salah satu proses penempatan atau penyaluran

dalam pemilihan program pengajaran para siswa SMA. Dalam penjurusan ini,

siswa diberi kesempatan memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Kesesuaian memilih jurusan dapat menentukan motivasi belajar dan keberhasilan

belajar siswa. Sebaliknya, kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang

karena ketidaksesuaian menentukan jurusan.

Kompetensi mulai dipersiapkan dari Sekolah Menegah Atas (SMA).

Melalui berbagai jurusan, siswa diarahkan untuk mengetahui minat dan bakatnya

agar dapat menjadi siswa yang berkompeten di bidangnya. Hal ini sangat

bergantung pada keputusan siswa dalam memilih jurusan di SMA. Dalam hal ini,

sekolah memegang peranan penting untuk dapat mengembangkan potensi diri

yang dimiliki siswa. Kemungkinan yang akan terjadi jika siswa mengalami

kesalahan dalam penjurusan adalah rendahnya motivasi belajar dan prestasi

belajar siswa atau dapat menyebabkan terjadinya kegamangan dalam aktualisasi

diri. Tak jarang siswa tidak mengerti alasan pemilihan jurusan tersebut, hendak

kemana setelah tamat sekolah dan apa cita-citanya.

Pemilihan jurusan di SMA yang meliputi 3 jurusan, agar siswa lebih fokus

dan lebih semangat terhadap bidang-bidang pelajaran yang telah sesuai dengan

minat dan bakat dari diri siswa. Penempatan siswa pada program jurusan yang

disesuaikan dengan minat, bakat serta faktor lain yang mendukung maka

diharapkan siswa semakin termotivasi dan semangat dalam mengikuti bidang

3
mata pelajaran yang memang telah disiapkan dan disesuaikan dengan program

jurusan yang dipilih.

Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi

tertentu. Seorang siswa yang berminat pada pelajran matematika akan

memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lain. Karena pemusatan

perhatian intensif terhadap materi, siswa akan belajar lebih giat dan mencapai

prestasi yang diinginkan. Pada diri siswa terdapat minat khusus yang berbeda satu

dengan lainnya. Perbedaan siswa dalam minat akan menentukan pilihan karir di

masa yang akan datang. Penjurusan siswa di sekolah menengah atas menjadi titik

awal yang menentukan profesi di masa depan (Departemen pendidikan nasional,

2004).

Minat menurut (Slameto, 2010) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal dan aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pengertian

lain minat menurut Crow dan Crow bahwa minat adalah berhubungan dengan

gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan

orang lain, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri

(Djaali,2007). Minat dapat menjadi salah satu faktor pencapain tujuan, namun ada

faktor lain seperti motivasi yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian

tujuan. Seperti yang dikatakan Sardiman (2011) motivasi sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

4
tercapai. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamzah (2008) motivasi pada

dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,

termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting

dari motivasi dalam belajar pembelajaran, anatara lain dalam (1) menentukan hal-

hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (2) memperjelas tujuan belajar yang

hendak dicapai, (3) menentukan ketekunan belajar.

Masalah yang timbul sehubungan dengan pemilihan jurusan diantaranya

yaitu sesuai tidaknya jurusan yang akan dipilih dengan bakat, minat dan

kepribadian siswa tersebut baik dari dalam maupun dari luar siswa tersebut. Selain

masalah tersebut, pengaruh orang tua, teman, saudara/lingkungan juga

mempengaruhi siswa dalam pemilihan jurusan. Penelitian oleh Hidayanti (2009)

yang dilakukan di SMA Negeri 1 Pandaan, yaitu pengaruh pemilihan jurusan

terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan

antara pemilihan jurusan terhadap motivasi belajar siswa. Dimana hasilnya yaitu

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jurusan adalah faktor internal dan

faktor eksternal, 2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemilihan jurusan

dan motivasi belajar siswa SMA N I Pandaan. Faktor-faktor dalam pemilihan

jurusan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa

kelas XI SMA N I Pandaan. Berkaitan dengan penelitian ini diharapkan agar

minat, bakat dan kemampuan siswa lebih dipertimbangkan lagi melalui seleksi

dan pengarahan yang lebih baik dalam pemilihan jurusan agar siswa bisa

termotivasi dan hasil belajar yang diperoleh siswa bisa lebih maksimal.

5
Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2010) ada dua yaitu

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam

diri individu yang terdiri dari aspek jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh),

aspek psikologis (inteligensi, perhatian, motif, bakat, kematangan, minat,

kesiapan) dan aspek kelelahan. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar

diri individu yang terdiri dari faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Syah (2004)

mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari aspek psiologis,

aspek psikologis (Intelegensi siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa),

lingkungan sosial sekolah, lingkungan non sosial, pendekatan belajar.

Pemilihan jurusan berpengaruh besar pada motivasi belajar siswa yang

sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut. Motivasi timbul karena ada

tujuan yang ingin dicapai, sehingga akan timbul semangat untuk mencapainya.

Motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar, jika siswa

mempunyai motivasi yang baik maka prestasinya juga akan baik, karena ada

tujuan yang akan dicapainya (menurut guru yang berinisial I, 8 Mei 2017, 09.25

WITA, Jeneponto).

Permasalahan motivasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Tamalatea terlihat

dari pengakuan salah seorang siswi yang mengatakan bahwa harusnya penjurusan

tidak hanya ditentukan oleh hasil tes pemilihan jurusan. Minat siswa juga harus

dipertimbangkan dalam penentuan jurusan, sehingga penentuan jurusan dapat

sesuai dengan minat dan harapan siswa (menurut siswi berinisial D, 8 Mei 2017,

10.05 WITA, Jeneponto).

6
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian

berkenaan dengan “Pengaruh Pemilihan Jurusan Terhadap Motivasi Belajar Siswa

di SMA Negeri 1 Tamalatea Kabupaten Jeneponto”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah di

atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan yaitu apakah ada pengaruh

`pemilihan jurusan terhadap motivasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Tamalatea

Kabupaten Jeneponto ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh pemilihan jurusan terhadap motivasi belajar siswa di

SMA Negeri 1 Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

7
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh

pemilihan jurusan terhadap motivasi belajar siswa dan dapat berguna bagi

pengembangan ilmu psikologi serta penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi siswa dalam hal

pemilihan jurusan sesuai dengan minat dan bakatnya agar dapat mengembangkan

motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya.


2. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para guru dan kepala

sekolah dalam mengarahkan dan membimbing murid untuk memilih jurusan

berdasarkan minat dan bakatnya sehingga murid dapat memilih jurusan yang

tepat.
3. Bagi orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi orang tua dalam

membimbig anak agar dapat memilih jurusan sesuai dengan minat dan bakatnya

sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

4. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan bacaan

yang dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh pemilihan jurusan

terhadap motivasi belajar siswa.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motivasi Belajar


2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar
Motif atau dalam Bahasa inggris “motive” berasal dari kata movere atau

motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Motif erat hubungannya

dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga

9
perbuatan atau perilaku. Motif dalam psikologi berarti juga rangsangan, dorongan,

atau pembangkit tenaga bagi terjadinya perbuatan atau perilaku.


Selain motif, motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang merujuk

kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan

yang timbul dalam diri individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut

dan tujuan atau akhir dari tindakan atau perbuatan.


Motivasi merupakan suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri

seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Mc. Donald (dalam Djamarah, 2008) motivasi adalah suatu perubahan

energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif

(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pendapat lain dikemukakan oleh

Oemar Hamalik (2012) motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau

internal dan intensif di luar diri individu, motivasi adalah proses membangkitkan,

mempertahankan dan mengontrol minat-minat.

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar

menurut Hamzah (2008). Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam

belajar pembelajaran, anatara lain dalam (1) menentukan hal-hal yang dapat

dijadikan penguat belajar, (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (3)

menentukan ketekunan belajar.

Berdasarkan pendapat diatas mengenai motivasi dalam belajar, maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu pendorong atau penggerak yang

muncul dari dalam maupun dari luar diri siswa yang menyebabkan mereka

bertindak secara nyata untuk belajar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
2.1.2 Jenis – jenis Motivasi

10
Motivasi menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008) dibagi menjadi dua,

yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang atau motivasi

instrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang atau motivasi

ekstrinsik. Adapun pengertian motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik yaitu :


1. Motivasi instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam aktivitas belajar, motivasi

instrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki

motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi

oleh pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan

dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.


2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik

menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Dalam artian

anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang

dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar dan

kehormatan. Motivasi ekstrinsik dapat di tunjukkan dalam bentuk pujian, angka

maupun hadiah yang dapat membantu merangsang anak didik untuk giat belajar.
Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat berpengaruh dalam

proses belajar mengajar untuk membangkitkan semangat belajar anak didik.

Motivasi ekstrinsik digunakan ketika anak didik tidak memiliki motivasi

instrinsik. Guru, keluarga, teman dan lingkungan anak didik dapat menjadi

motivasi ekstrinsik.
2.1.3 Ciri-ciri Motivasi Belajar

11
Setiap orang memiliki motivasi yang ada dalam dirinya, menurut

Sardiman (2011) motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas, yaitu dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama, tidak berhenti sebelum selesai.


2. Ulet menghadapi kesulitan, yaitu tidak mudah putus asa dalam mengerjakan

tugas untuk berprestasi sebaik mungkin.


3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk

sukses).
4. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
5. Mempunyai orientasi ke masa depan.

Seseorang yang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang

tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar

akan berhasil baik, bila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan

berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka

dan responsif terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan

pemecahannya.

Siswa yang memiliki motivasi atau keinginan serta harapan untuk berhasil

akan tetap berusaha untuk mencapai tujuannya walaupun telah mengalami

berbagai kegagalan. Adanya usaha yang tekun terutama dengan adanya motivasi

belajar yang kuat maka seseorang akan mendapatkan prestasi belajar yang baik.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor internal dan faktor eksternal

menurut Syamsu Yusuf (2009) faktor tersebut yaitu:

1. Faktor internal

12
a) Faktor Fisik, merupakan faktor yang mempengaruhi dari tubuh dan

penampilan individu. Faktor fisik meliputi nutrisi (gizi), kesehatan, dan

fungsi-fungsi fisik terutama panca indera.


b) Faktor Psikologis, merupakan faktor intrinsik yang berhubungan dengan

aspek-aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas belajar pada

siswa. Faktor ini menyangkut kondisi rohani siswa.

2. Faktor Eksternal
a) Faktor Sosial, merupakan faktor yang berasal dari manusia di sekitar

lingkungan siswa. Faktor sosial meliputi guru, konselor, teman sebaya,

orang tua, tetangga, dan lain-lain.


b) Faktor Non-sosial, merupakan faktor yang berasal dari keadaan atau

kondisi fisik di sekitar siswa. Faktor nonsosial Meliputi keadaan udara

(cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, atau malam), tempat (sepi,

bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), dan fasilitas belajar (sarana

dan prasarana).

Pendapat lain Dimyati dan Mudjiono (2009) menyebutkan unsur-unsur

yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1. Cita-cita dan aspirasi siswa

Cita-cita atau disebut aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.

Aspirasi ini dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Cita-cita akan

mempengaruhi motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, sebab tercapainya

suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

2. Kemampuan siswa

13
Keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau

kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk

melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Siswa yang merasa dirinya memiliki

kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat

sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya

yang merasa tidak mampu akan merasa malas untuk berbuat sesuatu.

3. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani akan

mempengaruhi motivasi belajar. Untuk itu guru harus lebih cermat melihat

kondisi fisik dan psikologis siswa, karena kondisi-kondisi ini jika mengalami

gangguan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan motivasi siswa.

4. Kondisi lingkungan siswa

Kondisi lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat

tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota

masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang

merupakan suatu unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa.

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam

proses belajar setiap diri siswa tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang

lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi siswa dan

lain-lain. Siswa yang memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran

14
akan mengalami perubahan selama proses belajar yang kadang-kadang kuat atau

lemah.

6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam

mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,

cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar

siswa.

2.1.5 Fungsi Motiasi dalam Belajar


Fungsi motivasi dalam belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008)

yaitu sebagai pendorong, penggerak dan penyeleksi.


1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Motivasi yang berfungsi sebagai pendorong yaitu motivasi yang

mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.

Awalnya anak didik tidak mempunyai hasrat untuk belajar, tetapi karena adanya

sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum

diketahui akan mendorong anak didik untuk mencari tahu. Sikap itulah yang

mendasari dan mendorong kearah sejumlah perbuatan dalam belajar.


2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu

merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam

bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar

dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga,

perbuatan dan akal pikiran sehingga mengerti betul dengan apa yang

dipelajarinya.
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

15
Fungsi motivasi sebagai penggerak perbuatan anak didik dalam belajar,

anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi perbuatan yang harus

dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Sesuatu yang tidak diketahui

kemudian dicari oleh anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapai.

Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut

Ngalim Purwanto (2013) menyebutkan ada tiga fungsi motivasi yaitu :

1. Motivasi mendorong manusia untuk berbuat/bertindak, yang memberikan

energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.


2. Motivasi menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan

atau cita-cita.
3. Motivasi menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang harus dilakukan, yang serasi, dan mengesampingkan perbuatan yang

tidak bermanfaat bagi tujuan.


2.1.5 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan dengan cara

pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik menurut De Decce dan

Grawford (dalam Djamarah, 2008) yaitu guru harus dapat menggairahkan anak

didik dalam belajar, memberikan harapan yang realistis, memberikan intensif, dan

mengarahkan perilaku anak didik kearah yang menunjang tercapainya tujuan

pengajaran.

2.2 Pemilihan Jurusan


2.2.1 Pengertian pemilihan jurusan

Istilah peminatan atau program peminatan sama dengan program

penjurusan atau pemilihan jurusan yang diberlakukan di tingkat Sekolah Menegah

16
Atas (SMA). Istilah atau penyebutannya mulai berganti seiring dengan

diberlakukannya Kurikulum 2013. Saat ini program peminatan lebih dikenal

dengan pemilihan jurusan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia nomor 64 tahun 2014 pasal 1 ayat 1 dan 2 mendefinisikan peminatan

sebagai berikut :

1. Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi

pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik dengan orientasi

pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan

kejuruan.
2. Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang disediakan untuk

mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta

didik dengan orientasi penguasan kelompok mata pelajaran keilmuan.

Berdasarkan pengertian peminatan atau pemilihan jurusan diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa pemilihan jurusan adalah program studi yang dipilih

oleh siswa untuk pendalaman mata pelajaran atau muatan kejuruan berdasarkan

minat, bakat dan kemampuannya.

2.2.2 Indikator pemilihan jurusan

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia nomor 64 tahun 2014 pasal 4 ayat 1 bahwa “Pemilihan kelompok

peminatan dilakukan sejak peserta didik mendaftar ke SMA/MA sesuai dengan

minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik”. Dalam aturan tersebut

17
maka untuk menentukan program jurusan peserta didik harus berdasarkan tiga hal

yaitu :

1. Minat
2. Bakat
3. Kemampuan akademik
2.2.3 Syarat program pemilihan jurusan
Kelompok Peminatan terdiri atas Peminatan Matematika dan Sains,

Peminatan Sosial, dan Peminatan Bahasa. Sejak kelas X peserta didik sudah harus

memilih kelompok peminatan yang akan dimasuki. Pemilihan peminatan

berdasarkan nilai rapor di SMP/MTs dan/atau nilai UN SMP/MTs dan/atau

rekomendasi guru BK di SMP/MTs dan/atau hasil tes penempatan (placement

test) ketika mendaftar di SMA/MA dan/atau tes bakat minat oleh psikolog

dan/atau rekomendasi guru BK di SMA/MA.


Syarat program pemilihan jurusan telah ditetapkan dalam peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 64 tahun 2014

pasal 4 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :


1. Pemilihan kelompok peminatan dilakukan sejak peserta didik mendaftar ke

SMA/MA sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta

didik.
2. Pemilihan kelompok peminatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didasarkan pada:
a. Nilai Rapor SMP/MTs atau yang sederajat,
b. Nilai Ujian Nasional SMP/MTs atau yang sederajat, dan
c. Rekomendasi guru Bimbingan dan Konseling/Konselor di SMP/MTs atau

yang sederajat.
2.2.4 Tujuan pemilihan jurusan

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia nomor 64 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 dan 2 menyebutkan tujuan dari

peminatan (pemilihan jurusan) yaitu :

18
1. Peminatan pada SMA/MA memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan

kepada peserta didik mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi

pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat,

bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran

keilmuan.
2. Peminatan pada SMK/MAK memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan

kepada peserta didik mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi

pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat,

bakat dan/atau kemampuan dalam bidang Kejuruan, program Kejuruan, dan

paket Kejuruan.

2.3 Pengaruh Pemilihan Jurusan dengan Motivasi Belajar Siswa


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia nomor 64 tahun 2014 pasal 1 ayat 1 “Peminatan adalah program

kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau

kemampuan peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau

pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan”. Pemilihan peminatan atau

pemilihan jurusan berdasarkan nilai rapor di SMP/MTs dan/atau nilai UN

SMP/MTs dan/atau rekomendasi guru BK di SMP/MTs dan/atau hasil tes

penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA dan/atau tes bakat

minat oleh psikolog dan/atau rekomendasi guru BK di SMA/MA. Pada dasarnya

program peminatan atau penjurusan memiliki fungsi, maksud serta tujuan yang

sama, yakni proses penempatan dan penyaluran kemampuan siswa pada bidang

tertentu. Penempatan disesuaikan melalui indikator dan syarat yang telah

19
ditentukan, agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal dan

mendapat hasil yang memuaskan.


Motivasi belajar merupakan suatu pendorong atau penggerak yang muncul

dari dalam maupun dari luar diri siswa yang menyebabkan mereka bertindak

secara nyata untuk belajar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Telah

dijelaskan sebelumnya bahwa sebuah kesesuaian minat, bakat serta kemampuan

akademik merupakan tiga hal pokok menjadi acuan dalam pemilihan jurusan.

Karena segala hal yang sudah sesuai akan mampu mendorong dan meningkatkan

sebuah kemauan serta semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.


Selama mengikuti proses pembelajaran, tingkat motivasi siswa tidak

selamanya meningkat, melainkan ada kalanya menurun bahkan merasa jenuh.

Kejenuhan ini disebabkan oleh beberapa hal, misalnya fasilitas dan lingkungan

belajar yang kurang menyenangkan, cara guru mengajar dan sebagainya. Jika

faktor-faktor yang menyebabkan kejenuhan ini dapat diatasi, maka tingkat

kejenuhan siswapun akan menurun, dan tingkat motivasi belajarnya akan tinggi.

Sehingga kesesuaian siswa pada program penjurusan memiliki hubungan yang

erat dengan motivasi belajar siswa. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis

semakin yakin bahwa kesesuaian siswa dengan program peminatan memang

mampu mempengaruhi motivasi dalam belajar.

2.4 Kerangka Pikir


Berdasarkan yang dibahas sebelumnya pada latar belakang masalah, kajian

teori dan keterkaitan antar variabel bahwa motivasi belajar siswa sangat penting

dalam proses pembelajaran. Adanya motivasi belajar pada diri siswa dapat

menghantarkan siswa ke pencapaian hasil belajar yang optimal. Motivasi belajar

merupakan suatu pendorong atau penggerak yang muncul dari dalam maupun dari

20
luar diri siswa yang menyebabkan mereka bertindak secara nyata untuk belajar

agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa

sebuah kesesuaian minat, bakat serta kemampuan akademik merupakan tiga hal

pokok menjadi acuan dalam pemilihan jurusan. Namun jika faktor kesesuaian

siswa pada program penjurusan telah sesuai , maka tingkat kejenuhan siswapun

akan menurun, dan tingkat motivasi belajarnya akan tinggi. Sehingga kesesuaian

siswa pada program penjurusan memiliki hubungan yang erat dengan motivasi

belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya penelitian ini akan mencoba meneliti

mengenai kurang optimalnya motivasi belajar yang dipengaruhi oleh faktor

kesesuaian siswa dengan program peminatan. Maka gambaran kerangka pikir

pada penelitian ini yaitu :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan rumusan

masalah di atas, maka dapat di rumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

21
Ho = Tidak ada pengaruh, Pemilihan jurusan terhadap motivasi belajar siswa

Ha = Ada Pengaruh, Pemilihan jurusan terhadap motivasi belajar siswa

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang

dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-data

numerik, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

22
peneliti untuk kemudian ditarik kesimpulannya. Terdapat dua variabel dalam

penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,

2013).

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (X) dan

variabel terikat (Y). adapun pembaagian variabel yang akan di teliti adalah :

Variabel Bebas (X) : Pemilihan jurusan

Variabel Terikat (Y) : Motivasi belajar siswa

3.3 Definisi Operasional


Definisi oprasional dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Motivasi belajar adalah suatu pendorong atau penggerak yang muncul dari

dalam maupun dari luar diri siswa yang menyebabkan mereka bertindak

secara nyata untuk belajar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Pemilihan jurusan adalah program studi yang dipilih oleh siswa untuk

pendalaman mata pelajaran atau muatan kejuruan berdasarkan minat, bakat

dan kemampuannya.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Menurut sugiyono (2013)

populasi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek.

23
Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah siswa-siswi SMA Negeri 1

Tamalatea Kabupaten Jeneponto kelas X dan XI sejumlah 664 siswa.

Table 3.1 Populasi Siswa SMA Negeri 1 Tamalatea


No. Kelas Jumlah siswa
1. X IPA 178
2. X IPS 169
3. XI IPA 172
4. XI IPS 145
Jumlah 664
Sumber : Dokumen absensi siswa SMA Negeri 1 Tamalatea Kabupaten Jenepoton
tahun ajaran 2016/2017.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang

dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%.

Rumus untuk menghitug ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya

adalah :

keterangan :

24
n : Jumlah sampel yang dicari

N : Jumlah populasi

d : Nilai presisi (0,1)

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang diperolah yaitu sebesar

87 siswa SMA Negeri 1 Tamalate Kabupaten Jeneponto. Jumlah sampel diperoleh

dengan bantuan table kretije dengan taraf kesalahan 10% (Sugiyono, 2013).

Penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling. Teknik ini

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi

sehingga semua subyek dianggap sama.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data yaitu :
1. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013). Angket digunakan

untuk mengukur kesesuaian pemilihan jurusan dan motivasi belajar siswa selama

proses pembelajaran degan cara memberikan sejumlah angket kepada siswa dan

meminta mereka untuk mengisi dengan memilih jawaban yang sesuai.

Peneliti menggunakan instrumen angket dengan skala likert. Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (sugiyono, 2013). Skala ini digunakan

25
peneliti untuk mengukur sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh penenliti

dengan cara memberikan beberapa pernyataan kepada responden. Pernyataan

tersebut disusun peneliti berdasarkan pada indikator yang disebutkan pada

variabel X dan variabel Y dan dijabarkan dalam bentuk pernyataan dan dijawab

dalam bentuk pilihan ganda. Kategori jawaban dan skor yang disediakan menurut

Sugiyono (2013) yaitu :

a. Sangat setuju (SS) Skor 4


b. Setuju (S) Skor 3
c. Tidak setuju (TS) Skor 2
d. Sangat tidak setuju (STS) Skor 1

Skala pemilihan jurusan disusun berdasarkan indikator pemilihan jurusan

yang telah di atur dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia nomor 64 tahun 2014 pasal 4 ayat 1 yaitu : 1) Minat, 2) Bakat, 3)

Kemampuan akademik.

Keseluruhan pernyataan skala pemilihan jurusan disajikan kepada

responden penelitian dengan empat alternatif pilihan jawaban yang paling

menggambarkan keadaan responden. Keempat pilihan jawaban dan penentuan

skornya yaitu : Sangat setuju (SS) Skor 4, Setuju (S) Skor 3, Tidak setuju (TS)

Skor 2, dan Sangat tidak setuju (STS) Skor 1.

Table 3.2 Blue Print skala pemilihan jurusan

Nomor Item
Komponen Indikator Jumlah
favorable Unvavorable
Pemilihan 1. Minat 1,2,10,11,17 3,4,23,29,30 10
Jurusan 2. Bakat 5,6,14,24,28 12,13,20,25, 10
26

26
3. Kemampuan 7,18,19,21,2 8,9,15,16,22 10
Akademik 7
Jumlah 15 15 30

Keseluruhan pernyataan skala motivasi belajar disajikan kepada responden

penelitian dengan empat alternatif pilihan jawaban yang paling menggambarkan

keadaan responden. Keempat pilihan jawaban dan penentuan skornya yaitu :

Sangat setuju (SS) Skor 4, Setuju (S) Skor 3, Tidak setuju (TS) Skor 2, dan Sangat

tidak setuju (STS) Skor 1.

Table 3.3 Blue Print skala motivasi belajar

Nomor Item
Komponen Indikator Jumlah
favorable Unvavorable
Motivasi 1. Tekun menghadapi 3,4,6,9 2,7,8,10,11 9
Belajar tugas
2. Ulet menghadapi 1,22,23 5,12,18,24 7
kesulitan
3. Menunjukkan minat 14,16,20 15,19 5
untuk sukses
4. Senang mencari dan 17,21 13,26,27 5
memecahkan masalah
5. Mempunyai orientasi 29,30 25,28 4
ke masa depan
Jumlah 14 16 30

2. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan

sebagainya (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

dokumen yang diperoleh dari pihak Tata Usaha berupa data jumlah siswa kelas X

dan XII SMA Negeri 1 Tamalatea tahun ajaran 2016/2017.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

27
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menenunjukkan tingkat kevalidan

atau kesatuan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Validitas alat ukur diuji dengan

menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari setiap butir pernyataan

dengan keseluruhan yang diperoleh pada alat ukur tersebut. Data yang digunakan

merupakan hasil skor dari kuesioner yang disebarkan kepada responden.


3.6.2 Uji Reliabilitas
Uji realibilitas menunjukkan sejauh mana suatu instrument dapat

memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan

berulang-ulang. Menurut Arikunto (2006) menjelaskan bahwa reliabilitas

merupakan suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat ukur pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas juga

mengarah pada tingkat keterandalan sesuatu. Instrumen yang reliabel berarti

adalah instrumen yang dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.


Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan program Statistical

Package for Social Science (SPSS). Hasil analisis menunjukkan tampilan output

SPSS yang akan diperoleh melalui Cronbach’s Alpha. Ghozali (2006) menyatakan

bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha

> 0,6.

3.7 Metode Analisis Data


Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

sederhana dimana memprediksi seberapa besar pengaruh variabel independen

(prediktor) terhadap variabel dependen (kriterium) (Aswar,2013). Dalam

penelitian ini terdapat satu variabel independent dan satu variabel dependent. Data

yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan bantuan program

28
Statistical Package for Social Science (SPSS). Teknik analisis data yang

digunakan yaitu :
3.7.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif menurut Sugiyono (2013) merupakan teknik analisis

data yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum. Hasil analisis deskriptif yang

dikategorikan Aswar (2013) yaitu sebagai berikut :


X ≤ (µ - 1,5) Sangat Rendah
(µ- 1,5ơ) < X ≤ (µ - 0,5ơ) Rendah
(µ - 0,5ơ) < X ≤ (µ - 0,5ơ) Sedang
(µ - 0,5ơ) < X ≤ (µ- 1,5ơ) Tinggi
(µ- 1,5ơ) < X Sangat Tinggi
Keterangan :
µ = Mean Empirirk
ơ = Standar Defiasi

3.7.2 Analisis Inferensial


1. Uji Asumsi
a) Uji Normalitas
Hal yang yang harus dilakukan peneliti sebelum melakukan

pengujian data menurut sugiyono (2013) adalah melakukan uji normalitas.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji asumsi bahwa data setiap variabel

penelitian yang dianalisis menghasilkan distribusi normal. Untuk

melakukan uji normalitas digunakan uji One Sample Kolmogorof-Smirnov

dengan taraf signifikansi 0,05 dan data dinyatakan normal apabila

signifikansinya lebih besar dari 0,05.


b) Uji Linerietas
Uji Linerietas menurut Winarsu (2009) yaitu uji statistik yang

bertujuan untuk mengetahui status linear suatu distribusi data penelitian.

Uji linerietas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan Test For

29
Linearity pada Program Statistical Package for Social Science (SPSS)

dengan taraf signifikansi 0,05.


2. Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau rumusan masalah

dalam sebuah penelitian (Aswar, 2013). Hipotesis yang diuji akan

menunjukkan secara spesifik bagaimana variabel penelitian dapat diukur

dan seperti apa hubungan antara variabel-variabel tersebut. Dalam

penelitian ini hipotesis akan diuji menggunakan regresi linier sederhana.

Uji Regresi dapat menganalisis bagaimana pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2013).

3.8 Jadwal Perencanaan Penelitian


Tabel 3.3 Perencanaan Penelitian

Bulan
Tahapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perencanaan
penuyusunan proposal
Penyusunan proposal
Bimbingan
Penyusunan instrumen
penelitian
Pengumpulan data
Seminar proposal
Penyusunan laporan
akhir penenlitian
Seminar hasil

30
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Proses Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aswar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004.) Panduan Penilaian Penjurusan
Kenaikan Kelas dan Pindah Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Djaali, H. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta.
Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hamalik, Oemar. (2012). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Hamzah B.Uno. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hidayanti, Dewi Nurul. (2009). Pengaruh Pemilihan Jurusan Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri I Pandaan. Universitas Negeri
Malang Skripsi diterbitkan Malang. Diakses di http://library.um.ac.id/free-
contents/index.php/pub/detail/pengaruh-pemilihan-jurusan-terhadap-
motivasi-belajar-siswa-kelas-xi-sma-negeri-1-pandaan-dewi-nurul-
hidayati-38940.html pada tanggal 1 Mei 2017.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. (2013). KOMPETENSI
DASAR Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah. Diakses di

31
file:///D:/Coming%20Soon%20SKRIPSI/kompetensi-inti-dan-kompetensi-
dasar-sma-rev9feb.pdf pada tanggal 7 Mei 2017.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014. Diakses di file:///D:/Coming
%20Soon%20SKRIPSI/peraturan%20menteri%20pendidikan%20tentang
%20peminatan.pdf pada tanggal 5 Mei 2017.
Purwanto, M. Ngalim. (2013). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sadirman. (2011). Interaksi dan Motivas Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo.
Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta. Rajawali Pers.
Septiyana, Elsa. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Lingkungan Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Di Sma Negeri 1
Banjarnegara Tahun 2010/2011. Universitas Negeri Semarang. Skripsi
diterbitkan Semarang. Diakses di file:///D:/Coming%20Soon
%20SKRIPSI/wulan%20skirpsi%201%20Pengaruh%20Motivasi
%20Belajar%20.pdf pada tanggal 28 April 2017.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Diakses di
https://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/UUD_194
5_Perubahan.pdf pada tanggal 1 Mei 2017.
Winarsu. (2009). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang:
UMM Press.
Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung:
Rizqi Perss.

32

Anda mungkin juga menyukai