Anda di halaman 1dari 4

PUTU CYNTHIA PUTRI ASTINA

175020301111067
PENGAUDITAN 2, KELAS CD

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN: PIUTANG USAHA

A. Metodologi untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo


Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus
memenuhi masing-masing dari delapan tujuan audit, yaitu:
1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait, dantotalnya
telah ditabahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum (detail tie-in).
2. Piutang usaha yang dicatat ada (keberadaan).
3. Piutang usaha yang telah ada sudah dicantumkan (kelengkapan). 
4. Piutang usaha sudahakurat (keakuratan).
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi).
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (pisah batas).
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (nilai realisasi).
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (hak).
Merancang pengujian atas rincian saldo bagi piutang usaha:
 Mengindentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (Tahap I)
 Menetapkan materealistis kinerja dan menilai risiko inheren untuk piutang usaha
(Tahap I)
 Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (Tahap I)
 Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujiam substantive
atau transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan (Tahap II).
 Merancang dan melaksanakan prosedur analisis untuk piutang usaha (Tahap III).
 Merancang pengujian atas rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo (Tahap III).
B. Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada apakah
bukti yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah,sedang, atau tinggi.
1. Piutang usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file induk serta
buku besar umum. 
2. Piutang yang dicatat memang ada.
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
4. Piutang usaha sudah akurat.
5. Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar.
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar. 
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha.

C. Konfirmasi Piutang Usaha


Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan
mengenai perancangan pengujian atau rincian saldo piutang usaha tujuan dari konfirmasi
adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas. Ada tiga
pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:
1. Piutang usaha tidak material
2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat
respon tidak memadai atau tidak dapat diandalkan.
3. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah.

Jenis konfirmasi yang digunakan auditor yakni:

1. Konfirmasi positif, adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima
untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada
permintaan konfirmasi tersebut benar atau salah.
2. Formulir konfirmasi yang kosong, adalah jenis konfirmasi positif yang tidak
menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi
saldo atau melengkapi informasi lainnya.
3. Konfirmasi faktur, adalah jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan
dikonfirmasi.
4. Konfirmasi negatif, ditunjukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respon
jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.

 Penetapan waktu
Bukti yang paling dapat diandalakan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi
itu dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca.

 Ukuran sampel
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha
berada dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut:
1. Salah saji yang ditoleransi
2. Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelum
nya dan salah saji yang diterapkan).
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil
pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis dan pengujian yang terinci
lainnya.
5. Jenis konfirmasi negatif (biasanya memerlukan sampel)

 Verifikasi alamat dan penyelenggaraan pengendalian


Setelah memilih item yang akan konfirmasi telah ditentukan, auditor akan
menyelenggarakan pengendalian atas konfirmasi itu hingga dikembalikan dari
pelanggan. Jika klien membantu dengan meyiapkan konfirmasi, memasukkannya ke
dalam amplop, atau menempelkan perangko di amplop, auditor harus mengawasinya
dengan ketat.

 Menindaklanjuti nonrespons
Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh
dianggap sebagai bukti audit yang signifikan. Jika konfirmasi positif digunakan,
standar auditing mensyaratkan prosedur tidak lanjut untuk konfirmasi yang tidak
dikembalikan oleh pelanggan. Untuk setiap konfirmasi postif yang tidak
dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumentasi berikut untuk memverifikasi
eksistensi dan keakuratan setiap transaksi penjualan yang membentuk saldo akhir
piutang usaha:
1. Penerimaan kas selanjutnya.
2. Salinan faktur penjualan.
3. Korespondensi dengan klien.

 Analisis perbedaan
Jika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukan
penyebabkan setiap perbedaan yang dilaporkan. Jenis perbedaan dalam konfirmasi
yang paling sering dilaporkan ialah:
1. Pembayaran telah dilakukan
2. Barang belum diterima
3. Barang telah dikembalikan
4. Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan.

Anda mungkin juga menyukai