Oleh :
1. Muhammad Garin M. (201710220311040)
2. Rohmin Hidayanti (201710220311119)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................iii
BAB I...........................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Kegiatan............................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan umum dari praktek kerja lapang ini adalah
sebagai berikut :.........................................................................................2
BAB II..........................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Analisis Proksimat.....................................................................................4
2.2 Karbohidrat................................................................................................4
2.3. Protein.......................................................................................................6
2.4. Kadar Lemak.............................................................................................8
2.5. Kadar Abu.................................................................................................9
2.6 Kadar Air.................................................................................................10
BAB III......................................................................................................13
METODE PELAKSANAAN....................................................................13
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................13
3.2 Metode Pelaksanaan PKL........................................................................13
3.3 Materi Praktek Kerja Lapang (PKL)........................................................13
3.4 Penyusunan Laporan................................................................................14
BAB IV......................................................................................................15
PENUTUP..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................16
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG
Email : bharagp69@gmail.com
No. Hp : 089653092436
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini untuk mempersiapkan mahasiswa
menjadi tenaga praktis yang kreatif, terampil, dan jujur dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya. Selain itu, mahasiswa mempunyai kemampuan untuk :
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyedap rasa merupakan salah satu bahan tambahan (zat aditif) yang
diberikan pada masakan dengan tujuan untuk memperkuat rasa pada masakan dan
digunakan secara instan supaya masakan menjadi lebih lezat dengan takaran
bumbu yang sedikit. Penyedap rasa mengandung asam glutamat yang merupakan
salah satu dari 20 asam amino yang ditemukan pada protein yang dapat
menyebabkan rasa menjadi gurih. Asam glutamat dapat berasal dari bahan-bahan
alami, diantaranya yaitu bawang merah, bawang putih, ketumbar, merica, serai,
jamur dan sebagainya. Sedangkan penyedap rasa buatan yang sering dikonsumsi
oleh masyarakat pada umumnya terbuat dari tetes tebu atau molase yang telah
ditambahkan dengan zat-zat kimia (HCl, dll) seperti MSG (Wardhani, 2018)
3
dan pahit yaitu yang dikenal dengan “umami” atau yang sering disebut
dengan rasa lezat/enak.(Onaolapo,2002)
2.3.1 Fermentasi
4
selama 16 jam pada suhu 310C. Selanjutnya biarkan prastarter diinokulasi
kedalam tangki starter (Judoamidjojo, dkk. 1990).
Penurunan pH akibat terbentuknya asam pada proses pembentukan pra-
starter tidak diinginkan karena akan menghambat pola pertumbuhan. Penambahan
garam (CaCO3) sebanyak 3 % kedalam tebu prastarter berguna untuk mencegah
agar pH tidak rendah dari 7. Didalam tangki pembibitan penggunaan
CaCO3 tidaklah mungkin karena akan menyebabkan efek samping berupa kerak
dan endapan serta akan mengurangi efek pertumbuhan mikroba. Penambahan urea
ke dalam tangki pembibitan akan mengurangi pH dan dapat menggantikan fungsi
CaCO3. Nilai pH tertinggi yang terjadi akibat peruraian urea diharapkan tidak
lebih dari 7,4 sedangkan pH terendah tidak kurang dari 6,8. Hasil dari fermentasi
adalah asam glutamat dalam bentuk cair yang masih tervampur dengan sisa
fermentasi (Said, 1991).
5
netral. Cairan yang berisi arang aktif dan MSG kemudian disaring dengan
menggunakan “vacum filter” yang kemudian menghasilkan filter serta “cake”
berisi arang aktif dan bahan lainnya. Bila kekeruhan dan warna filter tersebut telah
sesuai dengan yang diinginkan maka cairan ini dapat dikristalkan (Said, 1991).
Larutan MSG yang telah memiliki kekentalan 260Be diuapkan pada
kondisi vakum bertekanan 64 cmHg atau setara dengan titik didih 69 gram MSG
pelarutan. Pemberian umpan akan menyebabkan terbentuknya MSG karena
larutan dalam keadaan jenuh. Umpan yang diberikan sekitar 2% lalu inti kristal
yang terbentuk secara perlahan-lahan akan diikuti dengan pemekatan larutan
sehingga menghasilkan kristal yang lebih besar. Proses kristalisasi berlangsung
selama 14 jam (Said, 1991).
6
eter, kloroform dan benzen. Lemak dan minyak dapat dikonsumsi,
didalam tubuh lemak berfungsi sebagai sumber energi jika disimpan
dalam jaringan adiposa. (Handajani, 2010). Titik leleh lemak dan
minyak bergantung pada strukturnya, biasanya meningkat dengan
bertambahnya jumlah karbon. Semua jenis lemak tersusun dari asam-
asam lemak yang terikat oleh gliserol, asam lemak tersusun atas
jumlah atom karbon dan hidrogen yang berbeda-beda (Tambunan,
2006).
Metode yang dapat digunakan salah satunya Ekstraksi Soxlet
atau Soxhletasi. Sejumlah sampel di timbang dan dimasukkan ke
dalam timbel yang dibuat dengan kertas saring. Ukuran timbel dipilih
sesuai dengan besarnya soxhlet yang digunakan. Besarnya ukuran
sampel adalah lolos saringan 40 mesh. Sampel yang belum kering
harus dikeringkan terlebih dahulu dan bila perlu dicampur dengan pasir
murni bebas lemak untuk memperbesar luas permukaan kontak dengan
pelarut. Diatas sampel dalam timbel ditutup dengan kapas bebas lemak
supaya partikel sampel tidak ikut terbawa aliran pelarut. Selanjutnya
labu godok dipasang berikut kondensornya. Pelarut yang digunakan
sebanyak 1,5 – 2 kali isi tabung ekstraksi. Pemanasan menggunakan
penangas air untuk menghindari bahaya kebakaran atau bila terpaksa
menggunakan kompor listrik harus dilengkapi dengan pembungkus
labu dari asbes. Lipida akan terekstraksi dan melalui sifon terkumpul
dalam labu godok. Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira 4-6 jam, labu
godok diambil dan ekstrak dituangkan kedalam labu timbang atau
cawan porselen yang telah diketahui beratnya, kemudian pelaut
diuapkan diatas penangas air sampai pekat. Selanjuutnya dikeringkan
dalam oven sampai diperoleh berat konstan pada suhu 100oC. Berat
residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak atau
minyak. Agar diperoleh lemak dan minyak bebas air dengan cepat
maka pengeringan dapat menggunakan oven vacuum. Selisih berat
sebelum dengan sesudah ekstraksi merupakan berat minyak atau lemak
7
yang ada dalam bahan tersebut (Sudarmadji,2010).
8
mempercapat terjadinya reaksi oksidasi.
2. Campuran asam sulfat dan potasium sulfat dapat dipergunakan untuk
mempercepat dekomposisi sampel.
3. Campuran asam sulfat, asam nitarat banyak digunakan untuk mempercepat
proses pengabuan.
4. Penggunaan asam perklorat dan asam nitrat dapat digunakan untuk bahan
yang sangat sulit mengalami oksidasi.
Sebagaimana cara kering, setelah selesai pengabuan bahan kemudian diambil dari
dalam muffle dan dimasukkan kedalam oven bersuhu 105oC sekitar 15-30 menit
selanjutnya dipindahkan kedalam desikator yang telah dilengkapi dengan bahan
penyerap uap air. Didalam desikator sampai dingin kemudian dilakukan
penimbangan (Sudarmadji, 2010).
9
akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang rendah
(Wulanriky,2011).
Nilai Aw suatu bahan atau produk pangan dinyatakan dalam
skala 0 sampai 1. Nilai 0 berarti dalam makanan tersebut tidak terdapat
air bebas, sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa bahan pangan
tersebut hanya terdiri dari air murni. Kapang, khamir, dan bakteri
ternyata memerlukan nilai Aw yang paling tinggi untuk
pertumbuhannya. Niai Aw terendah dimana bakteri dapat hidup adalah
0,86. Bakteri-bakteri yang bersifat halofilik atau dapat tumbuh pada
kadar garam tinggi dapat hidup pada nilai Aw yang lebih rendah yaitu
0,75. Sebagian besar makanan segar mempunyai nilai Aw = 0,99. Pada
produk pangan tertentu supaya lebih awet biasa Universitas Sumatera
Utara dilakukan penurunan nilai Aw. Cara menurunkan nilai Aw
antara lain dengan menambahkan suatu senyawa yang dapat mengikat
air ( Ahmadi & Estiasih,2009).
Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya
tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan Aw
yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme
untuk pertumbuhannya. Berbagai mikroorganisme mempunyai Aw
minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya bakteri Aw : 0,90 ;
khamir Aw : 0,80-0,90 ; kapang Aw : 0,60-0,70. Untuk
memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian air dalam bahan
harus dihilangkan dengan beberapa cara tergantung dari jenis bahan.
Umumnya dilakukan pengeringan, baik dengan penjemuran atau
dengan alat pengering buatan (Winarno,1992).
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan metode kering
maupun metode basah. Penentuan Kadar Air metode pengeringan
(thermogravitimetri). Prinsipnya yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan
dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang
berarti semua air sudah diuapkan. Untuk mempercepat penguapan air serta
menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air atau pun reaksi
yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu
rendah dan tekanan vacuum. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih
10
mencerminkan kadar air yang sebenarnya. Untuk bahan-bahan yang mempunyai
kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu kurang lebih 100oC dapat
mengakibatkan terjadinya pengerakan pada permukaan bahan. Suatu bahan yang
mengalami pengeringan lebih bersifat higroskopis dapi pada bahan asalnya. Oleh
karena itu selama pendinginan debelum penimbangan bahan selalu ditempatkan
dalam ruang tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang
telah diberi silika gel. Silika gel biasanya digunakan sebagai media penyerap air
yang sering diberi warna guna memudahkan apakah bahan tersebut sudah jenuh
dengan air atau belum. Bila sudah jenuh akan berwarna merah muda dan bila
dipanaskan menjadi kering berwarna biru (Sudarmadji, 2010).
Penentuan Kadar air Metode Destilasi (thermovolumetri). Prinsipnya yaitu
menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih
lebih tinggi dari pada air dan tidak dapat tercampur dengan air serta mempunyai
berat jenis lebih rendah dari pada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain:
toluen, xylen, benzene, tetrakhloretilen dan xylol. Cara penentuannya dengan
memberikan zat kimia sebanyak 75-100ml pada sampel yang diperkirakan
mengandung air sebanyak 2-5ml, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air
dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung.
Karena berat jenis air lebih besar dari pada zat kimia tersebut maka air akan
berada di bagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung
dilengkapi skala maka banyaknya air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai
sebagai penampung ini antara lain tabung Stark-Dean dan Sterling-Bidwell atau
modifikasinya. Cara destilasi ini lebih baik dari cara pengeringan dalam
menentukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya kecil. Cara destilasi
hanya memerlukan waktu kurang lebih 1 jam. Cara destilasi dapat menghindari
dekomposisi senyawa gula maupun oksidasi senyawa lipid sehingga
penentuannya lebih tepat. Untuk bahan yang mengandung gula dan protein yang
tinggi sering ditambhankan serbuk asbes ke dalam bahan, hal ini untuk mencegah
terjadinya superheating yang dapat menimbulkan dekomposisi bahan tersebut.
Untuk memperluas permukaan kontak dengan cairan kimia yang digunakan dan
memperlancar terjadinya destilasi dapat ditambahkan tanah diatomea pada bahan
yang terlah ditumbuk halus sebelum destilasi (Sudarmadji, 2010).
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
12
Tabel 1. Rancangan Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang di PT. Sasa Inti
Gending Probolinggo
Hari Ke- Minggu ke-
Kegiatan
1 I II III IV
1 Perkenalan
2-3 Mengetahui tata letak dan fasilitas
perusahaan PT. Sasa Inti Gending
Probolinggo
4-6 Mengetahui sejarah berdiri dan struktur
organisasi PT. Sasa Inti Gending
Probolinggo
7-8 Mengetahui mesin dan peralatan yang
digunakan dalam proses produksi dan
sanitasi bahan pangan
9-16 Proses Produksi
17-24 Proses Sanitasi
25-29 Pengurusan Laporan
30-31 Menyelesaikan tugas akhir
13
BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam
melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sasa Inti Gending Probolinggo.
Semoga terjalin hubungan kerjasama yang baik antara kami selaku mahasiswa
sebagai civitas akademika dengan instansi terkait sehingga kegiatan Praktek Kerja
Lapang ini dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan diperoleh hasil
yang maksimal baik bagi peserta PKL maupun instansi atau perusahaan yang
bersangkutan. Masih banyak kekurangan yang tidak dapat kami hindari untuk itu
kami mohon maaf dan mohon dapat dimaklumi.
Akhir kata, hanya dengan ridlo Allah SWT dan partisipasi dari semua
pihaklah sehingga Praktek Kerja Lapang ini dapat berjalan dengan sebagaimana
mestinya. Atas segala kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang diberikan
Bapak/Ibu kami mengucapkan terima kasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
15