Aliran Khawarij dipergunakan oleh kalangan Islam untuk menyebut sekelompok orang yang
keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib r.a. karena kekecewaan
mereka terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari kelompok
Mu’awiyyah yang dikomandoi oleh Amr ibn Ash dalam Perang Shifϐin (37H/657)
Menurut kelompok Khawarij, semua yang telah mengikuti proses tahkim, termasuk Ali bin Abi
Thalib dan Muawiyah telah melanggar ketentuan syara’, dan dihukumi
kaϐir karena telah melakukan dosa besar, yakni tidak berhukum dengan hukum Allah.
bahwa setiap keputusan berada pada kekuasaan Tuhan (lâ hukma illa lillâh).
14.Tokoh aliran ini adalah ‘Abdullah bin Wahhab Ar Rasyidi, Urwah bin Hudair, Mustarid bin
Sa’ad, Hausarah Al-Asadi, Quraib bin Maruah, Naϐi’ bin Al-Azraq, Abdullah bin
15. Menurut Harun Nasution menyebutkan, bahwa Murji’ah memiliki empat ajaran
pokok, yaitu:
a. Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari
yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak.
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
3) Nabi Muhammad saw suci dari segala aib dan tiada cacat apa pun. Ialah nabi
4) Ahlul Baitnya, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9 Imam dari keturunan
18. Dasar pemahaman pada aliran jabariyah ini dijelaskan Al-Qur'an diantaranya: QS. al
19. Tokoh
yang mendirikan aliran ini adalah Jahm bin Safwan, Al-Ja’ad Bin Dirham, Husain Bin
21. Menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah
pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad al Juhaini dan Ghilan ad Dimasyqi
Ini merupakan inti akidah madzhab mereka dalam membangun keyakinan tentang mustahilnya
melihat Allah di akhirat nanti, dan sifat-sifat Allah itu adalah substansi Dzatnya sendiri serta Al
Qur`an adalah makhluq.
Dalam buku Ahmad Hanaϐi M.A., Theology Islam (Ilmu Kalam) dikutip pandangan al-Asy’ari
yang menyebutkan bahwa kaum Mu’tazilah menafsirkan Tauhid sebagai berikut:
“Tuhan itu Esa, tidak ada yang menyamainya, bukan benda (jisim), bukan orang
(syakhs), bukan jauhar, bukan pula aradh, tidak berlaku padanya, tidak mungkin
mengambil tempat (ruang), tidak bisa disifati dengan sifat-sifat yang ada pada
dan tidak pula dilahirkan, tidak dapat dicapai pancaindera, tidak dapat dilihat mata
kepala dan tidak bisa digambarkan akal pikiran. Ia Maha Mengetahui, berkuasa dan
hidup, tetapi tidak seperti orang yang mengetahui, orang yang berkuasa dan orang
yang hidup hanya Ia sendiri yang Qadim, dan tidak ada lainnya yang Qadim. Tidak
ada yang menolong-Nya dalam menciptakan apa yang diciptakan-Nya dan tidak
Paham keadilan yang dikehendaki Mu’tazilah adalah bahwa Tuhan tidak menghendaki
keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia dan manusia dapat
dengan qudrah (kekuasaan) yang ditetapkan Tuhan pada diri manusia itu. Tuhan
menguasai kebaikan-kebaikan yang diperintahkan-Nya dan tidak tahu menahu (bebas) dari
keburukan-keburukan yang dilarang-Nya.
Al-Wa’du Wal-Wa’id (janji dan ancaman), bahwa wajib bagi Allah untuk
memenuhi janji-Nya (al-wa’d) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam surga, dan
melaksanakan ancaman-Nya (al-wa’id) bagi pelaku dosa besar (walaupun
di bawah syirik) agar dimasukkan ke dalam neraka, kekal abadi di dalamnya, dan
tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka disebut dengan
Wa’idiyyah
Secara harϐiah, berarti posisi diantara dua posisi. Menurut Mu’tazilah maksudnya adalah suatu
tempat antara surga dan neraka sebagai konsekwensi dari pemahaman yang mengatakan bahwa
pelaku dosa besar adalah Fasiq; tidak dikatakan
beriman dan tidak pula dikatakan kaϐir, dia tidak berhak dihukumkan Mu’min dan
tidak pula dihukumkan Kaϐir, begitu pula dihukum munaϐiq, karena sesungguhnya
munaϐiq berhak dihukumkan kaϐir seandainya telah diketahui kenifaqkannya. Dan
Dengan berpegang kepada QS. Ali Imran; 104 dan QS. Luqman; 17, seperti halnya
golongan lain bahwa perintah untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat jahat adalah wajib
ditegakkan. Dalam pandangan Mu’tazilah; dalam keadaan normal
pelaksanaan al-amru bil ma’rûf wan nahyu ‘anil munkar itu cukup dengan seruan
25 . Khamr