Anda di halaman 1dari 69

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik

yang pesat sebagai tanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi

pada satu masa yang biasa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi

antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi [ CITATION Wik10 \l 1033 ]. Tidak

ada batas yang tegas antara akhir masa kanak–kanak dan awal pubertas. Secara

klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri kelamin sekunder, dan berakhir kalau

sudah ada kemampuan reproduksi (Widyastuti dkk, 2009). Seiring dengan

perkembangan biologis, maka pada usia tertentu seseorang akan mencapai

tahapan kematangan organ-organ seks, yang ditandai dengan haid pertama atau

bisa disebut menarche. Menatruasi pertama (menarche) menjadi saat-saat yang

mendebarkan bagi remaja putri karena baru pertama mengalaminya Gunarsa

dalam [CITATION Yan14 \l 1033 ]. Hal ini dinyatakan oleh Yeung, Tang , dan Lee

(2005) dalam jurnal [ CITATION Ayu11 \l 1033 ] bahwa menstruasi pertama

menarche merpresentasikan simbol masa transisi dari anak-anak menuju masa

remaja.

Menstruasi pertama (menarche) adalah menstruasi awal yang biasa

terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun, atau pada masa awal remaja dan sebelum

memasuki masa reproduksi. Pengertian menstruasi ini adalah pendarahan periodik

dan siklik dari uterus disertai dengan pengelupasan (deskuamasi) endometrium

1
([ CITATION Pro09 \l 1033 ]. Peristiwa paling penting pada masa pubertas remaja

putri yaitu gejala menstruasi atau haid yang menjadi pertanda biologis dari

kematangan seksual, sehingga terjadi berbagai bermacam-macam peristiwa yaitu

reaksi hormon, reaksi biologis dan reaksi psikologis yang berlangsung secara

siklik dan terjadi pengulangan secara periodik peristiwa menstruasi. Normalnya

menstruasi berlangsung kurang lebih pada usia 11-16 tahun dan cepat atau

lambatnya kematangan seksual ini selain ditentukan oleh kondisi fisik individu

juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim dan kebiasaan

hidup. Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis dapat

memperlambat tibanya menstruasi [ CITATION Sur08 \l 1033 ]. Ketidaksiapan anak

dalam menghadapi menarche dapat dipengaruhi oleh pengetahuan anak mengenai

menstruasi yang kurang. Akibatnya anak akan merasa bingung, gelisah, dan tidak

nyaman. Perasaan negatif tentang menarche pada anak akan memburuk jika anak

masih belum dapat meningkatkan pengetahuan tentang menarche itu, sehingga

akan berdampak pada gangguan psikologis seperti terjadi kecemasan dimana

kecemasan akan berdampak pada terjadinya gangguan kejiwaan seperti depresi,

menarik diri, dan harga diri rendah untuk itu kesiapan mental yang baik sangat

penting dalam menghadapi menarche (Erfandi, 2010).

Berdasarkan hasil laporan Riskesdas (2014), mengatakan bahwa yang

sudah mengalami menarche di Indonesia dengan usia 13 tahun (20%), dengan

kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. Depkes (2010) mengatakan

bahwa usia menarche di Provinsi Jawa Timur rata-rata 13-14 tahun sebesar

36,5%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada siswi di SD Negeri 1

2
Singotrunan pada tanggal 26 November 2019 melalui pengisisan lembar

kuesioner dari hasil jawaban 15 siswi yang ditemui peneliti terdapat 1 siswi (7%)

yang mempunyai persepsi baik terhadap menarche, 6 siswi mempunyai persepsi

cukup baik (40%), 8 siswi mempunyai persepsi kurang bai (53%). Menurut

Sarwono (2010) menstruasi pertama yang biasanya terjadi dalam rentang usia 9-

15 tahun. Pada remaja putri yang memasuki masa pubertas sebagian belum siap

menghadapi perubahan yang terjadi (Minhas, 2012). Sulistyoningsih (2014)

menyatakan bahwa sebanyak 50,3% remaja putri tidak siap menghadapi

menarche yang akan berdampak pada perilaku buruknya vulva hygine.

Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan

kesehatan selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan dalam

menghadapi menstruasi yang pertama sekali terjadi jika sebelumnya ia belum

pernah mengetahui atau membicarakan baik dengan teman sebaya atau dengan

ibu mereka. Umumnya, gadis remaja belajar tentang haid dari ibunya, tetapi tidak

semua ibu memberikan informasi yang membicarakan secara terbuka kepada

siapa saja, sampai anak gadisnya mengalami haid pertama (Jones, 2005) dalam

jurnal [ CITATION Tul143 \l 1033 ].

Pengetahuan tentang menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja putri.

Pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan

psikologi terkait menarche sangat diperlukan. Perasaan bingung, gelisah, tidak

nyaman selalu menyelimuti perasaan seorang wanita yang mengalami menstruasi

untuk pertama kali (menarche). Menstruasi pertama atau (menarche) adalah hal

yang wajar yang pasti dialami oleh setiap wanita normal dan tidak perlu

3
digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan remaja

mengenai menstruasi kurang dan pendidikan orang tua kurang. Ada anggapan

bahwa hal ini merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan dan menganggap

bahwa anak-anak akan tahu dengan sendirinya (Proverawati, 2009).

Ketidaktahuan remaja putri tentang menstruasi dapat mengakibatkan anak sulit

untuk menerima adanya menarche[ CITATION Bud12 \l 1033 ]. Pengetahuan yang

diperoleh remaja tentang menstruasi akan memepengaruhi persepsi tentang

menarche. Jika persepsi yang dibentuk remaja putri tentang menarche positif,

maka hal ini akan berpengaruh pada kesiapan remaja putri dalam menghadapi

menarche[ CITATION Faj11 \l 1033 ].

Salah satu upaya yang dapat diberikan untuk merubah persepsi

remaja putri terhadap kejadian menarche adalah pemberian informasi tentang

menarche itu sendiri. Pemberian informasi tentang menarche sangat penting

diberikan kepada para siswi khususnya remaja putri. Pemberian informasi

tersebut dilakukan untuk memberikan perkenalan awal kepada para siswi agar

mampu mengetahui tentang menstruasi pertama atau (menarche) dan dapat

pengetahuan tentang proses terjadinya menstruasi secara biologis, psikologis dan

kebersihan saat menstruasi. Sehingga tumbuhnya bakteri, jamur dan virus di

daerah vulva pada para siswi dapat dicegah dan tingkat kepercayaan diri para

siswi juga akan meningkat sehingga perkenalan dini tentang menstruasi akan

berdampak pada kesehatan jasmani dan rohani para siswi. Pengetahuan yang

dapat diberikan kepada remaja tentang menstruasi pertama (menarche) dapat

berupa pengetahuan tentang proses terjadinya menstruasi secara biologis,

4
kebersihan pada menstruasi, dukungan emosional dan dukungan psikologis

(Aboyeji,dkk, 2005).

“Dengan latar belakang diatas peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Persepsi Dengan Kesiapan Menghadapi

Menarche Pada Remaja Putri Usia 10-12 Tahun Di SD Negeri 1 Singotrunan

Banyuwangi Tahun 2020 ?”

1. 2 Rumusan Masalah

Adakah “ Hubungan Persepsi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada

Remaja Putri Usia 10-12 Tahun di SD Negeri 1 Singotrunan Banyuwangi Tahun

2020?’

1. 3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada Hubungan Persepsi Dengan Kesiapan

Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Usia 10-12 Tahun di SD 1

Negeri Singotrunan Banyuwangi 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Teridentifikasinya persepsi menarche pada remaja putri usia

10-12 tahun di SD Negeri 1 Singotrunan Banyuwangi Tahun

2020.

1.3.2.2 Teridentifikasinya kesiapan menghadapi menarche di SD

Negeri 1 Singotrunan Banyuwangi 2020.

5
1.3.2.3 Teranalisisnya Hubungan Persepsi Dengan Kesiapan

Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Usia 10-12 Tahun di

SD Negeri 1 Singotrunan Banyuwangi 2020.

1. 4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang Kesehatan

reproduksi wanita khususnya pada remaja putri serta menjadi

informasi bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada remaja

putri mengenai kesehatan reproduksi terutama menarche pada

menstruasi, sehingga remaja tidak takut dalam menghadapi menarche

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, cakrawala berfikir

dan dapat memberikan sumber informasi bagi peneliti berikutnya

untuk melakukan penelitian dalam skala lebih luas yang berkaitan

dengan persepsi dalam menghadapi menarche.

1.4.4 Manfaat Bagi Tempat Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi pengetahuan kepada

guru maupun murid mengenai kesehatan reproduksi.

6
7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh pengindraan,

yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat reseptornya (Bimo Walgito, 2010 : 99)

Persepsi adalah sebagai pengalaman tentang objek, hubungan

atau peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan (Jalaluddin Rakhmat, 2008). Persepsi adalah suatu

proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi dalam otak

manusia melalui indera (Slameto, 2003:4).

2.1.2 Indikator Persepsi

Menurut Bimo Walgito (2010, 102:104) indikator persepsi dibagi menjadi

dua yaitu:

1) Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.

Rangsang atau objek diterima dan diserap oleh panca indera sendiri-

sendiri maupun bersama-sama. Hasil penyerapan oleh panca indera

tersebut akan memberikan tanggapan, gambaran, atau kesan didalam

otak.

8
2) Pengertian dan pemahaman terhadap objek

Setelah terjadi gambaran-gambaran di otak, maka gambaran tersebut

diorganisir, digolongkan, dan diinterprestasikan sehingga terbentuk

pengertian atau pemahaman terhadap subjek.

3) Penilaian atau evaluasi individu terhadap objek

Setelah terbentuk pengertian dan pemahaman, selanjutnya terbentuk

penilaian dari individu. Individu membandingkan pemahaman yang

baru diperoleh dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu

secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya

sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.

2.1.3 Macam-Macam Persepsi

Menurut Sunaryo (2004), persepsi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1) Eksternal Perseption

Persepsi yang terjadi karena datangnya rangsang dari luar individu.

2) Self Perseption

Persepsi yang terjadi karena datangnya rangsang dari dalam individu.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Beberapa faktor yang memepengaruhi persespsi seseorang yaitu :

1. Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dalam menciptakan dan

menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk orang banyak.

Dalam hal ini faktor internal yang mempengaruhi persepsi yaitu usia,

pendidikan, dan pekerjaan.

9
a. Usia

Usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat

dilahirkan sampai ulang tahun. Semakin cukup umur

kematangan dan kekuatan seseorang semakin konstruktif

dalam menggunakan koping pengetahuan yang diperoleh

(Nursalam, 2003). Usia sangat mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan pengalaman seseorang dan semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam & Pariani 2001).

b. Pendidikan

Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan memberikan

tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang

yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama

sekali (Notoatmodjo, 2007).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari

nafkah. Masyarakat yang sibuk hanya memilik sedikit waktu

untuk memperoleh informasi. Dengan bekerja seseorang dapat

berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat, memperoleh

pengetahuan yang baik tentang suatu hal sehingga lebih

mengerti dan akhirnya mempersepsikan sesuatu itu positif

(Notoatmodjo, 2003).

10
2. Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri seseorang dalam menciptakan

dan menemukan sesuatu. Dalam hal ini faktor eksternal yang

mempengaruhi persepsi yaitu :

a. Informasi

Semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau

menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan

menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki

(Notoatmodjo, 2003).

b. Pengalaman

Menurut Azwar (2005), pengalaman adalah suatu peristiwa

yang pernah dialami seseorang. Tidak hanya suatu pengalaman

sama sekali dengan suatu objek tertentu, untuk jadi suatu dasar

pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan

kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan emosi, penghayatan akan lebih mendalam dan

membekas. Pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan

faktor yang sangat berperan dalam menginterprestasikan

stimulus yang kita peroleh (Notoatmodjo, 2005).

Pengalaman mempenagruhi kecermatan persepsi.

Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalam

11
dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah

dihadapi (Rachmat, 2005).

2.1.5 Prinsip-Prinsip Persepsi

Menurut Slameto (2010), prinsip-prinsip dasar persepsi sebagai berikut :

1. Persepsi itu relatif bukannya ablosolut

Individu bukanlah instrument ilmiah yang mampu menyerap segala

sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya

dengan kerelatifan persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan

rangsangan dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang datang

kemudian.

2. Persepsi itu selektif

Individu hanya memperhatikan beberapa rangsangan yang ada

disekitarnya pada saat-saat tertentu. Ini berati rangsangan yang

diterima akan tergantung pada apa yang pernah diajari, apa yang pada

suatu saat menarik perhatiannya, dan kearah mana persepsi itu

mempunyai kecenderungan. Ini berarti bahwa ada keterbatasan dalam

kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan.

3. Persepsi itu mempunyai tatanan

12
Individu menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan, ia

akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-

kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan

melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

4. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan

Harapan dan kesiapan penerima rangsangan akan menentukan mana

yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana rangsangan

yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana rangsangan

tersebut akan diinterprestasi.

2.1.6 Pengukuran Persepsi

Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi, sikap, dan

pendapat seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh

peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugianto,

2009). Menurut Azwar (2011), pengukuran persepsi dapat dilakukan

dengan menggunakan skala likert dengan beberapa kategori sebagai

berikut :

1) Pernyataan positif atau pernyataan negatif

a. Sangat tidak setuju :1

b. Tidak setuju :2

c. Setuju :3

d. Sangat setuju :4

2) Kriteria pengukuran persepsi

13
a. Persepsi positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner >T Mean

b. Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner ≤T Mean

2.1.7 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dimulai dari adanya objek yang

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera. Stimulus yang

diterima alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Kemudian

terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu

menyadari apa yang dilihat atau apa yang didengar dan apa yang dirasa.

Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam

berbagai macam bentuk (Walgito, 2010).

2.1.8 Sifat Persepsi

Menurut Baihaqi (2007) ada beberapa sifat persepsi, yaitu :

1) Persepsi merupakan sifat paling asli, merupakan titik tolak perbuatan

kesadaran.

2) Dalam persepsi tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan,

mungkin hanya sebagian sedangkan yang lain cukup dibayangkan.

3) Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau tergantung pada

konteks dan pengalaman berarti pengalaman-pengalaman yang

dimiliki dalam kehidupan sebelumnya.

4) Manusia sering tidak teliti sehingga dia sering keliru, ini terjadi

karena sering ada penipuan dibidang persepsi. Sesuatu yang nyata

14
pada bayangan. Selain itu adapula ilusi persepsi yaitu persepsi salah

sehingga keadaannya berbeda dengan keadaan yang sebenarnya.

5) Persepsi sebagian ada yang dipelajari dan sebagian ada yang bawaan.

Persepsi yang sifatnya dipelajari dibuktikan dengan kuatnya pengaruh

pengalaman terhadap persepsi. Sedangkan yang sifatnya bawaan

dibuktikan dengan dimilikinya persepsi ketika bayi.

6) Dalam persepsi sifat benda yang dihayati biasanya bersifat permanen

dan stabil, tidak dipengaruhi oleh penerangan, posisi , dan jarak

(permanent shade) .

7) Persepsi bersifat prospektif, artinya mengandung harapan.

8) Kesalahan persepsi bagi orang normal, ada cukyup waktu untuk

mengoreksi berbeda dengan orang yang terganggu jiwanya.

2.2 Kesiapan Menarche

2.2. 1 Kesiapan

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang

membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban dalam cara

tertentu terhadap situasi (Slameto, 2010). Kesiapan disini merupakan

kesiapan menghadapi menarche yaitu keadaan yang menunjukkan bahwa

seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan fisik yaitu

menarche (Proverawati & Maisaroh, 2009).

2.2. 2 Kesiapan Menarche

15
Kesiapan dalam menghadapi menarche adalah suatu keadaan

yang menujukkan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu

kematangan fisik yaitu datangnya menarche (Fajri & Khairani, 2010).

Seorang remaja putri yang akan mengalami menstruasi pertama

(menarche) membutuhkan kesiapan mental yang baik karena perubahan

yang terjadi pada saat menstruasi pertama (menarche) dapat menyebabkan

remaja menjadi canggung (Nagar & Aimol, 2010).

Perasaan remaja saat mengalami menarche adalan takut, kaget,

bingung dan ada juga yang merasa senang. Sikap ini dapat bersifat positif

dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan

tindakan adalah mendekati, menyenangi, mangharapkan objek tertentu,

sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu [ CITATION Sar00 \l

1033 ]. Pengetahuan yang diperoleh remaja tentang menstruasi akan

mempengaruhi persepsi remaja tentang menarche, jika persepsi yang

dibentuk remaja tentang menarche positif, maka hal ini akan berpengaruh

pada kesiapan remaja dalam menghadapi menarche (Fajri & Khairani,

2010). Kesiapan menarche pada remaja putri dipengaruhi oleh dukungan

pengetahuan dari ibu, ayah, teman sekelas laki-laki, serta di pengaruhi

latar belakang sosial-budaya[ CITATION Cha10 \l 1033 ].

16
1) Menurut [ CITATION Yus02 \l 1033 ] , ada tiga aspek mengenai kesiapan

yaitu :

(1) Aspek Pemahaman

Kondisi dimana seseorang mengerti dan memahami kejadian

yang dialami sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

jaminan bahwa dia akan merasa siap dalam menghadapi hal-

hal yang mungkin terjadi.

(2) Aspek Penghayatan

Sebuah kondisi psikologis dimana seseorang siap secara alami

bahwa segala hal yang terjadi secara alami akan menimpa

hampir semua orang dan merupakan suatu persepsi yang wajar,

normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

(3) Aspek Kesediaan

Suatu kondisi psikologis dimana seseorang sanggup atau rela

untuk berbuat sesuatu sehingga dapat mengalami secara

langsung segala hal yang seharusnya dialami sebagai salah satu

proses kehidupan. Perbandingan antara remaja perempuan

yang siap dengan yang tidak dalam menghadapi menstruasi

pertama ditunjukan oleh sikap positif (siap) dan negatif (tidak

siap). Jika persepsi yang dibentuk remaja tentang menarche

positif, maka hal ini akan berpengaruh pada kesiapan remaja

dalam menghadapi menarche. Remaja perempuan yang

bersikap negatif cenderung merasakan kerepotan, kekotoran,

17
ketidaknyamanan sehingga aktivitas terbatas dan emosi

fluktuatif. Banyak alasan yang melatarbelakangi tidak siapnya

remaja perempuan dalam menghadapi menstruasi pertama.

2.2. 3 Indikator Kesiapan Menghadapi Menarche

1) Kesiapan Fisik

Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan

badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche, dan

perubahan fisik. Menarche merupakan perbedaan yang mendasar

anatar pubertas pria dan wanita. Keluhan-keluhan pada saat menarche

sama dengan haid biasa. Biasanya selama dua hari sebelum haid

dimulai, banyak wanita merasa tidak enak badan, pusing, perut

kembung, letih atau kadang merasakan tekanan didaerah pinggul. Pada

umummnya gejala hilang ketika haid [ CITATION Ary10 \l 1033 ].

Menstruasi awal sering disertai dengan sakit kepala, sakit

punggung dan kadang-kadang kejang, serta merasa lelah, depresi dan

mudah tersinggung. Apabila tidak mempunyai pengetahuan dan

kesiapan tentang menarche pada remaja cenderung menolak

perubahan fisik tersebutk, sehingga dapat berpengaruh pada psikologis

remaja itu sendiri (Yusuf, 2010).

2) Kesiapan Psikologis

Sikap remaja perempuan dalam menghadapi menarche.

Sikap remaja akan bersifat positif dan ada yang negatif. Dalam sikap

positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyayangi,

18
mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif dapat

kecenderungan untuk menjauhi, menghindar, membenci tidak

menyukai objek tertentu (Sarwono, 2010).

Menstruasi pertama sering dihayati oleh remaja putri sebagai

suatu pengalaman traumatis, terkadang anak yang belum siap

menghadapi menarche akan timbul keinginan untuk menolak proses

fisiologis tersebut. Mereka akan merasa haid sebagai sesuatu yang

kejam dan mengancam. Keadaan ini dapat berlanjut ke arah lebih

negatif, dimana remaja tersebut memiliki gambaran fantasi yang

sangat aneh bersamaan dengan kecemasan dan ketakutan yang tidak

masuk akal, dapat juga disertai dengan perasaan bersalah atau berdosa.

Hal tersebut mereka kaitkan dengan masalah perdarahan pada organ

kelamin dan proses haid. Berbeda dengan remaja yang telah siap

dalam menghadapi menarche, mereka akan merasa senang dan

bangga, karena mereka menganggap dirinya sudah dewasa secara

biologis (Suryani dan Widyasih, 2008).

3) Kesiapan Keluarga

Orang tua secara lebih dini harus memberikan penjelasan

tentang menarche pada putrinya, agar putrinya lebih mengerti dan siap

dalam menghadapi menarche. Jika peristiwa menarche tersebut tidak

disertai dengan informasi-informasi yang benar maka akan timbul

beberapa gangguan diantaranya pusing, mual, dan haid tidak teratur

(Suryani dan Widyasih, 2008).

19
Remaja putri pertama kali melakukan interaksi komunikasi

dalam lingkungan keluarga terutama dengan orang yang paling lekat

dengannya yaitu ibu. Hubungan kelekatan anak dengan ibunya akan

berlangsung sampai anak mencapai usia remaja. Peran ibu untuk

membentuk kelekatan merupakan awal pembentukan rasa percaya diri

pada anak. Peran ibu sangat penting dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan anak, terutama pada masa remaja. Remaja mulai

mengenal berbagai proses seksual yang sedang terjadi pada tubuh dan

jiwanya yang pertama kali melalui ibu (Sarwono, 2008).

2.2. 4 Faktor-Faktor Kesiapan Remaja Menghadapi Menarche

1) Usia

Menurut (Suryani & Widyasih, 2008) yaitu usia

mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapi menarche karena

semakin muda usia anak, maka semakin anak belum siap untuk

menerima peristiwa haid, sehingga menarche dianggap sebagai suatu

gangguan yang mengejutkan. Menarche yang terjadi terlalu dini pada

remaja putri akan mempengaruhi kedisiplinan dalam hal kebersihan

badan, seperti mandi masih harus dipaksakan oleh orang lain, padahal

sangat penting menjaga kebersihan saat haid. Sehingga pada akhirnya,

menarche dianggap oleh remaja putri sebagai satu beban baru yang

tidak menyenangkan.

20
2) Sumber informasi

Sumber informasi adalah sumber-sumber yang dapat

memberikan informasi tentang menarche pada siswi [ CITATION Yus10 \l

1033 ]. Sumber informasi yang diterima siswa dapat diperoleh dari :

1) Keluarga

Keluarga merupakan pihak yang memiliki hubungan

darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan marga.

Keluarga meliputi orang tua dan anak. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Muriyana (2008), Orang tua secara lebih dini harus

memberikan penjelasan tentang menarche pada anak

perempuannya, agar anak lebih mengerti dan siap dalam

menghadapi menarche.

Menurut (Suryani & Widyasih, 2008), jika peristiwa

menarche tersebut tidak disertai dengan informasi-informasi yang

benar maka akan timbul beberapa gangguan-gangguan yaitu

berupa pusing, mual, dan haid tidak teratur.

2) Kelompok teman sebaya

Kelompok teman sebaya mempunyai peranan yang

sangat cukup bagi perkembangan kepribadian remaja. Peranan itu

semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam

struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir.

Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja itu

ternyata berkaitan dengan suasana keluarga remaja itu sendiri.

21
Remaja yang memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tua

cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman

sebayanya.

3) Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang

melaksanakan progam bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam

rangka membantu siswi agar mampu mengembangkan potensinya,

baik menyangkut aspek moral spiritual, intelektual, emosional

maupun sosial [ CITATION Mar10 \l 1033 ]. Hubungan sekolah

dengan kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche yaitu,

guru di sekolah hendaknya memberikan pendidikan kesehatan

reproduksi, khususnya menarche pada siswa secara jelas sebelum

mereka mengalami menstruasi.

Keterkaitan peran sekolah sebagai pendidik dan

komunikator akan cukup membantu dalam penyampaian informasi

mengenai menarche dan merupakan hal yang utama bagi kesiapan

anak menghadapi menarche [ CITATION Ang08 \l 1033 ].

2.3 Menarche

2.3.1 Definisi Menarche

Menarche adalah adalah suatu perdarahan pertama dari uterus

yang terjadi pada seorang wanita dan rata-rata biasa terjadi di umur 11-13

tahun. Menarche merupakan haid yang pertama kali terjadi pada wanita,

dimana hal tersebut merupakan ciri khas dari kedewasaan seorang wanita

22
yang sehat dan tidak hamil (Yusuf, 2010). Menarche adalah haid pertama

yang terjadi akibat proses sistem hormonal yang kompleks. Menarche salah

satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami perubahan di dalam

dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan perubahan baik fisik,

biologi psikologi maupun sosial yang harus dihadapi oleh remaja putri, ini

merupakan masa yang sangat penting karena merupakan masa peralihan ke

masa dewasa [ CITATION Moe08 \l 1033 ].

2.3.2 Usia yang mengalami menarche

Menurut Sarwono (2010) menyatakan, menarche terjadi pada

anak perempuan berumur 9 tahun, 10 tahun, bahkan ada yang berusia 17

tahun. Menarche terjadi kurang lebih pada usia 11-16 tahun (Suryani dan

Widyasih 2008). Cepat atau lambatnya kematangan seksual (menstruasi,

kematangan fisik) ini kecuali ditentukan kontitusi fisik individu, juga

dipengaruhi oleh faktor ras, suku bangsa , faktor iklim , dan cara hidup.

Badan lemah atau penyakit yang menderita seorang anak gadis dapat

memperlambat tibanya menarche.

Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap

menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu dan

perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Apabila tidak mempunyai

pengetahuan dan kesiapan tentang menarche menurut (Darvill and Powel,

2008) dalam (Ezra, 2009) anak mengira bahwa menstruasi merupakan

bukti adanya penyakit atau bahkan yang sedang mengalami perdarahan

haid dianggap sebagai penyebab penyakit kematian.

23
Pengamatan secara psikoanalitis, bahwa ada reaksi psikis tertentu

pada saat haid pertama. Beberapa peristiwa kompleks kastrasi atau trauma

genetalia itu muncul macam-macam gambaran fantasi yang aneh-aneh

diikuti kecemasan dan ketakutan yang tidak nyata disertai perasaan

bersalah atau berdosa yang semuanya dikaitkan dengan masalah

perdarahan pada organ kelamin dalam proses haidnya. Adanya informasi

yang salah kemudian dikembangkan menjadi satu reaksi yang tidak nyata

maka proses menstruasi itu senantiasa dikaitkan dengan bahaya-bahaya

tertentu juga dihubungkan dengan kotoran dan hal-hal yang najis (Suryani,

2010).

2.3.3 Fisiologi Menarche

Selama masa remaja respons LH (leuteinizing hormone) terhadap

GnRH (Gonadotropin-releasing hormone) meningkat dengan cepat, tetapi

peningkatan FSH (follicle stimulating hormone) tidak sepesat kenaikan

LH (leuteinizing hormone). LH dan juga FSH dapat menimbulkan

perubahan-perubahan gonad pada saat pubertas. Menjelang menarche

kada FSH (follicle stimulating hormone) akan meningkat dan akan

merangsang ovarium sehingga folikel-folikel primer akan berkembang,

serta kadar estradiol akan meningkat. Lalu beberapa saat akan menjelang

menarche akan terjadi mekanisme umpan balik positif estradiol terhadap

hipofisis yang akan menghasilkan suatu lonjakkan LH. Namun lonjakan

LH tersebut tidak cukup besar sehingga ovulasi tidak terjadi, maka kadar

estradiol akan menurun. Setelah itu akan terjadi perdarahan akibat

24
deskuamasi endometrium yang berupa menarche, yaitu perdarahan

pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita (Batubara, 2010).

2.3.4 Macam-Macam Menarche

Menurut Sarwono (2008) macam-macam menarche ada dua yaitu :

1. Menarche prekoks yaitu sudah ada haid sebelum umur 10 tahun.

2. Menarche tarda yaitu menarche yang baru datang umur 14-16 tahun.

2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche

Menurut Sarwono (2008), faktor yang mempengaruhi menarche ada tiga

tahap yaitu :

1. Faktor keturunan

Saat timbulnya juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga.

Hubungan antara usia sesama saudara kandung lebih erat dari pada

antara ibu dan anak perempuannya.

2. Keadaan gizi

Makin baiknya nutrisi mempercepat usia menarche. Beberapa ahli

mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih

banyak lebih cepat mengalami menarche, demikian pula obat-obatan.

3. Kesehatan umum

Badan yang lemah atau penyakit yang menderita seorang anak gadis

seperti penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi masukan

makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche,

demikian pula obat-obatan.

25
2.3.6 Dampak yang mempengaruhi menarche

Dampak yang mempengaruhi menarche terbagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Dampak Negatif

Remaja yang belum siap menghadapi menarche akan timbul keinginan

untuk menolak proses fisiologis tersebut, mereka akan merasa haid

sebagai sesuatu yang kejam dan mengancam, keadaan ini dapat

berlanjut kearah yang lebih negative (Jayanti et all , 2011).

2. Dampak Positif

Remaja yang telah siap menghadapi menarche, mereka akan merasa

senang dan bangga, sudah dewasa secara biologis (Suryani &

Widyasih, 2008).

2.3.7 Periode Menarche

Menarche yang dalam hal sama dengan haid maka dapat

didefinisikan seperti haid biasa yaitu perdarahan secara periodik dan siklik

dan uterus disertai pelepasan endometrium. Lama haid biasanya antara 3-5

hari, ada yang 1-2 hari darah, diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada

yang sampai 7-8 hari. Siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya

haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus haid normal

atau dianggap sebagai siklus haid klasik ialah 28 hari bisa ditambah atau

dikurang 2-3 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap

(Mursintowati,B.N, 2008).

26
2.3.8 Tanda dan Gejala Menarche

Tanda dan gejala menarche (Wiknojosatro, 2006) :

1. Perdarahan yang sering kali tidak teratur.

2. Darah yang keluar berwarna lebih muda dan terang dengan jumlah

yang tidak terlalu banyak (spotting).

3. Lama perdarahan 4-7 hari atau kurang.

4. Kadang-kadang disertai kram pada perut bawah (disminorhea)

Menurut (Suryani, 2010) gejala yang sering terjadi dan sangat

mencolok pada peristiwa menarche adalah kecemasan dan ketakutan

untuk menolak proses fisiologi.

2.3.9 Perubahan Fisik Pada Waktu Menarche

Menurut Nani (2018:30), perubahan seks sekunder pada remaja putri yaitu

meliputi tanda-tanda sebagai berikut :

1) Lengan dan kaki bertambah panjang.

2) Pertumbuhan payudara.

3) Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan payudara.

4) Pinggul mulai melebar.

5) Tangan dan kaki bertambah besar.

6) Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.

7) Vagina mengeluarkan cairan.

8) Keringat bertambah banyak.

9) Kulit dan rambut mulai berminyak.

10) Bokong bertambah besar.

27
2.4 Hubungan Persepsi dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Remaja

Putri Usia 10-12 Tahun

Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan

kesehatan selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan dalam

menghadapi menstruasi yang pertama sekali terjadi jika sebelumnya ia belum

pernah mengetahui atau membicarakan baik dengan teman sebaya atau dengan

ibu mereka. Pengetahuan tentang menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja putri.

Umumnya remaja putri belajar tentang haid dari ibunya, tetapi tidak semua ibu

memberikan informasi yang membicarakan secara terbuka kepada siapa saja

sampai anak gadisnya mengalami haid pertama (Jones, 2005) dalam jurnal (Tulus

P. dkk, 2014).

Persepsi tepat maupun tidak tepat diinternalisasikan ke dalam diri

individu, dari apa yang diketahui individu tersebut. Persepsi yang dibentuk remaja

tentang menstruasi pertama (menarche) positif, maka hal ini akan berpengaruh

pada kesiapan remaja dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche).

Sehingga persepsi tentang menarche yang salah akan berdampak pada sikap dan

perilaku remaja putri dalam menghadapi menstruasi dan perkembangan kesehatan

reproduksi. Pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan

fisik dan psikologi terkait menarche sangat diperlukan. Perasaan bingung, gelisah,

tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan seorang wanita yang mengalami

menstruasi untuk pertama kali (menarche). Ketidaktahuan anak tentang

menstruasi dapat mengakibatkan anak sulit untuk menerima menarche (Budiati &

Apriastuti, 2012). Pengetahuan yang diperoleh remaja tentang menstruasi akan

28
memepengaruhi persepsi tentang remaja tentang menarche. Jika persepsi yang

dibentuk remaja tentang menarche positif, maka hal ini akan berpengaruh pada

kesiapan remaja dalam menghadapi menarche (Fajri & Khairani, 2010)

29
2.5 Tabel Sintesis

No Judul & Penulis Desain Penelitian Analisa Data Variabel & Alat Hasil Kesimpulan
& Sampel Ukur
1 Ayu Fajri, 1. Desain penelitian Analisa data 1.Variabel Hasil analisis data dari Berdasarkan hasil
Maya Khairani menggunakan menggunakan Independent : uji normalitas penelitian
2011. (Hubungan Purposive Uji chi square komunikasi ibu-anak menggunakan one- menunjukkan bahwa
antara sampling dan 2.Kesiapan sample kolmogrov ada hubungan positif
komunikasi ibu- sampelnya menghadapi smirnov test dari dan signifikan antara
anak dengan menggunakan menstruasi progam SPSS 17.0 for komunikasi ibu-anak
kesiapan teknik kolerasi pertama(menarche) windows menunjukkan dengan kesiapan
menghadapi product moment. pada siswi SMP nilai K-SZ sebesar menghadapi
menstruasi 2. Sampel yang Muhamadiyah 1.144 dengan nilai menstruasi pertama
pertama(menarch digunakan adalah Banda Aceh. Alat p>0,05 untuk (menarche) dengan
e) pada siswi 109 responden ukur yang digunakan komunikasi ibu-anak angka koefisien
SMP yaitu observasi, yang menunjukkan kolerasi sebesar
Muhamadiyah artinya tiap subjek bahwa kesiapan rxy=0,547 dengan
Banda Aceh) penelitian hanya menghadapi tingkat signifikansi
diobservasi sekali menstruasi pertama p=0,000 (p<0,01)
saja dan pengukuran (menarche) dan
dilakukan terhadap komunikasi ibu-anak
status karakter atau memiliki sebaran
variabel subjek normal dan pada uji
penelitian diamati linieritas menggunakan
pada waktu yang SPSS 17.0 for windows
sama menunjukkan
F=65.007 dan
P=0,000. Yang berarti
ada hubungan kedua
variabel tersebut
adalah linier dengan
p<0,05

30
2 Nurul Hidayah, 1.Penelitian ini Analisa data 1.Variabel Hasil analisis data dari Berdasarkan hasil
Sara Palila 2018 mengunakan menggunakan independent : uji normalitas data penelitian terdapat
(Kesiapan teknik uji kolerasi Uji chy square kelekatan aman kesiapan menghadapi hubungan positif
menghadapi product moment 2.Variabel dependent : menarche memiliki yang signifikan
menarche pada dari Pearson kesiapan nilai KS-Z sebesar antara kelekatan
remaja putri 2. Sampel yang menghadapi 1.265 dengan p=081 aman anak dan ibu
prapubertas digunkaan adalah menarche (p=>0,05) yang berarti dengan kesiapan
ditinjau dari 74 siswi 3.Remaja data tersebut menghadapi
kelekatan aman berdistribusi normal, menstruasi pertama
ibu dan anak) sedangkan data (menarche) pada
kelekatan aman anak rmaja putri
dan ibu memiliki nilai prapubertas
KS-Z sebesar 950
dengan p=328
(p>0,05) yang berarti
data tersebut
berdistribusi normal.
Uji liniearitas
mendapatkan hasil F
Liniearity=7.193
dengan
Sig=011(p<0,05) yang
berarti data tersebut
linear.
3 Dina 1.Desain penelitian Analisa Data 1.Variabel Hasil uji statistik Berdasarkan hasil
Setyaningsih, meggunakan menggunakan uji independent : dengan metode chi- penelitian terdapat
Diyan Indriyani, cross sectional chi square Persepsi menarche square dimana hubungan persepsi
Ns. Zuhrotul Eka 2.Sampelnya dengan α=0,05 2.Variabel dependent : didapatkan nilai p tentang menarche
Yulis 2015 menggunakan didapatkan nilai p Vulva hygiene saat value= 0,016 (<0,05) dengan sikap vulva
(Hubungan total sampling value 0,016 menstruasi didapatkan bahwa hygiene saat
persepsi tetang dengan sampel 48 3. Remaja putri persepsi tentang menstruasi pada
menarche dengan responden menarche dengan remaja putri di SMP

31
sikap vulva sikap vulva hygiene Al-Badri Kecamatan
hygiene saat saat menstruasi bahwa Kalisat Kabupaten
menstruasi pada sebagian besar Jember.
remaja putri di persepsi kurang tepat
SMP Al-Badri yang mempunyai
Kecamatan sikap negatif adalah
Kalisat 22 responden (78,6%)
Kabupaten namun persepsi
Jember) kurang tepat yang
mempunyai sikap
psitif adalah 6
responden (21,4%) .
sedangkan persepsi
tepat yang
mempunyai sikap
positif adalah 12
responden (60,0%),
namun persepsi tepat
yang mempunyai
sikap negatif adalah 8
responden (40%).

32
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor Internal persepsi 1.Baik


1. Usia Persepsi 2.Cukup Baik
2. Pendidikan 3. Kurang Baik
3. Pekerjaan 4. Tidak Baik
Faktor Eksternal
1. Informasi 1. Ya Kesiapan
Remaja
FaktorMenarche
Putri
kesiapan remaja dalam
2. Pengalaman 2. Tidak menghadapi menarche
1. Pengetahuan
2. Pengalaman pribadi
Dampak3.yang Pengaruh orang lain
mempengaruhi yang dianggap penting
menarche 4. Pengaruh kebudayaan
5. Media sosial
1. Menolak proses emosional
6. Faktor
fisiologis
7. Lembaga pendidikan
2. Merasa haid
sebagai sesuatu
yang kejam
3. Dan mengancam

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 3.1 : Kerangka konseptual penelitian Hubungan Persepsi Dengan Kesiapan

Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Usia 10-12 tahun di SD

Negeri 1 Singoturunan Banyuwangi 2020.

3.2 Hipotesa Penelitian

33
Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan

menurut (Nursalam, 2016) hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan

masalah atau pertanyaan peneliti.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan

antara Persepsi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Usia

10-12 tahun di SD Negeri 1 Singoturunan Banyuwangi 2020.”

34
BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah. Pada dasarnya menggunakan

metode ilmiah (Notoatmodjo, 2010).

4. 1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

4.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian koleratif

dengan melihat hubungan variabel satu dengan variabel lain atau

hubungan antara gejala satu dengan gejala lain (Nursalam, 2016).

4.1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan hasil akhir dari tahap keputusan

yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian

bisa diterapkan (Sugiyono, 2017). Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kolerasi dengan tujuan untuk mencari

hubungan variabel independent dengan variabel dependent, desain ini

menggunakan pendekatan cross sectional yang merupakan jenis penelitian

observasi data variabel independent dengan dependent hanya satu kali

pada satu waktu atau menekankan pada pengukuran pada saat satu kali

observasi (Nursalam, 2016).

35
4. 2 Kerangka Kerja

Kerangka konsep merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian

yang akan digunakan (Nursalam, 2013).

Populasi : Seluruh siswi yang belum menarche usia 10-12 tahun di SD 1


Singoturunan dengan jumlah 30 responden

Sampling : Total sampling

Sampel :Seluruh siswi yang belum menarche usia 10-12 tahun di SD 1


Singoturunan Dengan jumlah 30 responden.

Desain Penelitian : Studi Kolerasi

Pemberian informed concent

Pengumpulan data dengan kuisioner

Pengelolaan data dan analisa data Coding, Scoring, Tabulating , Uji


Chi Square

Hasil Penelitian

Laporan Penelitian dan


Kesimpulan

Gambar : Kerangka 4.1 Kerangka Kerja pada penelitian Hubungan Persepsi dengan

Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Usia 10-12 Tahun di

SD 1 Singotrunan Banyuwangi 2020.

4. 3 Populasi, Sampel dan Sampling

36
4.3 1 Populasi

Populasi dalam penelitian yaitu subjek seperti manusia dan klien

yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2016).Pada

proposal ini yang akan menjadi populasinya adalah seluruh siswi yang

belum menarche usia 10-12 tahun di SD Negeri 1 Singotrunan

Banyuwangi yang berejumlah 30 responden.

4.3 2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi yang didapatkan berdasarkan

hitungan dengan rumus untuk dijadikan responden dalam penelitian

(Nursalam, 2016). Pada penelitian ini yang akan dijadikan sampel adalah

seluruh siswi yang belum menarche usia 10-12 tahun di SD Negeri 1

Singotrunan Banyuwangi berjumlah 30 responden.

4.3 3 Sampling

Sampling adalah proses menyelesaikan porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Tehnik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,

2016). Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

probality sampling dan non probality sampling (Nursalam, 2013 : 173).

Dalam penelitian ini menggunakan tehnik sampling yang

probality sampling jenis total sampling karena pengelompokan sampel

berdasarklan wilayah atau lokasi populasi (Nursalam , 2013 : 174). Alasan

peneliti menggunakan tehnik probality sampling karena tidak semua

37
sampel memiliki kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Oleh karena

itu penulis memilih tehnik probality sampling sebagai pertimbangan

dalam kriteria sampel yang dijadikan penelitian.

4. 4 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

(benda, manusia, dll) (Nursalam, 2013).

1. Variabel Bebas (independen variabel)

Variabel independen merupakan variabel yang menyebabkan

timbulnya variabel terikat (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini, variabel

independen adalah Persepsi.

2. Variabel Terikat (dependen variabel)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

berposisi sebagai akibat karena kemunculan variabel independen dan

merupakan faktor yang dapat diamati dan diukur dengan melihat ada tidaknya

kolerasi atau pengaruh dari variabel independen (Nursalam, 2016). Dalam

penelitian ini, variabel dependennya adalah Kesiapan Remaja Putri

Menghadapi Menarche.

4. 5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari suatu yang didefinisikan dengan maksud memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena (Nursalam, 2016).

Tabel 4. 2

38
Definisi Persepsi dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri

Usia 10-12 Tahun di SD Negeri 1 Singotrunan Banyuwangi.

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor

Operasional
Variabel Kemampua 1) Mengetahui Kuesioner Ordinal 1) Baik(31-

Independen n siswi usia tentang 40)

Persepsi 10-12tahun menarche 2) Cukup

dalam 2) Mengetahui baik(21-

memahami, gejala timbul 30)

mengamati, menarche 3) Kurang

dan 3) Mempersiapka baik(11-

mengingat n kondisi 20)

tentang menarche 4) Tidak

kesiapan 4) Mampu baik(0-

dalamm menerima 10)

menghadapi menarche

menarche.
Variabel Keadaan 1) Kesiapan fisik Kuesioner Nominal 1) Ya(6-10)

Dependen yang 2) Kesiapan 2) Tidak(1-

Kesiapan menunjukka psikologis 5)

Menghadapi n seseorang

Menarche siap untuk

mencapai

39
kematangan

fisik pada

saat

menarche

yang terjadi

pada wanita

pada saat

usia 10-12

tahun.

4. 6 Pengumpulan dan Analisa Data

4.6.1 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2016)

Cara pengumpulan data saat penelitian :

a. Kuesioner

Peneliti mengumpulkan data secara formal kepada responden untuk

menjawab petanyaan tertulis dan terstruktur.

4.6.2 Instrumen

40
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dirgunakan untuk

memperoleh informasi dai responden dalam artilaporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ingin diketahui (Nursalam, 2016).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan Lembar Kuesioner.

Berikut ini adalah kisi-kisi soal kuesioner penelitian yang akan

digunakan:

No Jenis Pertanyaan No Soal


4.6.3
1. Persepsi

a. Positif 1 3 7 8 10

b. Negatif 2 4 5 6 9

2. Kesiapan

a. Positif 1 2 3 4 7

b. Negatif 5 6 8 9 10

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di SD Negeri 1 Singoturunan

Banyuwangi Tahun 2020. Sedangkan waktu penelitiannya yaitu :

1. Penyusunan proposal : November 2019 - Januari 2020

2. Ujian proposal : Februari 2020

4.6.4 Prosedur Pengambilan Data

41
1. Prosedur Adminitratif

Dalam proposal perijinannya yaitu pertama peneliti mengajukan judul

ke PPPM (Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), setelah

mendapatkan persetujuan dari PPPM peneliti diberi surat permohonan

data awal untuk keperluan penyusunan proposal. Kemudian peneliti

menyerahkan surat permohonan data awal kepada Kepala Sekolah SD

Negeri 1 Singoturunan Banyuwangi, dan menjelaskan maksud tujuan

penelitian. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah SD Negeri 1

Singoturunan Banyuwangi peneliti bisa melakukan penelitian.

2. Prosedur Teknis

1) Setelah mendapatkan izin, peneliti mencari responden yang akan

digunakan sebagai sampel sebanyak 30 responden.

2) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada

responden.

3) Kemudian peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner. Setelah

responden mengerti apa yang telah dijelaskan, kuesioner

dibagikan. Selanjutnya data diperoleh kemudian dilakukan

pengolahan data dan analisa data.

4) Langkah yang terakhir yang dilakukan peneliti yaitu

menyimpulkan hasil penelitian dan mempublikasikan hasil

penelitiannya.

4.6.5 Analisa Data

42
Analisa data adalah bagian yang sangat penting untuk

mencapai tujuan pokok penelitian, tujuan pokok penelitian, yaitu

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap

fenomena. Data mentah yang di dapat, tidak dapat menggambarkan

informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian.

1. Analisis Deskriptif

Analisa deskriptif adalah data prosedur pengolahan data

dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik. Data-data yang disajikan meliputi frekuensi,

porposi dan rasio, ukuran-ukuran kecenderungan pusat (rata-rata

hitung, median, dan modus), maupun ukuran-ukuran variasi

(simpangan baku, variansi, rentang, dan kuartil), (Nursalam, 2013 :

200). Berikut ini yang termasuk analisis deskriptif yaitu :

1) Coding

Coding adalah bagian kegiatan pemberian kode dalam bentuk

kalimatm, angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012). Pemberian

kode diberikan apabila semua sudah terkumpul.

1. Persepsi

a. Positif (+)

Sangat Setuju :4

Setuju :3

Tidak Setuju :2

Sangat Tidak Setuju :1

43
b. Negatif (-)

Sangat Setuju :1

Setuju :2

Tidak Setuju :3

Sangat Tidak Setuju :4

2. Kesiapan

Siap :1

Tidak siap :0

2) Skoring

Skoring adalah pemberian skor atau nilai terhadap bagian-

bagian yang perlu diberi skor. Dalam hal ini penentuan skor

atau nilai hasil dari kuesioner.

1. Persepsi

Baik : nilai skor (31-40)

Cukup baik : nilai skor (21-30)

Kurang baik : nilai skor (11-20)

Tidak baik : nilai skor (0-10)

2. Kesiapan

Ya : nilai skor (6-10)

Tidak : nilai skor (1-5)

3) Editing

44
Editing adalah kegiatan pengecekan data kembali kebenaran

data yang diperoleh atau yang dikumpulkan dari kuesioner.

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul. Hasil editing di dapatkan dari semua

data terisi lengkap dan benar, tetapi apabila memungkankan

maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak

diolah atau dimasukkan dalam pengolahan “data missing”

(Notoatmodjo, 2012).

4) Tabulating

Tabulating adalah penyajian data dalam bentuk tabel yang

terdiri dari beberapa baris dan beberapa kolom. Tabel dapat

digunakan untuk memamparkan sekaligus beberapa variabel

hasil observasi, surve penelitian hingga data yang mudah

dibaca dan dimengerti (Nursalam, 2013).

2. Analisis Statistik

Skala data yang dipakai adalai skala dat, dan data yang

telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan uji statistik yang

relevan adalah dengan mengguanakan Uji Chi Square, yaitu

mengetahui hubungan antara variable bebas dan variabel terikat

dengan menggunakan tabel kontingensi.

4.3 Tabel Kontingensi hubungan persepsi dengan kesiapan

menghadapi menarche

45
Perseps Kesiapan Menarche
No X2
i Siap Tidak Siap

1 Baik

2 Cukup

baik

3 Kurang

baik

4 Tidak

baik

Jumlah

1. Mencari frekuensi harapan (fe) pada tiap sel dengan

rumus :

( ∑ fk ) X ( ∑ fb )
Fe =
∑T

Keterangan :

Fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi toritis)

∑fk = jumlah frekuensi pada kolom

∑fb = jumlah frekuensi pada baris

∑t = jumlah keseluruhan baris atau kolom

2. Mencari Chi Square (X2) dengan rumus :

(fo−fe)
X2 = ∑
fe

46
Keterangan :

X2 = nilai chi-kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

3. Mencari X2 tabel dengan rumus :

Dk = (k-1) (b-)

Keterangan :

k = banyaknya kolom

b = banyaknya baris

Setelah hasil penelitian diketahui, kemudian

dibandingkan antara X2 tabel dengan dk= (b-1)(k-1) dan

kesalahan (x) 0,05. Jika hasil uji statistik menunjukan :

1) Nilai X2 ≤ X2 α, dk = (b-1)(k-1), maka tidak ada

hubungan persepsi dengan kesiapan menghadapi

menarche. Dengan kata lain Ho (Hipotesa nihil)

diterima dan Ha (Hipotesa alternative) ditolak .

2) Nilai X2 ≥ X2 α, dk = (b-1)(k-1),maka ada hubungan

persepsi dengan kesiapan menghadapi menarche.

Dengan kata lain Ho (Hipotesa nihil) di tolak dan

Ha (Hipotesa alternative) diterima.

3) Untuk mengetahui adanyan hubungan Persepsi

dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada

Remaja Putri adalah dengan menggunakan prangkat

47
lunak SPSS (Ststistic Programme for Social Scient)

25.0 for windows.

4. 7 Etika Penelitian

Dalam proposal ini peneliti mengajuikan permohonan ijin kepada

Kepala Sekolah SD 1 Singoturunan Banyuwangi untuk mendapatkan persetujuan

pengambilan data dan setelah disetujui peneliti melakukan observasi kepada

subjek yang diteliti dengan menekankan pada permasalahan etika.

4.7.1 Informed Consent (Tujuan)

Informed consent adalah informasi yang harus diberikan pada

subjek secara lengkap tentang tujuan proposal ini yang akan dilaksanakan

dan mempunyai hak untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden

(Nursalam, 2008).

a. Sebelum melakukan penelitian telah mendapat ijin dari responden.

b. Bila klien bersedia menjadi responden penelitian harus ada bukti

persetujuan yaitu dengan tanda tangan.

c. Bila klien tidak bersedia menjadi subjek penelitian, peneliti tidak

boleh memaksa.

4.7.2 Anomity (Tanpa Nama)

Dalam menjaga kerahasiaan identitas asli subjek, maka subjek

tidak diperkenankan menulis nama lengkap sehingga cukup

menggunakan kode dalam pengisian identitas. Tetapi jika dalam proses

penelitian terjadi hal yang tidak diinginkan dan menuntut peneliti untuk

menuliskan detail identitas subjek maka peneliti wajib mengambil

48
langkah untuk meminta izin terlebih dahulu sebagai bentuk perlindungan

dalam menjaga kerahasiaan subjek (Wasis, 2015).

4.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek akan dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti. Pengujian data dari hasil penelitian hanya

akan ditampil diakademik.

4.7.4 Veracity

a. Jujur saat pengumpulan data, putaka, metode, prosedur penelitian,

hingga publikasi hasil

b. Jujur pada kekurangan atau kegagalan proses penelitian

c. Tidak mengakui pekerjaan yang bukan pekerjaannya

4.7.5 Respect for Person

Menghormati atau menghargai orang ada dua hal yang perlu kita

perhatikan, yaitu:

a. Peneliti harus mempertimbangkan secra mendalam terhadap

kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian

b. Terhadap responden yang rentan terhadap bahaya penelitian perlu

diperlindungan

4.7.6 Beneficience (Memanfaatkan Manfaat dan Meminimalkan Resiko)

Keharusan secara etik untuk mengusahakan manfaat sebesar-

besarnya dan memperkecil kerugian atau resiko bagi subjek dan

49
memperkecil kesalahan penelitian. Dalam hal ini penelitian harus

dilakukan dengan tepat dan akurat, serta responden terjaga

keselamatannya dan kesehatannya.

4.7.7 Non Maleficencen (Tidak Merugikan, Do Not Harm)

Suatu prinsip yang mempunyai maksud bahwa setiap tindakan

yang dilakukan seseorang tidak menimbulkan kerugian secara fisik

maupun mental (Abrori, S., &, Seravina, 2016)

4.7.8 Jutice (Keadilan Bagi Seluruh Subjek Peneliti)

Suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang menjunjung

tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Prinsip keadilan juga

ditetapkan dalam pancasila Negara Indonesia pada sila ke-5 yaitu keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Abrori et al., 2016).

50
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E. (2008). Peran Orang Tua Dalam Persiapan Menghadapi Menarche

bagi remaja putri. Semarang: Universitas Diponegoro.

Aryani, R. N. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Penerbit

Selemba Medika.

Ayu Fajri, M. K. (2011). Jurnal Psikologi Undip. Hubungan Antara Komunikasi Ibu-

Anak Dengan Kesiapan Menghadapi (Menarche) Pada Siswi SMP

Muhamadiyah Banda Aceh , Vol. 10, No. 2.

Azwar. (2011). Sika Manusia :Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Chang, Y.-T. M.-c. (2010). A systematic Review and Meta-Etnograpy : Experience

Menarche. Journal Council Nursing.

Baihaqi, M. (2007). Psikiatri Konsep Dasar Dan Gangguan-Gangguan. Bandung:

Refika Editama.

Budianti, S. &. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja Dengan Kesiapan Anak Menghadapi Pubertas. Jurnal

Kebidanan, Vol 4. No, 1.

Dianawati. (2008). Faktor-Faktor Tentang Muncul Gejala-Gejala Menarche dan

Solusinya. Jakarta: Kawan Pustaka.

Dina Setyaningsih, D. I. (2015). Hubungan Persepsi Tentang Menarche Dengan

Sikap Vulva Hygine Saat Menstruasi Pada Remaja Putri di SMP Badri

Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember. No.30.

51
Fajri, A. (2011). Hubungan Antara Komunikasi Ibu-Anak Dengan Kesiapan

Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Sisiw SMP

Muhammadiyah Banda Aceh.

Jalaludin, R. (2007). Persepsi Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali

Pers.

JRL, B. (2010). Departemen Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Jakarta: Sari Pediatri.

Mariyana, R. d. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Media

Group.

Moersintowarti. (2008). Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak Remaja. Jakarta:

Sagung Seto.

Notoatmodjo. (2003). Ilmu Keseshatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jarkarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan.

Jakarta.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta: Selemba

Medika.

52
Nursalam. (2018). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Jakarta: Selemba Medika.

Nur Fitri Jayanti, S. P. (2012). Jurnal Ilmiah Kebidanan. Deskripsi Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Kesiapan Anak Dalam Menghadapi Menarche Di SD

Negeri 1 Kretek Kecamatan Paguyungan Kabupaten Brebes, Vol. 3 , No. 1.

Nurul Hidayah, S. P. (2018). Jurnal Ilmiah Psikologi. Kesiapan Menghadapi

Menarche Pada Remaja Putri Prapubertas Ditinjau Dari Kelekatan Aman

Anak dan Ibu, Vol. 5, No. 1.

Powel, D. d. (2008). The purbety book pandian remaja gramedia. Jakarta: Pustaka

Utama.

Proverawati, A. &. (2009). Menarche (Menstruasi Pertama Penuh Makna). Muha

Medika.

Saifuddin, A. (2010). Sikap manusia dan teori pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sarwono. (2000). Teori-Teori Psikolog Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.

Suryani, E. W. (2008). Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: Fitramay.

53
Tulus Puji Hastuti, S. W. (2014). Jurnal Kebidanan. Hubungan Tingkat Pengetahuan

Tentang Menstruasi Dengan Menghadapi Menarche Pada Siswi Kela V dan

VI Di SD Negeri Dangkel Parakan Temanggung, Vol. 3, No. 7.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Walgito, B. (2010). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wiknjosastro. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal Edisi 1. Jakarta: Bina Pustaka.

Yusuf, A. (2002). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yusuf, S. (2002). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Yusuf, P. M. (2010). Komunikasi Intruksional : teori dan praktik. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

54
Lampiran 2

55
Lampiran 3

56
Lampiran 4

57
Lampiran 5

SURAT PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN


Yth : Adik-adik
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Rika Dwi Lestari
Nim : 2016.02.032

Kami adalah mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKES


Banyuwangi, akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Persepsi Dengan
Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Usia 10-12 Tahun di SD Negeri
Singotrunan Banyuwangi Tahun 2020”
Manfaat Penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dalam kesiapan
remaja putri menghadapi menstruasi pertama. Untuk keperluan tersebut, saya mohon
kesediaan adik-adik untuk menjadi responden. Saya menjamin kerahasiaan informasi
dan identitas adik-adik.
Sebagai bukti kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan adik-adik sekalian untuk menandatangani lembar persetujuan yang
telah saya siapkan dan untuk selanjutnya saya sampaikan terima kasih.

Banyuwangi,……………2020
Hormat saya,

Rika Dwi Lestari


2016.02.032

58
Lampiran 6
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama (inisial) :
Umur siswi :
Tanggal persetujuan :
“Hubungan Persepsi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri
Usia 10-12 Tahun di SD Negeri 1 Singotrunan Banyuwangi Tahun 2020”

Kami adalah mahasiswa STIKES Banyuwangi, mengharapkan partisipasi


adik-adik dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Persepsi Dengan Kesiapan
Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Usia 10-12 Tahun di SD Negeri 1
Singotrunan Banyuwangi Tahun 2020”
Kami mengharapkan tanggapan dan jawaban yang diberikan sesuai dengan
pilihan adik-adik tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban
dan identitas adik-adik atas informasi yang adik-adik berikan hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Tanda tangan dibawah ini, mununjukkan adik-adik telah diberi informasi dan
memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Peneliti Responden

RIKA DWI LESTARI


2016.02.032

59
Lampiran 7

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE
PADA REMAJA USIA 10-12 TAHUN DI SD NEGERI 1 SINGOTRUNAN
BANYUWANGI TAHUN 2020

IDENTIFIKASI RESPONDEN
No. Responden :
Nama (Inisial) :
Umur :
Kelas :

Petunjuk pengisian kuesioner

1. Baca dengan seksama seluruh pernyataan dibawah ini

2. Beri tanda centang (√) pada pilihan yang mewakili jawaban anda

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

1. PERSEPSI

No Pertanyaan SS S TS STS
1. Setiap wanita normal pasti akan

mengalami menstruasi pertama kali


2. Menstruasi pertama kali adalah suatu

kejadian yang memalukan


3. Menstruasi yang pertama kali adalah

peristiwa menyenangkan yang perlu

60
disyukuri
4. Menstruasi merupakan peristiwa yang

menjijikan
5. Anda tidak membuang pembalut ke

tempat sampah
6. Anda tidak melakukan mandi besar

setelah menstruasi selesai


7. Anda menjadi bersemangat setiap

mengingat anda akan mengalami

menstruasi yang pertama kali


8. Anda tidak akan menceritakan kepada

orang lain saat anda mengalami

menstruasi yang pertama kali


9. Anda menginginkan segera mengalami

menstruasi yang pertama kali


10. Anda akan sedih bila saat ini anda

mengalami menstruasi yang petama kali

Lampiran 8

2. KESIAPAN REMAJA PUTRI

A. Kesiapan Fisik

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya akan mengalami perubahan fisik pada

saat menstruasi pertama


2. Saya akan menggunakan pembalut ketika

61
mengalami menstruasi pertama (menarche)
3. Kebersihan organ reproduksi (vagina) harus

lebih dijaga selama menstruasi


4. Saya akan mengalami mengganti pembalut

minimal 4-4 kali sehari ketika menstruasi


5. Nanti setelah mengalami menstruasi pertama

(menarche) saya menjadi remaja putri yang

dewasa

B. Kesiapan Psikologi

No. Pertanyaan Ya Tidak


6. Menstruasi pertama (menarche) membuat saya

menjadi kotor
7. Saya bahagia saat mengalami menstruasi

pertama (menarche) karena saya akan menjadi

wanita dewasa
8. Saya merasa kurang percaya diri dengan

perubahan yang akan terjadi setelah menstruasi

pertama
9. Menstruasi pertama (menarche) adalah suatu

62
hal yang buruk dan merupakan tanda penyakit

tertentu
10. Saya tidak mau menjadi lebih sensitive saat

mengalami menstruasi pertama (menarche)

63
Lampiran 9

Correlations

item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10
** **
item1 Pearson Correlation 1 .461 .802 .460 .498 .575 .402 .569 .877 .477
Sig. (2-tailed) .180 .005 .181 .143 .082 .249 .086 .001 .163
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * * * **
item2 Pearson Correlation .461 1 .721 .723 .396 .703 .747 .259 .778 .715*
Sig. (2-tailed) .180 .019 .018 .258 .023 .013 .471 .008 .020
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
item3 Pearson Correlation .802** .721* 1 .535 .565 .664* .571 .327 .793** .670*
Sig. (2-tailed) .005 .019 .111 .089 .036 .084 .356 .006 .034
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
item4 Pearson Correlation .460 .723* .535 1 .224 .935** .874** .787** .678* .775**
Sig. (2-tailed) .181 .018 .111 .534 .000 .001 .007 .031 .008
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
item5 Pearson Correlation .498 .396 .565 .224 1 .290 .588 .294 .432 .692*
Sig. (2-tailed) .143 .258 .089 .534 .416 .074 .410 .212 .027

64
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * ** ** * *
item6 Pearson Correlation .575 .703 .664 .935 .290 1 .818 .736 .753 .829**
Sig. (2-tailed) .082 .023 .036 .000 .416 .004 .015 .012 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
item7 Pearson Correlation .402 .747* .571 .874** .588 .818** 1 .688* .593 .949**
Sig. (2-tailed) .249 .013 .084 .001 .074 .004 .028 .071 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** * *
item8 Pearson Correlation .569 .259 .327 .787 .294 .736 .688 1 .533 .610
Sig. (2-tailed) .086 .471 .356 .007 .410 .015 .028 .112 .061
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** ** ** * *
item9 Pearson Correlation .877 .778 .793 .678 .432 .753 .593 .533 1 .625
Sig. (2-tailed) .001 .008 .006 .031 .212 .012 .071 .112 .053
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * ** * ** **
item1 Pearson Correlation .477 .715 .670 .775 .692 .829 .949 .610 .625 1
0 Sig. (2-tailed) .163 .020 .034 .008 .027 .003 .000 .061 .053
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
skor_ Pearson Correlation .777** .685* .744* .801** .638* .810** .842** .772** .828** .835**
total Sig. (2-tailed) .008 .029 .014 .005 .047 .005 .002 .009 .003 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

65
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N % Reliability Statistics

Cases Valid 10 100.0 Cronbach's

Excludeda 0 .0 Alpha N of Items

Total 10 100.0 .777 11

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

66
Lampiran 9

UJI VALIDITAS
PERSEPSI

67
68
Lampiran 10

69

Anda mungkin juga menyukai