Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH SUHU DAN PERSEN TUTUPAN TAJUK TERHADAP

JUMLAH INDIVIDU KATAK POHON BERGARIS (Polypedates leucomystax)


DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I

Eka Safitri
Minat Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM),
Jln. Agro, Bulaksumur, Yogyakarta 552811

Laboratorium Satwa Liar, Pratikum Riset dan Manajemen Satwa Liar, Gadjah Mada (UGM),
Yogyakarta.

INTISARI

Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan hutan skunder yang dinamis, , artinya telah
mengalami berbagai perkembangan baik karena pemanfaatan lahan maupun gangguan yang
menyebabkan terjadinya perubahan suhu dan persen tutupan tajuk. Salah satu jenis satwa yang ada di
Hutan Pendidikan Wanagama adalah Polypedates leucomystax. Polypedates leucomystax adalah amfibi
yang merupakan hewan berdarah dingin dimana suhu tubuhnya sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Polypedates leucomystax berperan sebagai penyeimbang dalam rantai makanan dan sebagai
bio-indikator kesehatan lingkungan. Perkembangan lahan dan gangguan dapat menyebabkan
perubahan pada suhu dan persen tutupan tajuk yang membuat bertahan atau berkurangnya
Polypedates leucomystax. Oleh karena itu, perlu mengetahui pengaruh suhu dan persen tutupan tajuk
terhadap jumlah individu Polypedates leucomystax di Hutan Pendidikan Wanagama I. Metode yang
digunakan untuk mengetahui jumlah individu Polypedates leucomystax adalah metode kuadrat. Untuk
mengukur suhu digunakan thermohigrometer sedangkan untuk mengukur persen tutupan tajuk
menggunakan metode protocol sampling.
Metode analisis yang digunakan adalah uji regresi dengan program R-Statistic. Data suhu
dianalisis dengan tabulasi sedangkan persen tutupan tajuk dengan perhitungan persentase tutupan.
Berdasarkan hasil pengambilan data, hanya ditemukan 5 individu Polypedates leucomystax. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu dan persentase tutupan tajuk mempengaruhi jumlah individu Polypedates
leucomystax di Hutan Wanagama I dengan nilai signifikasi 0.05.

Kata kunci: Polypedates leucomystax, suhu, persen tutupan tajuk, Hutan Wanagama I

1
PENDAHULUAN

Katak pohon bergaris (Polypedates untuk amfibi adalah 24-29˚C pada siang hari
leucomystax) adalah amfibi berdarah dingin dan 18-24˚C untuk malam hari (Bredeer, 2009).
dimana kondisi tubuhnya sangat dipengaruhi Keberadaan air dan kelembaban merupakan
kondisi lingkungan (Iskandar, 1998). Katak faktor penting karena amfibi berkembang biak
pohon bergaris (Polypedates leucomystax) di lahan basah (Hall, 2007).
adalah salah satu jenis katak yang status
Hutan Pendidikan Wanagama I
perlindungannya tergolong least concern
merupakan hutan skunder yang memiliki
menurut IUCN Red List. Katak pohon bergaris
kekayaan biodiversitas 40 jenis fauna yang salah
masih banyak dijumpai di lingkungan namun
satunya adalah katak pohon bergaris (Pramono,
memiliki informasi yang sangat minim
2011). Hutan Pendidikan Wanagama I
(Gravenhorst, 1829). Katak pohon bergaris
merupakan hutan yang dinamis seiring dengan
biasanya memakan serangga sehingga berperan
perkembangan pemanfaatan lahan yang
penting dalam rantai makanan. Selain itu,
semakin kompleks dan adanya gangguan yang
Katak pohon bergaris memiliki peran penting
menciptakan iklim mikro tersendiri bagi Hutan
lainnya yakni sebagai bio-indikator kesehatan
Pendidikan Wanagama I. Perkembangan yang
lingkungan karena mempunyai kemampuan
terjadi disebabkan oleh adanya pemanfaatan
beradaptasi yang tinggi terhadap kerusakan
lahan berupa bertani, merencek, merumput.
lingkungan (Iskandar, 1998). Katak pohon
Selain itu adanya pembangunan jalan,
bergaris hidup pada hutan primer dan hutan
jembatan dan bangunan di Hutan Pendidikan
sekunder (di vegetasi bagian bawah) dan kolam
Wanagama I. Sedangkan gangguan yang ada
– kolam kecil (Mistar, 2008).
adalah seperti adanya kebakaran yang melahap
Katak pohon bergaris merupakan sekitar 3 Ha Hutan Pendidikan Wanagama I.
hewan arboreal yang banyak melakukan Perkembangan dan gangguan tersebut dapat
aktivitas di atas vegetasi atau daun-daun pohon merubah suhu dan tutupan tajuk Hutan
yang lembab (Das, 2010). Vegetasi dan daun Pendidikan Wanagama I yang berimplikasi
lembab ini disebabkan karena adanya apakah bertahan, berkurang atau seleksinya
penutupan tajuk menentukan seberapa besar keberadaan Katak pohon bergaris. Oleh karena
cahaya matahari yang dapat masuk ke habitat. itu perlu dilakukan penelitian untuk
Selain itu, penutupan tajuk mempengaruhi mengetahui pengaruh suhu dan persen
beberapa faktor abiotik antara lain, suhu udara, tutupan tajuk terhadap keberadaan Katak
kelembaban udara dan penetrasi cahaya pohon bergaris di Hutan Pendidikan
matahari (Harrison, 1961). Suhu yang tepat Wanagama I.

2
BAHAN DAN METODE

Bahan yang disiapkan dalam Jarak antar kuadrat dibuat masing-


penelitian ini adalah individu Katak masing 200 meter dan tersebar secara
pohon bergaris, vegetasi pada plot sistematis. Sementara kuadrat
pengamatan. Sedangkan alat yang pengamat berbentuk persegi dengan
digunakan tally sheet, tabung okuler, ukuran 20 meter x 20 meter.
dan thermohigrometer. Penelitian ini Pengamatan dilakukan selama 10
dilakukan pada tanggal 24 – 26 menit setiap plot pengamatan. Setiap
November 2017 di Hutan Pendidikan individu yang ditemukan saat
Wanagama 1, Gunung Kidul, pengambilan sampel di tiap kuadrat
Yogyakarta. Pengambilan data dikoleksi dengan metode
dilakukan pada tiap plot pada petak penangkapan langsung. Apabila tidak
pengamatan. Pengambilan data memungkinkan ditangkap, maka
dilakukan di petak untuk cukup dilakukan pengambilan
mengefesienkan waktu pengamatan. gambar dan menghitung jumlah
individu dari Katak Pohon Bergaris
Metode pengambilan data
(Polypedates leucomystax). Jumlah
jumlah individu katak pohon bergaris
individu Katak Pohon Bergaris
adalah dengan metode kuadrat
(Polypedates leucomystax) dianalisis
Penempatan titik awal kuadrat
dengan merekapitulasi jumlah
dilakukan secara random. Setelah itu,
kehadiran katak pohon bergaris dari
kuadrat diletakkan secara sistematis.
setiap plot pengamatan.
Arah jalur dibuat dari timur ke barat.

20 200m 20 200 m 20
m m m

200 200
m m

Gambar 2. Contoh rancangan plot metode kuadrat

3
Pengambilan data suhu dan membentuk tanda silang (+).
dilakukan dengan mengukur suhu Pengamatan dilakukan dengan melihat
menggunakan thermohigrometer pada keatas dari salah satu sisi tabung
setiap plot pengamatan dan dianalisis okuler. Apabila penutupan tajuk ≥ 50 %
dengan tabulasi. Sedangkan maka diberi tanda positif (+), dan
pengambilan data persen tutupan tajuk apabila penutupan tajuk < 50 maka
menggunakan metode Protocol diberi tanda negatif (-). Pengamatan
sampling yang berjumlah 20 titik , dilakukan melalui titik yang dibuat dari
dengan rincian 10 titik dari utara arah utara ke selatan (10 titik) dan
sampai selatan dan 10 titik dari barat barat ke timur (10 titik). Untuk
sampai timur. Pengambilan data mengetahui besarnya persentase
penutupan dapat dilakukan dengan tutupan tajuk per plot maka dianalisis
tabung okuler di semua plot dengan menggunakan rumus sebagai
pengamatan. Tabung okuler diberi berikut:
tanda/tali pada salah satu ujungnya
% / ℎ ℎ
ℎ ( +)
=
20
Kemudian hasil yang didapat kemudian × 100%
2. Cukup = penutupan
diklarifikasikan menurut presentase 40%-70%
tutupannya. Tingkat penutupan tajuk 3. Jarang = penutupan
berdasarkan Arief (2001) adalah sebagai kurang dari 40%
berikut:
1. Rapat = penutupan
lebih dari 70%

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengamatan jumlah individu 459.7 Ha menggunakan modifikasi
Katak pohon bergaris dilakukan pada metode kuadrat yang ukurannya 20 m x
petak 5, 6, 7, 13, 14, 16 di Hutan 20 m dengan jarak 200 m setiap plotnya
Pendidikan Wanagama I dengan luas dalam waktu 10 menit
.

4
a. Jumlah individu Katak Pohon Bergaris

Tabel 1. Petak dan individu Katak pohon


bergaris yang ditemukan di Hutan Pendidikan
Wanagama I

Jumlah
No Petak Plot
Individu
3 1
Berdasarkan hasil analisis statistik dari semua
1 5 8 3 variabel biotik dan abiotik nilai p-value yang
13 1 didapatkan tidak normal karena ada variabel
2 6 - 0 yang nilainya lebih kecil dari 0.05 sehingga
3 7 - 0 analisis statistik menggunakan Generalized
4 13 - 0 linier model.
5 14 - 0
Persamaan : Y= (-.0039235 ± 0.0615276) +
6 16 - 0
(0.0008612 ± 0.0009159) X1

Keterangan :
Dari data katak pohon bergaris yang ditemukan
di Hutan Pendidikan Wanagama I diketahui Y = Jumlah individu Katak pohon bergaris
bahwa Katak pohon bergaris ditemukan di
X1 = persen tutupan tajuk
petak 5 yaitu pada plot 3, 8, 13 dengan jumlah
masing-masing 1, 3, 1 . Jumlah individu Katak Dari uji yang dilakukan ada variabel yang

pohon bergaris yang ditemukan yakni sejumlah berpengaruh terhadap jumlah individu Katak

5 individu, sedangkan pada plot dipetak lainnya pohon bergaris di Hutan Wanagama I adalah

tidak ditemukan keberadaan katak pohon persen tutupan tajuk. Hal tersebut dapat

bergaris. diketahui berdasarkan hasil uji statistik dimana


ada persen tutupan tajuk yang memiliki
b. Kondisi Habitat
signifikasi lebih kecil dari 0,05.
Tabel. 2 Generalized linier model Suhu dan
Tabel 3. Uji Hosmer dan lemeshow
Persen tutupan tajuk
ujireg=glm(jml_plp~ttp_tjk+sh)
> summary(ujireg)
> ujieka=hoslem.test(ujireg$y,fitted(ujireg),g=10)
> ujieka
Call:
glm(formula = jml_plp ~ ttp_tjk + sh)
Hosmer and Lemeshow goodness of fit (GOF) test
Deviance Residuals:
Min 1Q Median 3Q Max
-0.11270 -0.07185 -0.04491 -0.01369 2.92925 data: ujireg$y, fitted(ujireg)
Coefficients: X-squared = 18.727, df = 8, p-value = 0.01639
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) -0.276588 0.525721 -0.526 0.600
ttp_tjk 0.001104 0.001030 1.072 0.286
sh 0.010158 0.019451 0.522 0.603

(Dispersion parameter for gaussian family taken to be 0.1014455) Uji Hosmer and Lemeshow dilakukan untuk
Null deviance: 10.769
Residual deviance: 10.652
on 107
on 105
degrees of freedom
degrees of freedom mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
AIC: 64.319
Number of Fisher Scoring iterations: 2
signifikan dari persen tutupan tajuk terhadap
> ujireg=glm(jml_plp~ttp_tjk)
> summary(ujireg)
jumlah individu Katak pohon bergaris. Dari uji
Call: yang dilakukan didapatkan nilai p-value 0.01639
yaitu lebih kecil daripada nilai signifikasi 0.05
glm(formula = jml_plp ~ ttp_tjk)
Deviance Residuals:
Min 1Q Median 3Q Max
-0.08219 -0.06928 -0.05205 -0.01330 2.93503

Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|) 5
(Intercept) -0.0039235 0.0615276 -0.064 0.949
ttp_tjk 0.0008612 0.0009159 0.940 0.349
(Dispersion parameter for gaussian family taken to be 0.1007495)
Null deviance: 10.769 on 107 degrees of freedom
Residual deviance: 10.679 on 106 degrees of freedom
AIC: 62.599
yang artinya Ha diterima yaitu ada perbedaan 13 dengan masing – masing jumlah individu
signifikan antara faktor yang berpengaruh
yakni 1, 3, dan 1 individu. Sedangkan pada petak
terhadap jumlah individu Katak pohon bergaris
di Hutan Pendidikan Wanagama I. lainnya tidak ditemukan Katak pohon bergaris.
Menurut Mistar (2008), Katak pohon bergaris
hidup pada hutan primer dan hutan sekunder
(di vegetasi bagian bawah) dan kolam – kolam
kecil. Katak pohon bergaris biasanya memakan
serangga sehingga berperan penting dalam
rantai makanan. Selain itu, Katak pohon
bergaris memiliki peran penting lainnya yakni
sebagai bio-indikator kesehatan lingkungan
karena mempunyai kemampuan beradaptasi
terhadap kerusakan lingkungan (Iskandar,
1998).

2. Kondisi Habitat
Gambar 1. Coplot pengaruh tutupan
tajuk terhadap katak pohon bergaris Faktor yang diukur dalam penelitian ini antara

Hasil analisis regresi dengan software lain persen penutupan tajukdan suhu.

R juga menunjukkan bahwa kerapatan Berdasarkan pengukuran yang dilakukan


Kelembaban memengaruhi jumlah individu didapatkan nilai yang beragam pada setiap
Katak pohon bergaris di Hutan Pendidikan petaknya. Faktor yang mempengaruhi jumlah
Wanagama I. Nilai kelembaban yang memiliki individu Katak pohon bergaris dapat diketahui
pengaruh terhadap jumlah individu Katak dengan melakukan analisis regresi dengan
pohon bergaris adalah 10 sampai 100 persen. menggunakan Generalized Linier Model.
PEMBAHASAN Analisis ini dilakukan karena nilai p-value hasil
1. Jumlah individu Katak pohon bergaris statistik menunjukkan nilai yang tidak normal

Penelitian mengenai pengaruh faktor yaitu lebih kecil dari 0.05. Variabel– variabel

biotik dan abiotik terhadap jumlah individu yang digunakan adalah variabel dari suhu dan

Katak pohon bergaris ini dilakukan di enam persen tutupan tajuk meliputi variabel X atau

petak di Hutan Pendidikan Wanagama I yaitu, Variable Independent dan jumlah individu

pada petak 5, petak 6, petak 7, petak 13, petak Katak pohon sebagai Variable Dependentatau

14, dan petak 16 dengan jumlah plot variabel Y. Berdasarkan hasil analisis statistik,

pengamatan 116 plot menggunakan metode faktor yang berpengaruh terhadap jumlah

kuadrat. Jumlah Katak pohon bergaris yang individu Katak pohon bergaris di Hutan

ditemukan di Hutan Pendidikan Wanagama I Pendidikan Wanagama I dengan tingkat

adalah sejumlah 5 individu yang ditemukan signifikan 0.05 adalah persen tutupan tajuk,

pada petak 5. Dari total plot yang ada Katak sehingga diperoleh persamaan : Y =. Y= (-

pohon bergaris ditemukan pada plot 3, 8, dan .0039235 ± 0.0615276) + (0.0008612 ± 0.0009159)

6
X1 dengan Y = Jumlah individu Katak pohon ditemukan pada vegetasi yang rendah berupa
bergaris dan X1 = persen tutupan tajuk. daun – daun yang lembab. Hal ini
menunjukkan Katak pohon bergaris masih
Persen tutupan tajuk, berpengaruh pada
dapat bertahan pada petak 5 dengan adanya
keberadaan Katak pohon bergaris karena
gangguan dan pengembangan pemanfaatan
persen tutupan tajuk mempengaruhi intensitas
Hutan Wanagama I sebagai lahan untuk
cahaya matahari yang masuk ke hutan, semakin
merencek, merumput, pertanian dan
tertutup maka di dalam hutan akan semakin
agroforestry yang menciptakan iklim mikro
lembab, Katak adalah hewan arboreal yang suka
pada faktor biotik dan abiotik yang terdapat di
beraktivitas ditempat yang lembab pada daun –
Hutan Wanagama I.
daun . nilai persen tutupan tajuk yang ada pada
petak 5 ditemukannya katak pohon bergaris KESIMPULAN
adalah 80 – 100 % sehingga memungkinkan Jumlah individu katak pohon bergaris yang di
untuk katak pohon bergaris memilih habitat temukan di Hutan Pendidikan Wanagama I
adalah 5 individu. Persen tutupan tajuk
seperti pada petak 5. Suhu di Hutan Pendidikan
berpengaruh terhadap katak pohon bergaris
o karena mempengaruhi kelembaban suatu
Wanagama I berkisar 25 - 27,5 C. Suhu ini
tempat dan katak pohon bergaris biasanya
tidak berpengaruh disebabkan beberapa hal beraktivitas pada tempat lembab.
seperti cuaca yang terkadang mendung dan
SARAN
terkadang panas serta pengukuran suhu tidak
perlu mempertahankan keberadaan vegetasi
diukur diwaktu yang sama sehingga
yang ada di Hutan Pendidikan Wanagama I
menyebabkan nilainya kurang representatif.
agar kelembaban hutan tersebut dapat terjaga.
Suhu yang tepat pada Katak pohon bergaris
adalah 24-29˚C pada siang hari dan 18-24˚C DAFTAR PUSTAKA
untuk malam hari (Bredeer, 2009). Di Indonesia Alikodra, H. S. 1979. Konservasi Alam dan
rata-rata penurunan suhu udara sekitar 0,5 ─ Pengelolaan Margasatwa. Bagian III
o (Pengelolaan Margasatwa). Jurusan
0,6 setiap kenaikan 100 meter (Handoko,
1995), karena kondisi ketinggian tempat juga Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB. Bogor.
hampir sama jadi suhu tidak berpengaruh
Berry, P.Y. 1975. The Amphibians Fauna of
terhadap keberadaan katak pohon bergaris.
Penincular Malaysia. Kuala Lumpur: Tropical
Berdasarkan penelitian kondisi plot 1, Pr. 130 p.
8, dan 13 pada petak 5 mempunyai persen
Das I. 2010. A Field Guide to the Reptiles of
tutupan tajuk masing – masing 100, 80, 100 %.
South-East Asia. New Holland (UK): London
Persen tutupan tajuk berelasi dengan kerapatan
vegetasi di Petak 5 dibuktikan dengan Katak Feng, A. S., and P. M. Narins. 1991. Unusual

pohon bergaris yang ditemukan di lapangan mating behavior of Malaysian Treefrogs

berada pada vegetasi rapat tingkat semai dan Polypedates leuconlystax.

lembab. Sesuai dengan teori Katak pohon Naturwissenschaften 78:362 365.

bergaris adalah hewan arboreal yang biasanya

7
Halliday T dan Adler K. 2000. The Encyclopedia Borneo Orang utan Survival
of Reptiles and Amphibians. New York: Facts Foundation.
on File
Nazaruddin, 1996. Penghijauan Kota, Penebar
Harrison, T. 1961. Niah’s new cave-dwelling Swadaya, Jakarta, 120 Hal.
Gecko: habits. Sarawak Mus Jour 8:277-
Pramono, A. T. 2010. Hutan Wanagama.
282.
http://www.jogjatrip.com/id/543/hutan
Hofrichter, R. 2000. The Encyclopedia of -wanagama. Diakses pada Kamis
Amphibians. Weltbild Verlag GmbH. 16November 2017 pukul 21.55 WIB.
Augsburg. 264.
Roy, D. 1997. Communication Signals and
Inger, R. F and R. B. Stuebing. 1997. A Field Sexual Selection in Amphibians.
Guide to The Frogs of Borneo. Natural Current Science 72 12): 923-927.
History Publications. Sabah.
Suhardi, 2014. Pengaruh Beberapa Model
Irawan, F. 2008. Preferensi Habitat Berbiak Pengelolaan Lahan Tanaman Kakao Terhadap
Katak Pohon Bergaris (Polypedates Aliran Permukaan. Jurnal AgriTechno (Vol. 7
Leucomystax Gravenhorst 1829) di No. 1, September 2014). ProgramStudi
Kampus IPB Dramaga Bogor. Bogor : Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian,
Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.Bogor.
IPB. Soeseno, O. H. 1985. Pemuliaan Pohon. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Irwan, Z. D. 1992. Prinsip- Prinsip Ekologi dan
Yogyakarta.
Organisasi Ekosistem Komunitas dan
Lingkungan.Jaya Ilmu CV. Jakarta.

Irwanto, 2006. Analisis Strukutur dan Komposisi


Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan
Hutan Lindung Pulau M,arsegu,
Kabupaten Seram Barat, Propinsi
Maluku. Yogjakarta:UGM. hlm.1-5.

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi


Kawasan Ekosistem Leuser. Bogor: The
Gibbon Foundation & PILI-NGO
Movement.

Mistar. 2008. Panduan Lapangan Amfibi &


Reptil di Areal Mawas Propinsi
Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan
Lindung Beratus). Kalimantan : The

Anda mungkin juga menyukai