Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH KERAPATAN SEMAI DAN KERAPATAN POHON TERHADAP

JUMLAH INDIVIDU BURUNG TEKUKUR BIASA (Streptopelia chinensis)


DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA 1

Eka Safitri
Minat Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Jln.
Agro, Bulaksumur, Yogyakarta 552811

Laboratorium Satwa Liar, Pratikum Riset dan Manajemen Satwa Liar, Gadjah Mada (UGM),
Yogyakarta.

INTISARI
Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan hutan rehabilitasi yang memiliki potensi sebagai
habitat berbagai macam jenis burung. Kondisi hutan rehabilitasi yang berbeda dengan hutan alam tentu
akan berpengaruh terhadap jumlah individu burung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Kerapatan pancang dan kerapatan pohon terhadap ukuran populasi Burung Tekukur Biasa.
Metode pengambilan data burung menggunakan metode point count sejumlah 116 point dengan
penempatan menggunakan sistem sytematic sampling with random start. Pengambilan data kerapatan
vegetasi dilakukan dengan metode nested sampling. Data dianalisis menggunakan software R-Statistic.
Hasil penelitian yang dilakukan ditemukan 10 individu burung tekukur. Hasil penelitian menunjukan tidak
terdapat seleksi habitat yang berpengaruh dengan tidak adanya pengaruh kerapatan semai dan kerapatan
pohon terhadap jumlah individu Burung Tekukur Biasa di Hutan Pendidikan Wanagama I.

Kata kunci: Tekukur Biasa, kerapatan pancang, kerapatan pohon, Hutan Pendidikan Wanagama I

1
PENDAHULUAN

Burung Tekukur Biasa (Streptopelia petak memiliki pengelolaan yang berbeda


chinensis) merupakan salah satu jenis sehingga vegetasi semakin beragam dengan
burung dari suku Columbidae yang kerapatan vegetasi yang berbeda.Vegetasi
ditemukan di Hutan Pendidikan Wanagama yang berada di kawasan hutan memberi
I. Burung Tekukur Biasa adalah jenis burung peran yang penting untuk kehidupan
pemakan biji-bijian yang menyukai kawasan burung. Habitat yang ada merupakan
terbuka dengan kanopi pohon yang tidak bagian penting bagi distribusi dan jumlah
terlalu rimbun sebagai tempat beraktivitas burung (Bibby et all., 2000).
dan mencari makan. Saat ini, Burung
Hutan Pendidikan Wanagama I
Tekukur Biasa menghadapi ancaman
merupakan hutan yang memiliki vegetasi
perburuan untuk diperdagangkan karena
yang cukup rapat dan banyak dimanfaatkan
suaranya yang merdu serta bulunya yang
oleh masyarakat sekitar. Pertanian di bawah
indah. Hal ini menyebabkan kondisi
tegakan, perencekan, merumput, dan
populasinya saat ini sudah mulai menurun
aktivitas lain makin marak dilakukan
sehingga perlu mendapat perhatian dalam
masyarakat di sekitar maupun di dalam
perlindungan dan pengelolaannya (Kehati
kawasan. Walau demikian, kondisi Hutan
DIY, 2016).
Pendidikan Wanagama I masih memberi
Kehadiran suatu jenis satwa tidak habitat bagi burung yang bertahan.
terlepas dari kesesuaian habitat dalam Komponen-komponen habitat setelah
memenuhi kebutuhan hidup satwa. Habitat terjadi perubahan trend kelola dan aktivitas
terdiri dari satu kesatuan komponen biotik diperkirakan mempengaruhi jumlah
dan abiotik sebagai tempat hidup dan individu Tekukur Biasa. Oleh sebab itu,
berkembangbiak (Alikondra, 1990). Habitat perlu dilakukan penelitian untuk
Burung Tekukur Biasa berupa hutan, mengetahui pengaruh kerapatan semai dan
perkebunan, dan persawahan. Burung kerapatan pohon terhadap jumlah individu
Tekukur Biasa menyukai daerah terbuka Burung Tekukur Biasa di Hutan Pendidikan
berumput dan pohon-pohon dengan kanopi Wanagama I.
yang tidak terlalu rimbun untuk bertengger
BAHAN DAN ALAT
sehingga tutupan tajuk diperkirakan akan
berpengaruh terhadap jumlah individu Bahan yang disiapkan untuk penelitian
ini adalah tallysheet data burung dan tallysheet
Burung Tekukur Biasa (Mackinnon et al., data vegetasi. Untuk peralatan penelitian
1998). Pada perkembangannya Hutan menggunakan binocular dan Roll meter.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-12
Wanagama I yang terdiri dari berbagai November 2017 di hutan pendidikan wanagama I,

2
Gunung Kidul Yogyakarta. Metode pengambilan berikut desain penelitian metode nested sampling
data dengan menggunakan point count dengan
cara ditentukan 116 plot pada petak secara
sistmatik dengan jarak antar titik berjarak 200 m
dan radius 50 m. Tidak boleh kurang dari 200 m
supaya tidak ada individu burung terhitung lebih
dari sekali (double count). Pada saat berada di
plot, Periode waktu yang digunakan adalah 10
menit. dan pengukuran vegetasi yang berada di
dalam plot pengamatan. menggunakan metode
nested sampling, yang dilakukan dengan
pembuatan petak ukur dengan mula-mula dibuat
plot berukuran 1 x 1 m untuk pengamatan semai
dan plot 20 x 20 untuk tingkat pohon (tree). Plot Gambar 6. Desain nested sampling di
nested sampling diletakkan di dalam point lapangan
countsyang sudah dibuat dan dilakukan
pencatatan Analisis data jumlah individu burung
Desain plot penelitian yang dilapangan
tekukur biasa dilakukan dengan menjumlahkan
adalah sebagai berikut:
dan mengkompilasi Burung tekukur dari semua
petak pengamatan. Untuk menghitung
kerapatan vegetasi digunakan rumus:

jumlah indivdu jenis A


Kerapatan jenis A=
jumalh luas kuadrat

Kerapatan total=∑ kerapatantiap jenis

Seluruh data yang diperoleh di lapangan,


kemudian dianalisis dengan analisis regresi.
Analisis regresi dapat dilakukan dengan bantuan
software R, dimana populasi Burung Tekukur
Gambar 1. Desain Point Count. Desain
Biasa sebagai (Y) variabel yang dipengaruhi dan
Point Count. Pada desain point count,
faktor biotik dan abiotik sebagai (X) variabel
memiliki jarak antar plot sepanjang 200
yangmempengaruhi. Dengan rumus perhitungan
meter dengan radius 50 meter pada
sebagai berikut:
setiap plot.
Y = a + (bX1+bX2)

3
Dimana: X1 = kerapatan semai
Y=jumlah individu Burung Tekukur Biasa
X2 = Kerapatan pohon

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jumlah individu burung tekukur biasa Dari hasil analisis didapatkan bahwa tidak ada
pengaruh antara variabel dengan jumlah individu
Burung Tekukur Biasa di Hutan Pendidikan
No Petak Plot Jumlah Tekukur
Wanagama I.
1 5 13 1
2 5 14 1 Tabel. 3. Hasil Uji Hosmer dan Lemeshow
3 6 5 2
> ujieka=hoslem.test(ujireg$y,fitted(ujireg),g=10)
> ujieka
4 7 0 0 Hosmer and Lemeshow goodness of fit (GOF) test
5 13 8 1
data: ujireg$y, fitted(ujireg)
6 14 5 1
X-squared = 12.518, df = 8, p-value = 0.1295

7 14 7 2 Uji Hosmer and Lemeshow dilakukan


8 14 13 1 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
9 16 5 1 signifikan dari kerapatan pohon terhadap jumlah
Jumlah 10 individu Burung tekukur biasa. Dari uji yang
dilakukan didapatkan nilai p-value 0.1295yaitu
Pengamatan ini dilakukan di beberapa petak di lebih besar daripada nilai signifikasi 0.05 yang
kawasan Hutan Pendidikan Wanagama I yaitu artinya Ho diterima yaitu tidak ada perbedaan
signifikan antara faktor yang berpengaruh
petak 5, petak 6, petak, 7, petak 13, petak 14, dan terhadap jumlah individu Katak pohon bergaris
petak 16. di Hutan Pendidikan Wanagama I
2. Pengaruh kerapatan pancang dan
kerapatan pohon
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
dari faktor biotik dan abiotik lingkungan di
Hutan Wanagama I terhadap jumlah individu
Burung Tekukur Biasa, dilakukan Analisis Regresi
dengan hasil analisis sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil uji R-statistik Pengaruh Kerapatan
pancang dan kerapatan pohon
> ujireg=glm(jml_tkk~rpt_phn)
> summary(ujireg)

Call:
glm(formula = jml_tkk ~ rpt_phn)

Deviance Residuals:
Min 1Q Median 3Q Max Gambar 1. Coplot Pengaruh kerapatan pohon
-0.1898 -0.1898 -0.1617 -0.1241 3.8375
terhadap jumlah individu Burung tekukur.
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 0.1897984 0.0635631 2.986 0.00343 **
rpt_phn -0.0003753 0.0004513 -0.832 0.40733
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1 4
(Dispersion parameter for gaussian family taken to be 0.3009114)

Null deviance: 36.017 on 120 degrees of freedom


Residual deviance: 35.808 on 119 degrees of freedom
(2 observations deleted due to missingness)
AIC: 202.05
Ukur Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan,

. kerapatan vegetasi tingkat pancang memiliki rata


– rata 824.137931 sedangkan kerapatan pohon
memiliki rata – rata 87.28448276. kerapatan
vegetasi tidak berpengaruh terhadap jumlah
PEMBAHASAN
individu Burung tekukur biasa. Alikodra (1990),
a. Jumlah individu Burung tekukur Burung Tekukur Biasa cenderung mencari makan
biasa
di permukaan tanah. Penelitian Imanuddin
Penelitian ini dilakukan di Hutan
(2009) menyatakan bahwa beberapa spesies
Pendidikan Wanagama I pada tanggal 11
burung dapat melakukan adaptasi terhadap tipe
November 2017. Pengambilan data dilakukan
pakan dan kondisi habitatnya. Suatu wilayah
dengan membuat 116 plot yang dilakukan di 6
yang sering dikunjungi burung disebabkan
petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7, petak 13,
karena habitat tersebut dapat mensuplai
petak 14 dan petak 16. Berdasarkan hasil
makanan, minuman serta berfungsi sebagai
pengamatan diperoleh jumlah individu Burung
tempat berlindung/sembunyi, tempat tidur dan
Tekukur Biasa di Hutan Pendidikan Wanagama
tempat kawin (Alikodra, 2002). Hal ini
I sebanyak 10 individu Tekukur Biasa. Pada
menunjjukan jika di Hutan Pendidikan
petak 5 ada 2 individu, petak 6 ada 2 individu,
Wanagama I masih banyak di jumpai lahan datar
petak 7 tidak ditemukan, petak 13 ada 1
berupa pertanian dan terbuka yang dapat
individu, petak 14 ada 4 individu dan petak 16
menjadi tempat berlingdung dan mencari makan,
ada 1 individu.
maka Burung tekukur biasa akan memilih tempat
b. Pengaruh kerapatan pancang dan
seperti itu untuk beraktivitas. Burung tidak
kerapatan pohon
memilih pancang dan pohon selain tidak
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
menyukainya tempat yang rapat burung tekukur
adalah kerapatan pancang dan kerapatan pohon.
juga tidak biasa beraktivitas di vegetasi yang
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi,
tinggi seperti pohon dan pancang.
didapatkan tidak ada pengaruh diantara kedua
variable tersebut dengan jumlah individu Burung
KESIMPULAN
Tekukur Biasa di Hutan Pendidikan Wanagama I.
Jumlah individu Burung Tekukur Biasa di
Jumlah individu yang ditemukan berasal dari
Hutan Pendidikan Wanagama I berjumlah 10
enam petak dari tujuh petak, yang menunjukkan
ekor. Kerapatan pohon dan pancang tidak
terdapat satu petak tidak dijumpai Burung
berengaruh terhadap jumlah individu Burung
Tekukur Biasa.
Tekukur biasa di Hutan Pendidikan Wanagama I.
Burung Tekukur Biasa paling banyak
dijumpai pada petak 14 yaitu sejumlah 4 dan
yang terendah ada pada petak 7 yaitu 0.

5
SARAN MacKinnon J. Phillips K. Van Ballen B. 1998.
Burung-burung di Sumatera, Jawa,
Pemanfaatan lahan di Hutan Pendidikan
Bali dan Kalimantan (termasuk
Wanagama berupa pertanian sebagai habitat Sabah, Serawak, dan Brunei
burung tekukur dapat diertahankan namun, Darussalam). Puslitbang Biologi
LIPI. Jakarta.
dengan syarat pertanian yang dilakukan
Pudyatmoko, S. 2007. Riset dan Manajemen
dapat di kontrol dan sesuai kaidah yang ada Satwa Liar. Fakultas Kehutanan,
sehingga burung tekukur masih dapat Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
bertahan di Hutan Pendidikan Wanagama I. Putra, G.W, Sugeng P. H., dan Nuning N.I.
2014. Perilaku Harian Burung
Tekukur Biasa (Streptopelia
DAFTAR PUSTAKA
chinensis) di Lapangan Tenis
Alikodra, H. S. 1980. Dasar-Dasar Pembinaan Universitas Lampung. Jurnal Sylva
Marga Satwa. Fakultas Kehutanan. Lestari, Bandar Lampung, volume 2
Institut Pertanian Bogor. Bogor. (1): 93-100.
Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar.
Yayasan Penerbit Fakultas Widodo, W. 2009. Komparasi Keragaman Jenis
Kehutanan. IPB. Bogor. Burung-Burung di Taman Nasional
Alikodra. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Pusat Baluran dan Alas Purwo Pada
Antar Universitas Ilmu Hayati. Beberapa Tipe Habitat. Jurnal
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Berkala Penelitian Hayati, 1 (14): 113-
Hernowo, J.B. 1985. Studi Pengaruh Tanaman 124.
Pekarangan Terhadap
Keanekaragaman Jenis Burung
Daerah Pemukiman Penduduk
Perkampungan di Wilayah Tingkat II
Bogor. Skripsi. Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Hofrichter, R. 2000. The Encyclopediea of
Amphibians. Weltbuild. Augsburg.
http://kehati.jogjaprov.go.id/detail
post/burung-Tekukur Biasa. Diakses
pada tanggal 09 November 2017 pukul
12.05 pm, Yogyakarta.
Imanuddin. 2009. Komunitas burung di bawah
tajuk pada hutan primer dan hutan
sekunder di Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan [Tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Kurnia, I. 2012. Keanekaragaman spesies
burung dan amfibi pada lanskap di
dominasi manusia di wilayah Bogor
[Tesis]. Bogor (ID): Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai