PENDAHULUAN
Fungsiiniberjalandenganmengalirkanairlebihketujuanakhirnya
yaituperairanbebasyangdapatberupasungaidanmaupun laut,ke dalamnya air
lebih ini dapatdialirkan.Ini merupakanfungsi utama untuk
mencegahmenggenangnya airpadalahanperkotaan maupun didalam parit-parit
(saluran-saluran) perkotaan.
Di tinjau dari ketersediaan prasarana drainase kota yang ada saat ini,
terdapat indikasi bahwa tingkat kebutuhan sudah jauh diatas tingkat
penyediaan, utamanya untuk kota-kota yang sedang pesat mengalami proses
pembangunan.
Selain dari itu masalah banjir/genangan dapat pula disebabkan oleh karena
belum tertatanya dengan baik sistim drainase yang diperlukan, atau karena
kurang terpeliharanya sistim drainase yang telah ada.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka yang menjadi permasalahan
dalam perencanaan drainase adalah sebagai berikut :
1. Debit yang melimpah sehingga untuk dimensi salurannya tidak dapat
menampung dan mengalirkan debit yang ada.
2. Perencanaan sistem drainase yang tidak menyeluruh pada setiap daerah.
3. Kurangnya pemeliharan pada sistem drainase.
2
BAB II
KRITERIA PERENCANAAN
3
2.2 Kriteria Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi saluran adalah untuk mendapatkan situasi
memanjang dan melintang saluran serta situasi bangunan yang ada dan yang
akan direncanakan. Sebagai referensi untuk pelaksanaan pengukuran
topografi digunakan titik-titik tetap yang telah ada di kota yang bersangkutan.
Metode pengukuran yang dilakukan meliputi :
- Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta
- Pengukuran Water Pass (Levelling)
- Cross Section
- Pemasangan Bench Mark (BM)
2.2.1 Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta
Pengukuran ini pada base line yang dibuat disebelah saluran (pada
bahu jalan atau tanggul) melalui patok-patok dengan prosedur sudut
polygon diukur seri ganda (biasa/luar biasa) dengan menggunakan
Theodolith (To).
2.2.3Cross Section
Cross Section dilakukan setiap interval maximum 100 meter
dengan metode stadia survey dimana titik cross jalur sudah dikontrol
elevasinya dengan alat Automatic Levelling.
4
dalam tanah + 70 cm yang pangkalnya dibuat kaki (pondasi telapak)
bersilang untuk pemberat dan stabilitas.
2.2.5Titik Refrensi
Titik refrensi yang digunakan untuk pekerjaan Drainase adalah titik
tetap yang ada di dalam kota.
Tahap awal yang perlu dilakukan dalam pemilihan data curah hujan
yang akan dipakai dalam analisa adalah meneliti kualitas data curah
hujan, yakni mengenai lokasi pengamatan, lama pengamatan yang
didapat di Andal adalah lebih besar dari 15 tahun. Semakin banyak data
dan lebih lama periode pengamatan akan lebih akurat karena
kemungkinan kesalahan/penyimpangan bisa diperkecil.
5
2.3.2 Analisa Curah Hujan
2.3.2.1 Analisa Frekuensi
Analisa Frekuensi adalah analisa kejadian yang diharapkan
terjadi rata-rata sekali N tahun atau dengan kata lain periode
berulangnya sekian tahun. Metode analisa frekuensi yang diterapkan
pada perencanaan sistem drainase sangat lah bervariasi, namun pada
laporan ini ada 4 metode pendekatan yang dilakukan yakni
menggunakan metode Normal, Log Normal, Log Pearson type III,
dan Weduwen dari Ir.J.P. Der Weduwen. Rumus umum untuk
menghitung analisa frekuensi adalah :
a) Normal
Xtr = x + k. Sd
n
Sd=√ ∑ ¿ ¿ ¿
i=1
6
Tabel 2.1 : NILAI KTUNTUK DISTRIBUSI NORMAL
PUH PELUAN KT
G
10.014 0.999 -3.05
1.005 0.995 -2.58
1.01 0.99 -2.33
1.05 0.95 -1.64
1.11 9 -1.28
1.25 8 -0.84
1.33 0.75 -0.67
1.43 0.7 -0.52
1.67 0.6 -0.25
2 0.5 0
2.5 0.4 0.25
3.33 0.3 0.52
4 0.25 0.67
5 0.2 0.84
10 0.1 1.28
20 0.05 1.64
50 0.02 2.05
100 0.01 2.33
200 0.005 2.58
500 0.002 2.88
1000 0.001 3.09
b) Log Normal
Log XT = nilai Log dari besar aliran / curah hujan untuk periode ulang
tr tahun. Nilai KT pada metode Log Normal sama seperti pada metode
Normal. (Lihat Tabel 2.1)
7
G = Koefisien Kemencengan (Skewness)
Tabel 2.2 Tabel Faktor Frekuensi KT untuk distribusi Log Pearso III (G atau Cs)
d) Weduwen
R Maks II
RT = Mn
MP
8
Tabel 2.3 Koefisien Mn dan M
N Mn
p Mp
ͳൗ 0.238
ͷ
ͳൗ 0.262
Ͷ
ͳൗ 0.291
͵
ͳൗ 0.336
ʹ
1 0.41
2 0.49
3 0.541
4 0.579
5 0.602
10 0.705
15 0.766
20 0.811
25 0.845
30 0.875
40 0.915
50 0.948
60 0.975
70 1
80 1.02
90 1.03
100 1.05
sumber : soemarto (1987)
9
Pi = (0,21 Ln T – 0,52) (0,54 t0,25 – 0,50) P60(T)
Pi= presipitasi/intensitas curah hujan t menit dengan periode ulang T tahun
P60(T)=perkiraan curah hujan jangka waktu 60 menit denganperiode ulang T
tahun
Perhitungan intensitas curah hujan dengan data pengamatan jangka pendek
sesuai durasi dipakai rumus-rumus sbb :
a. Formula Talbot
a
I
t b
dimana :
(it )(i 2 ) (i 2 t )(i )
a
N (i 2 ) (i )(i )
(i )(it ) ( N )(i 2 t )
b
N (i 2 ) (i )(i )
b. Formula Sherman
a
I
tn
dimana :
(log i )(log t ) 2 (log t log i )(log t )
log a
N (log t ) 2 (log t )(log t )
(log i )(log t ) N (log t log i )
n
(log t ) 2 (log t )(log t )
c. Formula Ishiguro
a
I
t b
dimana :
(i t )(i 2 ) (i t )(i )
a
N (i 2 ) (i )(i )
(i )(i t ) N (i 2 t )
b
N (i 2 ) (i )(i )
I =Intensitas curah hujan (mm/menit)
10
t =lamanya curah hujan atau durasi (menit)
i =presitas/intensitas curah hujan jangka pendek t menit.
a,b.n =konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan
N =Jumlah pengamatan
Seandainya data curah hujan pengamatan jangka pendek tidak
didapat pada daerah perencanaan, maka analisa intensitas curah hujan
dapat dilakukan dengan menggunakan data curah hujan pengamatan
maksimum selama 24 jam dan selanjutnya dihitung dengan memakai
formula Dr. Mononobe.
2/3
R 24
I 24
24 t
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu hujan atau durasi (menit)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
11
2.3.4 Periode Ulang
Metropolitan 1–2 2– 5 5 – 10 10 – 25
Kota Sangat 1 1 -
Kecil
12
2.3.5.1 Metode Normal
Rumus:Xtr = x + k. Sd
n
Sd =
√∑
i=1
¿¿¿¿
dimana :
Xt = Besaran yang diharapkan terjadi dalam t tahun
X = Harga pengamatan rata-rata
K = Faktor frekuensi (pada metode normal terdapat pada table gauss)
xi = data pada tahun ke-i
n = Jumlah data
Sd = Standart deviasi
dimana :
Log Xt = Besaran yang diharapkan terjadi dalam t tahun (dalam Log)
13
n
G = n∑ ¿¿¿¿
i=1
dimana :
Log Xt = Besaran yang diharapkan terjadi dalam t tahun
(dalam Log)
dimana:
Rn = Curah hujan dengan periode ulang n tahun
Mn = Koefisien perbandingan curah hujan dengan
periode ulang n
Mp = Koefisien perbandingan curah hujan dengan
periode ulang
R maks II = Curah hujan maksimum kedua
14
Debit puncak dapat diformulasikan sebagai berkut:
Qhujan= 0,278 . C. I A
Qlimbah = Pa.Qb.Kp.A
Q = Qhujan + Qlimbah
Dimana :
Q =Debit puncak rencana (m3/detik)
Qlimbah = Debit limbah dari area yang ditinjau (mm/jam)
Qhujan = Debit yang terjadi karena hujan (mm/jam)
I = Intensitas (mm/jam) diperoleh dari IDF curve
berdasarkan waktu konsentasi.
A = Luas catchment area (km2)
Pa = Persentase air limbah (%)
Qb = tinggi pemakaian air berih (Lt/org/hari)
Kp = Tingkat Kepadatan Penduduk (org/ha)
15
Tabel 2.5 : Besarnya Koefisien Pengaliran
Karakteri
Kondisi Koefisien stik Koefisien
Pusat 0,70 - Permuka 0,70 –
Perdaganga 0,95 an Aspal 0,95
n
Lingkungan 0,50 – Permuka 0,80 –
Sekitar 0,70 an Beton 0,95
Rumah- 0,30 – Permuka 0,70 –
Rumah 0,50 an Batu 0,85
Tinggal Buatan
Kompleks 0,40 – Permuka 0,15 –
Perumahan 0,60 an 0,35
Kerikil
Daerah 0,25 – Alur 0,10 –
Pinggiran 0,40 Setapak 0,85
Apartemen 0,50 – Atap 0,75 –
0,70 0,95
Industri 0,50 – Lahan 0,05 –
Berkemban 0,80 Tanah 0,10
g Berpasir
Industri 0,60 – Kemiring 0,10 –
Besar 0,90 an 2 % 0,15
Taman 0,10 – Kemiring 0,15 –
Pekuburan 0,25 an 2 s/d 7 0,20
%
Taman 0,10 – Bertrap 7 0,13 –
Bermain 0,25 % 0,17
Lapangan 0,25 – Lahan 0,18 –
dan Rel 0,40 tanah 0,22
Kereta keras
kemiring
an
2%
Daerah 0,10 – Kemiring 0,25 –
Belum 0,30 an rata- 0,35
berkembang rata 2 s/d
7%
Berturap
16
tc = to + td (menit)
Dimana :
to = waktu pengaliran air pada permukaan tanah dapat
dianalisa dengan gambar.
td = waktu pangaliran pada saluran, besarnya dapat
dianalisa dengan rumus:
1
td = x L1/V
3600
Dimana:
L1 = jarak alirandari tempat masuknya air sampai ke
tempat yang dituju (m)
V = Kecepatan aliran ( m/dtk)
Lo 0.77
t0 = 0.0195 x ( ¿
√S 0
Dimana :
Lo = Jarak aliran terjauh diatas tanah hingga saluran
terdekat (m)
S0 = Kemiringan permukaan tanah yang dilalui aliran
diatasnya
17
Besarnya koeffisien kekasaran Manning (n) diambil :
- Pasangan batu kali/gunung tidak diplester 0,20
- Pasangan batu kali/gunung diplester 0,018
- Tanah 0,025
18
2.1 Bentuk Saluran Trapesium
19
2.4.1.7 Bentuk dan Dimensi Gorong – Gorong
Tipikal saluran yang digunakan dalam merencanakan
saluran gorong-gorong adalah segiempat.Perhitungan dimensi
gorong – gorong adalah sebagai berikut.
Q
A=
V
b
h = 2
3 √3
P = b + 2h
W = 30% h
h
R =
2
hf1 = ℇ masuk x ¿ ¿
hf2 = ¿¿
hf3 = ℇ keluar x ¿ ¿
hftotal = hf1+ hf2 + hf3
20
BAB III
METEDOLOGI PERENCANAAN DRAINASE
21
5. Analisis probabilitas yaitu dengan mengurutkan data terbesar hingga
terkecil, penggambaran posisi (ploting position), memakai distribusi
normal,log normal, log person type III.
6. Analisis frekuensi distribusi curah hujan rencana, yaitu memakai analisi
distribusi normal,distribusi log normal,distribusi log person type III.
7. Melakukan uji kesesuain dengan metode chi kuadrat dan metode smirnov-
kotmogorof (secara analitis) dengan memakai distribusi normal,distribusi
log person type III, dan distribusi log normal.
8. Perhitungan intensitas curah hujan, dengan menggunakan rumus
DR.Mononobe, dengan priode ulang 5 Tahun, 10 Tahun, 15 Tahun, 25
Tahun, dan 50 Tahun.
9. Perhitungan debit rencana saluran
10. Perhitungan dimensi saluran.
11. Merencanakan rencana anggaran biaya (RAB)
12. Membuat gambar rencana saluran berdasarkan data yang didapatkan dari
perhitungan sebelumnya.
22