Anda di halaman 1dari 92

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Sosiologi Skripsi Sarjana

2018

Peran Keluarga (Orang Tua) dalam


Upaya Penanggulangan Anak Pecandu
Narkoba (Studi di Desa Bandar
Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang)

Astuti, Tantri Widia


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5815
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERAN KELUARGA (ORANG TUA) DALAM UPAYA
PENANGGULANGAN ANAK PECANDU NARKOBA

(Studi di Desa Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten


Deli Serdang)

Skripsi

Disusun Oleh:

Tantri Widia Astuti

130901034

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penulisan skripsi dengan judul “Peran Keluarga (Orang Tua) dalam


Upaya Penanggulangan Anak Pecandu Narkoba (Studi di Desa Bandar
Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)” ini bertujuan
untuk melihat bagaimana peran orang tua dalam upaya menanggulangi anaknya
yang merupakan seorang pecandu narkoba. Di wilayah Desa Bandar Khalipah
tersebut sudah sering sekali terjadi kasus penangkapan pengguna maupun
pengedar narkoba. Hal ini terlihat sangat memprihatikan karena melibatkan
masyarakat dari usia anak-anak hingga kepada usia dewasa. Oleh karena itu peran
keluarga sangat dibutuhkan untuk dapat menanggulangi permasalahan anak
pecandu narkoba tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara
mendalam, serta studi kepustakaan. Teknik pengambilan informan dilakukan
dengan cara Snowball, adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam
penelitian ini adalah keluarga dari anak pecandu narkoba. Interpretasi data
dilakukan dengan mengolah data yang didapatkan dari catatan maupun hasil
wawancara yang dilakukan di lapangan.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa terdapat beberapa upaya-upaya
keluarga (orang tua) dalam menanggulangi anak pecandu narkoba. Salah satunya
adalah memaksimalkan fungsi-fungsi keluarga yakni: fungsi afeksi, fungsi
perlindungan, dan fungsi pendidikan agama. Akan tetapi, upaya tersebut ternyata
tidak membuahkan hasil yang maksimal dan bahkan ada juga yang memiliki
kendala dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga tersebut. Selain itu para orang
tua juga berupaya untuk mengobati anak pecandu narkoba tersebut sesuai dengan
kesanggupannya masing-masing. Dalam hal ini mereka cenderung lebih memilih
pengobatan alternatif seperti pergi ke dukun ataupun ke tempat pengobatan
tradisional dibandingkan dengan berobat secara medis ataupun panti rehabilitasi.
Faktor ekonomi dan tingkat pengetahuan yang rendah menjadi penyebab utama
pilihan itu. Padahal pemerintah memiliki upaya rehabilitasi khusus pecandu
narkoba yang diwewenangi oleh Badan Narkotika Nasional. Masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui hal tersebut dan juga menerima informasi
yang keliru. Kurangnya sosialisasi di lingkungan masyarakat oleh BNN menjadi
salah satu penyebab lambatnya penanggulangan anak pecandu narkoba di Desa
Bandar Khalipah tersebut.

Kata Kunci: Peran Orang Tua, Penanggulangan Anak Pecandu Narkoba

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan karunianya terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Peran Keluarga (Orang Tua)

dalam Upaya Penanggulangan Anak Pecandu Narkoba”. Penelitian ini

dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana strata 1 dari

Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sumatera Utara.

Dalam proses penulisan skripsi tersebut, penulis telah banyak menerima

bimbingan, nasehat,dan dukungan baik itu secara moril ataupun material dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik

sekaligus Pembimbing Skripsi penulis selama ini di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan masukan kepada penulis

sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Dr. Harmona Daulay, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Hadriana Marhaeni Munthe, M.Si selaku Penguji Skripsi yang telah

memberikan banyak masukan yang bermanfaat untuk kemajuan penulisan

skripsi saya.

ii

Universitas Sumatera Utara


5. Terima Kasih yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada Orangtua

penulis, Bapak Triyono dan Ibu Irma Suryani Siregar yang selalu setia

mendampingi, mendoakan, memberikan dukungan, dan kasih sayang yang

begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan

mendapatkan gelar Sarjana strata 1.

6. Seluruh informan penelitian yang telah bersedia meluangkan waktunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan mendapatkan

kemudahan dalam penulisan skripsi.

7. Teman-teman terbaik saya di bangku perkuliahan, M. Ridho Rahmanda Nst,

Christine Aprilia Panjaitan, Dwi Rahmayani, Safriadi, Surya Hartono,

Ardiansyah, Harry Putra Pratama, Azura Muesera, Sari Warna Tanjung, Tari

Putri dan Astri Rahma Sari, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini,

setiap momen suka duka yang telah kita alami selama masa perkuliahan

semoga menjadi kenangan manis untuk kita dan penulis yakin kita semua pasti

sukses ke depannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap

skripsi ini dapat berguna untuk para pembaca khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, 08 Juni 2018


Penulis

Tantri Widia Astuti


NIM: 130901034

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL, MATRIKS, DAN BAGAN ............................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
1.5. Definisi Konsep .......................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tindakan Sosial Max Weber..................................................................... 10


2.2. Teori Kontrol Sosial Travis Hirschi .......................................................... 12
2.3. Konsep Keluarga dan Fungsi Keluarga..................................................... 16
2.4. Anak Pecandu Narkoba............................................................................. 18
2.5. Peran Orang Tua terhadap Anak Pecandu Narkoba.................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian............................................................................................26


3.2 Lokasi Penelitian.........................................................................................26
3.3 Unit Analisis dan Informan.........................................................................27
3.4 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................28
3.5 Jenis dan Sumber Data ................................................................................30
3.6 Interpretasi Data ..........................................................................................30

iv

Universitas Sumatera Utara


BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 32


4.2. Kondisi Sosial Ekonomi Desa Bandar Khalipah ...................................... 36
4.3. Profil Informan.......................................................................................... 37
4.4. Upaya Keluarga (Orang Tua) Dalam Menanggulangi Anak Pecandu
Narkoba di Desa Bandar Khalipah Kecamatan
Percut Sei Tuan Deli Serdang ................................................................... 46
4.5. Tindakan Sosial Keluarga dalam Menanggulangi Anak Pecandu
Narkoba ..................................................................................................... 64
4.6. Kebijakan Rehabilititasi Terhadap Anak Pecandu Narkoba Belum
Menjadi Pilihan Orang Tua di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut
Sei Tuan Deli Serdang .............................................................................. 67

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 75


5.2. Saran.......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77


LAMPIRAN..................................................................................................... 80

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL, MATRIKS, DAN BAGAN

Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ................................ 33


Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Desa Bandar Khalipah Berdasarkan Agama ..... 33
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Etnis/suku ............................ 34
Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ....................... 35
Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ......................... 36
Matriks 4.6. Upaya Orang Tua dalam Penanggulangan Anak Pecandu .......... 64
Matriks 4.7. Kebijakan Rehabilitasi Gratis Belum Menjadi Pilihan................ 74

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Secara sosiologis, penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang

disadari berdasarkan pengetahuan atau pengalaman sebagai pengaruh langsung

maupun tidak langsung dari proses interaksi sosial, dimana penggunaan narkoba

melanggar norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu,

penyalahgunaan narkoba tersebut terjadi karena sosialisasi yang kurang tepat

(Hardiansyah, 2014). Penyalahgunaan Narkoba adalah salah satu masalah yang

dihadapi saat ini. Kasus penyalahgunaan narkoba banyak sekali terjadi di

Indonesia, contohnya saja di Desa Bandar Khalipah.Penyalahgunaan narkoba di

Desa Bandar Khalipah sudah pada tahap yang memprihatinkan. Hampir setiap

malam pecandu narkoba berkeliaran di sekitar pemukiman warga Desa Bandar

Khalipah, banyak laporan dari warga bahwa pecandu narkoba sering

menggunakan lahan rumah-rumah warga untuk bertransaksi narkoba, buktinya

banyak ditemukan alat-alat bekas penggunaan narkoba yang ditinggalkan oleh

pecandu narkoba usai mereka menggunakan narkoba seperti bong alat penghisap

sabu-sabu dan lain-lain.

Kasus penangkapan bandar-bandar narkoba juga sudah sering terjadi di

lingkungan Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang. Kasus penangkapan pecandu narkoba usia remaja hingga usia dewasa

juga sudah beberapa kali terjadi hingga tahap dimasukan kepada penahanan di

Universitas Sumatera Utara


penjara. Kasus-kasus overdosis akibat dari penggunaan narkoba hingga terjadinya

kematian juga pernah terjadi di lingkungan Desa Bandar Khalipah tersebut.

Dalam keadaan memprihatinkan ini peran masyarakat luas hingga yang

paling inti yaitu keluarga sangat dibutuhkan. Keluarga merupakan bagian

masyarakat terkecil yang memiliki fungsi sebagai sarana sosialisasi dan

mengedukasi anggota-anggota keluarga lainnya sehingga anggota keluarga

tersebut dapat menjalani kehidupan kesehariannya dengan baik dan benar sesuai

dengan nilai dan norma yang berlaku. Menurut Maulani (2010) “Peran keluarga

(orang tua) adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah, ibu dalam bekerja

sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan

anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap

stimulus tertentu baik berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta

emosional anak yang mandiri”. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud

peranan keluarga adalah pola tingkah laku dari anggota keluarga seperti ayah, ibu

dan anak berupa tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing

anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk

siap dalam kehidupan bermasyarakat. Peran keluarga terutama dari orang tua

dalam kasus penyalahgunaan narkoba pada anak diharapkan tidak hanya sampai

dalam konteks pencegahan saja, melainkan seperti di dalam penelitian ini jika

anak sudah terjerumus kedalam penyalahgunaan narkoba, orang tua di tuntut

untuk membimbing anak keluar dari kecanduan narkoba.

Dalam hal upaya pemberantasan penggunaan narkoba, keluarga tentunya

memiliki peranan yang sangat penting untuk mengawasi anggota keluarga yang

lain sehingga tidak terjerumus ikut menggunakan zat-zat terlarang tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Peranan keluarga sangat dibutuhkan, karena banyak sekali kasus-kasus

penyalahgunaan narkoba yang terjadi pada anak diakibatkan oleh kurangnya

perhatian keluarga terhadap pergaulan anak sehingga anak jarang sekali

mendapatkan perhatian lebih dalam membatasi pergaulannya. Terkadang

kesibukan orang tua tanpa disadari mempengaruhi pergaulan anak dan hal itu

mempengaruhi rentannya anak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.

Padahal seperti yang kita ketahui orang tua adalah orang pertama tempat

sosialisasi primer dalam pembinaan anak, sehingga peran orang tua sangat

dibutuhkan dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian anak. Terhadap

anak yang sudah terlanjur menggunakan narkoba peran orang tua sangat

dibutuhkan, yaitu orang tua diharapkan memainkan perannya lewat kontrol sosial

orang tua, agar anak bisa kembali pulih dari kecanduannya terhadap narkoba.

Pergaulan pada lingkungan yang salah menjadi salah satu penyebab

terjerumusnya anak menjadi pecandu narkoba. Apabila sudah terjadi, artinya pada

salah satu anggota keluarga kita sudah terjerumus menjadi pecandu narkoba.

Tentunya dibutuhkan upaya-upaya yang kuat dalam menanggulangi penyakit

maupun perilaku dari anak pecandu terkait. Salah satu upayanya adalah dengan

cara melaporkan kasus pecandu narkoba tersebut kepada institusi resmi negara,

dalam hal ini adalah BNN (Badan Narkotika Nasional). BNN merupakan sebuah

lembaga resmi bentukan pemerintah dalam upaya pengentasan narkoba di

kalangan masyarakat di Negara Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 35

tahun 2009 tentang Narkotika dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2011

tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika untuk menjalani rehabilitasi

medis maupun rehabilitasi sosial. BNN memiliki berbagai macam program dalam

Universitas Sumatera Utara


upaya penanggulangan anak pecandu narkoba, salah satunya dengan mendirikan

panti rehabilitasi bagi anak pecandu narkoba. Panti rehabilitasi tersebut berfungsi

untuk mengobah pola perilaku si anak dan melakukan pengobatan secara medis

tergantung dengan tingkat kecanduan daripada si pecandu tersebut.

Peredaran narkoba yang terus meningkat ini tidak hanya terjadi di kota-

kota besar, narkoba juga sudah merusak kehidupan di kalangan masyarakat desa,

seperti halnya yang terjadi di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang. Desa Bandar Khalipah merupakan desa yang memiliki

luas wilayah 7,25 (Km2) dengan jumlah penduduk 40.724 jiwa. Bedasarkan data

desa tahun 2015 yang ada secara umum penduduk Desa Bandar Khalipah ini

terdiri dari berbagai macam suku dan agama dengan penduduk mayoritas dengan

suku Batak Mandailing, Batak Simalungun dan Jawa dan beragama Islam. Dari

data yang ada mayoritas mata pencaharian masyarakat di desa Bandar Khalipah

yaitu buruh tenaga lepas.

Berdasarkan hasil observasi masyarakat di desa ini termasuk masyarakat

yang mandiri di tengah-tengah jantung kota Medan. Artinya masyarakatnya

termasuk kepada golongan yang sibuk bekerja karena rata-rata penduduknya

merupakan buruh yang selalu pergi pagi dan pulang malam hari. Kesibukan

tersebut tentunya akan berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan anak-anak

muda yang tinggal di wilayah tersebut. kesibukan orang tua tersebut yang terlalu

sibuk bekerja secara sadar maupun tidak sadar mempengaruhi bebasnya pergaulan

anak, sehingga anak-anak usia dini pada masyarakat Bandar Khalipah rentan

terhadap pergaulan yang salah. Terlihat banyak anak-anak yang bergaul maupun

bertindak tidak sesuai dengan umurnya, misalnya melakukan balap liar, selain itu

Universitas Sumatera Utara


terlihat anak-anak perempuan berdandan seperti bukan usianya. Kecenderungan

mengikuti trend yang salah sangat banyak ditemui di masyarakat Bandar

Khalipah, terutama pada anak-anak remaja yang rentan usianya sekitar 12-17

tahun, banyak beberapa dari mereka yang sudah merokok layaknya orang dewasa.

Perilaku penggunaan narkoba biasanya berawal dari kegiatan merokok anak-anak

hingga pada akhirnya mereka ingin melakukan sesuatu yang lebih hanya

dikarenakan untuk mengikuti trend dari pergaulan di lingkungannya tersebut oleh

karena itu banyak anak-anak yang terjerumus penggunaan narkoba.

Masalah penyalahgunaan narkoba telah menimbulkan banyak korban

terutama kalangan muda. Penggunaan narkoba tidak hanya berdampak negatif

terhadap diri korban atau pengguna tetapi lebih luas lagi berdampak negatif

terhadap kehidupan keluarga dan masyarakat, perekonomian, kesehatan nasional

(HIV dan Hepatitis), mengancam dan membahayakan keamanan, ketertiban,

bahkan lebih jauh lagi mengakibatkan terjadinya biaya sosial yang tinggi (social

high cost) dan generasi yang hilang (lost generation).

Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA), atau yang lebih populer

dengan sebutan narkoba merupakan peringkat tertinggi dan tantangan paling besar

dalam masalah kesehatan dan sosial(Afiatin, 2008:5). Di Indonesia sendiri tingkat

pengguna narkoba usia anak dan remaja juga sangat tinggi hal ini dibuktikan

olehKomisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendapat temuan jumlah

pengguna narkoba usia anak mencapai 14.000 jiwa. Mereka berada di rentang usia

12-21 tahun (Hendrian, 2016). Jumlah ini mengagetkan, mengingat data terakhir

Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Puslitkes Universitas Indonesia

menyebutkan, total pengguna narkoba segala usia mencapai 5 juta jiwa. Angka

Universitas Sumatera Utara


tersebut sebesar 2,8 persen dati total populasi pendudukan Indonesia tahun 2015,

bahkan dalam 3 bulan ke depan ternyata jumlah tersebut telah meningkat menjadi

5,9 juta orang. Terdapat 541 jenis narkotika baru di dunia. Saat ini, sebanyak 37

sudah masuk ke Indonesia. Namun, dari 37 jenis narkotika itu yang bisa diproses

hukum baru 18 jenis. Sedangkan 19 jenis lagi masih dalam pengujian

laboratorium ( BNN, 2015).

Berdasarkan data di atas kita bisa melihat kasus penyalahgunaan narkoba

semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, sebagian besar korbannya adalah

anak yang diharapkan menjadi generasi penerus bangsa. Penyebaran narkoba di

tingkat generasi muda semestinya mendapat perhatian serius, dan memerlukan

upaya penanggulangan secara komprehensif, oleh karena itu untuk

memberantasnya tidaklah mungkin hanya BNN yang berjuang sendiri, dengan

melibatkan kerja sama dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilakukan

secara berkesinambungan, baik masyarakat luas hingga yang paling inti yaitu

peran orangtua diharapkan kasus penyalahgunaan narkoba dapat ditanggulangi

karena keberadaan anak bangsa menentukan arah dan masa depan bangsa

Indonesia. Dampak narkoba yang sifatnya merusak dan mematikan, tentunya

menghambat tujuan, dalam menciptakan generasi yang berkualitas. Sampai saat

ini tingkat peredaran narkoba sudah merambah pada berbagai level, tidak hanya

pada daerah perkotaan saja melainkan sudah menyentuh komunitas pedesaan

(Simangunsong, 2015). Hal inilah yang menjadi fenomena sosial yang terjadi di

Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


Bedasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana peran orang

tua dalam upaya menanggulangi anak yang terjerumus dalam penyalahgunaan

narkoba dengan judul proposal penelitian “Peran Keluarga (Orang Tua) Dalam

Upaya Penanggulangan Anak Pecandu Narkoba (Studi Kasus Desa Bandar

Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.

1.2. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana peran keluarga (orang

tua) dalam menanggulangi anaknya yang terlanjur menjadi pecandu narkoba di

Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan peneliti

adalah untuk mengetahui dan menganalisis “Bagaimana peran keluarga (orang

tua) dalam menanggulangi anaknya yang merupakan pecandu narkoba di Desa

Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang”.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka terdapat beberapa manfaat

penelitian yang akan didapat yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam

pengembangan ilmu sosiologi yang terkait dengan perilaku menyimpang dan

sosiologi keluarga.

Universitas Sumatera Utara


b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan bagi

pembaca untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan penyalahgunaan

narkoba pada anak yang tepat.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan juga

menambah pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis dalam membuat

karya ilmiah serta dapat dijadikan bahan rujukan pada penelitian selanjutnya, serta

dapat dijadikan rujukan oleh pemerintah dalam menghasilkan kebijakan yang

terkait dengan penanggulangan anak pecandu narkoba.

1.5. Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian ilmiah dibutuhkan untuk mempermudah

dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep

yang digunakan, maka diberikan makna dan arti konsep yang dipakai dalam

penelitian ini. Adapun yang menjadi konsep-konsep dalam penelitian ini adalah :

1) Peran keluarga terhadap anak pecandu narkoba adalah upaya-upaya yang

dilakukan oleh orang tua ataupun anggota keluarga lainnya sehingga anak bisa

lepas dari kecanduannya terhadap narkoba. Upaya-upaya yang dilakukan

misalnya dengan pengobatan secara khusus di dalam lingkungan keluarga yaitu

dengan lebih memperhatikan anak, menasihatinya sampai pada mengobati anak

ke tempat pengobatan dan rehabilitasi.

2) Penyalahgunaan narkoba adalah menggunakan narkotika dan obat-obatan

terlarang tidak untuk peruntukannya. Di dalam dunia medis obat-obatan

tersebut digunakan untuk membantu meringankan beban rasa sakit yang

diderita oleh pasien dengan penggunaan dosis yang tepat.

Universitas Sumatera Utara


3) Anak pecandu narkoba adalah anak yang telah positif menggunakan narkoba

dan obat-obatan terlarang. Dalam fokus penelitian anak yang dimaksud disini

adalah anak pecandu narkoba yang bertempat tinggal di Desa Bandar Khalipah

Kecamatan Percut Sei Tuan.

4) Penyimpangan sosial adalah perbuatan atau prilaku yang tidak sejalan dengan

norma yang ada, yang dilakukan oleh anak pecandu narkoba di Desa Bandar

Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

5) Kontrol sosial orang tua adalah suatu langkah yang dilakukan oleh orang tua

yang bertujuan untuk mengajak, membimbing dan memaksa anak untuk

menjauhi penyalahgunaan narkoba.

6) Norma sosial adalah peraturan-peraturan yang diikuti dengan sanksi yang

mendorong seorang anak untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma

yang ada di tengah keluarga dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Tindakan Sosial Max Weber

Tindakan manusia dianggap sebagai sebuah bentuk tindakan sosial

manakala tindakan itu ditujukan pada orang lain. Tindakan sosial menurut

Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai

makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain

(Weber dalam Ritzer 2010). Dalam hal ini tindakan orang tua kepada anak

pecandu narkoba.

Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak

masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai

tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada orang lain.

Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali dengan sengaja sebagai

akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif

dalam situasi tertentu. Ada 5 ciri pokok tindakan sosial menurut Max Weber

sebagai berikut:

1. Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan

hal ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya.

3. Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi,

tindakan yang sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk persetujuan secara

diam-diam dari pihak mana pun.

10

Universitas Sumatera Utara


4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada

orang lain itu (Setiadi, 2011).

Selain kelima ciri pokok tersebut, menurut Weber (Setiadi, 2011)

tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang

diarahkan kepada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang.

Sasaran suatu tindakan sosial bisa individu tetapi juga bisa kelompok atau

sekumpulan orang. Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat

tipe yaitu:

1. Tindakan rasionalitas instrumental

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang

didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan

tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk

mencapainya. Contohnya: Upaya orang tua dalam hal penganggulangan anak

pecandu narkoba dengan memanfaatkan jaringan sosial ataupun kenalan yang

dimilikinya seperti kenal dengan pengurus panti rehabilitasi atau pun kenalan

dengan orang yang mampu mengobati anak tersebut.

2. Tindakan rasional nilai

Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada

hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-

tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang

bersifat absolut. Contoh : Upaya orang tua yang sadar akan nilai-nilai sosial

yang telah dilanggar oleh anaknya sehingga menimbulkan dorongan untuk

segera merehabilitasi atau pun mengobati anak tersebut.

11

Universitas Sumatera Utara


3. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi

intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak

rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: Sebuah

tindakan ataupun upaya orang tua untuk segera bertindak untuk menanggulangi

penyalahgunaan narkoba tersebut terhadap anaknya dikarenakan rasa sayang

yang besar terhadap anak tersebut.

4. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan

Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena

kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau

perencanaan. Contoh: Upaya orang tua untuk bertindak yang didasarkan atas

kebiasaan seperti segera bertindak menanggulangi penggunaan narkoba

tersebut karena beranggapan dari dulu tidak ada yang berperilaku menyimpang

di keluarga terkait.

2.2. Teori Kontrol Sosial Travis Hirschi

Penyalahgunaan narkoba adalah salah satu perilaku menyimpang yang

banyak terjadi dalam masyarakat saat ini. Bentuk-bentuk penyalahgunaan

narkoba, seperti mengkonsumsi dengan dosis yang berlebihan, memperjualbelikan

tanpa izin serta melanggar aturan yang ditetapkan dalam UndangUndang Nomor

35 Tahun 2009, tentang Narkotika. Penyalahgunaan narkoba berkaitan erat

dengan teori kontrol sosial, ide utama dibelakang teori kontrol ini adalah bahwa

penyimpangan merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial.

Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cendrung untuk

12

Universitas Sumatera Utara


tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran

hukum. Oleh sebab itu para ahli teori kontrol menilai perilaku menyimpang

adalah konsekuensilogis dari kegagalan seseorang untuk menaati hukum. Dalam

konteks ini teori kontrol sosial pararel dengan teori conformitas (Bagong, 2004).

Salah satu ahli yang mengembangkan teori ini adalah Hirschi dalam

Atmasasamita (1992), Ia mengajukan beberapa proposisi teoritisnya, yaitu:

a. Bahwa berbagai bentuk pengingkaran terhadap aturan - aturan sosial adalah

akibat dari kegagalan mensosialisasi individu warga masyarakat untuk

bertindak conform terhadap aturan atau tata tertib yang ada.

b. Penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau perilaku menyimpang merupakan

bukti kegagalan kelompok - kelompok sosial konvensional untuk mengikat

individu agar tetap conform, seperti keluarga, sekolah atau institusi pendidikan

dan kelompok - kelompok dominan lainnya.

c. Setiap individu seharusnya belajar untuk conform dan tidak melakukan

tindakan menyimpang atau kriminal.

d. Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol eksternal. Masih

berdasarkan proposisi, Hirschi dalam Atmasasmita (1992) kurang lebih ada

empat unsur utama didalam kontrol sosial internal, yaitu attachement (kasih

atau partisipasi); commitment (tanggung jawab), involvement (keterlibatan atau

partisipasi) dan believe (kepercayaan dan keyakinan).

Keempat unsur tersebut dianggap merupakan social bonds yang berfungsi

untuk mengendalikan perilaku individu. Attachement atau kasih sayang adalah

sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi di dalam kelompok primernya

13

Universitas Sumatera Utara


(misalnya keluarga), sehingga individu punya komitmen kuat untuk patuh pada

aturan. Terkait dengan kasih sayang, Formm dan Schindler dalam Horton dan

Hunt (1996 : 277) menjelaskan bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah

kebutuhan akan kasih sayang atau rasa dicintai. Pandangan psikiatrik berpendapat

bahwa barangkali penyebab gangguan emosional, masalah perilaku dan bahkan

kesehatan fisik terbesar adalah ketiadaan cinta, yakni tidak adanya kehangatan,

hubungan kasih sayang dalam satu lingkungan asosiasi yang intim. Sejalan

dengan yang dijelaskan oleh Formm dan kawan - kawannya, Soekanto (1990 : 18)

menjelaskan bahwa mempersiapkan masa depan anak dengan pada ketertiban

belaka, maka hal ini akan menimbulkan pemberontakan dalam diri anak tersebut.

Mereka juga memerlukan ketentraman, berdasarkan kasih sayang yang diberikan

secara langsung dan tidak diwakilkan pada kerabat atau bahkan mungkin pada

pembantu. Penelitian serupa, Eggan dan Dai dalam Horton dan Hunt (1996 : 98)

menunjukkan bahwa suasana mesra dan penuh kasih sayang dalam dunia yang

hangat dan aman ternyata sangat mempengaruhi perilaku dan kepribadian

seseorang anak remaja. Commitment atau tanggung jawab yang kuat pada aturan

yang dapat memberikan kerangka kesadaran tentang masa depan. Bentuk

komitmen ini antara lain berupa kesadaran bahwa masa depannya akan suram

apabila ia melakukan tindakan menyimpang. Contohnya seorang anak yang

memilki rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri dan keluarganya tidak akan

membuat kekacauan di lingkungan masyarakat seperti misalnya berantam,

menggunakan obat terlarang selama anak tersebut sadar bahwa tindakan tersebut

akan merusak masa depannya. Sehingga dengan adanya kesadarantersebut

seorang anak tersebut cendrung untuk menahan dirinya untuk melakukan tindakan

14

Universitas Sumatera Utara


yang menyimpang. Involvement (keterlibatan) artinya dengan adanya kesadaran

tersebut, maka individu akan terdorong berperilaku partisipatif dan terlibat di

dalam ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Intensitas

keterlibatan seseorang terhadap aktivitas-aktivitas normatif konvensional dengan

sendirinya akan mengurangi peluang seseorang untuk melakukan tindakan -

tindakan melanggar hukum. Horton dan Hunt (1996 : 202) mengungkapkan

bahwa, semakin tinggi tingkat kesadaran akan salah satu lembaga

kemasyarakatan, seperti lembaga agama, sekolah, dan organisasi setempat, maka

semakin kecil pula kemungkinan baginya untuk melakukan penyimpangan.

Seperti penyimpangan sosial yang terjadi di Desa Bandar Khalipah Kecamatan

Percut Sei Tuan, anak-anak yang sudah terlanjur menjadi pecandu narkoba

memerlukan perhatian khusus baik dari lembaga masyarakat maupun lembaga

keluarga yaitu orang tua. Dengan pengendalian sosial (sosial control)yang

dilakukan orang tua terhadap anak pecandu narkoba di desa Bandar Khalipah

diharapkan anak bisa kembali pulih dan terlepas dari candunya terhadap narkoba.

Kontrol sosial yang dilakukan orang tua disini adalah orang tualebih mengawasi

gerak-gerik anak, dengan penjagaan yang ketat diharapkan peluang anak untuk

kembali menggunakan narkoba jadi lebih sedikit,sambil terus mencurahkan kasih

sayang dengan menasehati dan mengajak anak untuk kembali ke jalan yang benar

yaitu meninggalkan dunia narkoba diharapkan suatu saat anak bisa sadar.

Selanjutnya, kontrol sosial yang telah dilakukan orang tua anak pecandu narkoba

di desa Bandar Khalipah yaitu dengan mendidik, mengajak bahkan memaksa anak

kembali berperilaku sesuai norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku di

masyarakat yaitu dengan cara menanamkan kembali nilai-nilai agama, dimana

15

Universitas Sumatera Utara


cara ini di anggap efektif bagi sebagian orang tua. Selain mengajarkan nilai agama

di rumah, orang tua anak pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah juga ada

yang memasukkan anaknya ke dalam pesantren, hal ini sebagai bentuk kontrol

sosial orang tua yaitu dengan membatasi pergaulan anak, setelah dimasukkan ke

dalam pesantren otomatis pergaulan anak juga menjadi terbatas, sehingga

pengaruh buruk dari pergaulan bebas anak sebelumnya perlahan dapat hilang, di

harapkan setelah keluar dari pesantren anak sudah terlepas dari candunya akan

narkoba.

Dengan kontrol sosial diharapkan masyarakat dapat mendidik, mengajak

bahkan memaksa warga masyarakat untuk kembali berperilaku sesuai dengan

nilai dan norma - norma sosial agar kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan

tertib dan teratur. Seperti kontrol sosial yang telah dilakukan orang tua terhadap

anaknya yang menjadi pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah Kecamatan

Percut Sei Tuan Deli Serdang.

2.3. Konsep Keluarga dan Fungsi-Fungsi Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta : kula dan warga “kuluwarga”

yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan dimana

beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti

(nuclear family) terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Gunarsa (2004)

mengemukakan pengertian keluarga unit sosial terkecil dalam masyarakat yang

peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal

perkembangan kepribadian selanjutnya. Sedangkan khairudddin (2002) keluarga

merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui

16

Universitas Sumatera Utara


kehidupan perkawinan bersama, searah dengan keturunan-keturunan mereka yang

merupakan suatu satuan khusus.

Menurut Horton dan Hunt dalam Khairuddin (2002), istilah keluarga

umumnya digunakan untuk menunjukkan beberapa pengertian sebagai berikut :

(1) suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama , (2) suatu kelompok

kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan, (3) pasangan perkawinan

dengan atau tanpa anak, (4) pasangan nikah yang mempunyai anak dan (5) satu

orang entah duda atau janda dengan beberapa anak.

Dalam kehidupan masyarakat dimanapun juga, keluarga merupakan unit

terkenal yang peranannya sangat besar. Peranan yang sangat besar itu

disebabkan oleh karena keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting di

dalam kelangsungan hidup masyarakat. Adapun fungsi-fungsi keluarga yang

berhubungan dengan sistem sosial yang luas adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Reproduksi

Keluarga pada hakekatnya mempunyai fungsi sebagai generasi penerus, yang

dalam arti bahwa sesungguhnya setiap keluarga mempunyai keinginan untuk

mempunyai anak dalam mempertahankan kelangsungan keturunan keluarga

tersebut.

2. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi ialah proses belajar, bersikap, berperilaku, dan berkehendak

mengenai aturan-aturan, norma-norma dan tata nilai di dalam kelompoknya.

3. Fungsi Afeksi

17

Universitas Sumatera Utara


Keluarga memberikan cinta dan kasih, dalam arti bahwa di dalam keluarga ada

rasa kasih sayang dan cinta kasih antar sesama anggota keluarga. Sehingga

terdapat ikatan batin yang kuat di dalam keluarga.

4. Fungsi Proteksi atau Perlindungan

Keluarga juga sebagai lembaga yang memberikan perlindungan bagi anggota

keluarganya, sehingga akan menimbulkan rasa aman dan tentram.

5. Fungsi Ekonomi

Keluarga mempunyai fungsi sebagai alat ekonomi untuk mencari nafkah dan

mengatur keluarganya. Di dalam keluarga juga terdapat kegiatan ekonomi,

seperti kegiatan produksi dan konsumsi.

6. Fungsi Religius

Keluarga mempunyai fungsi untuk meletakkan dan menanamkan dasar-dasar

agama bagi anak dan anggota keluarga.

7. Fungsi Pendidikan

Keluarga mempunyai fungsi untuk mendidik anak-anak sebelum masuk

sekolah secara formal. Fungsi ini juga untuk mendidik anak mulai dari awal

sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk personalitynya.

8. Fungsi Rekreasi

Keluarga mempunyai fungsi untuk menciptakan suasana yang menyenangkan

bagi anggota keluarganya.

9. Fungsi Penentuan Status

18

Universitas Sumatera Utara


Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka keluarga

akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap-

tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa.

2.4. Anak Pecandu Narkoba

Akhir-akhir ini penyalahgunaan narkoba makin marak terjadi, seperti yang

terjadi di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, banyak anak remaja

yang mengalami ketergantungan obat atau menjadi pecandu narkoba di desa ini.

Menurut pasal 1 nomor 13 UU Narkotika, dijelaskan definisi pecandu adalah

orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada narkotika baik secara fisik maupun psikis.

Menurut Kartonodalam Dariyo (2004),karakteristik individu yang

mengalami ketergantungan obat yakni:

1) Mempunyai keinginan yang tak tertahankan untuk menggunakan narkoba,

sehingga berupaya memperoleh dengan cara halal atau tidak halal.

2) Cenderung menambah dosis sesuai dengan toleransi tubuh.

3) Menjadi ketergantungan secara psikis dan fisik, akibatnya individu merasa

kesulitan untuk lepas dari kebiasaan tersebut

Seperti yang kita ketahui penyalahgunaan obat jenis narkoba sangat

berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan syaraf, mengakibatkan ketagihan,

19

Universitas Sumatera Utara


dan ketergantungan. Narkoba menimbulkan perubahan perilaku, perasaan,

persepsi,dan kesadaran. Pemakaian narkoba secara umum dan juga psikotropika

yang tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan efek yang membahayakan

tubuh.

Menurut Budianto (1989), efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan

narkoba dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas

fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat

pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan

kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya

seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw.

b. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta

kesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang

sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.

c. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau

mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman

seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain

itu,yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja. Harus disadari

bahwa masalah penyalahgunaan narkoba adalah suatuproblema yang sangat

kompleks, oleh karena itu diperlukan upaya dan dukungan dari semua pihak

agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Penyalahgunaan narkoba tidak hanya menimbulkan dampak negatif

terhadap kesehatan psikis, secara sosiologis penyalahgunaan narkoba juga sangat

20

Universitas Sumatera Utara


berpengaruh pada lingkungan sosial. Banyak sekali kasus-kasus kejahatan yang

terjadi akibat dari penggunaan narkoba. Hal ini relevan dengan hasil penelitian

Purnomowardani dan Koentjoro (2000) yang menemukanbahwa penyalahgunaan

narkoba erat kaitannya dengan tindak kriminal. Korban penyalahgunaan narkoba

yang sampai ke taraf ketergantungan akan membutuhkan uang yang cukup banyak

untuk membiayai kebiasaannya, sehingga mereka sering bekerja pada lokasi-

lokasi rawan, seperti penyeludupan, perampokan, pencurian, mucikari, pelacuran,

dan perjudian.

Penggunaan narkoba merusak syaraf-syaraf otak manusia, menghilangkan

akal sehat bahkan dapat menyebabkan kegilaan, sehingga pecandu narkoba

cenderung berani melakukan tindak kriminalitas tersebut. Hal ini tentu

meresahkan dan mengganggu ketentraman kehidupan masyarakat.

2.5. Peran Orang Tua Terhadap Anak Pecandu Narkoba

Dalam pasal 57 UU. No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan pasal 54

UU. No. 5 tahun 1997 tentang psikotropikadisebutkan bahwasanya orang tua

sebagai bagian dari masyarakat sangat banyak memiliki peran dalam upaya

pemberantasan ancaman terhadap generasi muda dari bahaya narkoba (Satgas

Luhpen Narkoba Mabes Polri, 2001). Penanggulangan penyalahgunaan narkoba

pada remaja, bukan hanya tugas pihak yang berwajib. Akan tetapi, diperlukan

kerja sama semua pihak termasuk dalam hal ini peran orang tua. Sebagai orang

tua wajib menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan sehat remaja yaitu

suasana rumah yang harmonis.

21

Universitas Sumatera Utara


Orang tua mempunyai peran besar dalam pembentukan karakter anak,

pembentukan-pembentukan karakter tersebut bisa dilakukan dengan proses

sosialisasi di dalam keluarga yg khususnya dilakukan oleh orang tua. Keluarga

merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi

individu atau seseorang.

Kondisi-kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam

proses sosialisasi anak, ialah:

a. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya

berinteraksi face to face secara tetap. Dalam kelompok yang demikian

perkembangan anak dapat diikuti dengan seksama oleh orang tuanya dan

penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.

b. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena

merupakan buah cinta kasih hubungan suami isteri. Anak merupakan perluasan

biologis dan sosial orang tuanya. Motivasi kuat ini melahirkan hubungan

emosional antara orang tua dengan anak. Penelitian-penelitian membuktikan

bahwa hubungan emosional lebih berarti dan efektif daripada hubungan

intelektual dalam proses sosialisasi.

c. Oleh karena hubungan sosial di dalam keluarga itu bersifat relatif tetap, maka

orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.

Menurut Suwarno dalam Tampubolon (2015) di dalam keluarga, orang tua

mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak tersebut memperoleh

dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman disiplin

22

Universitas Sumatera Utara


sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak. Oleh karena itu, orang

tua sangat berperan untuk:

1. Selalu dekat dengan anak-anaknya,

2. Memberi pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak

merasa tertekan,

3. Mendorong agar anak dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan

buruk, pantas dan tidak pantas dan sebagainya.

4. Ibu dan ayah dapat membawakan peran sebagai orang tua yang baik serta

menghindarkan perbuatan dan perlakuan buruk serta keliru di hadapan anak-

anaknya, dan

5. Menasihati anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan

mengarahkan mereka ke jalan yang benar.

Dalam kasus penyalahgunaan narkoba pada anak, orang tua dapat

melakukan langkah-langkah yang tepat salah satunya yaitu memberikan motivasi-

motivasi kepada anak yaitu bagaimana cara membangkitkan kemauan kuat dari

dalam diri anak sendiri untuk sembuh, ini yang sulit dan butuh suatu program

khusus pemulihan. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh menutup-nutupi masalah

anak dan harus segera mengambil tindakan dan menempatkan anak pada program-

program khusus pemulihan. Tak dapat dipungkiri, untuk membangkitkan

kesadaran dan kemauan anak untuk pulih dari penyalahgunaan narkoba bukanlah

masalah yang mudah. Untuk itu, anak sangat membutuhkan dukungan positif dari

lingkungannya yang dapat menimbulkan keinginannya untuk pulih. Kerjasama

antara konselor dan orang tua sangat dibutuhkan untuk menemukan kesadaran

23

Universitas Sumatera Utara


anak untuk sembuh. Kesadaran untuk pulih ini hanya bisa dimunculkan apabila

anak dapat diarahkan untuk mau merenung dan berpikir jernih tentang dirinya.

Pada umumnya, orang yang bermasalah dengan narkoba mau merenung

dan berpikir setelah melewati suatu krisis, dimana dirinya sudah merasakan benar-

benar tidak berdaya dan dia tak mampu mengendalikan kondisi hidupnya lagi atau

mengalami suatu kejadian yang luar biasa dan sangat mengguncang dirinya serta

membuat hidupnya terasa sudah di luar kontrol dirinya. Pecandu sudah

menghadapi jalan buntu, dia tak tahu lagi harus bagaimana berbuat. Kejatuhan

dan tekanan peristiwa traumatik ini yang membuat dirinya lelah kecanduan

narkoba. Namun pengalaman traumatik setiap orang berbeda-beda, ada yang cepat

dan ada yang lambat. Tetapi pada umumnya, dibutuhkan proses perjalanan

panjang untuk mengalami kesadaran ini. Salah satu cara merangsang anak yang

bermasalah dengan narkoba untuk mau merenung dan berpikir dapat diciptakan

dengan ketegasan sikap orang tua dan lingkungan terdekatnya untuk menutup atau

menolak memudahkan anak memakai narkoba. Begitu juga, menolak

menanggung atau melindungi berbagai akibat yang ditimbulkannya, sampai anak

mengalami krisis atau tak berdaya, sehingga menuntun dirinya untuk berubah atau

menuntun dirinya mencari pertolongan yang tepat karena dirinya telah lelah

kecanduan (Surya, 2015).

Disamping itu orang tua dapat memberikan motivasi kepada anak dalam

bentuk mengarahkan anak pada kegiatan positif yang membangun harga dirinya

untuk menghilangkan kecanduannya terhadap narkoba, dalam hal ini orang tua

dapat memotivasi dan menggiring anak untuk mengikuti program khusus

pengembangan dirinya sesuai dengan minat, bakat dan hobi anak. Jika anak

24

Universitas Sumatera Utara


mampu mengembangkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya dan selalu

menyibukkan diri dengan kegiatan positif yang menggembirakannya, tentu anak

akan menjauhi kehidupan narkoba.

Seperti yang dialami oleh anak pecandu narkoba di lingkungan Desa

Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang disini peran orangtua

sangatlah dibutuhkan, karena penyimpangan-penyimpangan yang terjadi oleh

anak bisa jadi disebabkan oleh orangtua yang kurang peduli terhadap perilaku dan

perkembangan anaknya. Dalam hal ini anak kurang mendapatkan fungsi afeksi,

fungsi afeksi yaitu salah satu kebutuhan dasar manusia dimana anak memerlukan

kasih sayang atau rasa di cintai oleh orang tua. Sejumlah studi telah menunjukkan

bahwa kenakalan yang serius adalah salah satu ciri khas dari anak yang sama

sekali tidak pernah mendapatkan perhatian atau merasakan kasih sayang.

Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring, dkk (2013) menyimpulkan bahwa

salah satu faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja dan

anak-anak disebabkan karena faktor keluarga, orang tua yang seharusnya

memberikan motivasi dan memberikan perhatian terhadap sang anak tetapi tidak

semua orangtua demikian.Untuk menyembuhkan anak dari narkoba diharapkan

orang tua menerapkan fungsi-fungsi keluarga secara utuh, orang tua seharusnya

memberikan motivasi dan perhatian terhadap anak pecandu narkoba sehingga

anak dapat bebas dari narkoba dan perilaku menyimpang lainnya.

25

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif dimana metode ini bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam

dan menggali informasi, tentang bagaimana peranan orang tua dalam

menanggulangi anak pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah, Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Metode deskriptif digunakan untuk

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, berbagai

fenomena realitas sosial yang ada dalam masyarakat objek penelitian (Bungin,

2007:68). Pendekatan kualitatif ini dipilih karena dapat menyajikan secara

langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informasi serta lebih peka dan

dapat menyesuaikan diri dengan pola-pola nilai yang dihadapi.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Khalipah, Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih lokasi ini

dengan sengaja, dikarenakan ada hal menarik yang ingin diteliti yaitu ditemukan

beberapa anak yang menjadi pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah,

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli serdang.

26

Universitas Sumatera Utara


3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek dari

keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Dalam

penelitian ini yang menjadi unit analis adalah keluarga anak pecandu narkoba di

Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti

sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin,

2007). Dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik Snowball

sampling. Teknik snowball adalah suatu teknik yang multitahapan, didasarkan

pada analogi bola salju, yang dimulai dengan bola salju yang kecil kemudian

membesar secara bertahap karena ada penambahan salju ketika digulingkan dalam

hamparan salju. Ini dimulai dengan beberapa orang atau kasus, kemudian meluas

berdasarkan hubungan-hubungan terhadap informan. Dalam penelitian ini peneliti

memilih informan pertama yaitu salah satu anak pecandu narkoba dan orang

tuanya di Desa Bandar Khalipah, informasi mengenai informan pertama tersebut

didapatkan dari Kepala Desa Bandar Khalipah. Lalu untuk menemukan informan-

informan selanjutnya, peneliti meminta bantuan dari informan pertama tentang

teman-teman pecandu narkoba lainnya di Desa Bandar Khalipah, begitu

seterusnya sampai peneliti menemukan 5 keluarga anak pecandu narkoba yang

menjadi informan dalam penelitian ini, dengan informan 5 keluarga anak pecandu

narkoba ini peneliti telah mendapatkan data penelitian yang dirasa cukup sesuai

dengan rumusan masalah penelitian.

27

Universitas Sumatera Utara


3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengungkap tujuan penelitian diperlukan beberapa teknik

pengumpulan data agar data yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian yang

telah ditetapkan sebelumnya. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini

adalah:

3.4.1. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu yang diamati.

Pengamatan langsung yang dimaksud di sini dapat berupa kegiatan melihat,

mendengar atau kegiatan dengan alat indra lainnya (Hasyim, 2012: 28). Teknik

pengumpulan data observasi adalah kegiatan yang pertama sekali dilakukan dari

semua peneliti. Peneliti telah melakukan observasi langsung ke lapangan.

Kegiatan initelah dilakukan berbulan-bulan dengan tujuan untuk melihat langsung

kondisi lokasi, dan mengetahui keadaan objek yang akan diteliti.

Lokasi yang dijadikan tempat observasi penelitian adalah di Desa Bandar

Khalipah. Pada tahap ini peneliti melakukan teknik penelitian. Selain bertemu dan

berbincang-bincang menejelaskan tujuan kedatangan peneliti serta rencana

penelitian yang akan dilakukan kepada informan, penenliti juga mempersiapkan

perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian seperti catatan, alat tulis, kamera,

maupun literatur yang berhubungan dengan kajian penelitian ini.

28

Universitas Sumatera Utara


3.4.2. Wawancara Mendalam

Teknik selanjutnya adalah teknik wawancara mendalam. Teknik

wawancara adalah teknik yang dilakukan dengan percakapan dengan maksud

untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti. Percakapan itu dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (peneliti) yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai (keluarga anak pecandu narkoba) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu (Moleong, 2007).

Wawancara ini bertujuan mengumpulkan keterangan tentang informasi

kehidupan keluarga anak pecandu narkoba khususnya bagaimana peran orang tua

dalam upaya penanggulangan anak yang menjadi pecandu narkoba.Teknik

wawancara yang peneliti gunakan adalah teknik wawancara terstruktur dimana

draft pertanyaan telah peneliti siapkan untuk mempermudahkan peneliti ketika

sedang mewawancarai informan. Draft pertanyaan tersebut dipersiapkan agar

pertanyaan yang akan ditanyakan terstruktur dan meminimalkan pertanyaan yang

tidak diperlukan dalam penelitian, terlebih agar pewawancara tidak lupa dengan

apa yang harusnya ditanyakan kembali.

3.4.3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti juga melaksanakan metode dokumentasi

yang dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda dan sebagainya. Moleong (2004) mendefinisikan dokumen sebagai setiap

bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

seorang penyidik.

29

Universitas Sumatera Utara


3.5. Jenis Data dan Sumber Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif,

yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.

Data kualitatif didapat melalui berbagai jenis cara pengumpulan data seperti

analisis dokumen, wawancara,observasi yang sudah dituangkan ke dalam catatan

lapangan / transkrip. Bentuk lain dari data kualitatif adalah foto yang didapat

melalui pemotretan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu sumber

data primer dan skunder :

a. Sumber data primer, yaitu data yang peneliti dapat langsung dari lapangan

yang menjadi data penelitian. Data ini berupa hasil wawancara dengan 5

keluarga anak pecandu narkoba di desa Bandar Khalipah Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

b. Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang

tersusun dalam bentuk dokumen.Data ini berupa sumber-sumber atau

referensi tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian seperti

informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, dan jurnal. Data

sekunder lainnya juga berasal dari hasil penelusuran online seperti internet

atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online dari

sumber-sumber terpercaya.

3.6. Interpretasi Data

Dalam penelitian ini , interpretasi data dimulai dengan seluruh data-data

yang telah diperoleh dalam penelitian ini baik melalui observasi, wawancara,

30

Universitas Sumatera Utara


dokumentasi dan catatan dilapangan. Data diinterpretasikan bedasarkan dukungan

teori dalam kajian pustaka, kemudian data tersebut diatur, diurutkan,

dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti

mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan sebagainya,

selanjutnya telah dipelajari dan ditelaah secara seksama sehingga diperoleh hasil

atau kesimpulan yang baik dan pada akhirnya menjadi laporan penelitian.

31

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Keadaan Geografis Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Deli Serdang sesuai dengan data Desa Bandar Khalipah tahun 2015:

a. Jarak tempuh desa ke Kota Kecamatan Percut Sei Tuan +- 0,5 km

b. Jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten (Lubuk Pakam) +- 21 km

c. Jarak tempuh ke Kota Medan +- 14 km

Dari orbitrasi di atas dapat diketahui bahwa Desa Bandar Khalipah adalah

desa yang berada di kawasan pinggiran kota (sub urban) yaitu Kota Medan,

Lubuk Pakam, dan Kecamatan Percut Sei Tuan. Keberadaan Desa Bandar

Khalipah sebagai daerah pinggiran maka hal ini secara tidak langsung juga akan

berpengaruh terhadap perilaku masyarakat yang tinggal di Desa Bandar Khalipah.

Dengan jarak tempuh yang sangat dekat itu juga akan menjadikan daerah Desa

Bandar Khlipah sebagai daerah yang dalam perkembangannya akan menjadi

daerah yang maju secara sosial, ekonomi, dan juga politik. Perkembangan daerah

Desa Bandar Khalipah ini juga nantinya akan diikuti dengan perkembangan

perilaku masyarakat yang berwujud dalam bentuk individualisme yang semakin

meningkatseperti halnya kota-kota besar, seperti kota Medan. Kriminalitas yang

meningkat dan juga perilaku menyimpang yang marak terjadi di lingkungan

masyarakat Desa Bandar Khalipah tidak dapat di pungkiri juga akibat dari sudah

semakin majunya daerah pinggiran kota ini.

32

Universitas Sumatera Utara


4.1.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persen

1 Laki-Laki 20.622 50,64

2 Perempuan 20.102 49,36

Jumlah 40.724 100,00

Sumber : Pemerintah Desa Bandar Khalipah 2015

Bedasarkan tabel 4.1 kependudukan Desa Bandar Khalipah Tahun 2015,

jumlah penduduknya sekitar 40.724 jiwa dengan perincian laki-laki lebih kurang

20.622 jiwa dan perempuan lebih kurang 20.102 jiwa. Jumlah kepala keluarga

(KK) di desa ini sekitar 8.578 dengan jumlah rata-rata setiap keluarga memiliki

anggota keluarga 5 (lima), termasuk kepala keluarganya.

4.1.3. Jumlah Penduduk menurut Agama

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Desa Bandar Khalipah Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Persen

1 Islam 39.017 95,80

2 Protestan 1626 4,00

3 Khatolik - -

4 Hindu - -

5 Budha 81 0,20

6 Khonghucu - -

Jumlah 40.724 100,00

Sumber : Pemerintah Desa Bandar Khalipah 2015

33

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 4.2 tampak bahwa mayoritas penduduk desa Bandar Khalipah

menganut agama islam sejumlah 39.017 orang, kemudian diikuti penganut agama

protestan sebanyak 1626 orang. Sementara itu penganut agama Budha sebanyak

81 orang dan penganut agama khatolik, hindu dan khonghucu tidak ada.

4.1.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis/suku

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Desa Bandar Khalipah Berdasarkan Etnis/suku

No Suku Jumlah (Jiwa) Persen

1 Jawa 16.968 41,67

2 Melayu 12.530 30,77

3 Mandailing 9.855 24,19

4 Aceh, karo dan lain-lain 1.371 3,37

Jumlah 40.724 100,00

Sumber : Pemerintah Desa Bandar Khalipah 2015

Tabel 4.3 menunjukkan penduduk Desa Bandar Khalipah cukup

heterogen, terbukti dengan banyaknya suku/etnis yang hidup menetap dan tinggal

di wilayah ini. Adapun suku terbesar adalah jawa dan yang terkecil adalah aceh,

karo dan lain-lain.

34

Universitas Sumatera Utara


4.1.5. Jumlah Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen

1 Tidak Pernah Sekolah 488 1,20

2 Belum Sekolah 2.156 5,30

3 TK 2.364 5,80

4 Tidak Tamat SD - -

5 Tamat SD 7.159 17,58

6 Tamat SLTP 8.787 21,58

7 Tamat SLTA 9.333 22,91

8 Masih SD/SLTP/SLTA 8.825 21,68

9 Sarjana 1612 3,95

Jumlah 40.724 100,00

Sumber : Pemerintah Desa Bandar Khalipah 2015

Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang tamat

sekolah SLTA sangat besar jumlahnya yaitu sebanyak 9.333 orang, hal ini sudah

dapat dikatakan baik. Kemudian penduduk yang tamat SLTP berjumlah 8.787

orang disusul penduduk yang tamat SD sebanyak 7.159 orang. Penduduk yang

tidak pernah sekolah berjumlah 488 orang, penduduk yang belum sekolah

sebanyak 2.156 orang, sedangkan TK sebanyak 2.364 orang. Penduduk yang

sarjana sebanyak 1.612 orang.

35

Universitas Sumatera Utara


4.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bandar Khalipah Kecamatan
Percut Sei Tuan
Keadaan sosial dan ekonomi suatu desa memiliki kontribusi penting

dengan profesi masyarakat - masyarakatnya. Suatu desa dapat dikatakan maju atau

terbelakang dapat dilihat dari mata pencaharian masyarakatnya. Semakin baik

profesi mereka, maka kondisi sosial ekonomi desa juga semakin baik dalam hal

ini tingkat perilaku menyimpang juga akan meningkat. Adapun kondisi sosial

ekonomi di Desa Bandar Khalipah dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

NO Jenis Mata Pencaharian Jumlah Persen

1 Petani 283 1,48

2 Karyawan 4.495 23,50

3 Buruh 7.147 37,37

4 PNS 1.856 9,70

5 Pedagang/wiraswasta 5.345 27,94

Jumlah 19.126 100,00

Sumber : Pemerintah Desa Bandar Khalipah 2015

Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Bandar Khlalipah

mayoritas memiliki pekerjaan sebagai Buruh Tenaga Lepas (Buruh Bangunan)

yaitu sebesar 37.37%, dimana buruh bangunan tersebut sering dipekerjakan di

Ibukota Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan kategorial diatas kondisi sosial di

desa ini cukup rukun. Dengan keadaan pekerjaan warga masyarakat yang

mayoritas sebagai buruh bangunan yang rentan berpendidikan rendah, dan

penghasilan yang rendah, maka dengan pekerjaan sebagai buruh bangunan dan

36

Universitas Sumatera Utara


pendidikan yang rendah akan sengat berepengaruh terhadap tingkat kesejahtaran

masyarakatnya. Selain itu dengan pekerjaan masyarakat Desa Bandar Khalipah

yang dimayoritasi oleh buruh bangunan juga menunjukkan bahwa masyarakat

Desa Bandar kahalipah secara pendidikan masih rendah bila dibandingakan

dengan kota - kota besar seperti Kota Medan, namun bila pendidikan dan juga

pekerjaan masyarakat Desa Bandar Khalipah dibandingkan dengan desa - desa

yang masih terpecil lainya, maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan dan juga

pendidikan masyarakat Desa Bandar Khalipah sudah lebih baik. Menurut peneliti

bahwa pekerjaan itu sesungguhnya sejalan dengan pendidikan seseorang dan

secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap perilaku masyarakat atau

orangtua dalam mengendalikan, mendidik, mengawasi, anak - anaknya dari

perilaku yang menyimpang, termasuk menggunakan obat-obatan terlarang yaitu

narkoba. Untuk itu, perlu adanya pembinaan yang dilakukan oleh pihak - pihak

tertentu terhadap orangtua dari remaja, baik itu yang dilakukan oleh pemerintah

Desa Bandar Khalipah dan juga tokoh agama, ataupun yang dilakuan tentang

cara-cara dalam mengendalikan, mengawasi, mendidik anak yang baik, terkushus

bagi anak pecandu narkoba, bagaimana orang tua bisa bekerja sama dengan pihak

lain untuk bisa meneyembuhkan anak dari kecanduan narkoba.

4.3. Profil Informan

1. Nama : IR

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 47 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

37

Universitas Sumatera Utara


Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

Ibu IR dan bapak TR adalah sepasang suami istri yang memiliki 3 orang

anak. Salah satu anaknya adalah seorang pecandu narkoba. Ibu IR adalah seorang

ibu rumah tangga. Sedangkan bapak TR bekerjasebagai karyawan swasta di Aceh,

dalam waktu sebulan 2 kali bapak TR pulang mengunjungi keluarganya. Keadaan

perekonomian keluarga ibu IR dan bapak TR bisa dikatakan lumayan. Hal ini

dibuktikan dengan mampunya keluarga ini untuk menyekolahkan kedua anaknya

hingga ke perguruan tinggi yaitu anak pertama dan anak ketiga dari sepasang

suami istri ini, berbeda dari kedua saudaranya anak kedua dari ibu IR dan bapak

TR sudah lama mengalami kecanduan narkoba, yaitu sejak SMA hingga kini ia

sudah berusia 25 tahun, sepasang suami istri ini termasuk sangat peduli terhadap

anak, meskipun anaknya kedua mereka terlanjur terjerumus dalam dunia narkoba,

Ibu IR dan Bapak TR tidak bersikap acuh, mereka telah melakukan berbagai

upaya agar anak kedua mereka bisa sembuh dari kecanduannyasejak beberapa

tahun belakangan hingga kini.

Upaya terakhir yang dilakukan oleh sepasang suami istri ini yaitu dengan

menerapkan pendidikan agama ke pada anak dengan cara memasukkannya ke

pondok pesantren, hal ini diharapkan dapat memperbaiki akhlak anak dan

menyembuhkannya dari kecanduan narkoba.

2. Nama : YD

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 25 tahun

Pekerjaan :-

38

Universitas Sumatera Utara


Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

YD adalah anak ke dua dari ibu IR dan bapak TR. YD memiliki 1 orang

saudara laki-laki dan 1 orang saudara perempuan. Berbeda dengan kedua

saudaranya yang mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi, YD hanya

menyelesaikan sekolahnya hingga bangku SMA. YD mengaku sudah lama

menggunakan narkoba. Orang tua YD juga telah melakukan berbagai cara untuk

bisa menyembuhkan YD. Asal mula YD menggunakan narkoba dikarenakan

terpengaruh dari teman-temannya. Jenis narkoba yang di konsumsi YD yaitu

ganja dan sabu-sabu. Sekarang YD dimasukkan kedalam pesantren oleh orang

tuanya di daerah Jawa, Pekalongan. Disana YD mulai belajar agama untuk

memperbaiki akhlaknya. Dengan memperbaiki akhlaknya, di harapkan YD dapat

sembuh dari ketergantungannya terhadap narkoba. Meskipun sudah dimasukkan

ke pondok pesantren orang tua YD tetap memantaunya, sesekali mereka

mengunjungi YD kesana. YD juga dititipkan oleh sanak saudara dari keluarganya

yang tinggal disana untuk tetap terus di pantau saat orang tua YD tidak

mengunjungi YD kesana. YD juga diizinkan pulang dalam beberapa kali dalam

sebulan, hal itu dikarenakan pondok pesantren yang dimasuki YD bukan pondok

pesantren formal, disana selain belajar agama YD juga memiliki kegiatan-

kegiatan positif seperti bekerja mengurus ternak dan kolam ikan yang ada di

pondok pesantren. YD sangat memiliki keinginan untuk sembuh dari kecanduan

narkoba, itu sebabnya dia mau masuk pesantren.

3. Nama : YN

Jenis Kelamin : Perempuan

39

Universitas Sumatera Utara


Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

YN adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak, 3 di

antara anak YN sudah berkeluarga. Sekarang YN hanya tinggal berdua bersama

anak keempatnya, YN sekarang merupakan ibu tunggal, dikarenakan suaminya

allmarhum bapak SH baru saja meninggal setahun belakangan. Sebelumnya

almarhum bapak SH bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan yang

lumayan. Kini untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari YN dibantu

oleh ketiga anaknya yang sudah berkeluarga. Mereka mengirimi YN uang setiap

bulannya. YN memiliki 1 anak laki-laki yang merupakan pecandu narkoba, anak

terakhirnya ini masih mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi.

Awalnya YN tidak menyangka bahwa anak laki-lakinya ternyata menjadi pecandu

narkoba sudah beberapa tahun belakangan. Sekarang YN hanya sendiri

menanggulangi anak laki-lakinya tersebut.

YN juga telah melakukan berbagai upaya agar anak laki-lakinya dapat

sembuh dari kecanduan narkoba yaitu dengan lebih menjaga gerak-gerik anak

setelah tau anak menjadi pecandu narkoba, selain itu YN juga berusaha kembali

menanamkan nilai-nilai agama pada anak di rumah, mengajak anak untuk lebih

takwa terhadap Tuhannya tujuannya agar anak bisa memperbaiki akhlaknya dan

bisa sembuh dari kecanduannya terhadap narkoba.

4. Nama : YG

Jenis Kelamin : Laki-laki

40

Universitas Sumatera Utara


Umur : 19 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

YG adalah anak laki-laki terakhir dari ibu YN, YG kini masih berstatus

mahasiswa di sebuah Universitas di Medan. YG kini hanya tinggal berdua dengan

ibunya dikarenakan ayahnya baru saja meninggal dalam waktu setahun

belakangan. YG memiliki 3 saudara perempuan yang sudah berkeluarga. Ketiga

saudarnya tersebut kini membantu YG dan ibunya untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari. YG merupakan anak pecandu narkoba, ia mengaku sudah

memakai narkoba sejak dua tahun belakangan, awalnya YG memakai narkoba

juga dari ajakan teman, pada akhirnya YG mengaku kecanduan sampai

sekarang.Walaupun begitu YG mengaku punya niat untuk berhenti memakai

narkoba, walaupun untuk bisa mewujudkannya sangat sulit, tetapi suatu saat YG

berjanji untuk berhenti menjadi pecandu narkoba dan membahagiakan orang

tuanya.

5. Nama : ST

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

ST adalah seorang ibu tunggal yang tinggal di Desa Bandar Khalipah. ST

menjadi ibu tunggal disebabkan oleh perceraian nya yang terjadi beberapa tahun

41

Universitas Sumatera Utara


silam. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari ST selama ini bekerja

menjadi pedagang kue di pasar. ST memiliki sepasang anak yaitu anak

perempuannya yang masih duduk di bangku SD dan yang paling besar anak laki-

lakinya sekarang duduk di bangku SMA. Anak laki-laki dari ibu ST ternyata

sudah terjebak dalam dunia narkoba sejak SMP. Sejauh ini ST hanya bisa

menanggulangi anak dengan memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih,

hal ini diakuinya di kendalai faktor ekonomi, ST bukannya tidak mau membawa

anak di pengobatan yang bagus, tapi karena dia adalah seorang ibu tunggal, dia

bekerja setiap hari hanya cukup untuk makan dan biaya pendidikan anak-anaknya.

6. Nama :R

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 16 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

R adalah seorang remaja di Desa Bandar Khalipah yang menjadi pecandu

narkoba. Orang tua R telah bercerai beberapa tahun lalu, kini R tinggal bersama

ibunya dan adik perempuannya yang masih duduk di bangku SD. R mengaku

sudah menggunakan narkoba sejak SMP. Awal mula R menggunakan narkoba

karena ajakan dari teman, awalnya R pakai narkoba hanya untuk senang-senang,

tapi hingga kini ia malah ketagihan. Sejak menggunakan narkoba R mengaku

menjadi pribadi yang nakal, dia suka bolos sekolah. Dari pengakuannya di

usianya yang masih sangat muda ternyata R sudah menggunakan dua jenis

narkoba yaitu ganja dan sabu-sabu. Efek dari narkoba itu di akuinya menenangkan

42

Universitas Sumatera Utara


fikirannya. R mengaku mempunyai keinginan untuk berhenti menggunakan

narkoba. Dia menyadari jika terus mengguanakan narkoba masa depannya akan

hancur.

7. Nama : NN

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 43 tahun

Pekerjaan : Pembantu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

NN adalah seorang ibu tunggal yang tinggal di desa bandar khalipah , ia

sudah bercerai dari suaminya dari sejak lama. Keseharian NN bekerja di kota

sebagai pembantu rumah tangga. Akibat kesibukannya itu NN mengaku lalai

dalam menjaga anaknya.Anak laki-laki satu-satunya yang kini masih duduk di

bangku SMA menjadi pecandu narkoba.Untuk itu NN juga sudah berupaya

menyembuhkan anaknya dari narkoba. Upaya yang dilakukan NN adalah yaitu

memberikan kasih sayang yang lebih terhadap anak serta lebih mengontrol lagi

pergaulan anak. Selain itu upaya pengobatan alternatif juga telat diterapkan NN.

8. Nama : BB

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 18 tahun

Pekerjaan :-

Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

43

Universitas Sumatera Utara


BB adalah anak dari ibu NN, BB merupakan anak pecandu narkoba di

Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. BB kini hanya tinggal berdua

dengan ibunya. Orang tua BB sudah bercerai sejak lama. Awalnya BB memakai

narkoba diakuinya karena faktor pergaulan. BB bergaul dengan anak-anak

pecandu narkoba sehinnga ia pun ikut terjerumus menggunakan obat terlarang

tersebut. Hubungan keluarga antar BB dan ibunya ternyata terjalin kurang baik.

Hal ini disebabkan kesibukan orang tua BB dalam mencari nafkah. Sehingga

waktu untuk berinteraksi dengan orang tua kurang dan membuat BB jadi sering

menghabiskan waktu bersama kawan-kawannya yang ternyata pecandu narkoba.

9. Nama : ID

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : Buruh pabrik

Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

Ibu ID dan bapak MD adalah sepasang suami istri yang memiliki 1 orang

anak yang menjadi pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah. Ibu ID bekerja

sebagai buruh pabrik dilingkungan tempat tinggalnya, sedangkan bapak MD

bekerja sebagai buruh bangunan, kehidupan perekonomian keluarga ini bisa

dibilang pas-pasan. Untuk bisa memenuhi kehidupan pangan sehari-hari saja

keluarga ini sudah sangat bersyukur.Sepasang suami istri ini juga telah berupaya

untuk menyembuhkan anak mereka, jalan yang di pilih untuk penyembuhan anak

mereka yaitu dengan perobatan alternatif, tetapi pengobatan itu belum berhasil

dikarenakan ibu ID dan bapak MD tidak membawa anak ke tempat pengobatan

44

Universitas Sumatera Utara


tersebut secara rutin. Selanjutnya menurut mengakuannya Ibu ID dan bapak MD

tidak membawa anak ketempat pengobatan yang lain di karenakan memikirkan

soal biaya. Keluarga ID adalah termasuk keluarga dengan perekonomian yang

rendah, untuk itu mereka lebih memilih pengobatan alternatif karena di anggap

sesuai dengan perekonomian mereka.

10. Nama : BM

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 17 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Alamat : Desa Bandar Khalipah

BM adalah anak laki-laki dari ibu ID dan bapak MD. BM merupakan anak

pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah. Saat ini BM masih duduk di bangku

SMA. Hubungan BM dengan orang tua selama ini diakuinya kurang baik

dikarenakan kedua orang tua BM sama-sama sibuk bekerja. Jenis-jenis narkoba

yang BM pakai pun beragam mulai dari ganja, sabu dan pil koplo. BM sudah

menggunakan narkoba sejak dibangku SMP hingga kini dia sudah duduk

dibangku SMA. Orang tua BM telah berupaya untuk menyembuhkan BM dengan

membawanya ke pengobatan alternatif, tetapi pengobatan tersebut masih belum

berhasil. Bedasarkan penuturannya BM juga mempunyai niat untuk lepas dari

candunya dari narkoba walaupum hingga sekarang masih belum terwujud.

45

Universitas Sumatera Utara


4.4. Upaya Keluarga (Orang Tua) Dalam Menanggulangi Anak Pecandu
Narkoba di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Deli
Serdang
Tidak ada satupun orangtua yang menginginkan anaknya terjebak dalam

dunia narkoba. Apalagi anak adalah generasi penerus bangsa dan penerus

pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai pelaksana pembangunan

yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu negara. Melindungi

anak berarti melindungi potensi sumber daya insani. Anak harusnya mendapatkan

kasih sayang dan didikan yang baik oleh kedua orang tuanya dari sejak dini. Salah

satu hak anak yang sering terabaikan adalah hak untuk dicintai dan disayangi.

Sebuah hak yang sebenarnya harus terpenuhi sejak anak masih berada di dalam

kandungan. Hak untuk dicintai dan disayangi menjadi sangat penting karena

hanya anak yang pernah merasakan kasih sayanglah yang dapat memberikan kasih

sayang kepada sesamanya.

Orang tua menjadi sosok yang sangat berperan bagi terpenuhinya hak

tersebut. Ibu diharapkan mampu memberikan kasih sayang yang bersifat memberi

kehangatan, menumbuhkan rasa diterima dan menanamkan rasa aman. Sedangkan

kasih sayang ayah berguna untuk mengembangkan kepribadian, menanamkan

disiplin, memberikan arah dan dorongan agar anak berani dalam menghadapi

kehidupan.

Memiliki anak sebagai pecandu narkoba memang merupakan malapetaka

bagi orang tua, hal ini dikarenakan kecanduan narkoba pada anak jika tidak

diobati akan menyebabkan masalah yang berbahaya bagi masa depan anak

tersebut. Anak sebagai pecandu narkoba umumnya baru terlihat gejalanya saat

anak tersebut telah sampai pada tahap ketagihan dan memerlukan penyembuhan

46

Universitas Sumatera Utara


dengan cara rehabilitasi. Namun tidak semua orang tua melakukan cara

perlindungan anaknya seperti yang diperintahkan UURI No. 35 tahun 2009

tentang Narkotika pasal 128 ayat (1) untuk melaporkan anaknya sebagai pecandu

Narkotika terhadap instansi pemerintah untuk mengobati anaknya. Masing-masing

orang tua memiliki cara masing-masing untuk melindungi anaknya. Dalam

penelitian ini ditemukan beberapa peran penting orang tua terhadap

penanggulangan anak pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah Kecamatan

Percut Sei Tuan Deli Serdang, yaitu :

4.4.1. Memaksimalkan Fungsi-Fungsi Keluarga terhadap Anak Pecandu


Narkoba
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau

rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius

adalah salah satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan

perhatian atau merasakan kasih sayang. Keluarga merupakan sebuah unit terkecil

masyarakat yang memiliki beberapa fungsi secara sosiologis. Terdapat 9 macam

fungsi-fungsi keluarga yang dibahas pada penelitian kali ini, antara lain: Fungsi

Reproduksi, Fungsi Sosialisasi, Fungsi Afeksi, Fungsi Proteksi atau Perlindungan,

Fungsi Ekonomi, Fungsi Religius, Fungsi Pendidikan, Fungsi Rekreasi, Fungsi

Penentuan Status. Penyebab paling mendasar seorang anak menjadi pecandu

narkoba seperti pada hasil penelitian ini karena adanya disfungsi dari keluarga itu

sendiri akibat kesibukan maupun tingkat kesadaran dan kepedulian dari keluarga

anak pecandu narkoba terkait. Oleh karena itu orang tua yang menjadi informan

mengupayakan sebuah usaha untuk menanggulangi anak pecandu narkoba

tersebut dengan cara memaksimalkan fungsi-fungsi keluarga selain dari pada

membawa ke panti rehabilitasi atau pun dengan melaporkannya ke Badan

47

Universitas Sumatera Utara


Narkotika Nasional. Beberapa bentuk upaya peningkatan fungsi-fungsi keluarga

yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Orang Tua Meningkatkan Fungsi Afeksi di dalam keluarga

Fungsi Afeksi merupakan fungsi dalam hal memberikan cinta dan kasih

sayang terhadap sesama anggota keluarga untuk membentuk suatu ikatan batin

yang kuat sehingga tercapainya sebuah keharmonisan di dalam rumah tangga.

Salah satu informan anak pecandu narkoba mengakui bahwa dia sering sekali

merasakan frustasi dan sedikit sekali mendapatkan perhatian keluarga sehingga

ia mencoba hal baru untuk menenangkan dirinya hingga ia mulai menggunakan

narkoba jenis sabu-sabu.

Seperti pernyataan informan (YG, 19) berikut ini:

“aku dulu sering frustasi kak, apalagi kalau putus cinta atau
kalau lagi ada masalah sama kawan. Mau pecah kepalaku
mikirkan itu aja. Belum lagi dirumah aku asik kena marah aja,
ntah apa salahku ngapa-ngapain pun dirumah itu selalu di
marahin dulu. Makanya mending aku cari kesenangan diluar.
Nyabu itu enak kali dulu kurasa kak, sebelum kurasakan
dampaknya sama badanku. Udah 2 tahun lebih aku nyabu. Tapi
sekarang udah mulai aku berenti berkat dorongan mamakku juga
itu.”

Hal yang hampir sama dinyatakan oleh informan (BM,17):

“kurasa dulu aku memang salah pergaulan kak, kurang kali


perhatian orang tuaku kurasa. Sibuk kali orang itu asik kerja aja.
Awalnya karenya ikut-ikut kawan ngerokok dulu aku dulu pas
masih SMP. Trus mulai di tawari sabu, malah makin enak kurasa.
Masalahnya mahal kali harga sabu ini”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kurangnya perhatian dari orang tua

sangatlah berpengaruh terhadap pergaulan anak di lingkungan sekitar. Rasa

cinta kasih terhadap anak sudah seharusnya dimunculkan demi menanggulangi

rasa candu di anak terhadap narkoba sehingga anak tersebut mampu untuk

48

Universitas Sumatera Utara


hidup sehat dan normal kembali tanpa adanya campur tangan narkoba. Sesuai

pernyataan informan (IR,47) yang mengatakan bahwa:

“Saya sebagai seorang ibu gak tega kalau liat anak saya terus
seperti itu (menjadi pecandu narkoba) untuk itu saya dan
bapaknya gak kerasin (YD,25) kami malah kasih dia perhatian
dan kasih sayang yang lebih setelah dia kenak narkoba, kami
tetap berusaha ngobatin (YD,25) dengan berbagai upaya sampai
dia sembuh”

Tindakan informan tersebut menggambarkan adanya rasa sayang yang kuat

terhadap anaknya. Terlihat dari rasa tidak tega melihat anaknya menjadi

seorang pecandu. Orang tua dari pecandu tersebut berupaya secara maksimal

untuk menyembuhkan anaknya tersebut. Upaya yang dilakukannya tersebut

terlihat seperti teori Max Weber tentang tipe tindakan sosial afektif. Hubungan

kekeluargaan antara orang tua dan anak tersebut menimbulkan rasa cinta dan

rasa saling melindungi untuk sebuah tujuan tertentu yakni menyembuhkan

penyalahgunaan narkoba. Tindakan tersebut terlaksana akibat adanya unsur

afeksi yang melekat didalam diri informan tersebut sehingga secara tidak sadar

ia pun mengupayakan secara maksimal untuk menanggulangi kecanduan

tersebut.

Hal demikian juga disampaikan oleh informan (YN,45):

“saya sadar, anak saya sampai terjerumus menggunakan


narkoba juga karena kesalahan saya, saya lalai dalam menjaga
(YG,19) untuk itu sekarang saya lebih ketat jaga dia, lebih kasih
perhatian dan sayang yang lebih, karena menurut saya anak yang
sudah kenak narkoba gak bisa di didik dengan cara yang keras,
harus dengan penuh kasih sayang”
Pernyataan tersebut relevan dengan teori dari Travis Hirschi tentang kontrol

sosial internal Attachment (Kasih sayang). Hal tersebut terlihat dari keinginan

49

Universitas Sumatera Utara


orang tua untuk lebih memperhatikan anaknya lagi setelah anak tersebut

menjadi pecandu narkoba. kontrol sosial internal Attachment dianggap sangat

membantu dalam proses penyembuhan anak pecandu narkoba dalam hal ini

akan mengobatinya secara kejiwaannya.

Selain itu terdapat penuturan senada dengan informan (IR,47) dan (YN,45)

begitu juga penuturan informan (ST,42)

“Upaya yang saya lakukan yang paling utama waktu tau (R,16)
kenak narkoba yah dengan lebih perhatian dengan dia, lebih
sayang sama dia, saya sebagai orang tua yah pasti nasehatin
anak kasih tau kalau dia seperti itu terus masa depannya akan
rusak”
Orang tua yang anaknya menjadi pecandu narkoba, sangat-sangat penting

untuk menerima kondisi anaknya. Meskipun dibutuhkan keberanian yang

sangat besar, menjadi hal yang penting untuk mengakui bahwa anaknya

terkena narkoba. Dengan menerima kondisi maka orang tua akan lebih mudah

terbuka untuk membicarakan solusi dengan siapapun. Tidak perlu malu dengan

strata sosial, keluarga lain atau bahkan tetangga. Kerjasama dengan pihak

manapun baik dari dalam keluarga maupun dari pihak luar untuk mencari

solusi terbaik bagi anak yang sudah terlanjur terkena narkoba di harapkan

dapat menyembuhkan anak dari kecanduan narkoba. Dengan terbukanya orang

tua maka tingkat kesembuhan pecandu akan semakin tinggi. Orang tua yang

tidak bisa menerima kondisi anaknya menjadi pecandu, akan cenderung

menutupi sehingga apapun solusi yang masuk tidak akan bisa didapat.

Kesembuhan bagi anak yang menjadi pecandu justru harus datang dari

keluarga, terutama orang tuanya. Keluarga dan orang tua pecandu narkoba

sebaiknya bisa mengerti mengapa anak menjadi seperti itu. Akar dari masalah

50

Universitas Sumatera Utara


yang menjadi penyebab anak menggunakan narkoba harus diurai sedikit demi

sedikit. Anak pecandu narkoba membutuhkan penerimaan, membutuhkan

tangan terbuka orang tua untuk menempatkannya kembali pada titik sebelum

menjadi pecandu. Kembalikan apa-apa saja yang sudah hilang selama masa

anak menjadi pecandu narkoba karena orang tua sebaiknya memberikan

kebahagiaan yang dibutuhkan anak agar anak bisa sadar dan pulih dari

kecanduannya terhadap narkoba. Meningkatkan fungsi afeksi tersebut ternyata

cukup membantu dalam hal menanggulangi rasa candu anak dalam pemakaian

narkoba. Hal tersebut terbukti dapat mengurangi atau minimal membuat si

anak menjadi lebih terbuka terhadap orang tuanya sehingga apapun masalah

yang sedang dihadapinya selalu dapat dikontrol dalam penyelesaian masalah

tersebut.

2) Meningkatkan fungsi perlindungan terhadap anak pecandu narkoba

Fungsi proteksi terhadap anak adalah sebuah fungsi keluarga yang berguna

untuk membatasi dan melindungi si anak terkait supaya tidak terjerumus

kedalam pergaulan yang salah maupun terjerumus kedalam bahaya-bahaya

lainnya. Dengan ditingkatkannya perlindungan dan membatasi pergaulan

terhadap anak pecandu narkoba ternyata dapat membantu mengurangi pola

perilaku anak tersebut untuk menggunakan narkoba. Untuk meningkatkan

fungsi proteksi tersebut dibutuhkan sikap yang tegas terhadap anak tanpa

mengurangi kasih sayang yang ditampakkan supaya anak tersebut dapat

menuruti keinginan orang tuanya supaya tidak kembali kepada pergaulan yang

salah hingga memakai narkoba. Seperti pernyataan informan (YG,19) berikut

ini:

51

Universitas Sumatera Utara


“ Semenjak ketahuan itu dulu aku kak, makin galak orang tuaku
samaku. Tapi beda galaknya. Kalo aku mau keluar rumah aja
galak dia. Mungkin takut kali dia balek aku make narkoba lagi.
Dulu suntuk kali kurasa gak bergaul kayak gitu. Tapi setelah
makin dewasa ku pikir-pikir ada benarnya juga yang di buat
orang tuaku itu kak. Lama-lama aku pun malas nengok kawan-
kawanku yang nyabu itu. Apalagi udah banyak yang mati kak,
makin ngeri kurasa”

Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh informan (R,16) :

“orang tuaku kak overprotective kali sekarang semenjak udah


tau aku make itu. Memang baek dia sekarang, mau ngebujuk
aku kalau aku ada mau. Ntah karna supaya aku jangan nyabu
lagi yakan. Tapi itulah kadang malasnya orang itu keras kali
kalo nengok aku mau keluar. Mau malam mingguan pun susah
aku semenjak ketauan ini kak.. hahaha..”

Informan berikut ini (BM,17) malah tidak setuju dengan tindakan orang tuanya

yang meningkatkan proteksi terhadapnya:

“Capeklah kak bapakku keras kali gitu. Macam di penjara aku


dirumah ini, kadang kalau udah kumat gilakku mau kubunuhkan
aja bapakku itu. Macam sekolah militer dibuatnya dirumah ini.
Cemana aku mau sembuh kalo niat jahatku timbul terus kayak
gini”

Fungsi proteksi yang berlebihan tentunya akan mengganggu kenyamanan

dari pada anak pecandu tersebut. Artinya proteksi yang dilakukan harus dengan

batas kewajaran saja tanpa ada bermaksud unsur menekan si anak tersebut.

Fungsi proteksi tersebut akan lebih maksimal berjalan apabila dikomparasikan

dengan fungsi afeksi yang telah dibahas sebelumnya karena anak akan lebih

nyaman apabila rasa nyaman ditimbulkan di dalam keluarga sebagai upaya

untuk menanggulangi penggunaan narkoba tersebut. Orang tua yang bijak

tentunya akan mampu mengupayakan fungsi-fungsi tersebut supaya terjalin

maksimal di keluarga. Seperti pernyataan informan (YN,45) berikut ini:

52

Universitas Sumatera Utara


“harus pande-pande kita yang menghadapi anak pecandu ini nak.
Orang itu lebih sensitif dari kita yang gak make ini. Sebisa
mungkin harus kita jauhkan dia dari lingkungan perkawanan dia
dulu itu. Karna kalo masih di situ juga dia nongkrongnya ya
sama aja kita membiarkan anak kita terjerumus”

Hal serupa dikemukakan oleh informan (IR,47) berikut ini:

“awalnya hancur kali hati ibu semenjak tau anak ibu nyabu, tapi
makin kesini jadi banyak belajar ibu menghadapi orang pecandu
ini. Memang gak gampang. Tapi namanya untuk anak ya semua
harus diusahakan yakan. Yang penting gak kesitu lagi
pergaulannya, harus jeli kita memperhatikan dia ini. Kalau
enggak hancur lagi dia ini pasti.”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa fungsi perlindungan

sangatlah penting dalam kehidupan berkeluarga. Terutama pada keluarga yang

terdapat seorang anak pecandu narkoba di dalamnya. Namun fungsi

perlindungan ini juga harus memiliki kontrol yang baik dan diselaraskan

dengan fungsi afeksi sehingga tidak terlalu overprotective terhadap anak

maupun anggota keluarga yang lain. Anak pecandu narkoba cenderung lebih

sensitif dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya. Apabila terjadi sikap

terlalu melindungi hingga si anak merasa tertekan makan akan timbul dampak

buruk bagi kejiwaan anak tersebut. Dalam Atmasasamita (1992) Hirschi

mengemukakan bahwa didalam sebuah kontrol sosial, setiap individu

seharusnya belajar untuk conform dan tidak melakukan penyimpangan atau

kriminal. Conform yang dimaksud di sini adalah sikap patuh dan taat terhadap

aturan dan nilai-nilai sosial yang ada. Seperti pernyataan beberapa informan di

atas, dapat kita lihat bahwa terkadang fungsi perlindungan yang diberikan oleh

orang tua dinilai tidak membuat nyaman oleh anak-anak korban pecandu

narkoba di keluarganya. Untuk itu apabila orang tua mampu belajar untuk

53

Universitas Sumatera Utara


menyesuaikan dan membuat nyaman sehingga anak mempu berperilaku taat

aturan (conform).

Selain itu orang tua yang bersikap overprotective menunjukkan sebesar

apa tingkat kepercayaan orang tua tersebut kepada anaknya setelah anak

tersebut menyalahgunakan narkoba. Terlihat kurangnya kontrol sosial internal

orang tua, dalam hal ini adalah Believe (kepercayaan). Semakin tinggi tingkat

perlindungan yang diberikan oleh orang tua tentunya semakin menunjukkan

rendahnya tingkat/rasa percaya orang tua terhadap anaknya tersebut. Hal

tersebut akan menghambat anak tersebut untuk sembuh dari rasa candunya.

3) Orang tua meningkatkan fungsi religius dan fungsi pendidikan terhadap anak

pecandu narkoba.

Fungsi religius merupakan sebuah upaya yang sangat tepat untuk membuat

keluarga senjadi semakin harmonis. Karena nilai-nilai religiusitas sangat

bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari masing-masing anggota keluarga. Nilai-

nilai religius tentunya jarang sekali bertentangan dengan norma-norma yang

ada di dalam masyarakat sehingga akan mampu membimbing keluarga menjadi

masyarakat yang berguna bagi orang lain. Pendidikan agama merupakan hal

yang tepat dan dilakukan oleh masyarakat Desa Bandar Khalipah sebagai

upaya penanggulangan kecanduan narkoba tersebut.

Pendidikan menjadi salah satu masalah yang penting bagi kehidupan suatu

bangsa, karena hal tersebut pendidikan mendapat perhatian dari berbagai

lapisan elemen, baik dari keluarga, masyarakat, pemerintah dan sekolah. Untuk

itu pemerintah melakukan usaha dan upaya untuk memantapkan pembangunan

54

Universitas Sumatera Utara


dibidang pendidikan Nasional. Sebab pendidikan itu sendiri merupakan

kebutuhan yang pokok bagi setiap bangsa. Dengan pendidikan diharapkan

terciptanya manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan, berpengetahuan,

cakap dan terampil agar nantinya dapat membangun kemajuan suatu bangsa.

Selain pendidikan nasional pendidikan agama juga sangat penting

ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Terkhusus bagi

pecandu narkoba untuk kembali ke jalan yang benar dan meninggalkan

penyimpangan sosial yang mereka perbuat selama ini pendidikan agama di

anggap efektif bagi sebagian orang tua. Seperti kita ketahui agama merupakan

sebuah realitas yang telah hidup dan mengiringi kehidupan manusia sejak

dahulu kala. Bahkan Agama akan terus mengiringi kehidupan manusia entah

untuk beberapa lama lagi. Seperti pernyataan informan (YN,45) berikut ini:

“Semua harus dikembalikan keagama juga ujung-ujungnya nak.


Cuma ya itulah kadang mengarahkan anak kembali ke jalan
agama ini yang susah dek. Apalagi zaman modern sekarang ini
dek mana ada lagi percaya orang itu sama agama”

Sama halnya dengan pernyataan informan (IR,47) berikut ini:

“memang ke jalur agamalah jalan yang terbaik. Cuma memang


tergantung si anak juga mau apa enggak dia. Harus pande-pande
kita nasehatinnya supaya orang itu kembali kejalan yang benar.
Toh juga untuk kebaikan orang itu dimasa depan yakan”

Fenomena ini akhirnya menyadarkan manusia bahwa baik Agama maupun

manusia tidak dapat dipisahkan, keduanya saling membutuhkan. Sebaliknya,

manusia tidak akan menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang

manusiawi jika Agama tidak mengajarkan manusia bagaimana cara menjadi

manusia yang menusiawi tersebut.

55

Universitas Sumatera Utara


Secara harfiah Agama dapat diartikan yaitu sebuah “aturan atau tatacara

hidup manusia yang di percayainya yang bersumber dari Yang Maha Kuasa

untuk kebahagian dunia dan akhirat. Sedangkan Madjid (2008) mendefinisikan

Agama adalah: sikap pasrah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, pencipta

seluruh langit dan bumi. Secara Sosiologis, Agama dipandang sebagai sistem

kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu. Berkaitan dengan

pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh karena

itu, setiap perilaku yang diperankan akan terkait dengan sistem keyakinan dari

ajaran Agama yang dianut. Perilaku individu dan sosial digerakkan oleh

kekuatan dari dalam yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Agama yang

menginternalisasi sebelumnya. Manusia, masyarakat, dan kebudayaan

berhubungan secara dialektik. Ketiganya berdampingan dan berhimpit saling

menciptakan dan meniadakan. (Kahmad, 2000).

Agama dalam perjalananya biasanya tidak hanya dijadikan sebagai

kebenaran yang diyakini dan dipahami, tetapi sebisamungkin kebenaran

Agama itu juga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui

sikap, perilaku, atau tindakan. Manusia dikatakan sebagai manusia yang

sebenarnya apabila ia menjadi manusia yang etis yakni manusia yang secara

utuh mampu memenuhi hajat hidup dalam rangka mengasah keseimbangan

antara kepentingan pribadi dengan kepentingan sosial, antara jasmani dan

rohani, antara makhluk berdiri sendiri dan dengan KhalikNya. Hal ini

terjadi karena hidup manusia mempunyai tujuan terakhir, yang lebih baik dan

tertinggi dalam rangka mendapatkan kebahagiaan sempurna.

56

Universitas Sumatera Utara


Hal ini lah yang bisa diterapkan kepada anak pecandu narkoba, mereka

yang sudah terlanjur melakukan penyimpangan sosial diharapkan dapat

kembali ke kehidupannya yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang

berlaku di dalam masyarakat yaitu dengan pendekatan agama. Pengobatan

untuk menanggulangi anak pecandu narkoba melalui pendidikan agama juga di

terapkan oleh orang tua di Desa Bandar Khalipah, baik dalam suatu institusi

maupun pendidikan agama di dalam keluarga. Sesuai dengan pernyataan

informan (IR,47) yang mengatakan bahwa:

“kebetulan om nya (YD,25) ada yang di Jawa, di pekalongan, itu


adeknya bapak yang paling kecil, jadi dia ngusulin (YD,25) suruh
di bawa kesana untuk mondok, masuk pesantren, awalnya
(YD,25) nolak, tapi setelah di jelasin sama om nya itu kalau
pesantren ini bukan pesantren formal biasa, dia ada di sebuah
perkampungan, di sana selain belajar agama juga di sediain
tempat bekerja, ada tambak disana, ladang, pabrik dan ternak
lembu, kambing , ayam, bebek, dengar cerita itu akhirnya
(YD,25) tertarik dan mau di bawa kesana”
Dari pernyataan informan di atas terlihat bahwa informan tersebut

memanfaatkan jaringan sosial yang dimilikinya. Ia memanfaatkan orang yang

dikenalnya dan dipercayakan untuk membawa anak tersebut supaya di

sekolahkan di pesantren dan segera di obati dengan cara menerapkan nilai-nilai

agama pada anaknya yang pecandu tersebut. Hasilnya hingga saat ini, anak

terkait telah mampu dan berhasil menjauhkan diri dari narkoba dan menjadi

lebih religius lagi. Ia juga berkomitmen untuk tidak akan terjerumus lagi

kedalam pergaulannya yang salah di masalalu. Selain di masukkan ke pondok

pesantren, sebagian orang tua memilih menanamkan nilai agama di dalam

rumahnya sendiri. Sesuai dengan pernyataan informa (YN,45) berikut ini:

“Sekarang saya lebih nanamin nilai agama ke anak, saya selalu


ingatin dia untuk sholat, tujuannya biar dia selalu ingat akan

57

Universitas Sumatera Utara


Tuhan dan akhlaknya kembali baik, dan (YG,19) bisa sadar dan
sembuh dari kecanduan narkoba”
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa menanamkan

pendidikan agama menjadi salah satu pilihan orang tua di Desa Bandar

Khalipah, orang tua berharap bahwa dengan pendidikan agama dapat

menciptakan akhlak yang baik pada anak pecandu narkoba, sehingga

diharapkan mereka dapat sembuh dari kecanduannya. Namun beberapa orang

tua memiliki kendala yang cukup sulit untuk mengajak dan mendidik anaknya

untuk kembali ke nilai-nilai agama, salah satunya mereka yang beranggapan di

zaman sekarang ini agama tidak lagi diperlukan. Anak pecandu yang

berpikiran seperti itu diakibatkan oleh pengaruh pergaulan yang tidak baik

pada saat ia mulai terjerumus dalam pemakaian narkoba.

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu oleh Herdajani, F. &

Sovitriana, I. (2013), terdapat persamaan yang tampak jelas dengan hasil

penelitian ini. Yang menjadi kendala orang tua adalah Perubahan-perubahan

sosial sebagai konsekuensi modernisasi sering kali menyebabkan tali ikatan

keluarga menjadi longgar. Apabila hal ini tidak disadari dapat berakibat lebih

jauh yang pada gilirannya dapat berakibat remaja tidak mendapatkan norma-

norma dan terjerumus pada penyalahgunaan narkoba. oleh karena itu

diperlukan perhatian yang lebih dari berbagai pihak untuk mencegah peredaran

narkoba di lingkungan tempat tinggal masing-masing.

Sama halnya dengan temuan di Desa Bandar Khalipah, tali ikatan keluarga

yang sudah lama longgar menjadi penyebab anak-anak di lingkungan tersebut

terjerumus dalam penggunaan narkoba. Dalam hal penanggulangannya, orang

58

Universitas Sumatera Utara


tua juga memiliki kendala pada saat mereka memaksimalkan fungsi-fungsi

keluarga terkait. Anak-anak mereka cenderung menganggap perlakuan orang

tua mereka tersebut berlebihan dan dianggap kampungan. Hal tersebut akibat

adanya perubahan sosial yang terjadi pada pola pikir anak yang sebelumnya

sudah terbiasa hidup bebas tanpa adanya perhatian dari pihak keluarga.

4.4.2. Upaya Keluarga (Orang Tua) dalam Pengobatan Anak Pecandu

Narkoba

Narkoba merupakan zat-zat adiktif yang memiliki dampak buruk bagi

kesehatan penggunanya. Narkoba dapat mempengaruhi kondisi kesehatan

penggunanya seperti menyebabkan penyakit HIV/AIDS ataupun penyakit seperti

overdosis hingga kepada penyakit kejiwaan. Untuk menghilangkan efek

kecanduan penggunaan narkoba tersebut, tentunya dibutuhkan upaya untuk

menyembuhkan penyakit akibat narkoba tersebut. Seperti hal penelitian

dilapangan terdapat beberapa upaya orang tua dalam mengobati rasa candu

anaknya dan menghilangkan efek narkoba di tubuh pecandu narkoba tersebut.

4.4.2.1. Terapi Alternatif (Pengobatan Tradisional)

Di zaman sekarang banyak sekali cara-cara yang bisa dilakukan oleh orang

tua untuk mengobati anaknya yang kecanduan narkoba. Salah satunya melalui

terapi alternatif. Terapi alternatif adalah setiap bentuk praktik pengobatan

tradisional yang berada di luar bidang dan praktik pengobatan kedokteran modern

(Hadibroto, 2006). Mangoenprasadjo (2005) menyatakan terapi alternatif

merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan

yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan

kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap

59

Universitas Sumatera Utara


pengobatan kedokteran modern. Terapi alternatif menggunakan secara luas

falsafah penyembuhan, pendekatan, dan berbagai jenis dan teknik terapi

(Hadibroto, 2006). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi

alternatif adalah praktik pengobatan, dan pelayanan kesehatan di luar praktik

kedokteran yang mencakup luas falsafah penyembuhan, pendekatan dan berbagai

jenis dan teknik terapi.

Upaya terapi alternatif juga telah dilakukan oleh informan (ID, 42) berikut ini:

“Kalau upaya yang udah kami lakukan pernah waktu itu pas
pulang kampung ke tempat bapaknya di Siantar. (BM,17) kami
bawa ke tempat orang pintar gitu, katanya bisa ngobatin anak
nakal, harapan kami (BM,17) bisa sembuh dari narkoba, disana
dia kayak di rukyah gitu sama ustadznya, di doain. Setelah itu di
kasi ramuan-ramuan buatannya trus disuruh rebus dan
minumkan. Tapi ya gitulah susahnya karna obat-obat kayak jamu
gitu kadang anakku gak mau di minumnya. Makanya agak susah
sembuh kurasa”

Hal demikian juga dilakukan oleh informan (NN,43) berikut ini:

“...Yah kalau usaha ngobatin (BB,18) ibu pernah bawa dia ke


tempat orang pintar dekat sini, disana dia di mandiin terus
pulang-pulang juga di bawain air minum yang udah di doain
sama orang pintarnya, di suruh minum, biar hilang nakalnya ”
Dari pernyataan informan-informan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengobatan alternatif untuk anak pecandu narkoba juga diterapkan sebagian orang

tua di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Pengobatan alternatif

menjadi salah satu pilihan lain untuk menyembuhkan kecanduan narkotika pada

anak tanpa harus tersentuh oleh hukum.

Terdapat juga beberapa alasan orang tua memilih pengobatan alternatif

sebagai upaya dalam menyembuhkan kenakalan maupun kecanduan narkoba dari

60

Universitas Sumatera Utara


anaknya tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi orang tua memilih

pengobatan tradisional sebagai upaya pengentasan penggunaan narkoba adalah

sebagai berikut:

1. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor yang paling mendasar dalam pemilihan

pengobatan alternatif sebagai sarana pengobatan kecanduan narkoba. Pengobatan

alternatif dianggap lebih murah bagi beberapa informan dalam penelitian ini.

Walaupun dalam proses pengobatan mereka juga terkadang merasa ragu karena

terkadang pengobatan tersebut hanya menggunakan air putih sebagai obat utama

dalam proses penyembuhan. Seperti pernyataan informan (ID,42) berikut ini:

“ya gitulah, pengobatan alternatif inikan murah. Taulah kita kalo


ke panti rehabilitasi ini yakan butuh duit banyak. Abis itu anak
ibu harus nginap di panti rehabilitasi itu tanpa pengawasan kita,
makanya ku bawa dia ke pengobatan alternatif”

Hal serupa dinyatakan informan (NN,43) sebagai berikut:

“cemanalah tan, namanya juga murah. Awak perlu duit banyak,


anakku juga banyak yakan yang butuh duit untuk sekolah.
Kadang percaya gak percaya juganya sama dukun ini. Tapi
namanya juga usaha untuk ngobatin, demi anak yakan semualah
dilakukan. Kalau di bawa kerumah sakit pasti mahal yakan, itu
pun takut juga anak kita nanti di tangkap polisi”

2. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat pendidikan seseorang tentunya akan mempengaruhi pilihan-pilihan dalam

hidup orang tersebut. Semakin tinggi pendidikannya tentunya akan semakin baik

pola perilaku serta logika berpikir orang tersebut. Dalam hal pemilihan

pengobatan alternatif para informan yang berstatus sebagai orang tua anak

pecandu narkoba memiliki pendidikan terakhir SMA bahkan ada 1 orang yang

61

Universitas Sumatera Utara


tamatan SMP. Mereka merasa memiliki informasi yang kurang dalam hal

pemilihan pengobatan anak pecandu narkoba. Seperti pernyataan informan

(YN,45) berikut ini:

“Payah kita nak kalau mau ngobatin orang ini, takutnya salah-
salah ada yang ngelaporkan pula ke polisi, ujung-ujungnya di
tangkap pula anak ini nanti. Udah duit lagi itu untuk nebus ke
polisinya, taulah kita yakan kalau berurusan sama polisi ini”

Hal senada diucapkan informan (MD,44) berikut ini:

“ngerila kalau di rehab di BNN, di tahan pula anak bapak nanti.


Trus yang kami tau bayar ke BNN itu mahal kali pun.Urusannya
juga ribet setauku”

Rata-rata orang tua dari anak pecandu narkoba yang telah di wawancarai

tersebut memiliki pengetahuan yang minim mengenai penanggulangan yang baik

dalam hal mengobati anak pecandu narkoba. Kurangnya pengetahuan tersebut

menghambat proses penyembuhan si anak. Bahkan masih ada juga yang masih

menjadi pemakai narkoba.

4.4.2.2. Pengobatan Secara Medis Ke Rumah Sakit

Mengobati kecanduan narkoba memang bukan perkara mudah. Saking

beratnya, pecandu bahkan bisa kembali lagi terjerat narkoba meski sudah

menjalani terapi. Berbagai terapi pun banyak ditawarkan untuk menghilangkan

kebiasaan mengonsumsi barang-barang adiktif tersebut. Jika memang benar-benar

ingin sembuh, pecandu terlebih dahulu harus menguatkan tekad dan tentu saja

meninggalkan lingkungan lamanya. Namun terkadang tekad yang kuat saja tidak

cukup untuk bisa terbebas dari jeratan candu narkoba. Terapi medis biasanya

dilakukan dengan memberikan pasien obat-obatan yang dapat menurunkan efek

sakaw pada pecandu, ditambah dengan psikoterapi dan konseling suportif. Pada

62

Universitas Sumatera Utara


pecandu narkoba sering kali ditemui penyakit-penyakit aneh akibat kurangnya

konsumsi narkoba yang mengakibatkan sakau, seperti susah bernapas, sakit

kepala, sakit gigi, hingga kepala perilaku menyimpang seperti orang gangguan

jiwa. Dalam hal ini hasil penelitian dari informan di Desa Bandar Khalipah,

sangat sedikit sekali masyarakat yang menempuh jalur pengobatan medis ini

untuk mengobati kecanduan dari penggunaan narkoba tersebut. Seperti pernyataan

informan (TR,56) berikut ini:

“kami jarang bawa anak ke rumah sakit untuk pengobatan,


paling dululah pernah dia kayak sakau gitu, kami kira udah mau
meninggal dia itu. Jadi kami bawa kerumah sakit rupanya setelah
disuntik mulai membaik sakaunya itu”
Sama halnya dengan pernyataan informan (ID,42) berikut ini:
“kalau untuk pengobatan medis kerumah sakit palingan kalau dia
udah kumat parah ajalah dek. Taulah biaya rumah sakit ini
mahal kali, manalah sanggup kami bayarnya”
Informan (ST,42) juga menyatakan:
“biaya rumah sakit besar tan, kalau gak parah kali ya malaslah
kesana. Sebenarnya tergantung kita orang tua ininya
ngobatinnya, harus ada kasih sayang itu kita kasih. Kalau
berobat di rumah sakit secara terus menerus maulah ku jual nanti
rumah ini hanya untuk dia aja. Mau tinggal dimana pula kami,
hahaha... (sambil bercanda)”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat kita simpulkan bahwa pemilihan

jalur pengobatan secara medis di rumah sakit secara berkelanjutan bukanlah

menjadi pilihan dalam upaya pengobatan kecanduan narkoba tersebut. Hal ini

dikarenakan biaya yang cukup besar yang akan dikeluarkan apabila memilih

berobat dirumah sakit. Secara teori masyarakat memang menganggap memang

pengobatan secara medis akan sangat membantu proses penyembuhannya, namun

mereka terkendala dengan biaya yang akan dihabiskan apabila memilih jalur

tersebut. Selain itu pengobatan medis ini juga hanya menyembuhkan sementara

63

Universitas Sumatera Utara


pada saat terjadinya sakau pada anak pecandu narkoba tersebut. Mereka

menganggap dengan pengawasan yang ketat supaya tidak kembali kelingkungan

sosial yang salah seperti yang dimaksud merupakan cara yang paling tepat dalam

upaya penanggulanan anak pecandu narkoba.

Matriks 4.6. Upaya Orang Tua dalam Menanggulangi Anak Pecandu Narkoba

Upaya Orang Tua


dalam
Menanggulangi Hasil
Anak Pecandu
Narkoba
 Memberikan
perhatian lebih
 Fungsi Afeksi
 Mencoba memenuhi
segala kebutuhan
anak
 Membatasi pergaulan
Memaksimalkan anak
Fungsi-Fungsi  Mengawasi aktivitas
Keluarga  Fungsi Proteksi
anak sehari-hari
(Perlindungan)
 Mencegah anak
kembali ke
lingkungan narkoba
 Fungsi  Memasukkan anak ke
Pendidikan dan pesantren
Agama
 Terapi Alternatif  Pergi berobat ke
dukun
Upaya Pengobatan
Anak Pecandu  Berobat ke rumah
Narkoba  Pengobatan sakit hanya pada saat
Secara Medis keadaan anak sedang
sakau

4.5.Tindakan Sosial Keluarga dalam Upaya Penanggulangan Anak


Pecandu Narkoba
Seperti yang diungkapkan oleh Weber dalam Ritzer (2010) yang menjadi

tolak ukur tindakan sosial dan antar hubungan sosial. Jika tindakan manusia itu

menurut aktornya mengandung makna subjektif dan hal ini bisa meliputi berbagai

64

Universitas Sumatera Utara


tindakan nyata, dalam kaitannya dengan temuan data di lapangan, aktor yang

dimaksud adalah orang tua anak pencandu narkoba. anak-anak tersebut

merupakan korban dari perkembangan lingkungan yang kurang baik. Dalam hal

ini orangtua tentunya mengupayakan segala tindakan yang dapat membantu

proses penyembuhan dan penanggulangan penggunaan narkoba tersebut.

Tindakan sosial yang dilakukan oleh orang tua tersebut didasarkan adanya

situasi yang sudah mengharuskan mengambil tindakan. Situasi yang dimaksud

adalah keadaan dimana anak-anak mereka yang telah menjadi pecandu narkoba

akibat dari pergaulan yang tidak baik. Para orang tua (aktor) bergerak melalui

tindakan nyata dengan melakukan beberapa upaya yang dianggap dapat

menanggulangi permasalahan tersebut. Beberapa upaya tersebut antara lain,

memaksimalkan fungsi-fungsi keluarga, pengobatan medis, dan penggobatan

tradisional.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan, terdapat tiga tipe tindakan sosial

yang berkaitan dengan upaya penanggulan anak pecandu narkoba di Desa Bandar

Khalipah tersebut. Untuk menjelaskan tindakan sosial orang tua tersebut, Weber

mengidentifikasi tindakan melalui empat tipe idealnya dengan temuan data di

lapangan, sebagai berikut:

Pertama, tindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang didasarkan atas

pertimbangan cara dan tujuan yang ingin dicapainya. Informan memiliki cara

tersendiri untuk membantu permasalahan anak pecandu narkoba. Seperti

pernyataan informan berikut (YD,25):

“kebetulan om nya (YD,25) ada yang di Jawa, di pekalongan,


itu adeknya bapak yang paling kecil, jadi dia ngusulin (YD,25)
suruh di bawa kesana untuk mondok, masuk pesantren”

65

Universitas Sumatera Utara


Orang tua dari YD memanfaatkan kenalannya tersebut sebagai alat (instrumen)

untuk turut membantu dalam proses penyembuhan anaknya tersebut. Untuk

menjauhkan informan tersebut dari lingkungannya yang lama, orang tuanya

menyerahkan YD sepenuhnya kepada keluarganya tersebut yang berada di Jawa

untuk mengurus anaknya yang menjadi pecandu narkoba itu. Hasilnya hingga saat

ini, YD telah mampu lepas dari rasa candunya terhadap narkoba setelah menjalani

2 tahun proses pengasingan diri dari lingkungannya tersebut. Hal ini ternyata

memberikan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan keempat informan

lainnya yang tidak memiliki instrument (kenalan) yang dianggap kredibel dalam

mengatasi permasalahan kecanduan narkoba tersebut.

Kedua, tindakan sosial berorientasi nilai merupakan tindakan yang didasarkan

pada nilai. Seperti yang kita lihat pernyataan informan pada pembahasan upaya

peningkatan fungsi keluarga, dapat kita simpulkan bahwa tindakan orang tua

sebagai upaya menanggulangi kecanduan narkobanya tersebut relevan dengan

pernyataan Max Weber tentang tindakan rasional nilai, artinya upaya tersebut

dilakukan setelah anaknya melanggar norma dan nilai di lingkungan masyarakat,

dalam hal ini adalah penyalahgunaan narkoba. Sebelumnya para orang tua

tersebut masih belum sadar dan bertindak untuk mencegah anaknya dalam

menyalahgunakan narkoba tersebut, namun setelah mengetahui dan menyadari

bahwa anaknya telah menggunakan narkoba barulah orang tua bertindak dan

berupaya. Desa Bandar Khalipah masih kental dengan nilai-nilai sosial karena di

desa tersebut terdapat keberagaman agama dan budaya yang tentunya

memunculkan nilai-nilai sosial yang tinggi pada lingkungan masyarakat Desa

tersebut.

66

Universitas Sumatera Utara


Ketiga, tindakan afektif yaitu tindakan yang dipengaruhi oleh kondisi emosi

pelaku atau aktor. Seperti yang dijelaskan oleh informan, ia menjelaskan bahwa

informan memiliki rasa kasihan dan peduli karena yang menjadi korban dalam

kasus ini adalah anak mereka sendiri. Untuk itu segala upaya akan diusahakan

untu menanggulangi candu narkoba itu. Tindakan sosial afektif ini sangat

berkaitan erat dengan penerapan fungsi-fungsi keluarga yang salah satunya adalah

fungsi afeksi (kasih sayang). Di dalam pembahasan sebelumnya telah banyak

dipaparkan pernyataan informan mengenai rasa menyesal orang tua akibat

kurangnya kepedulian mereka dimasa lalu sehingga menyebabkan anak mereka

terjerumus kepada pergaulan yang salah dan mengakibatkan anak-anak mereka

menjadi pecandu narkoba. Meningkatkan fungsi afeksi dalam keluarga menjadi

salah satu alternatif dalam upaya terkait. Ada yang berhasil dan ada juga yang

mendapatkan kedala dalam peningkatan fungsi tersebut. Tindakan rasional afektif

orang tua ini tentunya didasarkan rasa sayang akibat adanya ikatan persaudaraan

yang melekat terhadap sesama anggota keluarganya tersebut.

4.6. Kebijakan Rehabilititasi Terhadap Anak Pecandu Narkoba Belum


Menjadi Pilihan Orang Tua di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut
Sei Tuan Deli Serdang
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses pengobatan

untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan masa menjalani

rehabilitasi tersebut diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.

Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga merupakan suatu bentuk

perlindungan sosial yang mengintegrasikan pecandu narkotika ke dalam tertib

sosial agar dia tidak lagi melakukan penyalagunaan narkotika. Istilah rehabilitasi

67

Universitas Sumatera Utara


dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdiri dari 2

(dua) yaitu:

a) Rehabilitasi medis yaitu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika, sesuai Pasal 1 angka 16

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam hal ini

seperti penjelasan sebelumnya, masyarakat Desa Bandar Khalipah sedikit

sekali yang memilih jalur pengobatan medis sebagai sarana pengobatan

mengurangi rasa candu terhadap narkoba. Kebanyakan dari mereka justru

memilih pengobatan alternatif akibat kurangnya pendapatan rumah tangga

b) Rehabilitasi Sosial yaitu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik,

mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali

melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat, sesuai Pasal 1 angka

17 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam hal

rehabilitasi sosial, masyarakat Desa Bandar Khalipah juga lebih memilih

memulai rehabilitasi sosial dengan cara meningkatkan fungsi-fungsi keluarga

secara maksimal.

4.6.1. Kurangnya Sosialisasi tentang Kebijakan Rehabilitasi di Lingkungan


Masyarakat
Merujuk pada Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan

Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor

Pecandu Narkotika, maka pecandu/pengguna serta korban penyalahgunaan

Narkotika seharusnya wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Pasal 54 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika mengatur bahwa

Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Hal tersebut juga telah dipertegas dan

68

Universitas Sumatera Utara


diatur lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25

Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011

Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika. Selain itu pada Pasal 3

ayat 1. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 11 Tahun 2014

tentang Tata Cara Penanganan Tersangka dan/atau Terdakwa Pecandu Narkotika

dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke Dalam Lembaga

Rehabilitasi (Peraturan BNN 11/2014) mengatur bahwa Pecandu Narkotika dan

Korban Penyalahgunaan Narkotika yang tanpa hak dan melawan hukum sebagai

Tersangka dan/atau Terdakwa dalam penyalahgunaan Narkotika yang sedang

menjalani proses penyidikan, penuntutan,dan persidangan di pengadilan diberikan

pengobatan, perawatan dan pemulihan dalam lembaga rehabilitasi. Begitu pula

Surat Edaran Mahkamah Agung No 4 Tahun 2010 berusaha untuk

mendayagunakan kembali Pasal 103 UU Narkotika, yang menyatakan bahwa

hakim dapat memutus pencandu narkotika untuk menjalani rehabilitasi.

Kebijakan-kebijakan tersebut tentunya perlu disosialisasikan kepada masyarakat

agar masyarakat dapat mengetahui informasi tentang kebijakan terkait. Dalam ha

berikut ini masyarakat di Desa Bandar Khalipah sama sekali tidak menjalankan

undang-undang tersebut akibat ketidaktahuan mereka mengenai undang-undang

tersebut. Seperti pernyataan informan (ID,42) berikut ini:

“ada rupanya undang-undang wajib lapor gitu? Bukannya


bahaya ya untuk anak kita apabila di laporkan ke BNN gitu, di
tangkap orang itu pula nanti? Lagian kalau pun katanya
diundang-undang gak bayar untuk direhab, pasti beda itu di
lapangan kenyataannya”

69

Universitas Sumatera Utara


Hal serupa dinyatakan informan (NN,43) berikut ini:
“setau ibu bayar itu tan ikut-ikut program kayak gitu, daripada
banyak biaya mending alternatif ajalah. Sisanya ya tinggal
kitalah yang ngontrol”
Namun ada salah seorang informan orang tua anak pecandu narkoba (TR,56)

mengetahui tentang program tersebut, akan tetapi anaknya tidak mau diikutkan

program tersebut.

“soal program itu kami tau, tapi ya gitulah anak ini agak susah
dia di ajak ikut program kayak gitu. Makanya kami masukkan
pesantren dia. Itu pun dia mau ikut pesantren karena ada oomnya
disana. Anak ini gak pemberani”
Berdasarkan pernyataan di atas terlihat ketidaktahuan mereka

menyebabkan proses rehabilitasi dan pengobatan menjadi terhambat. Dari

beberapa informan yang diwawancarai hanya terdapat satu informan yang

mengetahui program tersebut. Itupun anaknya yang merupakan pecandu tidak

berminat terhadap program wajib lapor BNN dan menerima pelayanan rehabilitasi

dari BNN tersebut.

Hal ini menurut Kepala Desa Bandar Khalipah akibat kurangnya

sosialisasi di masyarakat mengenai program-program BNN tersebut:

“Disini dek sebenarnya sering kali kasus narkoba kejadian, tapi


sampai sekarang belum ada sosialisasi mengenai program
rehabilitasi seperti yang kamu bilang itu dari BNN, dulu pernah
datang penggerebekan BNN nangkap pengedar sabu di daerah
sini. Tapi setelah ketangkap yaudah gak ada sosialisasi apapun
gitu sama masyarakat...”
Sosialisasi yang berkelanjutan akan berdampak positif bagi masyarakat,

artinya pengetahuan masyarakat terhadap masalah narkoba yang dihadapinya akan

semakin meningkat, sehingga masyarakat akan mampu menanggulangi

permasalahan candu narkoba dengan baik dan benar. Jika rehabilitasi di BNN tak

70

Universitas Sumatera Utara


dikenai biaya, lain lagi dengan panti rehabilitasi swasta. Berdasarkan informasi 2

tahun lalu biaya rehabilitasi di tempat rehabilitasi milik perseorangan berkisar

mulai dari Rp 3,5 jutaan hingga Rp 10 jutaan per bulan. Biaya itu belum termasuk

obat yang harus dikonsumsi secara rutin oleh sang pecandu. Meski cukup mahal,

ada pula beberapa panti yang bersedia memberi keringanan bagi mereka yang

tidak mampu (Kartika, 2017).

Dalam hal ini berdasarkan Undang-Undang maka negara memang

seharusnya bertanggung jawab untuk memulihkan para pengguna narkoba melalui

rehabilitasi. Oleh karena itu sudah sepatutnya tak boleh ada kendala untuk

program rehabilitasi. Dengan demikian seharusnya penerapan rehabilitasi

pengguna narkoba adalah suatu keharusan kepada setiap pengguna, sehingga

rehabilitasi tidak boleh digantungkan kepada kemampuan bayar dari masing-

masing pengguna narkoba. Masyarakat juga diharapkan berani untuk bersikap

tegas apabila mendapati ada oknum aparat yang meminta uang jutaan rupiah agar

pengguna dapat direhabilitasi.Selain itu, Pemerintah juga diharapkan lebih

memberikan sosialisasi mengenai panti rehabilitasi pecandu narkoba, baik

sosialisasi di kota hingga ke desa-desa seperti halnya kepada keluarga anak

pecandu narkoba yang berada di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei

Tuan Kabupaten Deli Serdang. Sosialisasi mengenai biaya serta syarat apa saja

yang harus dipenuhi orang tua untuk membawa anaknya yang menjadi pecandu

narkoba ke panti rehabilitasi diharapkan menghilangkan rasa ragu orang tua anak

pecandu narkoba untuk segera menangani anak pecandu narkoba secara bersama.

71

Universitas Sumatera Utara


4.6.2. Minimnya Penghasilan Keluarga (Orang Tua)

Peraturan perundang-undangan secara jelas sudah menyatakan bahwa

masyarakat yang telah menjadi pecandu narkoba wajib untuk menjalani

rehabilitasi, baik rehabilitasi medis maupun sosial, tetapi nyatanya masih banyak

masyarakat yang keluarganya pecandu narkoba belum melaporkan diri. Seperti

halnya 5 informan keluarga anak pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah

Kecamatan Percut Sei Tuan Deli serdang, bedasarkan hasil penelitian ke lima

keluarga ini tidak membawa anak untuk direhabilitasi disebabkan oleh beberapa

faktor salah satunya yaitu faktor ekonomi keluarga yang rendah.

Sesuai dengan pernyataan informan (NN,43) sebagai berikut:

“ibu mana ada uang untuk bawa (BB,18) ke pengobatan yang


mahal, untuk ke panti rehabilitasi gak punya uang, bisa cari uang
untuk makan sehari-hari aja udah syukur”
Hal demikian juga di sampaikan informan (ID,42)

“kalau ke panti rehabilitasi kami gak punya uang, biayanya


dengar-dengar mahal, anak-anak orang kaya itulah yang bisa di
bawa kesana, makanya kami lebih milih berobat alternatif,
biayanya masih terjangkau, sesuai kemampuan kami”
Senada dengan penuturan informan (NN,43) dan (ID,42) begitu juga penuturan

informan (ST,42)

“biaya rehabilitasi kan mahal, bukannya gak mau bawa anak


kesana, kalau saya punya uang pasti udah bawa (R,16) kesana,
siapa sih yang gak mau anaknya sembuh dari narkoba”
Dari pernyataan informan di atas dapat disimpulkan, faktor ekonomi

keluarga yang rendah sangat mempengaruhi orang tua untuk tidak membawa

anaknya ke panti rehabilitasi, terlebih lagi bedasarkan hasil penelitian dari 5

72

Universitas Sumatera Utara


informan keluarga anak pecandu narkoba 3 di antaranya adalah orang tua tunggal

yang bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya. Para orang

tua anak pecandu narkoba di Desa Bandar Khalipah beranggapan untuk bisa

membawa dan mengobati anak ke panti rehabilitasi memerlukan biaya yang tidak

sedikit. Tetapi peneliti menemukan fakta ternyata tidak semua panti rehabilitasi

memerlukan biaya besar. Contohnya saja panti rehabilitasi BNN, jika ditelusuri

lebih dalam dari berbagai sumber berita online ternyata pengobatan di panti

rehabilitasi BNN seharusnya tidak dipungut biaya. BNN sekaligus

mengklarifikasi isu tidak sedap yang sebelumnya mengatakan bahwa para

pecandu seringkali terkena pungutan liar berupa biaya rehab yang cukup besar

oleh oknum petugas. Kepala BNN RI, Komjen Pol Budi Waseso (Buwas) sempat

menegur petugas-petugas BNN atas isu-isu yang tidak sedap ini.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita lihat terdapat beberapa faktor

yang menjadikan masyarakat belum memilih program rehabilitasi dari pemerintah

sebagai sarana penyembuhan anak pecandu narkoba. Salah satunya adalah tingkat

pengetahuan akan informasi dari undang-undang tersebut yang belum sampai di

masyarakat. Sehingga masyarakat menduga-duga hal yang negatif akan terjadi

apabila mengikuti program BNN tersebut. Hal ini sangat berkaitan erat dengan

teorrinya Hirschi dalam Atmasasamita (1992) tentang pengingkaran aturan-aturan

sosial adalah akibat dari kegagalan mensosialosasikan peraturan kepadaa

masyarakat untuk bertindak conform (patuh) terhadap aturan atau tata tertib yang

ada. Selain itu sepengetahuan masyarakat di lapangan juga masih ada oknum-

oknum yang bermain, dalam artian menyalahgunakan wewenang sebagai petugas

dari BNN untuk rehabilitasi sosial maupun medis untuk kepentingan dan

73

Universitas Sumatera Utara


keuntungan pribadi. Hal tersebut membuat masyarakat semakin tidak percaya

akan program pemerintah tersebut.

Matriks 4.7. Kebijakan Rehabilitasi Gratis Belum Menjadi Pilihan Orang Tua

Kebijakan
Rehabilitasi Anak
Pecandu Narkoba
Hasil
Belum Menjadi
Pilihan Keluarga
(Orang Tua)
 Orang tua anak
pecandu narkoba tidak
 Kurang
mengetahui Pasal 54
Pengetahuan
Undang-Undang No.
35 tahun 2009 tentang
wajib rehabilitasi
Kurangnya Sosialisasi  Masyarakat telah
dari Pemerintah  Sikap
terpengaruh dengan isu
masyarakat
oknum nakal dari BNN
yang berburuk
sangka
 Masyarakat kurang
terhadap
mempercayai program
program
rahabilitasi gratis
pemerintah
tersebut
 Dalam proses
mengikuti program
rehabilitasi tersebut
 Faktor
Minimnya Penghasilan membutuhkan modal
Ekonomi
Keluarga
Keluarga
 Rata-rata pengguna
narkoba berasal dari
keluarga tidak mampu

74

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas kesimpulan yang didapatkan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keluarga (orang tua) memiliki beberapa upaya dalam menanggulangi

kasus-kasus kecanduan narkoba tersebut seperti mengupayakan

peningkatan fungsi-fungsi keluarga hingga kepada mengupayakan

pengobatan alternatif sebagai upaya pengobatan yang berkelanjutan.

2. Upaya-upaya tersebut belum juga membuahkan hasil yang maksimal

karena terkendala beberapa hambatan seperti faktor ekonomi dan

kurangnya pengetahuan. Selain itu anak pecandu narkoba tersebut juga

sangat sulit diarahkan untuk berobat.

3. Keluarga (orang tua) belum mengetahui sebelumnya mengenai program

pemerintah tentang wajib lapor dan penanganan rehabilitasi secara gratis

oleh BNN sehingga mereka tidak menjalankan kebijakan wajib lapor dan

rehabilitasi tersebut sebagai pilihan dalam penanggulangan anak pecandu

narkoba. Kondisi seperti ini terjadi akibat kurangnya sosialisasi di Desa

Bandar Khalipah, hal tersebut menghambat proses penyembuhan

kecanduan narkoba yang dialami oleh anak-anak mereka.

4. Masyarakat di Desa Bandar Khalipah menunjukkan sikap yang terlihat

kurang percaya terhadap pemerintah akibat dari rasa trauma yang pernah

dialami masyarakat terhadap oknum-oknum yang pernah mempersulit

75

Universitas Sumatera Utara


mereka yang terjadi pada masa lalu dengan urusan yang berbeda. Hal

tersebut menjadi salah satu faktor masyarakat tidak mau ikut serta dalam

program wajib lapor dan rehabilitasi gratis dari pemerintah.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini saran yang

dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi darurat narkoba hingga

kepelosok-pelosok desa dan melakukan pengawasan yang ketat di

masyarakat dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat langsung. Hal

ini sangat dibutuhkan mengingat dari hasil penelitian ini yang

mendeskripsikan masih kurang berhasilnya upaya-upaya orang tua dalam

menghadapi permasalahan anak pecandu narkoba tersebut.

2. Pemerintah juga harus menjalankan program yang mengedukasi para

orang tua anak pecandu narkoba seperti kajian Parenting sebagai bekal

untuk menghadapi anak-anak pecandu narkoba supaya ditangani secara

khusus.

3. Masyarakat sudah seharusnya masyarakat sadar akan informasi.

Mengingat dengan berkembangnya kemajuan teknologi, internet menjadi

salah satu sarana pencarian solusi untuk menghadapi permasalahan

kecanduan narkoba.

4. Fungsi-fungsi keluarga juga sudah seharusnya dimaksimalkan dengan

diselaraskan antara satu dengan yang lainnya supaya kehidupan keluarga

terjalin dengan sebaik-baiknya .

76

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Atmasasmita, Romli. 1992. Tindak Pidana, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi,
Bandung: PT. Eresco.
Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana Media Group.
Budianto. 1989. Narkoba dan Pengaruhnya. Ganeca Exact. Bandung.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia


Indonesia.
Gunarsa, Singgih.2003.Psikologi Untuk Keluarga. Gunung Mulia: Jakarta

Hadriansyah. 2013.Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Upaya Pencegahan


Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di Desa Seuleukat Kecamatan
Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. http://jurnal.umrah.ac.iddiakses
tanggal 17 Juli 2014, pkl 04.07 WIB.
Hardibroto, Yasmine (2006). Seluk-Beluk Pengobatan Alternatif dan
Komplementer, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
HasyimMoch Yusuf. 2012. Pemahaman Individu Metode Pemahaman Problema
Anak. Yogyakarta: Teras.
Henslin, James. M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Mebumi, Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Herdajani, F. & Sovitriana, I. 2013. Peran Orangtua Dalam Mencegah Dan
Menanggulangi Penggunaan Zat Adiktif Dan Psikotropika Pada Remaja.
Prosiding Seminar Parenting. Jakarta.
Horton, B Paul dan Chester L Hunt. 1996. Sosiologi. Edisi Keenam. Penerjermah
Aminuddin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Erlangga.
Horton, B. Paul dan Hunt, L. Chester. 1987. Sosiologi Jilid I, Jakarta: Erlangga.

Jazuli. 2007. Upaya menjaga diri dari bahaya narkoba. Semarang: PT Bengawan
ilmu.
Kahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama, Bandung : Pustaka Setia, 2000.

77

Universitas Sumatera Utara


Kartini, Kartono. 1992. Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Madjid. Nurcholist. Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi
Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina, 2008
Mangoenprasodjo, setiono, A (2005). Terapi Alternatif & Gaya Hidup Sehat,
Yogyakarta : Pradibta Publising
Moleong. Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Neuman, M Lawrence. 2003. Social Research Methods (Qualitative and


Quantitative Approaches) fifth edition. USA.
Purnomowardani Agnes D dan Koentjoro. 2000. Penyingkapan-Diri, Perilaku
Seksual, Dan Penyalahgunaan Narkoba. Jurnal Psikologi. Universitas
Gadjah Mada.

Ritzer, George & Douglas, J. Goodman, 2010.Teori Sosiologi Modern. Jakarta:


Kencana.
Sembiring, Jefrianto, Erwina Liza dan Waty Nurmala. 2013. Faktor-Faktor Yang
Menyebabkan Penyalahgunaan Narkoba Pada Kalangan Remaja Dan Anak-
Anak Di Kota Medan Serta Penanganannya Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009. Jurnal.usu.ac.id
Setiadi, E. M., & Kolip, U. 2011. Pengantar sosiologi: pemahaman fakta dan
gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi dan pemecahannya. Kencana.
Simangunsong, jimmy. 2015. Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
(Studi kasus pada Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang ).
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru Keempat.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sunarno.2007. Narkoba, Bahaya dan Upaya Pencegahannya. Semarang: PT
Bangawan ilmu.
Tampubolon, Gustina.H.R. 2015. Peran Badan Narkotika (BNN) Dalam
Penanggulangan Narkotika Di Kota Samarinda. ejournal.ip.fisip-
unmul.ac.id

78

Universitas Sumatera Utara


Sumber lain

http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2013/07/23/704/faktor-penyebab-

penyalahgunaan-narkotika.

Hendrian, Dedi. 2016. www.kpai.go.id/berita/memprihatinkan-anak-pengguna-

narkoba-capai-14-ribu/ (diakses tgl 10/03/2017)

Surya, Hendra . 2015. http://www.kompasiana.com/cara-menghadapi-anak-yang-

kedapatan-menyalahgunakan-narkoba_550e3e4b813311b52dbc6158

Maulani. 2010. http://digilidunila.ac.id/943/3/BAB.II.pdf

https://deliserdangkab.bps.go.id.

http://www.bnn.go.id.

79

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

I. Dokumentasi di lapangan

Gambar 1. Jalan masuk menuju Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut


Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Gambar 2. Wawancara dengan informan pertama ibu IR (47)

80

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Wawancara dengan anak pecandu narkoba YD (25)

Gambar 4. Wawancara di kediaman ibu YN (45) bersama anaknya YG(19)

81

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Wawancara dengan ibu ST (42) dengan anaknya yang pecandu
narkoba R (16)

Gambar 6. Selesai wawancara dengan ibu NN (43) bersama anaknya yang


pecandu narkoba BB (18)

82

Universitas Sumatera Utara


Gambar 7. Wawancara dengan ibu ID (42) dan bapak MD (45), mereka
orang tua dari anak pecandu narkoba

83

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8. Selesai wawancara dengan BM (17), foto bersama dengan orang
tuanya ibu ID (42) dan bapak MD (45) yang sudah dahulu di wawancarai
siang harinya.

Gambar 9. Kediaman keluarga ibu ID (42) dan bapak MD (45)

84

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai