Anda di halaman 1dari 4

A.

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

1. Geomorfologi Daerah Penelitian

Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk bumi atau roman muka
bumi, dalam istilah asing sering disebut sebagai “Landscape”. (Thornbury, 1954). Proses
pembentukan bentang alam dari pada suatu daerah merupakan hasil dari aktivitas yang terjadi
bumi (endogen) maupun yang beaal dari luar bumi (oksigen). Bentuk dari pada bentang alam
yang dihasilkan akan bervariasi, yang kemudian dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik
hasil bentukan dari proses geomorfologinya.

Pembahasan mengenai geomorfologi daerah penelitian menjelaskan tentang kondisi bentang


alam daerah penelitian yang meliputi satuan geomorfologi, kondisi sungai (klasifikasi sungai,
pola aliran sungai dan stadia sungai), dan jenis pelapukan yang terjadi sehingga dapat ditentukan
stadia daerah penelitian. Pembahasan mengenai geomorfologi didasarkan pada gejala-gejala
geomorfologi yang dijumpai dilapangan, interpretasi petatopografi, dan literatur terkait.

Dasar penamaan satuan bentang alam daerah penelitian didasarkan dua aspek pendekatan
yaitu pendekatan morfografi (bentuk topografi daerah penelitian) dan pendekatan genetic atau
proses geomorfologi yang mengontrol daerah penelitian.

Berdasarkan klasifikasi bentuk muka bumi (BMB) oleh budi brahmantyo dan bandono
(1999), daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 satuan bentang alam, yaitu:

1. Satuan bentang alam pedataran antar perbukitan


2. Satuan bentang alam perbukitan zona sesar
1.1. Satuan Bentang Alam Pedataran Antar Perbukitan

Gambar 1 1.1. Satuan Bentang Alam Pedataran Antar Perbukitan

Satuan geomorfologi ini meliputi ± 20 % dari seluruh daerah penelitian yaitu desa
sanggula dan mata wawatu, kecamatan moramo utara, mempunyai pelamparan relatif
timur laut-barat daya dari daerah penelitian. Morfologi pada satuan ini berupa morfologi
pedataran yang secara morfogenesa terbentuk akibat proses denudasional yang
berlangsung pada daerah penelitian. Secara morfometri satuan ini mempunyai beda tinggi
rata-rata 0-50 meter dari permukaan laut dengan kemiringan lereng rata-rata ± 0-7
dengan keadaan lereng datar sampai miring. Tingkat pelapukan sedang, jenis pelapukan
mekanik, tipe erosi gully dengan jenis material berupa soil dan batuan dengan jenis soil
beupa residual soil dan berwarna coklat. Jenis sungai periodik dengan profil lembar u
lebar berstadia dewasa, pola aliran dendritik dengan tipe genetic konsekuen. Litologi
pada bentang alam tersebut berupa konglomerat dengan stadia daerah dewasa.
Berdasarkan data – data di atas, maka satuan geomorfologi ini termasuk dalam
satuan bentang alam pedataran antar perbukitan. Satuan geomorfologi ini dimanfaatkan
sebagai pabrik suplit, pemukiman, dan perkebunan.
1.2. Satuan Bentang Alam Pebukitan Zona Sesar

Gambar 2 1.2. Satuan Bentang Alam Pebukitan Zona Sesar

Satuan geomorfologi ini meliputi ± 80 % dari seluruh daerah penelitian yaitu desa
sanggula dan mata wawatu, kecamatan moramo utara yang mempunyai pelamparan
relatif barat laut-tenggara dari daerah penelitian. Morfologi pada satuan ini berupa
morfologi perbukitan rendah sampai tinggi yang secara morfogenesa terbentuk akibat
proses struktural yang berlangsung pada daerah penelitian. Secara morfometri satuan ini
mempunyai beda tinggi rata-rata ±50-465 meter dari permukaan laut dengan kemiringan
lereng rata-rata ± 7-55. Keadaan lereng miring-terjal, tingkat pelapukan sedang, jenis
pelapukan nekanik dan kimia, tipe erosi gully erosi dengan jenis material soil dan batuan.
Jenis tanah residual dengan warna kecoklatan. Jenis sungai periodic dengan provil
lembah V, stadia sungai muda dengan pola lairan paralele dan tipe genetic konsekuen.
Litologi yang terdapat pada bentang alam tersebut berupa filit dan batugamping malih.
Jenis struktur geologi berupa kekar dan vein. Stadia daerah dewasa.
Berdasarkan data – data di atas, maka satuan geomorfologi ini termasuk dalam
satuan bentang alam perbukitan zona sesar. Satuan ini dimanfaatkan sebagai tambang
bahan galian c, perkebunan dan hutan

2. Statigrafi Daerah Penelitian


Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai di lapangan serta kesebandingan yang dilakukan
terhadap Peta Lembar Geologi Kolaka (Simandjutak, Surono dan Sukido, 1993), Daerah
Sanggula dan Mata Wawawtu tersusun oleh 3 satuan batuan dari tua ke muda yaitu: satuan
batuan batugamping formasi Laonti (Rjt) terdiri dari batuan Metabatugamping yang
seumuran dengan satuan batuan filit formasi Meluhu (Trjm) yang terdiri dari batuan filit,
dan satuan batuan konglomerat formasi Langkowala (Tml) yang terdiri dari batuan
konglomerat.

2.1. Satuan Batuan Batugamping

Gambar 3. Satuan Batugamping

Anda mungkin juga menyukai