PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998).
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambaran dari orang tuanya saat kecil. Pada anak usia prasekolah, anak
mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik
tetapi juga secara social dan emosional. Anak usia prasekolah ini sedang dalam
proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa perilaku yang tidak ada, sekarang
muncul.
Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai penyakit dan
menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak jika
kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh praktisi kesehatan dan
juga usaha-usaha pencegahan adalah yang tetap paling baik dilakukan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini adalah hanya untuk membahas bagaimana Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Anak Toodler
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEPERAWATAN KELUARGA
4. Fungsi Keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
6. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial
dan spriritual.
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8
tahap perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua
dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
b) Struktur kekeuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga, yang berhubungan denga kesehatan.
5) Fungsi-fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota
keluarga
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah :
1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan
2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan panjang
- Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ±
6 bulan.
- Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
berespon terhadap situasi / stresor.
c) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
10. Penerapan prioritas masalah
Skala untuk menentukan prioritas
Asuhan Keperawatan Keluarga
(Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Murwani, 2008)
NO KRITERIA BOBOT
1 Sifat masalah 1
Skala : tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2
dirubah
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk 1
dicegah 3
Skala : Tinggi 2
Cukup 1
Rendah
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus 2
segera ditangani
Ada masalah tetapi 1
tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
a) Tentukan skore untuk setiap kriteria
b) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
skore
x Bobot
Angka Kematian
13. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasidengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status
kesehatankeluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan percapaian tujuan
keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak / berhasil sebagian, perlu disusun
rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga evaluasi
yangdilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga (Murwani,2008).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara
operasionalmenurut Murwani (2008) :
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
O :adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
pada tahapan evaluasi
14. Prinsip-prinsip perawatan keluarg
Dalam (Setiadi,2008), ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga adalah :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam
mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan
kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi
e. Periode dan Tahap Perkembangan Anak Menurut Umur dan Aspek Kemampuan
Perkembangan kemampuan dasar anak-anak berkorelasi dengan pertumbuhan.
Perkembangan kemampuan dasar mempunyain pola yang tetap dan berlangsung secara
berurutan. Oleh karenanya stimulasi yang diberikan kepada anak balita dalam rangka
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan sesuai dengan
pembagian kelompok umur anak berikut ini:
No
Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur
.
1. Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa Prenatal
2. Masa bayi Umur 0-12 bulan
3. Masa anak balita Umur 12-60 bulan (2-5 tahun)
4. Masa pra sekolah Umur 60-72 bulan (5-6 tahun)
gantung,
mengangkat kepala,
memperhatikan benda bergerak,
0-3 bulan guling-guling,
melihat benda-benda kecil,
menahan kepala tetap tegak,
memegang benda,
meraba dan merasakan bentuk permukaan,
3-6 bulan menyangga berat, memegang benda dengan kuat,
gunting,
Menempel guntingan gambar sesuai
Menangkap bola kecil dan dengan cerita.
melemparkan kembali. Menempel gambar pada karton.
Berjalan mengikuti garis lurus, Belajar 'menjahit' dengan tali rafia.
36-48 Melompat dengan satu kaki, Menggambar/menulis garis lurus,
bulan Melempar benda-benda kecil ke bulatan,segi empat, huruf dan angka.
atas, Menghitung lebih dari 2 atau 3 angka.
Menirukan binatang berjalan, Menggambar dengan jari, memakai cat,
Berjalan jinjit secara bergantian. Mengenal campuran warna dengan cat
air,
Mengenal bentuk dengan menempel
potongan bentuk.
Mengenal konsep "separuh atau satu"
a. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat) ,kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/ 24 jam. Defenisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai darah.
(SudoyoAru, dkk 2009).
Diare merupakan keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam kebiasaan
buang air besar yang normal, ditandai dengan seringnya kehilangan cairan, feses yang
tidak berbentuk.
b. Etiologi
a. Diare Akut
- Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.
- Parasit, Protozoa : Giardia Lamdia, Entamoebahystolitica,
tricomonashominis, isosporasp, cacing(A.lumbricoides, A.
duodenale, N. americanus, T.trichiura, O.vermicularis.
- Bakteri : yang memproduksi enteretoksin (S.aureus, C.perfringes, E.coli,
V.colera) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (shigella,
salmonella sp, yersinia).
b. Diare Kronis
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya :
1) Diare Osmotic
2) Diare Sekretorik
3) Diare karena gangguan motilitas
4) Diare inflamatorik
5) Malabsorpsi
6) Infeksikronik
c. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravoirus, Adenovirus
enteritis, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (campylobacter, Salmonella, Escherichia
Coli, Yersinia dan lannya), parasite (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksim dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare :
a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat dierap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam lumen usus naik sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbulah diare.
b. Gangguan sekesi
Akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan terjad peningkatan
sekresi air dan elektrolit kedalam lumen usus da selanjutnya timbl diare karena
kenaikan isi lumen usus.
c. Ganggua motalitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul dare. Sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula.Sebagai akibat diare akan terjadi
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hypokalemia).
b. Gangguan gizi
Selama sakt sering terjadi gangguan gizi dengan akibat penurunan berat badan
dalam waktu yang singkat oleh karena :
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare/muntah
bertambah hebat.
2) Orang tua hanya memberikan air teh saja
3) Walaupun susu dteruskan sering diencerkan dalam waktu yang lama
4) Makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan bak
karena adanya hiperperistaltik.
c. Hipoglikemia
1) 2-3% dari anak-anak diare
2) Jarang terjadi pada anak dengan gizi bak namun sering terjadi pada anak
dengan KKP (Kurang Kalori Protein)
3) Hipoglikemi terjadi karena penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati
terganggu dan kadang disebabkan adanya gangguan absorbs glukosa.
d. Gangguan sirkulasi darah
Akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan
berkurang dan dapat menyebabkan hipoksi.
Pathway
Hipersekresi air
Malabsorbsi KH,
& elektrolit hiperperistaltik lemak, protein
diare
dehidrasi
Gangguan pertukaran
gas
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
-Makroskopis dan mikroskopis
-Ph dan kadar gula dalam darah
-Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asambasa (pernapasan kusmaul)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Ca, dan F.
f. Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukkan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat,
mortalitas berhubungan dengan diare infeksius EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang
berhubunhan dengan sindrom uremik hemolitik.
g. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut:
1) Dehidrasi,
2) Renjatan hipovolemik,
3) Hipokalemia,
4) Hipoglikemia,
5) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
lactase,
6) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik,
7) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
h. Penatalaksanaan
A. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
a) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik, harus dilakukan untuk
menentukan diagnosa yang pasti. Pemeriksaan secara makroskopik harus
diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-
lain. Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan
bakteri.
b) Pemeriksaan darah
Homogram lengkap, meliputi: Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk
membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi. Pemeriksaan pH dan
keseimbangan asam basa. Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan
Mg.
c) Pemeriksaan urine.
Ditetapkan volume, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
1) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin
pada setiap penderita diare. Lebih lagi setelah ditemukan “colon
fiberscope” maka akan mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
2) Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis
ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu
dilakukan pemeriksaan radiologi.
a. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air
putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat
dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan
kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi
adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh,
atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada
sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita,
dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitan dalam menjaga, takut
bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan
yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare
semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang
fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus
penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia
lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional,
artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu
dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan
parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
1) Rehidrasi
Rehidrasi dengan menggunakan cairan yaitu:
a) Cara rehidrasi oral
(1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti
oralit, pedyalit setiap kali diare.
(2) Formula sederhana (NaCl dan sukrosa)
b) Cara parenteral
(1) Cairan I : RL dan NS
(2) Cairan II: D5 ¼ salin, nabic. KCL
(3) Cairan III : D5 : RL = 4 : 1 + KCL
(4) Cairan IV : D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
(5) Cairan V: HSD (Half Strengh Darrow) D5 ½ 2,5 NS cairan
khusus pada diare usia > 3 bulan.
c) Jalan pemberian
(1) Oral (dehidrasi sedang, klien mau minum, kesadaran baik)
(2) Intra gastric (bila klien tak mau minum, makan, kesadaran
menurun).
d) Jumlah Cairan; tergantung pada :
(1) Defisit ( derajat dehidrasi)
(2) Kehilangan sesaat (Concurrent Less)
(3) Rumatan (Maintenance).
2) Terapi
a) Obat anti sekresi: Asetosal 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
b) Obat anti spasmotik: Papaverin, opium, loperamide
c) Antibiotik: bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
3) Pencegahan
Dalam usaha agar tidak terserang penyakit gastroenteritis / diare, maka
upaya yang dilakukan adalah:
a) Menggunakan sumber air minum yang bersih.
b) Makanan dan minuman yang dimasak disimpan di tempat yang
tertutup supaya terhindar dari lalat.
c) Buang air besar di jamban atau di kakus yang sehat.
d) Menjaga kebersihan perorangan, seperti mencuci tangan setiap kali
selesai buang air besar, mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, kuku tangan agar dijaga kebersihannya dan tidak panjang.
e) Selalu menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga.
f) Mengkonsumsi makanan yang bergizi.
g) Menjaga agar lingkungan tempat tinggal tetap bersih.