Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998).

Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambaran dari orang tuanya saat kecil. Pada anak usia prasekolah, anak
mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik
tetapi juga secara social dan emosional. Anak usia prasekolah ini sedang dalam
proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa perilaku yang tidak ada, sekarang
muncul.

Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai penyakit dan
menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak jika
kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh praktisi kesehatan dan
juga usaha-usaha pencegahan adalah yang tetap paling baik dilakukan.

Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai


kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat
dapat membantu keluarga dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga
mencapai keadaan keluarga yang optimal. Suatu peran penting keluarga terkait
dengan perawatan anak adalah peran pengasuh (parenting role), yang sama
dalam menjalankan peran ini keluarga sangat dipengaruhi oleh faktor usia orang
tua, keterlibatan ayah atau suami dalam pengasuhan anak, latar belakang
pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stress
yang dialami orang tua, dan hubungan suami istri. Berkaitan dengan perawatan
anak di rumah sakit, keluarga mempunyai tugas adaptif, yaitu menerima kondisi
anak, memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi stressor
dengan positif, membantu keluarga untuk mengelola perasaan yang ada,
mendidik anggota keluarga yang lain tentang anak yang sedang sakit, dan
mengembangkan sistem dukungan social keluarga dengan anak prasekolah.
B. Tujuan
Dapat Melakukan Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Anak Prasekolah

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini adalah hanya untuk membahas bagaimana Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Anak Toodler
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEPERAWATAN KELUARGA

A. Laporan Pendahuluan Keluarga


1. Konsep Keluarga
Adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,2008)
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya
masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan
( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dan logan,
1986 dalam Setiadi,2008).
Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
keluarga adalah:
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.

5) Gay And Lesbian Family


Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun
b. melalui jalur garis ayah.
c. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.
d. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
e. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.
f. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Fungsi Keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) dari berbagai


fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya, adalah :
1) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa
aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia
dan kebutuhannya.
2) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan
perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara,
sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang
sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.
3) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak,
sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mendiri
dalam mempersiapkan masa depannya.

5. Tugas Kesehatan Menurut Friedman (1998), dalam (Murwani, 2007) yaitu :


a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.

6. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial
dan spriritual.
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8
tahap perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua
dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :


a) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang
tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
d) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e) Konseling KB post partum 6 minggu.
f) Menata ruang untuk anak.
g) Biaya / dana Child Bearing.
h) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan
kotak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada say ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak – anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolahminat social dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

8. Peran perawat memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga


Dalam (Setiadi,2008), memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
a. Pemberian Asuhan Keperwatan kepada anggota keluarga.
b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga.
d. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau.
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidikan
untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat.
f. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan petunjuk
tentang Asuhan Keperawatan dasar terhadap keluarga disamping
menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah perawatan
keluarga.

9. Proses keperawatan keluarga


a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga
yang dibinanya (Murwani, 2008).
Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data umum
Pengkajia terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Nama kepala keluarga (KK)
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut.
g) Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga
lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentuka
pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga Inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit ( imunisasi ), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat
perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman
penting yang berhubungan dengan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
dari pihak suami dan istri.
3) Data lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis
septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber
air minum yang digunakan serta denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan
fisik, aturan/ kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobiltas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada
dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah
jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup,
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.

4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
b) Struktur kekeuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga, yang berhubungan denga kesehatan.
5) Fungsi-fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota
keluarga
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah :
1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan
2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan panjang
- Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ±
6 bulan.
- Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
berespon terhadap situasi / stresor.
c) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
10. Penerapan prioritas masalah
Skala untuk menentukan prioritas
Asuhan Keperawatan Keluarga
(Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Murwani, 2008)

NO KRITERIA BOBOT
1 Sifat masalah 1
Skala : tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2
dirubah
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk 1
dicegah 3
Skala : Tinggi 2
Cukup 1
Rendah
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus 2
segera ditangani
Ada masalah tetapi 1
tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
a) Tentukan skore untuk setiap kriteria
b) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
skore
x Bobot
Angka Kematian

c) Jumlahkanlah skore untuk semua criteria

11. Prioritas diagnosa keperawatan


Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah,
bobot yang lebih berat diberikan pada tidak / kurang sehat karena
pertamamemerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan
oleh keluarga.
Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat
diubahperawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
b. Sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
c. Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu.
d. Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat, dan sokongan masyarakat.
Untuk kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah,faktor-
faktor yang perlu diperhatikan ialah :
a) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah
itu ada.
b) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
c) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
Untuk kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat
perlumenilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalahkesehatan
tersebut. Nilai skore yang tinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keperawatan keluarga (Murwani, 2008).
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai, keluarga,
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulandata dan
analisa data secara cermat, memberikan dasar untukmenetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertanggungjawabuntuk melaksanakannya
(Mubarak, 2007).

12. Tahapan tindakan keperawatan keluarga


Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini
(Murwani, 2007) :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah masalah kesehatan dengan cara :
1) Memberikan informasi
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkuan menjadi sehat, dengan cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara :
1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

13. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasidengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status
kesehatankeluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan percapaian tujuan
keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak / berhasil sebagian, perlu disusun
rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga evaluasi
yangdilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga (Murwani,2008).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara
operasionalmenurut Murwani (2008) :
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
O :adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
pada tahapan evaluasi
14. Prinsip-prinsip perawatan keluarg
Dalam (Setiadi,2008), ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga adalah :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam
mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan
kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi

15. Keluarga Kelompok Resiko Tinggi


Dalam (Setiadi,2008), melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
yang menjadi prioritas utama adalah keluarga yang tergolong resiko tinggi
dalam bidang kesehatan, meliputi :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah :
1) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
2) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan
penyakit keturunan.
b. Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
1) Lahir prematur (BBLR).
2) Berat badan sukar naik.
3) Lahir dengan cacat bawaan.
4) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan
anaknya.
c. Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hami
1) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 25 tahun).
2) Menderita kekurangan gizi (anemia).
3) Menderita hipertensi.
4) Primipara dan Multipara.
5) Riwayat persalinan atau komplikasi
d. Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk
digugurkan.
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering
timbul cekcok dan ketegangan.
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
4) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.
B. Laporan Pendahuluan Keluarga dengan Anak Balita
I. Konsep Dasar Medis 
A.    Pengertian
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat,
ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari proses pematangan.
b.Tahap perkembangan keluarga dengan BALITA
Perkembangan kemampuan dasar anak-anak berkolerasi dengan pertumbuhan
dan mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Dalam rangka
merangsang tumbuh kembang anak secara optimal maka pengembangannya
harus dilakukan secara menyeluruh terhadap semua aspek kemampuan yang
sesuai dengan pembagian kelompok umur. 
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular. Berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagain atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisai dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya.

c.     Ciri Perkembangan Anak

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri yang saling


berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.

1) Perkembangkan menimbulkan perubahan


Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. 
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia mengalami tahapan sebelumnya. Contoh: seorang anak
tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri, dan tidak akan bisa
berdiri jika pertumbuhan kai dan bagian tubuh lain yang terkait
dengan fungsi berdiri anak terlambat. Karena itu perkembangan awal
ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4)      Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain.
5)      Perkembangan mempunyai pola yang tetap
.Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu:
a.   Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah anggota tubuh
b.   Perkembangan terjadi lebih dahulu pada kemampuan gerak kasar
diikuti kemampuan gerak halus.
6)      Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak memiliki pola yang teraturndan
berurutan, dan tahapan tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya
anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan, dan sebagainya.
d.   Stimulasi Tumbuh Kembang Anak 
Sebelum mamahami tentang periode dan aspek perkembangan yang berlangsung pada
anak balita, maka penting dipahami beberapa prinsip tentang stimulai tumbuh kembang.
Stimulasi tumbuh kembang pada anak balita merupakan kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak agar anak tumbuh kembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh orang tua, yang merupakan orang
terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan
orang dewasa lainnya. Kurangnya sti,ulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak
motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan
kemandirian.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang
perlu diperhatikan yakni 
1)      Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2)      Selalu tujukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengan anak.
3)      Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4)      Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5)      Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap 4
(empat) aspek kemampuan dasar anak.
6)      Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.
7)      Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8)      Berikan selalu pujian bila perlu hadiah atas keberhasilannya. 

e. Periode dan Tahap Perkembangan Anak Menurut Umur dan Aspek Kemampuan
Perkembangan kemampuan dasar anak-anak berkorelasi dengan pertumbuhan.
Perkembangan kemampuan dasar mempunyain pola yang tetap dan berlangsung secara
berurutan. Oleh karenanya stimulasi yang diberikan kepada anak balita dalam rangka
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan sesuai dengan
pembagian kelompok umur anak berikut ini: 
No
Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur
.
1.  Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa Prenatal
2.  Masa bayi Umur 0-12 bulan 
3. Masa anak balita  Umur 12-60 bulan (2-5 tahun)
4. Masa pra sekolah Umur 60-72 bulan (5-6 tahun)

1.      Kemampuan Bayi (0 –12 bulan)


Pada masa bayi baru lahir (0 sampai 28 hari), terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan
terjadi perubahan sirkulasi darah serta mulainya berfungsi organ-organ. Setelah 29 hari
sampai dengan 11 bulan, terjadi proses pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
yang berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem syaraf. 
Kemampuan yang dimiliki bayi meliputi; 
a)      Kemampuan Motorik
Kemampuan motorik merupakan sekumpulan kemampuan untuk menggunakan dan
mengontrol gerakan tubuh, baik gerakan kasar maupun gerakan halus. Motorik kasar
merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara harmonis dan sangat
berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang motorik halus. Motorik halus
merupakan keterampilan yang menyatu antara otot halus dan panca indera. Kemampuan
motorik selalu memerlukan koordinasi bagian-bagian tubuh, sehingga latihan untuk
aspek motorik ini perlu perhatian.
Kemampuan motorik pada bayi berdasarkan usia yakni:
Usia Motorik kasar Motorik halus
       melihat, meraih dan menendang mainan

gantung,
       mengangkat kepala,
       memperhatikan benda bergerak, 
0-3 bulan        guling-guling, 
       melihat benda-benda kecil,
       menahan kepala tetap tegak, 
       memegang benda,
       meraba dan merasakan bentuk permukaan,
3-6 bulan        menyangga berat,         memegang benda dengan kuat,

       mengembangkan kontrol        Memegang benda dengan kedua tangan,


kepala.        makan sendiri,
       Duduk.        mengambil benda-benda kecil.
       Memasukkan benda kedalam wadah,

       merangkak        Bermain 'genderang'


       menarik ke posisi berdiri        Memegang alat tulis dan mencoret-coret
6-9 bulan
       berjalan berpegangan        Bermain mainan yang mengapung di air
       berjalan dengan bantuan.        Membuat bunyi-bunyian.
       Menyembunyikan dan mencari mainan
       bermain bola
       Menyusun balok/kotak
9-12        membungkuk
       Menggambar
bulan        berjalan sendiri
       Bermain di dapur.  
       naik tangga. 

b)      Kemampuan Bicara dan Bahasa 


Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga
dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara
bayi masih dalam bentuk pra bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis,
mengoceh, gerakan isyarat dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini
lebih sering muncul senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar . 
Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi berbicara, sebagai cara untuk
mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau orang lain. Bayi akan bereaksi pada
ekspresi wajah dan tekanan suara, sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan
merespon jika ekspresi bayi menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan
ekspresi emosi bayi, yang mudah dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah
dikondisikan. Jika orangtua lebih banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti
selalu gembira, santai dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi
terhadap sesuatu dan cenderung menimbulkansuasana hati yang menyenangkan.
Sebaliknya jika orang dewasa mengkondisikan dengan situasi yang tidak
menyenangkan maka suasana emosi bayi cenderung buruk. Kemampuan bicara pada
bayi sebenarnya ada hubungannya dengan perkembangan otak, terutama pada saat bayi
menangkap kata-kata yang diucapkan dan menyampaikan apa yang ada dalam
pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara, tersenyum dan mengerutkan dahi,
sebenarnya tengah berlangsung perubahan dalam otak. Meski keterkaitan sel-sel syaraf
(neuron) yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan sangat mempengaruhi
pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi mengerti dan memahami
sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas dengan melihat serta memanipulasi
namun sebenarnya bayi sudah memiliki kemampuan untuk memberi perhatian,
menciptakan simbolisasi, meniru dan menangkap suatu konsep melalui gerakan sudah
lebih berkembang. Oleh karenanya untuk mengoptimalkan kemampuan otaknya maka
bayi perlu lebih banyak menstimulasi bayi untuk mengenal benda-benda sekelilingnya
sambil terus mengajak berbicara.
Kemampuan bicara dan berbahasa pada masa bayi sbb:

Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa


       prabicara,

0-3 bulan        meniru suara-suara, 


       mengenali berbagai suara.
       mencari sumber suara, 
3-6 bulan
       menirukan kata-kata..
       menyebutkan nama gambar di buku majalah,
6-9 bulan
       menunjuk dan menyebutkan nama gambar-gambar.
       menirukan kata-kata
9-12
       berbicara dengan boneka
bulan
       bersenandung dan bernyanyi. 

c)      Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian


Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan sosialisasi pada
masa bayi diawali di dalam keluarga, dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal
balik antara bayi dan pengasuh atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua
akan memberi kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang terpenting
bagi bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang. Kemampuan bayi
untuk bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai dibentuk, yang diperoleh
dengan cara mencontoh perilaku pada situasi sosial tertentu, misalnya mencontoh
perilaku sosial dari kakak atau orang tuanya, yang akhirnya akan mempengaruhi cara
penyesuaian pribadi dan sosialnya dikemudian hari. Kemampuan sosialisasi dan
kemandirian pada masa bayi sbb: 

Usia Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian 


       memberi rasa aman dan kasih sayang,

       mengajak bayi tersenyum, 


       mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan di sekitarnya, 
0-3 bulan
       meniru ocehan dan mimik muka bayi,
       mengayun bayi,
       menina bobokan.  
       bermain "ciluk ba', 

3-6 bulan        melihat dirinya di kaca,


       berusaha meraih mainan.
       mulai bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain.

6-9 bulan        Mulai melambaikan tangan jika ditinggal pergi.


       Mulai membalas lambaian tangan orang lain.
       Minum sendiri dari sebuah cangkir,
9-12
       Makan bersama-sama
bulan
       Menarik mainan yang letaknya agak jauh. 

2.      Kemampuan Anak di Bawah Usia Lima Tahun (12 – 59 bulan) 


Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi eksresi/pembuangan.
Periode penting dalam tumbuh kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan tejadi
pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan
syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel
syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi. 
a)      Kemampuan Motorik 
Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena
tingkat aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian
halnya dengan kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi
lebih tepat pada saat berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat
bergerak bersama dibawah koordinasi yang lebih baik daripada mata. 
Dengan demikian masa ini disebut juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan
keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang cukup kuat dengan seringnya anak
mencoba hal-hal baru dan seringnya pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa
yang tepat untuk mempelajari keterampilan baru.
Kemampuan motorik yang dimiliki anak sbb;
Usia Gerak Kasar Gerak Halus
       Berjalan tanpa pegangan sambil
       Bermainan balok dan menyusun balok. 
menarik mainan yang bersuara,
       Memasukkan dan mengeluarkan benda
12-15        Berjalan mundur, 
kedalam wadah.
bulan        Berjalan naik dan turun tangga,
       Memasukkan benda yang satu ke benda
       Berjalan sambil berjinjit
lainnya. 
       Menangkap dan melempar bola
       Bermain di luar rumah.
15-18        Meniup ,
       Bermain air
bulan        Membuat untaian.
       Menendang bola.
18-24        Melompat,        Mengenal berbagai ukuran dan bentuk,
bulan        Melatih keseimbangan tubuh,        Bermain puzzle,
       Mendorong mainan dengan kaki.        Menggambar wajah atau bentuk,
       Membuat berbagai bentuk dari adonan
kue/lilin mainan.
       Membuat gambar tempelan,

       Latihan menghadapi rintangan,        Memilih dan mengelompokkan benda-


24-36        Melompat jauh, benda menurut jenisnya,
bulan        Melempar dan menangkap bola        Mencocokan gambar dan benda,
besar.        Konsep jumlah,
       Bermain/menyusun balok-balok.
       Memotong dengan menggunakan

gunting,
       Menempel guntingan gambar sesuai
       Menangkap bola kecil dan dengan cerita.
melemparkan kembali.        Menempel gambar pada karton.
       Berjalan mengikuti garis lurus,        Belajar 'menjahit' dengan tali rafia.
36-48        Melompat dengan satu kaki,        Menggambar/menulis garis lurus,
bulan        Melempar benda-benda kecil ke bulatan,segi empat, huruf dan angka.
atas,        Menghitung lebih dari 2 atau 3 angka.
       Menirukan binatang berjalan,        Menggambar dengan jari, memakai cat,
       Berjalan jinjit secara bergantian.        Mengenal campuran warna dengan cat
air,
       Mengenal bentuk dengan menempel
potongan bentuk.
       Mengenal konsep "separuh atau satu"

       Menggambar dan atau melengkapi


gambar,
       Menghitung benda-benda kecil dan
       Lomba karung mencocokkan dengan angka.
48-60
       Main engklek        Menggunting kertas (sudah dilipat)
bulan
       Melompat tali. dengan gunting tumpul,
       Membandingkan besar/kecil,
banyak/sedikit, berat/ringan.
       Belajar 'percobaan ilmiah'
       Berkebun.
b)      Kemampuan Bicara dan Bahasa   
Bertambahnya kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk
menjelajahi dunia sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya
kemampuan kognitif anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah
berkaitan dengan masukan dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian
melalui sistem yang ada di otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-
kata dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara
anak karena sistem otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak
memproses sebagai bahasa.
Anak mulai pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu.
Biasanya anak mulai berbicara sendiri, kemudian berkembang menjadi kemampuan
untuk bertindak tanpa harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah
menginternalisasikan pembicaraan yang egocentris dalam bentuk berbicara sendiri
menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih
berkomunikasi secara sosial. 
Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa
       Membuat suara dari dari barang2 yang dipilihnya,
12-15
       Menyebut nama bagian tubuh,
bulan
       Melakukan pembicaraan.,  
       Bercerita tentang gambar di buku/majalah, 
15-18
       Permainan telepon-teleponan,
bulan
       Menyebut berbagai nama barang.
       Melihat acara televisi,
18-24
       Mengerjakan perintah sederhana,
bulan
       Bercerita tentang apa yang dilihatnya.
       Menyebut nama lengkap anak,

24-36        Bercerita tentang diri anak,


bulan        Menyebut berbagi jenis pakaian.
       Menyatakan keadaan suatu benda. 
36-48        Berbicara dengan anak,

bulan        Bercerita mengenai dirinya,


       Bercerita melalui album foto, 
       Mengenal huruf besar menurut alfabet di koran/majalah.
       Belajar mengingat-ingat,

       Mengenal huruf dan simbol,


       Mengenal angka,
       Membaca majalah,
48-60        Mengenal musim,
bulan        Mengumpulkan foto kegiatan keluarga,
       Mengenal dan mencintai buku,
       Melengkapi dan menyelesaikan kalimat,
       Menceritakan masa kecil anak,
       Membantu pekerjaan di dapur.

c)      Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian


Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini
mulai berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan
hubungan dengan sanak keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama
berpusat pada perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan,
pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar terhadap
sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan teman sebayanya,
melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan bukan bersifat sosial,
namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu
sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif, permainan pura-
pura, permainan sensori motorik, permainan sosial atau melibatkan orang lain, games
atau berkompetisi.
Usia Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian
       Menirukan pekerjaan rumah tangga,

       Melepas pakaian,


12-15
       Makan sendiri,
bulan
       Merawat mainan,
       Pergi ke tempat-tempat umum. 
15-18        Belajar memeluk dan mencium, 

bulan        Membereskan mainan/membantu kegiatan di rumah,


       Bermain dengan teman sebaya,
       Permainan baru,
       Bermain petak umpet.
       Mengancingkan kancing baju,

       Permainan yang memerlukan interkasi dengan teman bermain.


18-24
       Membuat rumah-rumahan,
bulan
       Berpakaian,
       Memisahkan diri dengan anak.
       Melatih buang air kecil dan buang air besar di WC/kamar mandi.
24-36
       Berdandan/memilih pakaian sendiri.
bulan
       Berpakaian sendiri. 
       Mengancingkan kancing tarik,

       Makan pakai sendok garpu,


36-48
       Membantu memasak,
bulan
       Mencuci tangan dan kaki,
       Mengenal aturan/batasan.  
       Membentuk kemandirian dengan memberi kesempatan mengunjungi

temannya tanpa ditemani.


       Membuat atau menempel foto keluarga,
48-60        Membuat mainan/boneka dari kertas.
bulan        Menggambar orang,
       Mengikuti aturan permainan/petunjuk,
       Bermain kreatif dengan teman-temannya,
       Bermain 'berjualan dan berbelanja di toko" 

C. konsep dasar penyakit

a. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat) ,kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/ 24 jam. Defenisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai darah.
(SudoyoAru, dkk 2009).
Diare merupakan keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam kebiasaan
buang air besar yang normal, ditandai dengan seringnya kehilangan cairan, feses yang
tidak berbentuk.
b. Etiologi
a. Diare Akut
- Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.
- Parasit, Protozoa : Giardia Lamdia, Entamoebahystolitica,
tricomonashominis, isosporasp, cacing(A.lumbricoides, A.
duodenale, N. americanus, T.trichiura, O.vermicularis.
- Bakteri : yang memproduksi enteretoksin (S.aureus, C.perfringes, E.coli,
V.colera) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (shigella,
salmonella sp, yersinia).
b. Diare Kronis
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya :
1) Diare Osmotic
2) Diare Sekretorik
3) Diare karena gangguan motilitas
4) Diare inflamatorik
5) Malabsorpsi
6) Infeksikronik

c. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravoirus, Adenovirus
enteritis, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (campylobacter, Salmonella, Escherichia
Coli, Yersinia dan lannya), parasite (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksim dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare :
a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat dierap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam lumen usus naik sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbulah diare.
b. Gangguan sekesi
Akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan terjad peningkatan
sekresi air dan elektrolit kedalam lumen usus da selanjutnya timbl diare karena
kenaikan isi lumen usus.
c. Ganggua motalitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul dare. Sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula.Sebagai akibat diare akan terjadi
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hypokalemia).
b. Gangguan gizi
Selama sakt sering terjadi gangguan gizi dengan akibat penurunan berat badan
dalam waktu yang singkat oleh karena :
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare/muntah
bertambah hebat.
2) Orang tua hanya memberikan air teh saja
3) Walaupun susu dteruskan sering diencerkan dalam waktu yang lama
4) Makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan bak
karena adanya hiperperistaltik.
c. Hipoglikemia
1) 2-3% dari anak-anak diare
2) Jarang terjadi pada anak dengan gizi bak namun sering terjadi pada anak
dengan KKP (Kurang Kalori Protein)
3) Hipoglikemi terjadi karena penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati
terganggu dan kadang disebabkan adanya gangguan absorbs glukosa.
d. Gangguan sirkulasi darah
Akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan
berkurang dan dapat menyebabkan hipoksi.

Pathway

Infeksi makanan psikologi

Berkembang Toksik tak ansietas


diusus dapat diserap

Hipersekresi air
Malabsorbsi KH,
& elektrolit hiperperistaltik lemak, protein

Isi usus Penyerapan


makanan diusus Mening tekanan
menurun osmotik
Pergeseran air
dan elektrolit ke
usus

diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat
Mual muntah

Hilang cairan & Kerusakan intergritas kulit


elektrolit berlebihan perianal Nafsu makan
menurun

Gangguan Asidosis metabolik


keseimbangan cairan Ketidakseimbangan
& elektrolit nutrisi kurang dari
sesak kebutuhan tubuh

dehidrasi
Gangguan pertukaran
gas

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemik)

d. Tanda dan Gejala


a. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
- Demam
b. Diare kronik
- Serangan lebih sering 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan berat badan dan napsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tandan-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
(yuliana elin,2009)

Bentuk klinis diare:


Diagnose Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare air cucian beras yang sering ada banyak
dan cepat menimblkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi
KLB kolera
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk
V.cholera 01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi - Diare apapun yang disertai gizi buruk
buruk
Diare terkait - Mendapat pengobatan antibiotik oral spektrum
antibiotika (antibiotic luas
associated diarrhe)
Invaginasi - Dominan darah dan lendir dalam tinja
- Massa intra abdominal (abdominal mass)

Gejala klinis lain :


Menurut Kamus Besar Dorland Hartanto (2012), gejala gastroenteritis yaitumula-
mula klien gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare.
Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan
karena bercampur dengan empedu, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena
sering defikasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama
diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu: BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun cekung (bayi), selaput lendir bibir dan mulut, serta kulit kering.

Gejala Klinis Dehidrasi


No Gejala Ringan Sedang Berat

1 Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, tidak


sadar

2 Mata Normal Cekung Sangat cekung

3 Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

4 Mulut dan Basah Kering Sangat kering


lidah

5 Rasa haus Minum biasa, Haus,ingin Malas minum atau


tidak haus minum tidak bisa minum
banyak

6 Turgor kulit Kembali cepat Kembali Kembali sangat lambat


lambat

Sumber : (Kapita Selekta Kedokteran:Jilid 2).

e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
-Makroskopis dan mikroskopis
-Ph dan kadar gula dalam darah
-Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asambasa (pernapasan kusmaul)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Ca, dan F.

f. Prognosis

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukkan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat,
mortalitas berhubungan dengan diare infeksius EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang
berhubunhan dengan sindrom uremik hemolitik.

g. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut:
1) Dehidrasi,
2) Renjatan hipovolemik,
3) Hipokalemia,
4) Hipoglikemia,
5) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
lactase,
6) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik,
7) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

h. Penatalaksanaan
A. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
a) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik, harus dilakukan untuk
menentukan diagnosa yang pasti. Pemeriksaan secara makroskopik harus
diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-
lain. Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan
bakteri.
b) Pemeriksaan darah
Homogram lengkap, meliputi: Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk
membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi. Pemeriksaan pH dan
keseimbangan asam basa. Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan
Mg.
c) Pemeriksaan urine.
Ditetapkan volume, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
1) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin
pada setiap penderita diare. Lebih lagi setelah ditemukan “colon
fiberscope” maka akan mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
2) Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis
ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu
dilakukan pemeriksaan radiologi.
a. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air
putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat
dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan
kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi
adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh,
atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada
sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita,
dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitan dalam menjaga, takut
bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan
yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare
semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang
fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus
penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia
lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional,
artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu
dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan
parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
1) Rehidrasi
Rehidrasi dengan menggunakan cairan yaitu:
a) Cara rehidrasi oral
(1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti
oralit, pedyalit setiap kali diare.
(2) Formula sederhana (NaCl dan sukrosa)
b) Cara parenteral
(1) Cairan I : RL dan NS
(2) Cairan II: D5 ¼ salin, nabic. KCL
(3) Cairan III : D5 : RL = 4 : 1 + KCL
(4) Cairan IV : D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
(5) Cairan V: HSD (Half Strengh Darrow) D5 ½ 2,5 NS cairan
khusus pada diare usia > 3 bulan.
c) Jalan pemberian
(1) Oral (dehidrasi sedang, klien mau minum, kesadaran baik)
(2) Intra gastric (bila klien tak mau minum, makan, kesadaran
menurun).
d) Jumlah Cairan; tergantung pada :
(1) Defisit ( derajat dehidrasi)
(2) Kehilangan sesaat (Concurrent Less)
(3) Rumatan (Maintenance).
2) Terapi
a) Obat anti sekresi: Asetosal 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
b) Obat anti spasmotik: Papaverin, opium, loperamide
c) Antibiotik: bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
3) Pencegahan
Dalam usaha agar tidak terserang penyakit gastroenteritis / diare, maka
upaya yang dilakukan adalah:
a) Menggunakan sumber air minum yang bersih.
b) Makanan dan minuman yang dimasak disimpan di tempat yang
tertutup supaya terhindar dari lalat.
c) Buang air besar di jamban atau di kakus yang sehat.
d) Menjaga kebersihan perorangan, seperti mencuci tangan setiap kali
selesai buang air besar, mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, kuku tangan agar dijaga kebersihannya dan tidak panjang.
e) Selalu menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga.
f) Mengkonsumsi makanan yang bergizi.
g) Menjaga agar lingkungan tempat tinggal tetap bersih.

Anda mungkin juga menyukai