Anda di halaman 1dari 16

Kasus Campak di Indonesia

Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat lebih dari 1500
kasus campak di Indonesia, selama Januari hingga Juli 2017. Meski demikian, kasus
campak telah menurun sejak dilakukan imunisasi massal.
Hingga kini, imunisasi campak terus diperluas ke seluruh Indonesia, guna mencapai
target Indonesia Bebas Campak pada tahun 2020.

Gejala Campak
Penderita campak awalnya mengalami gejala berupa batuk, pilek, dan demam.
Kemudian sering kali muncul bercak keputihan di mulut, diikuti
timbulnya ruam kemerahan di wajah. Seiring waktu, ruam bisa menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh.
Gejala campak akan mereda secara bertahap tanpa pengobatan khusus, dan hilang
kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.

Pengobatan Campak
Campak dapat sembuh sendiri secara bertahap dalam beberapa hari. Namun untuk
membantu meredakan gejala, penderita bisa banyak minum air putih dan minum
obat pereda nyeri. Asupan suplemen vitamin A juga bisa membantu meredakan
gejala.

Komplikasi Campak
Campak bisa menyebabkan kondisi serius, seperti radang telinga, paru-paru basah,
dan infeksi atau radang otak. Sedangkan pada ibu hamil, campak bisa
menyebabkan kelahiran prematurhingga keguguran.

Pencegahan Campak
Campak bisa dicegah dengan pemberian vaksin campak dan dilanjutkan dengan
vaksin gabungan untuk campak, gondongan, dan rubella (vaksin MMR). Pemberian
vaksinasi harus sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter.
Selain imunisasi, penderita campak disarankan tetap di rumah sampai gejala
mereda, guna mencegah penularan penyakit.
Definisi Campak
Apa itu penyakit campak?

Rubeola, atau yang lebih dikenal dengan penyakit campak adalah infeksi menular yang
disebabkan oleh virus. Sebelum imunisasi campak digalakkan, campak adalah salah satu
penyakit endemik yang menyebabkan kematian terbanyak setiap tahunnya.

Penyakit ini disebabkan oleh virus dalam keluarga paramyxovirus yang biasanya ditularkan
melalui kontak langsung dengan penderita atau lewat udara. Virus menginfeksi saluran
pernapasan dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Gejala spesifik dari penyakit ini adalah ruam kulit berwarna kemerahan yang muncul 7-14
hari setelah paparan dan dapat bertahan selama 4-10 hari. Pada anak-anak, penyakit ini bisa
menyebabkan komplikasi serius yang mematikan jika tidak ditangani dengan baik. Oleh
sebab itu, segera konsultasi ke dokter atau penyedia layanan kesehatan terdekat jika Anda
atau anak Anda mengalami penyakit ini.

Seberapa umumkah penyakit campak?

Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak. Namun, penyakit ini juga bisa terjadi pada
orang dewasa jika saat anak-anak Anda belum pernah mengalaminya. Anda dapat
mengurangi kemungkinan terkena penyakit ini dengan mengurangi faktor risiko yang ada.
Konsultasikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja ciri dan gejala campak?

Gejala campak seringnya terjadi sekitar satu hingga dua minggu setelah seseorang terinfeksi
virus. Gejala campak yang paling awal muncul adalah demam tinggi hingga 40 celcius,
diikuti dengan mata merah dan berair, pilek, bersin-bersin, batuk kering, sensitif terhadap
cahaya, lelah, serta nafsu makan yang menurun.

Dua atau tiga hari setelah gejala campak awal tersebut muncul, menyusullah gejala campak
selanjutnya, yaitu muncul bintik-bintik putih keabuan di mulut dan tenggorokan.

Setelah itu, muncul ruam berwarna merah kecoklatan yang diawali dari sekitar telinga,
kepala, leher, dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Ruam ini muncul sekitar empat hari setelah gejala campak awal muncul dan dapat bertahan
selama 5 hingga 6 hari. Sementara demam tinggi akibat penyakit ini biasanya akan mulai
turun pada hari ketiga setelah ruam muncul.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala campak yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala campak, segera konsultasikanlah dengan dokter
Anda.
Kapan saya harus periksa ke dokter?

Hubungi dokter Anda jika Anda berpikir Anda atau anak Anda terkena kontak dengan virus
penyebab penyakit ini atau jika Anda atau anak Anda memiliki ruam menyerupai penyakit
ini. Beri tahu dokter Anda jika Anda hamil dan merasakan gejala campak karena penyakit ini
dapat mengenai janin Anda.

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala campak seperti yang sudah disebutkan di
atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing
orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.

Selain itu, segera hubungi dokter jika anak Anda menunjukkan gejala-gejala seperti di  bawah
ini:

 Demam tinggi yang semakin parah


 Sulit dibangunkan
 Linglung atau terus menerus mengigau
 Kesulitan bernapas dan keluhannya tidak membaik setelah Anda membersihkan hidungnya
 Mengeluhkan sakit kepala parah
 Mengeluarkan cairan kuning dari mata
 Masih mengeluhkan demam setelah hari keempat ruam timbul
 Terlihat sangat pucat, lemah, dan lunglai
 Mengeluhkan sakit telinga

Komplikasi
Jika ditangani dengan baik, komplikasi campak pada bayi dan anak yang berujung kematian
jarang terjadi. Virus Morbili dalam tubuh dapat menyebar ke seluruh bagian melalui
pembuluh darah. Bila menyerang pencernaan, anak akan muntah dan diare hebat.

Hal yang paling mengkhawatirkan adalah komplikasi ke paru berupa radang paru
(pneumonia). Anak akan kesulitan bernapas dan sesak napas. Komplikasi fatal lainnya yaitu
ensefalitis yaitu radang otak yang menyebabkan anak kejang-kejang dan mengalami
penurunan kesadaran. Anak-anak juga dapat mengalami perdarahan dan trombositopenia
meskipun begitu hal ini jarang terjadi.

Secara umum, Anak Anda akan berisiko mengalami komplikasi jika:

 Masih berusia di bawah satu tahun.


 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
 Memiliki kondisi medis tertentu, seperti terkena penyakit kronis.

Penyebab
Apa penyebab penyakit campak?

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sangat menular. Penularan dapat terjadi jika
menghirup percikan air di udara dari bersin, batuk, atau ludah yang mengandung virus dari
penderita. Selain itu, menyentuh barang yang terkontaminasi virus juga bisa menyebabkan
Anda mengalami peyakit ini.

Virus penyebab penyakit ini dapat bertahan di udara dan di permukaan hingga lebih dari 2
jam lamanya. Itu sebabnya, jika Anda menyentuh barang yang terkena percikan virus
penyakit ini, lalu tidak sengaja mengucek mata, menempelkan tangan ke hidung atau mulut,
Anda bisa saja ikut terinfeksi.

Penyakit ini juga dapat ditularkan oleh orang yang terinfeksi dari 4 hari sebelum timbulnya
gejala sampai 4 hari setelah gejala sudah mulai mereda.

Dalam banyak kasus, jika penyakit ini tidak ditangani dengan baik dapat menjadi penyakit
endemik yang menyebabkan banyak kematian, terutama di kalangan anak-anak yang
kekurangan gizi.

Meski penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak, Anda juga dapat terinfeksi virus ini
apabila sebelumnya belum pernah terkena penyakit ini atau belum imunisasi.

Faktor-faktor risiko
Siapa yang berisiko terkena penyakit campak?

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini, di antaranya:

 Anak-anak. Penyakit ini paling sering menyerang bayi dan balita karena mereka umumnya
belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat.
 Belum imunisasi campak. Jika Anda belum pernah imunisasi campak, Anda berisiko untuk
mengalami penyakit ini di kemudian hari.
 Bepergian ke luar negeri. Jika Anda bepergian ke luar negeri di mana penyakit ini sering
terjadi, Anda lebih berisiko terkena penyakit tersebut juga.
 Kurang vitamin A.

Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti Anda tidak dapat terkena penyakit ini, Faktor ini
hanyalah referensi saja. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Obat & Pengobatan


Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan
pada dokter Anda.

Bagimana cara mengobati penyakit campak?

Pada dasarnya prinsip penanganan penyakit ini adalah dengan terapi suportif. Pasalnya virus
penyebab penyakit ini bersifat self limiting disease, sehingga penyakit ini idealnya
dapat sembuh dengan sendirinya.

Akan tetapi, Anda tetap harus mengendalikan perkembangan virus di dalam tubuh anak, agar
tidak menyebar ke organ vital lain, seperti otak dan paru. Berikut adalah langkah-langkah
yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi campak pada bayi dan anak.
1. Banyak istirahat

Kunci mengatasi campak pada bayi anak adalah dengan memperbanyak istirahat. Oleh karena
itu, pastikan anak Anda mengurangi aktivitas fisik dan bermainnya untuk sementara waktu.

Dengan mendapatkan istirahat yang cukup, sistem kekebalan tubuh anak Anda pun akan
semakin kuat untuk melawan infeksi virus yang berkembang biak di dalam tubuhnya.

2. Batasi kontak dengan lingkungan sekitar

Orang yang terkena penyakit ini harus “diasingkan” sementara waktu karena penyakit ini
bersifat sangat menular. Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk membatasi si kecil dari
kontak dengan lingkungan sekitarnya, supaya penyakit yang ia derita tak menular ke teman-
temannya. Jika anak Anda sudah bersekolah, mintalah izin untuk tidak masuk sekolah hingga
demam dan ruamnya hilang.

Pisahkan pula anak yang terkena penyakit ini dari saudaranya, terutama bila Anda memiliki
anak bayi yang belum menerima imunisasi campak. Untuk anggota keluarga atau kontak
yang rentan, dapat diberikan vaksinasi atau human immunoglobulin untuk pencegahan. Ada
baiknya juga anak diberi masker untuk membatasi penularan melalui batuk atau bersin.

Yang tidak kalah penting, pisahkan semua peralatan mandi maupun makan yang digunakan si
kecil apabila ia terkena penyakit ini. Hal ini dilakukan supaya menghindari penularan campak
pada bayi dan anak lewat kontak tidak langsung.

3. Perhatikan asupan makanan

Memerhatikan asupan makanan bergizi memegang peranan penting untuk mengatasi campak
pada bayi dan anak. Konsumsilah makanan bergizi seimbang dari buah dan sayuran yang
banyak mengandung vitamin.

Sayangnya, campak pada bayi dan anak seringkali membuat mereka sulit makan karena
gejala penyakit ini terkadang dapat mengiritasi kerongkongan.

Meski begitu jangan khawatir, Anda dapat menyiasatinya dengan memberikan makanan
dalam bentuk bubur. Pastikan Anda juga menghindari gorengan dan makanan serta minuman
dingin untuk sementara waktu.

4. Jangan takut mandi

Banyak orang percaya jika campak pada bayi dan anak tidak boleh kena air karena dapat
memperparah bercak merah di kulitnya. Akibatnya, tidak sedikit orangtua yang tidak
memperbolehkan anaknya untuk mandi.

Padahal faktanya, setelah anak sudah tidak demam lagi, Anda dapat memandikan si kecil. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi gatal karena ruam sekaligus memberikan kenyamanan untuk
si kecil.
Ketika mandi, pakailah sabun yang tidak mengiritasi kulitnya yang sedang bermasalah.
Setelah mandi, keringkan tubuh si kecil dengan kain lembut dan berikan bedak khusus gatal
pada badannya.

5. Minum banyak air putih

Campak pada bayi dan anak memunculkan gejala awal demam tinggi. Nah demam tinggi
yang dialami anak saat terserang penyakit ini umumnya akan menguras cairan dan elektrolit
tubuh.

Oleh karena itu, berikan minum yang cukup untuk menjaga cairan tubuh  dan mengganti
cairan yang hilang bila anak juga mengalami muntah dan diare saat mereka mengalami
penyakit ini.

6. Minum obat pereda nyeri

Untuk menurunkan demam dan mengurangi rasa sakit, anak Anda dapat mengonsumsi obat
penurun demam dan pereda nyeri seperti aspirin (paracetamol) dan ibuprofen.

Namun pastikan Anda tidak memberikan obat aspirin jika si kecil belum berusia di atas 16
tahun. Pemberian obat aspirin pada anak di bawah usia 16 tahun dapat menyebabkan anak
terkena sindrom Reye’s. Penggunaan antibiotik jarang dilakukan kecuali jika dokter
menemukan infeksi lain yang dialami oleh si kecil.

Selain itu suplementasi vitamin A juga mampu membantu mempercepat pemulihan kondisi
jika Anda atau si kecil mengalami penyakit ini. Dosis vitamin A yang diberikan adalah:

 Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis.


 Usia 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis.
 Usia di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis.
 Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai usia, dilanjutkan dosis ketiga
sesuai usia yang diberikan 2-4 minggu kemudian.

Selalu konsultasikan ke dokter sebelum mengonsumsi suplemen tambahan. Pasalnya dosis


dan aturan pakai setiap suplemen mungkin berbeda.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk penyakit campak?

Dokter Anda akan mendiagnosis penyakit yang diderita si kecil berdasarkan karakteristik
ruam yang berbentuk bintik kecil putih kebiruan dengan dasar merah terang (Koplik’s spot)
di lapisan dalam pipinya. Jika diperlukan, pemeriksaan darah dapat mengkonfirmasi apakah
ruam tersebut memang benar-benar gejala penyakit ini atau tidak.
Pengobatan di rumah
Apa saja pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi penyakit campak?

Beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi penyakit campak pada bayi dan anak di antaranya:

 Kontrol tepat waktu untuk melihat perkembangan penyakit dan kondisi kesehatan Anda.
 Ikuti semua saran yang diberikan dokter Anda dengan baik,
 Tutupi mulut Anda saat sedang batuk, bila perlu selalu gunakan masker.
 Bersihkan tangan Anda secara teratur.
 Gunakan tetes mata saline untuk iritasi dan kacamata untuk melindungi mata Anda dari
paparan sinar cahaya yang menyilaukan.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Pencegahan
Bagaimana cara mencegah penyakit campak pada bayi
dan anak?

Cara paling ampuh yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah dengan
pemberian imunisasi mumps–measles-rubella (MMR), alias imunisasi campak, gondongan,
dan rubella (campak Jerman).

Jika Anda adalah orang dewasa yang belum pernah menerima imunisasi campak atau belum
pernah terjangkit penyakit ini sebelumnya, penting bagi Anda untuk segera mendapatkan
imunisasi ini.

Sementara wanita yang merencanakan kehamilan namun belum pernah menerima imunisasi
campak harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, karena vaksin tidak bisa diberikan
selama masa kehamilan. Perlu diketahui bahwa campak pada ibu hamil dapat membahayakan
janin.

Imunisasi MMR dapat diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai dengan usia kurang
dari 15 tahun lewat penyuntikan dengan dosis 0,5 mililiter.

Pemerintah menyediakan pelayanan imunisasi campak rubella secara gratis tiap bulan
Agustus-September. Anda bisa mendapatkan imunisasi campak rubella tersebut di sekolah-
sekolah, Puskesmas, Posyandu dan fasilitas kesehatan lainnya.

Secara umum, imunisasi ini aman untuk semua orang. Namun, wanita hamil, orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit leukimia, TBC, dan mereka
yang alergi terhadap komponen tertentu dalam vaksin, tidak dianjurkan untuk melakukan
imunisasi.
PENYAKIT TETANUS
Tetanus adalah kondisi kaku dan tegang di seluruh tubuh akibat infeksi
kuman. Kaku dan tegang seluruh tubuh ini terasa menyakitkan dan
dapat menyebabkan kematian.Gejala tetanus akan muncul dalam 4-21
hari setelah terinfeksi.
Kuman atau bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit, dan akan
mengeluarkan racun untuk menyerang saraf. Bakteri ini bernama Clostridium tetani,
yang banyak ditemukan pada tanah, debu, atau kotoran hewan.
Untuk mencegah tetanus, seseorang bisa melakukan vaksinasi tetanus atau
mendapatkan antitetanus bila terdapat luka.

Gejala Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya muncul dalam 4-21 hari
setelah terkena kuman tetanus. Segera temui dokter jika Anda mengalami luka dan
tidak mendapat antiracun tetanus, terutama jika muncul beberapa gejala seperti:

 Demam
 Pusing
 Berkeringat berlebihan
 Jantung berdebar

Terlebih lagi sudah muncul gejala yang khas untuk tetanus, antara lain:

 Tegang dan kaku pada otot rahang (trismus)


 Otot leher atau otot perut terasa kaku
 Sulit menelan
 Sulit bernapas

Pengobatan Tetanus
Belum ada pengobatan spesifik untuk tetanus. Tetapi gejalanya dapat diredakan
dengan suntik antitetanus, obat-obatan, dan vaksin tetanus.
Selain untuk meredakan gejala, vaksin tetanus juga diberikan sebagai pencegahan.
Imunisasi tetanus termasuk wajib di Indonesia, dan harus dilakukan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan.

Tetanus adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini memiliki
spora untuk berkembang biak, dan mampu bertahan dalam waktu yang lama di luar tubuh.

Ketika bakteri ini masuk ke dalam tubuh, spora berkembang biak dengan cepat dan
melepaskan racun yang disebut tetanospasmin ke aliran darah. Racun ini cepat menyebar
ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak dan sistem saraf.

Tetanospasmin mengganggu sinyal yang bergerak dari otak ke saraf sumsum tulang
belakang hingga ke otot. Akibatnya akan menyebabkan kejang dan kekakuan otot. Kasus
berat dari tetanus bisa membuat Anda berhenti bernapas dan meninggal.
Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran
pernapasan yang mudah sekali menular. Penyakit ini dapat mengancam nyawa bila
terjadi pada lansia dan anak-anak, khususnya bayi yang belum cukup umur untuk
mendapat vaksin pertusis.
Batuk rejan dapat dikenali dari rentetan batuk keras secara terus-menerus yang
diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Seseorang bisa menderita batuk
rejan hingga tiga bulan lamanya, sehingga penyakit ini juga biasa disebut “batuk
seratus hari”.
Batuk rejan bisa membuat penderita kekurangan oksigen dalam darahnya. Selain itu
dapat terjadi berbagai komplikasi, misalnya pneumonia. Bahkan pada beberapa
kasus, tulang rusuk penderita mengalami luka akibat batuk yang sangat keras.
Batuk rejan dapat menyebar dengan cepat dari orang ke orang. Maka dari itu, vaksin
pertusis diperlukan untuk mencegah seseorang terkena penyakit ini.  Bakteri
penyebab batuk rejan biasanya menyebar melalui cairan yang keluar saat penderita
batuk atau bersin.

Gejala Batuk Rejan


Umumnya, gejala batuk rejan akan muncul antara 7-21 hari usai bakteri Bordetella
pertussismasuk dalam saluran pernapasan seseorang. Perkembangan gejala batuk
rejan ada tiga tahapan, terutama pada bayi dan anak kecil, yaitu:

 Tahap pertama (masa gejala awal). Tahap ini ditandai dengan munculnya


gejala-gejala ringan, seperti hidung berair dan tersumbat, bersin-bersin, mata
berair, radang tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa
berlangsung hingga dua minggu, dan di tahap inilah penderita berisiko
menularkan batuk rejan ke orang di sekelilingnya.
 Tahap kedua (masa paroksismal). Tahap ini ditandai dengan meredanya
semua gejala-gejala flu, namun batuk justru bertambah parah dan tidak
terkontrol. Di tahap inilah terjadi batuk keras secara terus-menerus yang
diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Usai serangan batuk,
penderita bisa mengalami muntah, umumnya pada bayi dan anak-anak, serta
kelelahan. Tahap ini bisa berlangsung dua hingga empat minggu atau lebih.
 Tahap ketiga (masa penyembuhan). Di tahap ini, tubuh penderita mulai
membaik. Meski demikian, gejala batuk rejan bisa tetap ada atau bahkan
lebih keras. Tahap pemulihan ini bisa berlangsung hingga dua bulan atau
lebih, tergantung dari pengobatan.

Berikut ini beberapa kondisi yang harus segera menerima penanganan dokter:

 Bayi berusia 0-6 bulan yang terlihat sangat tidak sehat.


 Penderita kesulitan untuk bernapas.
 Penderita mengalami komplikasi serius, seperti kejang atau pneumonia.

 Mengeluarkan bunyi saat menarik napas.


 Muntah akibat batuk rejan yang parah.
 Tubuh menjadi memerah atau membiru.
Penyebab Batuk Rejan
Bakteri Bordetella pertussis yang menyebar melalui udara adalah penyebab
terjadinya batuk rejan pada seseorang. Bakteri ini masuk dan kemudian menyerang
dinding saluran napas penderita dan melepaskan racun.
Pembengkakan saluran napas adalah salah satu cara tubuh bereaksi terhadap
racun yang dilepaskan bakteri. Saluran napas yang membengkak bisa membuat
penderita harus menarik napas dengan kuat melalui mulut karena kesulitan
bernapas. Hasil tarikan napas yang kuat inilah yang memunculkan bunyi dengkingan
(whoop) yang panjang. Cara lain yang akan dilakukan tubuh saat bakteri
menginfeksi dinding saluran napas adalah dengan memproduksi lendir kental,
kemudian saluran pernapasan merespon untuk mencoba mengeluarkan lendir kental
tersebut dengan batuk.

Diagnosis Batuk Rejan


Batuk rejan yang masih pada tahap awal memang cukup sulit untuk didiagnosis,
karena penyakit flu atau bronkitis punya gejala-gejala yang hampir serupa. Biasanya
dari gejala-gejala batuk pada penderita dan mendengarkan suara batuk yang
dihasilkan, dokter sudah bisa mendiagnosis batuk rejan.
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan tambahan, yaitu:

 Tes darah. Dalam pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya peningkatan sel


darah putih dan antibodi bakteri Bordetella pertussis dalam darah penderita.
 Pengambilan sampel lendir dari hidung atau tenggorokan. Untuk melihat
apakah lendir atau dahak penderita mengandung bakteri Bordetella pertussis.
 Foto Rontgen. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat apakah paru-
paru pasien mengalami peradangan atau penumpukan cairan di dalamnya.
Kondisi ini bisa muncul ketika batuk rejan mengalami komplikasi, misalnya
pneumonia.

Pengobatan Batuk Rejan


Berhati-hatilah jika mengonsumsi obat bebas untuk mengobati batuk rejan. Karena
banyak sekali jenis obat batuk di pasaran yang ternyata tidak ampuh mengobati
batuk rejan atau bahkan tidak dapat mengurangi gejalanya.
Pengobatan batuk rejan dibedakan berdasarkan golongan usia penderita. Berikut ini
adalah penjelasan secara lengkapnya.
Mengatasi batuk rejan pada bayi dan anak-anak
Pengobatan utama yang diberikan pada golongan usia ini adalah dengan antibiotik
guna melawan bakteri penyebab infeksi. Kortikosteroid akan diberikan untuk
mengatasi peradangan pada saluran napas. Baik antibiotik dan kortikosteroid bisa
diberikan melalui infus. Sungkup oksigen dapat diberikan untuk membantu
pernapasan.
Batuk rejan yang cukup parah pada bayi dan anak-anak bisa menyebabkan
kerusakan pada paru-paru mereka. Penanganan khusus di rumah sakit akan
berkonsentrasi pada pemakaian alat bantu pernapasan (ventilasi) dan pemberian
obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah mereka.
Pada keadaan yang lebih parah, dapat dilakukan oksigenasi membran
ekstrakorporeal (extracorporeal membrane oxygenation/ECMO), dimana oksigen
akan langsung dialirkan ke tubuh tanpa melewati paru-paru. Prosedur ini akan
diberikan jika metode pengobatan lain tidak berhasil dan paru-paru sudah
mengalami kerusakan cukup parah.
Penanganan batuk rejan pada remaja dan dewasa
Batuk rejan pada remaja dan orang dewasa biasanya bisa ditangani sendiri di rumah
atau dengan antibiotik sesuai resep dokter. Berikut ini adalah beberapa langkah
sederhana yang bisa dilakukan di rumah apabila menderita batuk rejan:

 Konsumsi ibuprofen dan paracetamol, untuk mengatasi gejala demam dan


radang tenggorokan.
 Minum banyak air, untuk menghindari dehidrasi.
 Keluarkan semua lendir atau muntah saat batuk agar tidak tersedak atau
terhirup kembali.
 Banyak beristirahat.

Penanganan untuk menekan risiko penularan


Ada beberapa langkah pencegahan yang perlu dilakukan untuk menghindari
penularan batuk rejan, di antaranya:

 Bayi dan anak-anak yang mengalami batuk rejan akan ditempatkan di ruang
isolasi untuk menghindari penyebaran infeksi.
 Anak-anak akan diresepkan antibiotik sedikitnya selama 5 hari sebelum
mereka kembali ke sekolah. Jika tidak bisa mengonsumsi antibiotik, penderita
dianjurkan masuk sekolah setelah 21 hari usai merasakan gejala pertama
batuk rejan.
 Penderita remaja dan dewasa dianjurkan untuk mengonsumsi antibiotik
sedikitnya selama 5 hari sebelum berdekatan dengan anak-anak atau pergi
beraktiv
 Penderita dianjurkan untuk menutup mulut dan hidung ketika bersin atau
batuk.
 Orang yang menangani atau merawat penderita batuk rejan disarankan untuk
mencuci tangan mereka secara rutin dengan sabun.

Komplikasi Batuk Rejan


Penderita batuk rejan yang berisiko besar mengalami komplikasi adalah bayi dan
anak-anak. Komplikasi yang mungkin terjadi, baik pada anak-anak ataupun orang
dewasa, adalah:

 Napas tersengal-sengal.
 Dehidrasi dan penurunan berat badan akibat muntah secara berlebihan.
 Pneumonia.
 Tekanan darah rendah.
 Mengalami kejang-kejang.
 Kerusakan otak karena kurangnya pasokan oksigen menuju ke otak.
 Gagal ginjal.

Komplikasi yang terjadi pada bayi di bawah usia enam bulan bisa membahayakan
nyawa. Oleh karena itu, mereka membutuhkan penanganan medis secepatnya di
rumah sakit.
Khusus pada orang dewasa, batuk rejan dapat menimbulkan komplikasi:

 Tulang rusuk mengalami memar atau retak.


 Hernia pada perut (hernia abdominalis).
 Mimisan.
 Infeksi telinga.
 Pecahnya pembuluh darah di kulit atau putih mata.
 Munculnya sariawan pada lidah dan mulut.
 Wajah mengalami pembengkakan.

Pencegahan Batuk Rejan


Vaksinasi pertusis adalah cara terbaik untuk mencegah batuk rejan. Biasanya dokter
memberikan vaksin pertusis bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin
DPT), dan Hib.
Berikut ini adalah jadwal vaksinasi untuk pertusis:

 Pada usia 2 bulan.


 Pada usia 4 bulan.
 Pada usia 6 bulan.
 Pada usia 1,5 sampai 2 tahun.
 Pada usia 5 tahun.

Vaksin pertusis sangat aman, namun terdapat beberapa efek samping yang
mungkin dapat muncul setelah penyuntikan dilakukan. Di antaranya adalah rasa
nyeri, kulit memerah, dan pembengkakan pada bagian yang disuntik. Selain itu,
kemungkinan anak juga akan menjadi rewel atau demam.
Ibu hamil juga perlu mendapatkan vaksinasi pertusis. Mendapatkan vaksinasi
pertusis saat hamil membantu melindungi bayi terserang batuk rejan pada minggu-
minggu awal usai dilahirkan. Biasanya vaksinasi pertusis akan ditawarkan pada
semua wanita hamil saat usia kehamilan mereka antara 28-38 minggu.
Selain pada ibu hamil dan bayi, vaksinasi pertusis tambahan (booster) perlu
diberikan karena fungsi perlindungannya cenderung melemah. Vaksinasi tambahan
ini bisa diberikan ketika:

 Remaja. Kekebalan vaksin pertusis akan mulai melemah saat seseorang


berusia 11 tahun. Oleh karena itu, usia tersebut menjadi waktu yang tepat
untuk mendapatkan boostervaksinasi pertusis.
 Dewasa. Beberapa jenis vaksin tetanus dan difteri yang diberikan secara
berkala tiap 10 tahun sekali juga memiliki fungsi untuk melindungi dari batuk
rejan. Vaksin jenis ini juga mengurangi risiko Anda untuk menularkan batuk
rejan kepada bayi.

PENYAKIT DIFTERI

Definisi
Apa itu difteri?

Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya


berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.
Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan
sistem saraf. Beberapa pasien juga mengalami infeksi kulit. Bakteri penyebab penyakit ini
menghasilkan racun yang berbahaya jika menyebar ke bagian tubuh lain.

Seberapa umumkah difteri?

Difteri banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana angka


vaksinasi masih rendah. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Difteri
dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk
informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala difteri?

Walau bakteri difteri dapat menyerang jaringan apa saja pada tubuh, tanda-tanda yang paling
menonjol adalah pada tenggorokan dan mulut. Tanda-tanda dan gejala umum dari difteri
adalah:

 Tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu


 Radang tenggorokan dan serak
 Pembengkakan kelenjar pada leher
 Masalah pernapasan dan saat menelan
 Cairan pada hidung, ngiler
 Demam dan menggigil
 Batuk yang keras
 Perasaan tidak nyaman
 Perubahan pada penglihatan
 Bicara yang melantur
 Tanda-tanda shock, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat dan jantung berdebar
cepat.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Kapan saya harus periksa ke dokter?

Anda harus menghubungi dokter bila Anda atau anak Anda terkena kontak dengan seseorang
yang memiliki difteri. Apabila Anda tidak tahu apakah Anda atau anak Anda telah diberi
vaksin difteri atau belum, segera atur jadwal pertemuan dengan dokter.

Penyebab
Apa penyebab difteri?

Difteri disebabkan oleh Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui
partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi.

Jika Anda menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, Anda dapat
terkena difteri. Cara ini sangat efektif untuk menyebarkan penyakit, terutama pada tempat
yang ramai.

Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi yang terkontaminasi. Anda
dapat terkena difteri dengan memegang tisu bekas orang yang terinfeksi, minum dari gelas
yang belum dicuci, atau kontak sejenisnya dengan benda-benda yang membawa bakteri. Pada
kasus yang langka, difteri menyebar pada peralatan rumah tangga yang digunakan bersama,
seperti handuk atau mainan.

Menyentuh luka yang terinfeksi juga dapat membuat Anda terekspos bakteri yang
menyebabkan difteri.

Faktor pemicu
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko seseorang
terkena difteri?

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena difteri, yaitu:

 Lokasi yang Anda tinggali


 Tidak mendapat vaksinasi difteri terbaru
 Memiliki gangguan sistem imun, seperti AIDS
 Memiliki sistem imun lemah, misalnya anak-anak atau orang tua
 Tinggal di kondisi yang padat penduduk atau tidak higienis

Pengobatan
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan
pada dokter Anda.
Bagaimana dokter mendiagnosis difteri?

Untuk mendiagnosis penyakit, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa
adanya pembengkakan pada kelenjar limfa. Apabila dokter melihat lapisan abu-abu pada
tenggorokan dan amandel Anda, dokter dapat menduga Anda memiliki difteri. Dokter juga
dapat menanyakan sejarah medis serta gejala yang Anda alami.

Namun, metode paling aman untuk mendiagnosis difteri adalah dengan biopsi. Sampel
jaringan yang terpengaruh akan diambil dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa, apakah Anda memiliki bakteri difteri atau tidak.

Bagaimana cara mengobati difteri?

Dokter akan segera menangani penyakit ini, karena difteri adalah kondisi yang sangat serius.
Pertama, dokter akan memberi suntikan antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan
oleh bakteri. Jika alergi terhadap antitoksin, Anda perlu memberi tahu dokter agar dokter
dapat menyesuaikan pengobatan.

Pada pasien dengan alergi, biasanya dokter akan memberi dosis antitoksin yang rendah dan
meningkatkan kadar secara bertahap. Setelah itu, dokter akan memberikan antibiotik untuk
membantu mengatasi infeksi. Setelah diberikan obat-obatan tersebut, dokter dapat
merekomendasi dosis pendorong vaksin difteri setelah sehat, untuk membangun pertahanan
terhadap bakteri difteri.

Normal apabila dokter meminta pasien untuk tinggal di rumah sakit untuk mengawasi reaksi
terhadap pengobatan dan mencegah penyebaran penyakit. Jika Anda atau anak Anda
melakukan kontak dengan seseorang dengan penyakit difteri, Anda harus segera
mengunjungi dokter untuk melakukan tes dan kemungkinan perawatan.

Pengobatan di rumah
Apa saja yang harus dilakukan saat terkena difteri?

Berikut adalah yang perlu Anda lakukan saat terkena difteri:

 Banyak bed rest  alias istirahat di tempat tidur. Batasi aktivitas fisik apabila jantung Anda
terpengaruh. Anda mungkin memerlukan istirahat di tempat tidur selama beberapa minggu atau
sampai Anda telah pulih total.
 Isolasi ketat. Anda sebaiknya menghindari penyebaran penyakit pada orang lain apabila
Anda terinfeksi.

Komplikasi
Apa saja komplikasi yang bisa terjadi akibat difteri?

Jika tidak diobati dengan tepat, difteri dapat mengakibatkan komplikasi yang berbahaya, dan
bahkan bisa berujung dengan kematian. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
 Saluran napas yang tertutup
 Kerusakan otot jantung (miokarditis)
 Kerusakan saraf (polineuropati)
 Kehilangan kemampuan bergerak (lumpuh)
 Infeksi pary (gagal napas atau pneumonia)

Bagi beberapa orang, difteri bisa merenggut nyawa. Bahkan setelah diobati pun, 1 dari 10
penderita difteri biasanya meninggal dunia. Namun, jika tidak diobati, jumlah kematian bisa
meningkat menjadi 1:2. Oleh karena itu, lakukan tindak pencegahan dan segera periksakan ke
dokter saat gejala muncul.

Pencegahan
Bagaimana cara mencegah difteri?

Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya
diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), sebanyak lima kali semenjak bayi
berusia 2 bulan. Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

Untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap akan
melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Ini
juga termasuk untuk orang dewasa.

Anda mungkin juga menyukai