Anda di halaman 1dari 16

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PADANG SIBUSUK

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIJUNJUNG


NOMOR: /SK/PUSK-PDS/III/2019

TENTANG

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI PUSKESMAS PADANG


SIBUSUK

KEPALA PUSKESMAS PADANG SIBUSUK,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin perbaikan mutu layanan di


Puskesmas Padang Sibusuk, maka perlu dilaksanakan
manajemen terhadap risiko klinis yang mungkin
b. terjadi.
bahwa dalam melaksanakan manajemen risiko perlu
dilakukan identifikasi, analisis dan tindak lanjut
terhadap risiko – risiko yang mungkin terjadi dalam
c. pelayanan kesehatan
bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b,
perlu menetapkan Keputusan Kepala Puskesmas
Padang Sibusuk tentang Penerapan Manajemen Risiko
di Puskesmas Padang Sibusuk.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang
2. Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten Dalam
Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah.
3. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015
tentang Akreditasi FKTP,Klinik,Dokter Praktek Swasta
dan Dokter Gigi Mandiri

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Menetapkan Tentang Penerapan Manajemen Risiko di
Puskesmas Padang Sibusuk sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini;
KEDUA : Pelaksanaan pelayanan di Puskesmas wajib menerapkan
manajemen risiko;
KETIGA : Penerapan manajemen risiko klinis sebagaimana dalam
diktum Pertama harus menggunakan pedoman
manajemen risiko klinis sebagai panduannya;
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Padang Sibusuk


Pada Tanggal Maret 2019
KEPALA PUSKESMAS
PADANG SIBUSUK

ZULHENDRINA
LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
PADANG SIBUSUK
NOMOR : /SK/PUSK-PDS/III/2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DI
PUSKESMAS PADANG SIBUSUK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan


Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait
dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan
Puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap
Puskesmas, yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan
terintegrasi. Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-
bahan berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang
semakin canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga
profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko
menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas Padang Sibusuk perlu
melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang
professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat
diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.

B. TUJUAN

Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di


Puskesmas Padang Sibusuk.

C. SASARAN
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko dan,
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada
pimpinan unit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai
Puskesmas Padang Sibusuk.

D. RUANG LINGKUP
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan,
2. Risiko terhadap staff medis,
3. Risiko terhadap staff /pegawai,
4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/asset Puskesmas,
5. Risiko terhadap keuangan,
6. Risiko-risiko lain.
BAB II

PENGERTIAN

A. DEFENISI
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset
Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk
mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan
untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah
terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan
manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien,
melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

B. STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN RISIKO

(Struktur Terlampir)

C. ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO


Elemen kunci disain program manajemen risiko adalah sebagai
berikut :
a. Tujuan disain program manajemen risiko adalah :
1. Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki
pelayanan kepada pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk
mengurangi risiko yang dapat mencegah pasien dari cedera atau
kecacatan terkait keselamatan pasien.
2. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi
dan berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
3. Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas
akibat kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen
yang tidak efektif, dengan meningkatkan perbaikan
berkesinambungan pada proses pelayanan pasien melalui
lingkungan yang diciptakan dengan aman.
b. Kewenangan Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung selaku pemilik
puskesmas :
1. Memiliki tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan
yang aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas
Kesehatan Kabupaten Sijunjung mendelegasikan kewenangan
kepada Kepala Puskesmas Padang Sibusuk untuk membentuk
organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan
secara luas.
2. Kepala Puskesmas Padang Sibusuk menugaskan kepada Tim
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien untuk membentuk
satuan tugas manajemen resiko masuk dalam struktur Tim
Manajemen Risiko.
3. Satuan tugas manajemen resiko bertanggungjawab
mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala
Puskesmas, semua anggota staff medis, semua pegawai dan dengan
pihak luar Puskesmas.
c. Koordinasi

Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan


Puskesmas yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program
manajemen risiko, Puskesmas harus menetapkan mekanisme
koordinasi baik secara formal maupun informal antara manajemen
risiko professional dengan semua unit layanan struktural dan
fungsional Puskesmas serta fungsi lain didalam dan di luar Puskesmas.
Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme
komunikasi dengan orang-orang kunci dalam organisasi, Kepala dan
para pimpinan unit layanan di Puskesmas berfungsi sebagai pembuat
keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen
risiko. Pimpinan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai
penghubung antara program manajemen risiko dan staff medis,
membantu manajemen risiko dalam koordinasi kepada para dokter,
untuk memastikan bahwa organisasi melakukan clinical appointment
staff medis, kredensial, cilinical privilege dan prosedur disiplin telah
dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bagian Keuangan
bertanggung-jawab dalam pembiayaan dan memberikan informasi yang
berharga untuk program manajemen risiko, mengawasi operasi
keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis
keuangan Puskesmas. Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung
jawab untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses
penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai dan uji
kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi, pemberian cuti pegawai dan
pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya penting
untuk mencegah serta melindungi staff medis yang melakukan
tindakan/pelayanan. Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab
utama membantu manajemen risiko dalam melakukan fire safety,
manajemen bahan berbahaya, kesiapsiagaan darurat dan keselamatan
staff. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki
tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien.

d. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur
manajemen puncak dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah
kerugian (loss prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan,
pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber potensial klaim
dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara
mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur,
menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber
daya manusia, system prosedur, pengawasan internal maupun
gabungannya.
a. Tugas satuan tugas manajemen resikosebagai berikut :
 Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan
insiden, rujukan staff,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan
pasien.
 Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan
iunit layanan terkait seperti : manajemen mutu, kepelayanan,
staff medis dan kontrol infeksi.
 Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko.
 Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan
terjadi risiko seperti informed consent, kerahasiaan dan
penanganan kejadian sentinel.
b. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam
enam bagian :
 Pengurangan dan pencegahan kehilangan
 Manajemen klaim
 Pembiayaan risiko
 Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
 Pelaksanaan manajemen risiko
 Etika Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan
pengembangan manajemen risiko, mengukur tujuan dan
sasaran manajemen risiko secara spesifik.
Manajemen risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk
menentukan kegiatan selanjutnya, melaporkan kemajuan untuk
menetapkan tujuan Puskesmas.
BAB III

RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,


mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai,
kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan
kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan. Program manajemen risiko
mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan peningkatan mutu
berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program manajemen
risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan karyawan
front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian
risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan. Layanan
diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang
diperlukan.

Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko

a. Risiko Terkait dengan pelayanan pasien


1. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
2. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
3. Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
4. Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan.
5. Pasien diberitahu tentang risiko.
6. Pengobatan yang nondiskriminatif.
7. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan.
b. Risiko Terkait dengan staff medis
1. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staffmedis ?
2. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku ?
3. Apakah pasien dikelola dengan benar?
4. Apakah staff yang kita miliki telah cukup dilatih?
c. Risiko Terkait dengan karyawan
1. Menjaga lingkungan yang aman.
2. Kebijakan kesehatan pegawai.
d. Risiko Terkait dengan property
Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll. Catatan rekam
medik pasien non-elektronik, Ikatan kerja sama dan asuransi untuk
melindungi fasilitas dari kerugian.

e. Risiko Keuangan

Catatan keuangan, dilindungi dari kerusakan atau perusakan.

f. Risiko Lain – lain

1. Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis


menular, manajemen limbah.
2. Risiko terkait hukum dan peraturan
BAB IV

PROSES MANAJEMEN RISIKO

Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staff, pengunjung dan


organisasi yang terus-menerus berubah dan harus di identifikasi. Program
manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu :

1. TETAPKAN KONTEKS.
a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas
dan strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan dimana proses
manajemen risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan
konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan
eksternal. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter
kegiatan, atau bagian dari organisasi Puskesmas dimana proses
manajemen risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus
dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula
kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan
dipelihara. Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen
resiko secara mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses
manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak masalah, atau
terbatas pada area praktik klinis spesifik, unit pelayanan, fungsi, atau
area proyek.
2. IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan
Puskesmas, atau pasien. Identifikasi risiko komprehensif sangat penting
dan harus dikelola menggunakan proses sistematis yang terstruktur
dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini
akan dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi
risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada dibawah kontrol
organisasi manajemen risiko. Dari waktu ke waktu, semua risiko yang
signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat Puskesmas, unit
pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan
dipantau.
Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan
prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para
eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian,
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder
internal/eksternal,
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi
Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas,
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis
atau bahaya daninsiden yang terjadi,
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi. Identifikasi
adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak
akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas
manajemen resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk
mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai
seperti Daftar keluhan pasien, Hasil survei kepuasan, Diskusi dengan
pimpinan unit layanan serta staff dan mitra kerja, Laporan insiden.
3. ANALISIS RISIKO
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen
risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system
kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan semua iunit
layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat
menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu proses sistematis untuk
memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko, memisahkan
risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data
untuk membantu evaluasi dan pelayanan. Pada umumnya risiko yang
berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi prioritas
intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera
tindakanharus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk
grading/tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko
dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila
hal ini terjadi. Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada
kontrol atas risiko saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila
risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang potensial
menjadi insiden), dan kemungkinan terjadinya insiden. Penilaian dan
rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan
konsekuensi.
BAB V

EVALUASI DAN RANGKING RISIKO

A. Severity Rating Scale

Nilai Penjelasan Pengertian

Kesalahan yang dapat menyebabkan


Amat sangat
10 kematian pelanggan dan kerusakan sistem
berbahaya
tanpa tanda-tanda yang mendahului
Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
berat/permanen pada pelanggan atau
9 Sangat
gangguan serius pada sistem yang dapat
8 berbahaya
menghentikan pelayanan dengan adanya
tanda yang mendahului
Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
ringan sampai sedang dengan tingkat ketidak
puasan yang tinggi dari pelanggan dan/atau
7 Berbahaya
menyebabkan ganggung sistem yang
membutuhkan perbaikan berat atau kerja
ulang yang signifikan
Kesalahan berakibat pada cedera ringan
6 Berbahaya dengan sedikit ketidak puasan pelanggan
5 sedang dan/atau menimbulkan masalah besar pada
sistem
Kesalahan menyebakan cedera sangat ringan
Berbahaya
atau tidak cedera tetapi dirasakan
4 ringan
mengganggu oleh pelanggan dan/atau
3 sampai
menyebabkan masalah ringan pada sistem
sedang
yang dapat diatasi dengan modifikasi ringan
Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
Berbahaya pelanggan tidak menyadari adanya masalah
2
ringan tetapi berpotensi menimbulkan cedera ringan
atau tidak berakibat pada sistem
Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
Tidak
1 tidak berdampak pada sistem
berbahaya

B. Occurence Rating Scale

Nilai Penjelasan Pengertian

Kesalahan terjadai paling tidak


Kemungkinan terjadinya
10 sekali sehari atau hampir setiap
dapat dipastikan
saat
Kesalahan dapat diprediksi terjadi
Hampir tidak dapat
9 atau terjadi setiap 3 sampai 4 hari
dihindarkan

Kesalahan sering terjadi atau


8 Kemungkinan terjadai
terjadi paling tidak seminggu
7 sangat tingggi
sekali
Kesalahan terjadi sekali sebulan
6 Kemungkinan terjadi
5 tinggi sedang

4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau

3 sedang sekali tidap tiga bulan

Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau


2 terjadi sekitar sekali setahun
rendah
Kesalahan hampir tidak pernah
Kemungkinan terjadi
1 terjadi, atau tidak ada yang ingat
amat sangat rendah
kapan terakhir terjadi

C. Detection Rating Scale

Nilai Penjelasan Pengertian

Tidak ada peluang Tidak ada mekanisme untuk


10
untuk diketahui mengetahui adanya kesalahan
Kesalahan dapat diketahui dengan
9 inspeksi yang menyeluruh, tidak
Sangat sulit diketahui
8 feasible dan tidak segera dapat
dilakukan
Kesalahana dapat diketahui dengan
7 inspeksi manual atau tidak ada
Sulit diketahui
6 proses yang baku untuk mengetahui,
sehingga ketahuan karena kebetulan
Ada proses untuk double checks
Berpeluang sedang
5 atau inspeksi tetapi tidak otomatis
untuk diketahui
atau dilakukan secara sampling
4 Berpeluang tinggi untuk Dipastikan ada proses inspeksi yang
3 diketahui rutin tetapi tidak otomatis
Dipastikan ada proses inspeksi rutin
Berpeluang sangat
2 yang otomatis
tinggi untuk diketahui

Ada proses otomatis yang akan


Hampir dipastikan
1 menghentikan proses untuk
untuk diketahui
mencegah kesalahan

Ditetapkan di Padang Sibusuk


Pada Tanggal Maret 2019
KEPALA PUSKESMAS
PADANG SIBUSUK

ZULHENDRINA

Anda mungkin juga menyukai