Tugas Pak Idram KMB II
Tugas Pak Idram KMB II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah Keperawatan
Medikal Bedah II dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. TUJUAN
4
BAB II
KONSEP TEORITIS
A. Definisi
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan Glomerulus Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel. Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga menyebabkan penyakit
gagal ginjal stadium akhir (Terry & Aurora.2013)
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan
asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi 2 kategori,
yaitu akut dan kronik. CKD atau gagal ginjal kronik merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya
berlangsung bertahun-tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam
beberapa hari atau minggu (Price & Wilson, 2006).
CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel,
dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
B. anatomi fisiologi
1. Anatomi
5
Urine produk akhir dari fungsi ginjal, dibentuk dari darah oleh nefron.
Nefron terdiri atas satu glomerulus, tubulus proksimus, ansahenle, dan
Nefron terdiri atas satu glomerulus, tubulus proksimus, ansahenle, dan
kolengentes. Dari tubulus kolengentes, urine mengalir ke dalam pelvis
ginjal. Dari sana urine meninggalkan ginjal melalui ureter dan mengalir ke
dalam kandung kemih. Tiap ginjal manusia terdiri dari kurang lebih 1 juta
nefron dan semua berfungsi sama. Tiap nefron terbentuk dari 2 komponen
utama, yaitu:
1. Glomerulus dan kapsula bowman, tempat air dan larutan di filtrasi dari
darah
2. Tubulus, yang mereabsorpsi material penting dari filtrate dan
memungkinkan bahan-bahan sampah dan material yang tidak
dibutuhkan untuk tetap dalam filtrate dan mengalirke pelvis renalis
sebagai urine.
Glomerulus terdiri atas sekumpulan kapiler-kapiler yang mendapat
suplai nutrisi dari arteri oraferen, dan diperdarahi oleh arteri oraferen.
Glomerulus dikelilingi oleh kapsula bowman. Arteri oraferen mensuplai
darah ke kapiler peritubular. Yang dibagi menjadi 4 bagian.
a. Tubulus proksimus
b. Ansahenle
c. Tubulus distalis
d. Tubulus kolengntes
Sebagian air dan elektrolit direabsorpsi ke dalam darah di kapiler
7
2. Fisiologi
Menurut Brunner (2007), fungsi utama ginjal adalah mempertahankan
keseimbangan air dan kadar unsure kimia (elektrolit, hormon, gula darah,
dll) dalam cairan tubuh, mengatur tekanan darah, membantu
mengendalikan keseimbangan asam basa darah, membuang sisa bahan
kimia dari dalam tubuh, bertindak sebagai kelenjar, serta menghasilkan
hormon dan enzim yang memiliki fungsi penting dalam tubuh.
Sedangkan menurut Syaifuddin (2014), Fungsi ginjal yaitu
mengeluarkan zat-zat toksik atau racun, mempertahankan keseimbangan
cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa sadari cairan
tubuh, mempertahankan keseimbangan zat-zat dan garam-garam lain
dalam tubuh, mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein
ureum, kreatinin, dan amoniak.
Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG kurang lebih
60 mnt/ mnt, pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan. Protein
diberikan 0,6 – 0,8/ kg BB/ hari, yang 0,35 – 0,50 gr diantaranya
merupakan protein nilai biologi tinggi. Jumlah kalori yang diberikan
sebesar 30 – 35 kkal/ kg BB/ hari, dibutuhkan pemantauan yang teratur
terhadap status nutrisi.
Tiga tahapan pembentukan urine:
1. Filtrasi glomerulus
8
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transport aktif molekul-molekul dari
aliran darah melalui tubulus ke dalam filtrate. Banyak substansi yang
di sekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya:
penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh
termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
C. Etiologi
Di bawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price dan
Wilson (2006) diantaranya adalah penyakit infeksi tubula intestinal,
penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan jaringan
ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati
toksik, nefropati obsruktif. Beberapa contoh dari golongan penyakit
tersebut adalah
D. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit CKD didasarkan atas dasar derajat (stage)
penyakit. Menurut Sudoyo dkk (2006) sebelum dilakukan
klasifikasi ditentukan dahulu dasar Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG) yang dihitung dengan mempergunakan rumus
Kockeroft-Gault sebagai berikut ;
(140 – umur) x BB
LFG (ml/mnt/1,73m2) = *)
72 x kreatinin plasma (mg/dl)
Keterangan: *) pada perempuan dikalikan 0,85
E. Patofisiologi
11
F. Woc
Uremia
Volume intersisial
Pucat, fatigue, malaise
Pruritus
Edema
MK: Intoleransi
MK: Resiko Aktivitas
MK: Gangguan
integritas kulit ketidakseimbangan
cairan
Gangguan
keseimbangan asam
basa
Insufisiensi ginjal
Pada paru
Produksi asam
Angiotensin I
MK: Gangguan
Asam lambung pertukaran gas
Angiotensin II
Mual, muntah
Hipertensi
Anoreksia
MK: Resiko
penurunan curah
jantung MK: Defisit nutrisi
G. Manifstasi Klinis
Menurut Suyono (2001) menjelaskan bahwa manifestasi klinis
pada gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
H. Komplikasi
1. Anemia
Kadar eritropoietin dalam sirkulasi rendah.eritropoetin rekombinan
parenteral meningkatkan kadar hemoglobin ,memperbaiki toleransi
terhadap aktivitas fisik , dan mengurangu kebutuhan trasfusi darah. Pada
pasien dengan gagal ginjal stadium lanjut sebelum dialysis,eritropoiten
mengkoreksi anemia dan memperbaiki keadaan umum , tanpa
mempengaruhi tingkat penurunan ginjal .Hipertensi tergantung dosis
terjadi pada 35% pasien dan biasanya bisa dikendalikan dengan obat-obat
penurunan tekanan darah,walaupun enselafalopati hipertensi bisa timbul
mendadak.
3. Penyakit Tulang
4. Gastrointestinal
6. Disfungsi seksual
Menurunnya libido dan impotensi sering
terjadi.Hiperprolaktinemia ditemukan pada setidaknya sepertiga jumlah
pasien,menyebabkan efek inhibisi gonadotropin. Kadar prolaktin bisa
diturunkan dengan pemberian bromokriptin, walaupun sering timbul efek
(mual,muntah,mengantuk,hipotensi postural).
7. Sistem Pernafasan
I. Penatalaksanaan
1) Manajemen terapi
Tujuan dari manajemen adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan homeostasis selama mungkin.Semua faktor yang berkontribusi
terhadap gagal ginjal kronis dan semua faktor yang reversibel (misal
obstruksi) diindentifikasi dan diobati. Manajemen dicapai terutama dengan
obat obatan dan terapi diet, meskipun dialisis mungkin juga diperlukan
untuk menurunkan tingkat produk limbah uremik dalam darah (Brunner
and Suddarth, 2014)
2) Antasida
18
4) Agen antisezure
Kelainan neurologis dapat terjadi, sehingga pasien harus diamati
jika terdapat kedutan untuk fase awalnya, sakit kepala, delirium, atau
aktivitas kejang.Jika kejang terjadi, onset kejang dicatat bersama dengan
jenis, durasi, dan efek umum pada pasien, dan segera beritahu dosen
segera. Diazepam intravena (valium) atau phenytoin (dilantin) biasanya
diberikan untuk mengendalikan kejang. Tempat tidur pasien harus
diberikan pengaman agar saat pasien kejang tidak terjatuh dan mengalami
cidera (Brunner and Suddarth, 2014).
19
5) Eritropoetin
Anemia berhubungan dengan gagal ginjal kronis diobati dengan
eritropoetin manusia rekombinan (epogen).Pasien pucat (hematokrit
kurang dari 30%) terdapat gejala nonspesifik seperti malaise, fatigability
umum, dan intoleransi aktivitas.Terapi epogen dimulai sejak hematokrit
33% menjadi 38%, umumnya meredakan gejala anemia.Epogen diberikan
baik intravena atau subkutan tiga kali seminggu.Diperlukan 2-6 minggu
untuk meningkatkan hematokrit, oleh karena itu epogen tidak
diindikasikan untuk pasien yang perlu koreksi anemia akut.Efek samping
terlihat dengan terapi epogen termasuk hipertensi (khususnya selama awal
tahap pengobatan), penigkatan pembekuan situs askes vaskular, kejang,
dan kelebihan Fe (Brunner and Suddarth, 2014).
6) Terapi gizi
Intervensi diet pada pasien gagal ginjal kronis cukup kompleks,
asupan cairan dikurangi untuk mengurangi cairan yang tertimbun dalam
tubuh. Asupan natrium juga perlu diperhatikan untuk menyeimbangkan
retensi natrium dalam darah, natrium yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/
hari (1-2 gr natrium), dan pembatasan kalium. Pada saat yang sama,
asupan kalori dan asupan vitamin harus adekuat. Protein dibatasi karena
urea, asam urat, dan asam organik hasil pemecahan makanan dan protein
menumpuk dalam darah ketika ada gangguan pembersihan di ginjal.
Pembatasan protein adalah dengan diet yang mengandung 0,25 gr protein
yang tidak dibatasi kualitasnya per kilogram berat badan per hari.
Tambahan karbohidrat dapat diberikan juga untuk mencegah pecahan
protein tubuh. Jumlah kebutuhan protein biasanya dilonggarkan hingga
60-80 gr/ hari (1,0 kg per hari) apabila pendrita mendapatkan
pengobatan hemodialisis teratur (Price dan wilson, 2006). Asupan cairan
sekitar 500 sampai 600 ml lebih banyak dari output urin selama 24 jam.
Asupan kalori harus adekuat untuk pencegahan pengeluaran energi
berlebih.Vitamin dan suplemen diperlukan kerena diet protein yang
20
7) Terapi dialisis
Hiperkalemi biasanya dicegah dengan memastikan dialisis yang
memadai, mengeluarkan kalium dan pemantauan seksama terhadap semua
obat obatan baik peroral maupun intravena. Pasien harus diet rendah
kalium. Kayexalate, resin kation terkadang diberikan peroral jika
diperlukan.Pasien dengan peningkatan gejala kronis gagal ginjal progresif.
Dialisis biasanya dimulai ketika pasien tidak dapat mempertahankan gaya
hidup yang wajar dengan pengobatan konservatif (Brunner and Suddarth,
2014).
BAB III
ilustrasi kasus
Seorang lelaki Tn.C berusia 50 tahun dengan BB 60 Kg dirawat hari
pertama dRS X dengan diagnosis Cronok Kidney Desease (CKD). Saat ini pasien
21
tampak mengalami edema anasarka (+++), kulit tampak lebih gelap, pasien sering
menggaruk – garuk badannya, pasien mengatakan jarang berkemih. Data senjang
hasil laboratorium yaitu, Hb: 9,2 gr/dl, ureum serum 210 mg/dl, creatinine serum
12,5 mg/dl, kalsium 5 mg/dl, GDS 250 mg/dl, Hasil AGD: pH: 6,9. PCO2: 28,
HCO3: 20. TD: 180/100 mmHg, Nadi: 90x/m, pernapasan cepat dan dalam
(kusmaull), urine kuantitatif belum bisa diukur.
B. Identifikasi stadium/ stage CKD Tn. C tersebut
Stage CKD Tn. C tersebut adalah stage 5
Rumus : (140 – Umur) x Berat Badan
LFG =
72 x Kreatinin Plasma
Diketahui :
Umur = 50 tahun
Berat badan = 60 Kg
Kreatinin Plasma = 12,5 mg/dl
maka :
(140 – 50 ) x 60
LFG =
72 x 12,5
5400
=
937,5
= 5,76
2. Mudah lelah
3. Merasa gatal pada tubuh
4. Sedikit atau tidak mengeluarkan air seni
5. Mengalami edema anasarka
6. Perubahan warna kulit dan peningkatan pigmentasi kulit
2. Osteodistropi/ Hipokalsemia
Osteodistrofi ginjal secara klasik dideskripsikan sebagai
hasil dari hiperparatiroidisme sekunder akibat hiperfosfatemia yang
dikombinasikan dengan hipokalsemia , yang keduanya disebabkan
oleh penurunan ekskresi fosfat oleh ginjal yang rusak.
Kadar vitamin D3 yang teraktivasi menjadi rendah akibat
dari ketidakmampuan ginjal yang rusak untuk mengubah vitamin
D3 menjadi bentuk aktifnya, kalsitriol , dan mengakibatkan
hipokalsemia lebih lanjut. Pada CKD, produksi berlebihan hormon
paratiroid meningkatkan tingkat resorpsi tulang dan menyebabkan
tanda-tanda tulang histologis hiperparatiroidisme sekunder.
b. Sistem Pulmoner
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernafasan
kusmaul), batuk dengan sputum kental dan liat, suara
krekels.
c. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, nausea, fomitus, peningkatan BB cepat
(edema)/penurunan BB (anoreksia), nyeri ulu hati, perdarahan
pada saluran gastrointestinal, ulserasi gusi dan perdarahan
gusi/lidah, nafas bau amonia, distensi abdomen/asites,
perubahan turgor kulit/kelembaban.
d. Sistem eliminasi
Penurunan frekuensi urin, penurunan jumlah urin output, oliguria,
anuria, proteinuria, urin berwarna keruh, abdomen asites,
konstipasi, diare, distensi abdomen, penurunan CCT (Creatinin
Clearance Test) / GFR (Glomerolus Filtration Rate).
e. Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat, pucat dan kekuning-kuningan,
26
g. Sistem reproduktif
Libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
siklus menstruasi terhenti (amenore).
h. Sistem Muskuloskeletal
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri
kaki, kulit gatal, pruritus, petekie, area ekimosis pada kulit,
fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak
dan sendi, keterbatasan gerak sendi. Pengkajian kekuatan otot
dilakukan dengan Manual Muscle Testing (MMT). Pengukuran
kekuatan otot menurut (Mutaqqin, 2012)