Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA

Disusun Oleh:

1. Syerli Safitri, S.Kep


2. Mira Oktavia, S.Kep
3. Nurfadhillah, S.Kep
4. Wiwit Mardiah, S.Kep
5. Rosi Susanti, S.Kep
6. Yenni Thovia, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITINGGI
TAHUN 2019

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cidera kepala berat merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalulintas.(Mansjoer, 2002) Di Indonesia jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat
dari tahun ke tahun. Menurut data Direktorat Keselamatan Transportasi Darat
Departemen Perhubungan (2005), jumlah korban kecelakaan lalu lintas pada tahun
2003 terdapat 24.692 orang dengan jumlah kematian 9.865 orang (39,9%), tahun
2004 terdapat 32.271 orang dengan jumlah kematian 11.204 orang (34,7%), dan pada
tahun 2005 menjadi 33.827 kasus dengan jumlah kematian 11.610 orang (34,4%).
Dari data tahun 2005 di atas, didapatkan bahwa setiap harinya terdapat 31 orang
yang meninggal atau dengan kata lain setiap 45 menit terdapat 1 orang yang
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.Muchus menuturkan kepolisian mencatat
angka kriminalitas dan kecelakaan lalu lintas masih cukup tinggi
Dari berbagai refrensi, kecelakaan lalulintas merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia, khusunya di negara berkembang.Menurut World Health
Orhanization (WHO) pada tahun 2002 kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
kematian urutan kesebelas di seluruh dunia , sekitar 1,2 juta jiwa meninggal setiap
tahunnya. Angka kematian semakin meningkat dari tahun ke tahun akibat dari cidera
kepala yang mendapat penanganan yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan
harapan kita (Smeltzer, 2002) Akibat trauma pasien mengalami perubahan fisik
maupun psikologis. Akibat yang sering terjadi pada pasien CKB antara lain terjadi
cedera otak sekunder, edema cerebral ,peningkatan tekanan intrakranial, vasospasme,
hidrosefalus, gangguan metabolik, infeksi dan kejang (Haddad, 2012) . Oleh karena
itu, diharapkan penanganan yang cepat dan akurat agar dapat menekan morbidibitas
dan mortilitas kematian maupun terlambatnya rujukan yang menyebabkan kondisi
pasien semakin memburuk (National Institute of Neurological Disorder, 2002)
Selama dua puluh tahun terakhir, banyak dipelajari tentang penanganan kritis CKB .
Brain Trauma Foundation (BTF) memberikan pedoman pertama untuk penanganan
CKB yang telah di setujui oleh American Assosiation of Surgeons Neurologis dan
disahkan oleh Komite Organisasi Kesehatan Dunia Neurotraumalogy dan direvisi

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 2


pada tahun 2007 adalah stabilisasi pasien, mencegah peningkatan tekanan
intrakranial, menjaga kestabilan tekanan perfusi jaringan (CPP), mencegah cidera
otak sekunder dan infeksi sistemik, optimalisasi hemodinamik cerebral dan
oksigenasi (Katsuji,2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan cedera kepala di ruang IGD RSUD Padang Panjang.

2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu:

a. Melakukan pengkajian terhadap pasien dengan cedera kepala


b. Menegakkan diagnosa keperawatan gawat darurat pada pasien dengan cedera
kepala berdasarkan prioritas
c. membuat rencana keperawatan gawat darurat pada pasien dengan cedera
kepala berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan
d. mengimplementasikan rencana keperawatan gawat darurat yang telah
direncanakan pada pasien dengan cedera kepala
e. melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan gawat darurat yang telah
dilakukan pada pasien dengan cedera kepala
C. Manfaat
1. Bagi Lahan
untuk menambah pengetahuan perawat di ruang IGD RSUD padang panjang
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien dengan cedera kepala sesuai
dengan asuhan keperawatan yang tepat dan benar.
2. bagi pasien
untuk memberikan informasi pada klien dan keluarga di ruang IGD RSUD
padang panjang tentang pengobatan pada pasien dengan cedera kepala .
3. bagi mahasiswa
untuk menambah wawasan kepada mahasiswa profesi ners stikes fort de
kock mengenai asuhan keperawatan gawat darurat yang tepat pada pasien dengan
Cedera Kepala .

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 3


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas (Mansjoer, 2007: 3).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik.

2. ETIOLOGI
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas ( Mansjoer, 2000:3). Penyebab cidera kepala antara lain: kecelakaan
lalu lintas, perkelahian, terjatuh, dan cidera olah raga. Cidera kepala terbuka
sering disebabkan oleh peluru atau pisau (Corkrin, 2001:175).
a. Cedera Kepala Primer yaitu cedera yang terjadi akibat langsung dari trauma:
1) Kulit       :  Vulnus, laserasi, hematoma subkutan, hematoma subdural.
2) Tulang     :  Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi (tertutup
& terbuka).
3) Otak        :  Cedera kepala primer, robekan dural, contusio (ringan,
sedang, berat), difusi laserasi.
b. Cedera Kepala Sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena komplikasi :
1) Oedema otak
2) Hipoksia otak
3) Kelainan metabolic
4) Kelainan saluran nafas

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 4


5) Syok

3. MANIFESTASI KLINIK
a. Berdasarkan anatomis
1) Gegar otak (comutio selebri)
a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran
b) Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa
detik/menit
c) Sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, vertigo, mungkin muntah
d) Kadang amnesia retrogard
2) Edema Cerebri
a) Pingsan lebih dari 10 menit
b) Tidak ada kerusakan jaringan otak
c) Nyeri kepala, vertigo, muntah
3) Memar Otak (kontusio Cerebri)
a) Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya bervariasi
tergantung lokasi dan derajad
b) Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai perdarahan
c) Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
d) Penekanan batang otak
e) Penurunan kesadaran
f) Edema jaringan otak
g) Defisit neurologis
h) Herniasi
4) Laserasi
a) Hematoma Epidural
Talk dan die” tanda klasik: penurunan kesadaran ringan saat
benturan, merupakan periode lucid (pikiran jernih), beberapa menit
s.d beberapa jam, menyebabkan penurunan kesadaran dan defisit
neurologis (tanda hernia):

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 5


 kacau mental → koma
 gerakan bertujuan → tubuh dekortikasi atau deseverbrasi
 pupil isokhor → anisokhor
b) Hematoma subdural
 Akumulasi darah di bawah lapisan duramater diatas arachnoid,
biasanya karena aselerasi, deselerasi, pada lansia, alkoholik.
 Perdarahan besar menimbulkan gejala-gejala seperti perdarahan
epidural
 Defisit neurologis dapat timbul berminggu-minggu sampai
dengan berbulan-bulan
 Gejala biasanya 24-48 jam post trauma (akut)
 perluasan massa lesi
 peningkatan TIK
 sakit kepala, lethargi, kacau mental, kejang
 disfasia
c) Perdarahan Subarachnoid
 Nyeri kepala hebat
 Kaku kuduk
b. Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
1) Cidera kepala Ringan (CKR)
a) GCS 13-15
b) Kehilangan kesadaran/amnesia <30 menit
c) Tidak ada fraktur tengkorak
d) Tidak ada kontusio celebral, hematoma
2) Cidera Kepala Sedang (CKS)
a) GCS 9-12
b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi kurang dari
24 jam
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak
3) Cidera Kepala Berat (CKB)
a) GCS 3-8
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam
c) Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma intracranial

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 6


4. PATOFISIOLOGI
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat kita
seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat
terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada
kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah
tengkorak maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala
diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak,
pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan
coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada
orang-orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada
coup disebabkan hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena
sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan.
Kejadian coup dan contre coup dapat terjadi pada keadaan.;Keadaan ini terjadi
ketika pengereman mendadak pada mobil/motor. Otak pertama kali akan
menghantam bagian depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya
bergerak ke belakang. Sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan.Karena
pergerakan ke belakang yang cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak
terlambat dari tulang tengkorak, dan bagian depan otak menabrak tulang
tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak
terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara otak dan tulang
tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat otak
bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi
tekanan tinggi dan menekan gelembung udara tersebut. Terbentuknya dan

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 7


kolapsnya gelembung yang mendadak sangat berbahaya bagi pembuluh darah
otak karena terjadi penekanan, sehingga daerah yang memperoleh suplai darah
dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila terjadi
pergerakan kepala ke depan.

5. PATHWAY

6. KOMPLIKASI
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
intrakranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak
a. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada pasien
yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi kira kira
-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 8
72 jam setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak
untuk membesar meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak
diakibatkan trauma..
b. Defisit neurologik dan psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia
(tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan defisit
neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic atau
epilepsy.
c. Komplikasi lain secara traumatic :
1) Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
2) Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis,
ventikulitis, abses otak)
3) Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
d. Komplikasi lain:
1) Peningkatan TIK
2) Hemorarghi
3) Kegagalan nafas
4) Diseksi ekstrakranial

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus, tetapi untuk memonitoring
kadar O2 dan CO2 dalam tubuh di lakukan pemeriksaan AGD adalah salah
satu test diagnostic untuk menentukan status respirasi..
b. CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan pergeseran
jaringan otak.
c. Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahan
struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
d. MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.
e. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral, perdarahan.
f. Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan
subarahnoid

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 9


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Umum
a. Airway  
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
2) Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi
untuk mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
3) Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau
mulut 
b. Breathing  
1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
2) Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi oksigen 
c. Circulation  
1) Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill, sianosis
pada kuku, bibir)
2) Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek terhadap
cahaya
3) Monitoring tanda – tanda vital
4) Pemberian cairan dan elektrolit
5) Monitoring intake dan output
Khusus
a. Konservatif    :    Dengan pemberian manitol/gliserin, furosemid, pemberian
steroid
b. Operatif    :    Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting prosedur
c. Monitoring tekanan intrakranial    :    yang ditandai dengan sakit kepala hebat,
muntah proyektil dan papil edema
d. Pemberian diet/nutrisi
e. Rehabilitasi, fisioterapi
Prioritas Keperawatan
a. Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral
b. Mencegah/meminimalkan komplikasi
c. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma
d. Meningkatkan koping individu dan keluarga

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 10


e. Memberikan informasi
Kebutuhan sehari-hari :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia cara
berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (tauma) ortopedi,
kehilangan tonus otot, otot spastic
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi,
disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
inpulsif
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur
keluar, disfagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstermitas.
Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, fotofobia.
g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental
(orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah,
pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti.
Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan pendengaran.

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 11


Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon dalam
tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia, postur (dekortikasi,
deserebrasi), kejang. Sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan,
kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya
lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi).
Napas berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi positif (kemungkinan
karena respirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt “raccoon eye”, tanda battle
disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan
(drainase) dari telinga/hidung (CSS).
l. Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan
secara umum mengalami paralysis. Demam, gangguan dalam regulasi suhu
tubuh.
m. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang ulang,
disartris, anomia.
n. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan (spesifik serebral) b.d aliran arteri dan atau
vena terputus,
Monitor Tekanan Intra Kranial
1. Catat perubahan respon klien terhadap stimulus / rangsangan
2. Monitor TIK klien dan respon neurologis terhadap aktivitas

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 12


3. Monitor intake dan output
4. Pasang restrain, jika perlu
5. Monitor suhu dan angka leukosit
6. Kaji adanya kaku kuduk
7. Kelola pemberian antibiotik
8. Berikan posisi dengan kepala elevasi 30-40O dengan leher dalam posisi
netral
9. Minimalkan stimulus dari lingkungan
10. Beri jarak antar tindakan keperawatan untuk meminimalkan peningkatan
TIK
11. Kelola obat obat untuk mempertahankan TIK dalam batas spesifik

Monitoring Neurologis
1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, dan muntah
5. Monitor respon klien terhadap pengobatan
6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7. Observasi kondisi fisik klien

b. Nyeri akut b.d dengan agen injuri fisik,


Menajement Nyeri
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (hipnosis,
akupresur, terapi musik, aromaterapy, teknik imajinasi terbimibng,
kompres hangat /dingin, terapi bermain)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 13
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
14. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18. Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c. Intoleransi Aktifitas
1. Identifikasi ganguanguan fungsi tubuh yamg meakibatkan kelelahan
2. Monitor keluhan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas
5. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
6. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
7. Berikan aktifitas distraksi yang menyenangkan
8. Fasilitasi duduk disisi tempata tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi perawat jika ada dan gejala kelelahan tidak
berkurang
12. Ajarkan strtegi koping untuk mengurangi kelelahan
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 14


KESIMPULAN DAN SARAN

Bedasarkan tujuan asuhan keperawatan gawat darurat yang dilakukan pada pasien
dengan cedera kepala di ruang IGD RSUD Padang Panjang maka kami memberikan
kesimpulan serta saran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan
antara lain :

A. KESIMPULAN
cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik

Diagnosa keperawatan yang muncul pada laporan kasus N STEMI ada tiga yaitu
 Ketidakefektifan perfusi jaringan (spesifik serebral) b.d aliran arteri dan atau vena
terputus
 Nyeri akut b/d agen pencidera fisiologis
 Intoleransi Aktfitas b/d kelemahan

B. SARAN
Berdasarkan kasus Nstemi yang diambil di ruang jantung RSUD Padang panjang
demi kebaikan selanjutnya maka kami menyarankan kepada :
1. Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja perawat
dan tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan
keperawatan gawat darurat pada pasien dengan cedera kepala.
2. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat melakukan asuhan
keperawatan gawat darurat dengan tepat dan cepat
3. Pasien dan Keluarga pasien diharapkan mampu mengenali atau mengetahui
bagaimana penaganannya cedera kepala dapat mengakibatkan gangguan,
bahkan kematian serta konsumsi terapi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 15


DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Carolyn M. Hudak. 2001. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II.
Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Corwin, E.J. 2002. Handbook of Pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC

Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning. 2007-2008.
Jakarta: EGC

Price, S.A. & Wilson, L.M. 2002. Pathophysiology : Clinical Concept of Disease
Processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC

Sandra M. Nettina. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical –
Surgical Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC

Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

-Profesi NERS ( Khusus) 2019 FDC | 16

Anda mungkin juga menyukai