Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS “CHEPALGIA”


DI RUANGAN PERAWATAN CAMAR
RS BHAYANGKARA MAKASSAR

NUR AZISAH RAMLI RUKKA


D.19.07.048

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

............................................... ................................................

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KONSEP MEDIS CHEPALGIA

A. Defenisi
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang
mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit
kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada
kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik
(neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migrain), tegang otot
rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Weiner & Levitt, 2015).
Chepalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas
kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan
sebagian daerah tengkuk). Sefalgia dapat merupakan tanda dari proses penyakit
tertentu baik ekstrakranial maupun intrakranial (Addison, 2015).
Chepalgia (nyeri kepala) adalah nyeri yang berlokasi diatas garis orbiomeatal.
Nyeri kepala biasanya merupakan suaru gejala dari penyakit dan dapat terjadi dengan
atau tanpa adanya gangguan organik (Soemarmo, 2017).
Jadi dapat disimpulkan bahwa, chepalgia merupakan nyeri yang dirasakan
pada daerah kepala atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada
daerah kepala.
B. Klasifikasi
Klasifikasi chepalgia antara lain migrain, nyeri kepala tipe tegang (Tension Type
Headache), nyeri kepala cluster.
1. Migrain
Menurut International Headache Society (HIS), migren adalah nyeri kepala
dengan serangan nyeri yang berlansung 4 sampai 72 jam. Nyeri biasanya
unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan
diperhebat oleh aktifitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
2. Nyeri kepala tipe tegang (Tension Type Headache)
Tension-type headache adalah suatu keadaan yang melibatkan sensasi leher atau
rasa tidak nyaman di kepala, kulit kepala, atau leher yang biasanya berhubungan
dengan ketegangan otot di daerah tersebut.
3. Nyeri kepala cluster
Nyeri kepala cluster merupakan nyeri kepala vaskuler, dikenal dengan istilah
nyeri kepala Harton,nyeri kepala histamine, migren merah. Nyeri kepala ini
dirasakan sesisi seperti ditusuk-tusuk pada separuh kepala, pada area bola mata,
pipi, hidung, langit-langit, gusi, dan menjalar ke frontal, temporal, dan oksipital.
Sisi yang terkena konjungtivanya menjadi merah, timbulnya lakrimasi, ptosis,
edema mata, sebelah hidung tersumbat, dan hipersaliva. Nyeri kepala ini terjadi
pada waktu-waktu tertentu, umumnya pada dini harri dan biasanya pasien akan
terbangun karena nyeri. Serangan ini berlangsung 15 menit sampai 5 jam dan
terjadi beberapa kali selama 2-6 minggu. Factor pencetus nyeri kepala cluster
adalah makanan dan minuman yang beralkohol.
C. Etiologi
Chefalgia dapat disebabkan dari sejumlah faktor resiko yang umum antara lain:
1. Penggunaan obat yang berlebihan
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak mengalami keadaan
tereksasi, yang dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihan
dapat menyebabkan rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati).
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala
kronis. Stress menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami penegangan
sehingga menyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kepala. Karena hanya
sewaktu tidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula.
4. Kegiatan berlebihan
Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakit kepala.
Kegiatan yang berlebihan dapat membuat pembuluh darah di kepala dan leher
mengalami pembengkakan.
5. Kafein
Sementara kafein telah ditujukan untuk meningkatkan efektifitas ketika
ditambahkan kebeberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepala
berlebihan dapat memperuruk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan juga
dapat meminciptakan efek rebound (tambah parah setiap kali diobati).
6. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala. Kandungan nikotin dalam
rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit.
7. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti rokok,
alkohol juga merupakan faktor resiko umum penyebab sakit kepala.
8. Penyakit atau infeksi
Seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di leher, atau bahakan
tumor, serta adanya riwayat trauma. Hal tersebut dapat menimbulkan sakit kepala
pada penderitanya.
D. Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian-bagian di
kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bagian-bagian ekstrakranial yang peka
nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis
dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bagian-bagian
intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges
yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian
besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri. Beberapa mekanisme umum yang
bertanggung jawab memicu nyeri kepala yaitu, peregangan atau pergeseran
pembuluh darah intrakranium atau ekstrakranium, traksi pembuluh darah, kontraksi
otot kepala dan leher (kerja berlebihan otot), peregangan periosteum (nyeri lokal).
E. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kepala unilateral atau bilateral
2. Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam, lebih
sering didaerah frontal temporal
3. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leher bagian
bawah
4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leher
bagian atas menjalar ke depan. Kadang pada seluruh kepala dan menjalar ke
bawah sampai muka
5. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-berdenyut yang semakin bertambah sesuai
dengan pulsasi dan selanjutnya konstan
6. Penderita tampak pucat
7. Muka merah dan bengkak pada daerah sakit
8. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin
9. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan
10. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain
11. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbul kemudian
atau mendahului serangan
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan chepalgia meliputi :
1. Cidera serebravaskuler / stroke
2. Infeksi intrakranial
3. Trauma kranioserebral
4. Cemas
5. Gangguan tidur
6. Depresi
7. Masalah fisik dan psikologis lainnya
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Rontgen kepala : Mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler atau
hemoragia intracranial.
3. Pemeriksaan visual : Ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam
menentukan diagnosa banding.
4. Pemeriksaan Laboratorium
5. MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan informasi tentang
biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Teliti keluhan intensitas dan karakteristik nyeri, misalnya (berat, berdenyut,
lokasinya, lamanya)
b. Kontrol tekanan tanda-tanda vital
c. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, mis: ekspresi wajah, gelisah.
d. Kontrol skala nyeri
e. Berikan kompres hangat dan masase daerah kepala/leher apabila klien dapat
mentoleransi sentuhan.
f. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengontrol rasa nyeri
g. Kontrol keseimbangan cairan elektrolit mencakup pemberian nutrisi dan
perhitungan input dan output cairan yang adekuat, termasuk dalam hal ini
pengawasan BAK dan BAB.
2. Penatalaksanaan medic
a. Menjaga kesimbangan cairan dan elektrolit
b. Memberikan obat analgetik nyeri :
1) Aspirin
2) Asetaminofen
3) Ibuprofen
c. Memberikan obat profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala :
1) Tizanidine
2) Fluoxetine
3) Amitriptylin
4) Topiramate
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Mengkaji biodata pasien seperti nama pasien, alamat, usia atau tanggal lahir,
pekerjaan, pendidikan terakhir dan jenis kelamin.
2. Mengkaji kebutuhan dasar
a. Aktivitas/Istirahat : Lelah, letih, malaise, ketegangan mata, kesulitan
membaca, insomnia
b. Sirkulasi : Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal pucat, wajah tampak
kemerahan
c. Integritas ego : Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
d. Makanan / Cairan : Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
e. Neuro sensori : Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
f. Kenyamanan : Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah
g. Interaksi sosial : Perubahan dalam tanggung jawab peran
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis (stress)
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Ansietas b/d krisis situasi dan hospitalisasi
4. Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur
5. Resiko jatuh
C. Intervensi
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis (stress)
Intervensi : Manajemen Nyeri
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu teknik
relaksasi nafas dalam
d. Fasilitasi istirahat dan tidur
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
f. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Intervensi :
a. Kaji intake makanan
b. Berikan kebersihan oral
c. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,
dengan situasi tidak terburu-buru.
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik
3. Ansietas b/d krisis situasi dan hospitalisasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang
telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan berikan umpan balik
c. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
d. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan.
e. Kolaborasi pemberian obat sedatif
4. Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur
Intervensi : Dukungan Tidur
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
c. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
d. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
e. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(psikologis dan gaya hidup)
DAFTAR PUSTAKA

Addison B, Brown A, Edwards R, Gray G. 2015. Minor Illness or Mayor Disease. 5th
Edition. London: Pharmaceutical Press.

Soemarmo, Markam. (2017). Penuntun Neurlogi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. PPNI
2017
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keparawatan Edisi 1.
PPNI 2017
Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1
Cetakan II. PPNI 2017
Weiner. H.L, Levitt. L.P. 2015. Neurologi. Edisi 5. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai