Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dari kelompok 2 kloter
3 dapat menyelesaikan jurnal praktikum yang berjudul Kandungan Urin Dan
Kadar Gula, Asam Urat, Dan Kolesterol Dalam Darah dengan lancar dan tepat
waktu.
Jurnal praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti kegiatan praktikum mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. Penulisan
dan penyusunan jurnal praktikum hingga pencetakan jurnal praktikum ini
tentunya tak luput dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan jurnal praktikum ini.
Penulisan jurnal praktikum ini tentunya masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan jurnal praktikum ini.
Kami berharap jurnal praktikum ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan ilmu pengetahuan kepada pihak yang membutuhkannya.

Serang, Februari 2020

Tim Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.1. Tujuan Praktikum......................................................................................2
1.3. Manfaat Praktikum....................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
2.1 Sistem Respirasi Manusia.........................................................................3
2.1 Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi Fungsi Paru-Paru...............4
2.2 Frekuensi Pernafasan Pada Manusia.........................................................6
III. METODE PENELITIAN...............................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................9
3.3 Cara Kerja..................................................................................................9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................13
4.1 Hasil.........................................................................................................13
4.2 Pembahasan.............................................................................................17
4.3 Pertanyaan dan Jawaban..........................................................................20
V. SIMPULAN DAN SARAN...........................................................................23
5.1 Simpulan..................................................................................................23
5.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iii
iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen kedalam
tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Respirasi dapat juga diartikan
sebagai pengambilan oksigen molekuler (O2) dari lingkungan dan pembuangan
karbon dioksida (CO2) ke lingkungan. Sedangkan respirasi internal atau respirasi
seluler adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuhdan pembuangan zat sisa
metabolisme sel berupa CO2. Manusia memerlukan suplai O2 secara terus-
menerus untuk respirasi seluler sehingga dapat mengubah molekul bahan bakar
yang diperoleh dari makanan menjadi kerja. Manusia juga harus membuang CO2,
produk buangan respirasi seluler.
Respirasi berkaitan dengan metabolisme maupun sistem sirkulasi.
Transport gas melalui sistem sirkulasi, dimulai dari proses difusi O2 dari paru-
paru ke kapiler darah.oksigen kemudian dibawa oleh hemoglobin darah ke sel-sel
tubuh. Pada saat bersamaan, darah juga berperan dalam CO2 transpor dari
jaringan ke paru-paru. Fase ke tiga pertukaran gas terjadi di dalam jaringan tubuh,
pada saat sel-sel menerima O2 dari darah dan memberikan CO2 ke darah.
Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat
dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP. Laju
metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui)
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur,spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas.

1
1.1. Tujuan Praktikum
1. Mengukur besarnya CO2 yang dihasilkan dalam proses respirasi.
2. Mengukur frekuensi pernafasan.

1.3. Manfaat Praktikum


A. Bagi Praktikan:
1. Menambah pengetahuan praktikan mengenai pengukuran besar CO2
yang dihasilkan dala proses respirasi.
2. Menambah pengetahuan praktikan mengenai frekuensi pernapasan.
B. Bagi Pembaca:
1. Menambah wawasan pembaca mengenai proses pernapasan pada
manusia.
2. Menambah wawasan pembaca mengenai pengukuran besar CO2 yang
dihasilkan dala proses respirasi.
3. Menambah wawasan pembaca mengenai pengukuran frekuensi
pernafasan.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Respirasi Manusia


Sistem respirasi memiliki fungsi untuk memasok oksigen ke dalam
tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Respirasi dapat juga diartikan
sebagai pengambilan oksigen molekuler O2 dari lingkungan dan pembuangan
karbondioksida ke lingkungan. Sedangkan respirasi internal atau respirasi
seluler adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan zat sisa
metabolisme sel berupa CO2.
Respirasi atau pernapasan terdiri dari dua proses yang terpisah namun
berhubungan, pernapasan terbagi menjadi dua yaitu pernapasan seluler dan
pernapasan eksternal. Istilah pernapasan seluler mengacu kepada proses metabolik
intraseluler di dalam mitokondria yang menggunakan O2 dan memproduksi CO2
untuk proses pembentukan energi. Sementara, istilah pernapasan eksternal
mengacu kepada seluruh tingkatan proses pertukaran O2 dengan CO2 antara
lingkungan eksternal dengan sel jaringan, yang merupakan fungsi utama dari
sistem pernapasan. Paru-paru merupakan alat pernapasan yang berfungsi sebagai
alat pompa. Paru-paru manusia berjumlah dua buah, yaitu paru-paru kanan dan
kiri, masing-masing memiliki glambir yang berjumlah lima, 3 di paru-paru
bagian kiri dan 2 di bagian kanan (Pearce, 2011).
Pertukaran gas umumnya terjadi dalam tiga fase, yaitu bernafas
(breathing), transpor gas melalui sistem sirkulasi, dan pertukaran gas antara
kapiler darah dengan sel tubuh. Pada saat burung atau mamalia menghirup udara
(inhalase), O2 akan masuk ke dalam paru-paru, sedangkan pada saat
mengeluarkan udara (exhalase), maka CO2 dikeluarkan dari paru-paru ke
lingkungan luar. Tranpor gas melalui sistem sirkulasi, dimulai dari proses difusi
O2 dari paru-paru ke kapiler darah. Oksigen kemudian dibawa oleh hemoglobin
darah ke sel-sel tubuh. Pada saat bersamaan, darah juga berperan dalam CO2
transpor dari jaringan ke paru-paru. Fase ke tiga pertukaran gas terjadi di dalam
jaringan tubuh, dimana se-sel menerima O2 dari darah dan memberikan CO2 ke
darah. Oksigen di dalam sel-sel tubuh digunakan untuk pembakaran molekul-

3
molekul makanan untuk mendapatkan energi, dengan proses yang disebut
respirasi seluler (Campbell et al. 2008).
Organ respirasi pada vertebrata adalah paru-paru. Pada reptil, burung, dan
mamalia mempunyai paru-paru relatif lebih besar dan mempunyai permukaan
respirasi lebih luas dibandingkan pada amphibia. Organ respirasi pada manusia
meliputi rongga nasal, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Paru-paru
manusia terdapat dalam rongga dada, yang dibatasi oleh diafragma dengan rongga
perut (Campbell et al. 2008).
Udara dari rongga hidung (dapat juga dari rongga mulut), masuk ke laring,
kemudian ke trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Pada saluran udara dari
rongga hidung sampai ke paru-paru, dilindungi oleh epitelium yang lembab. Silia
dan mukus merupakan elemen pembersih. Mukus sebagai perangkap bagi debu,
pollen, dan kontaminan yang lain (Campbell et al. 2008). Alveoli (tunggal:
alveolus), berbentuk seperti sekumpulan buah anggur. Satu dari paru-paru kita,
mengandung jutaan alveoli. Di alveoli ini terjadi pertukaran gas O2 dari kapiler
darah ke alveoli dan CO2 dari olveoli ke kapiler darah (Campbell et al. 2008).

2.1 Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi Fungsi Paru-Paru


Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi fungsi paru-paru, antara
lain:
1. Usia Proses penuaan atau bertambahnya umur; Semakin tua usia seseorang
maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru (Suyono,
1995). Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun
setelah usia 40 tahun berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan
telah menurunnya kekuatan fisik dan mempengaruhi frekuensi pernapasan
dan kapasitas paru.
2. Jenis Kelamin; Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira
20 sampai 25% lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada atletis
dan orang yang 23 bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan
astenis. Kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan
pada wanita yaitu 3,1 L.

4
3. Riwayat Penyakit Paru-Paru; Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi
kapasitas vital paru seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat
berkurang akibat sakit.
4. Kebiasaan Merokok; Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan
fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar
sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak.
Pada saluran pernafasan kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan
akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Akibat perubahan
anatomi saluran nafas, pada perokok timbul perubahan fungsi paru dan
segala macam perubahan klinisnya.
5. Tekanan Darah; Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol sangat
berbeda-beda tergantung apakah mereka kantriksi/dilatasi. Besar nilai pada
orang dewasa kira-kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata
tekana sistole 120 mmHg dan tekanan diastole 80 mmHg. Apabila terjadi
peningkatan atau penurunan tekanan darah akan menyebabkan darah
mengalir lebih lama. Peningkatan dan penurunan tekanan rata-rata dapat
mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Jika sirkulasi darah tidak
memadahi lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transpor oksigen,
karbondioksida dan hasil metabolisme lainya.
6. Aktivitas Fisik; Salah satu komponen fisik yang dapat mempengaruhi
fungsi dan kapasitas pernapasan adalah kekuatan otot-otot pernapasan.
Peningkatan kekuatan otot-otot pernapasan dapat dilakukan dengan
olahraga atau aktivitas fisik lainnya dengan teratur. Aktivitas fisik
memiliki efek yang akut maupun kronis terhadap sistem pernapasan
melalui mekanisme adaptasi terhadap otot - otot pernapasan Otot-otot
skelet yang mengalami kontraksi saat melakukan aktivitas fisik
membutuhkan O2dan menghasilkan CO2 yang lebih banyak sehingga
ventilasi paru akan meningkat secara dramatis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ventilasi paru adalah volume tidal dan frekuensi
pernapasan atau respiratory rate.

5
Kecepatan respirasi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur
kadar CO2 udara ekspirasi. Udara ekspirasi adalah udara yang dihembuskan
sebagai hasil respirasi (pernapasan). Dengan bernafas sangat kuat, kita dapat
menghisap lebih dari 500 ml udara. kelebihan udara yang dihirup ini, yang disebut
volume udara cadangan inspiratori, rata:rata 3100 ml. Dengan demikian sistem
pernapasan dapat menarik 3100 ml volume cadangan respiratori dan 500 ml
volume udara tidal = 3600ml udara (Pearce, 2011).

2.2 Frekuensi Pernafasan Pada Manusia


Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut
sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan manusia
setiap menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
a. Usia; Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah
frekuensi pernapasannya.Hal ini berhubungan dengan energi yang
dibutuhkan.
b. Jenis kelamin; Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Kebutuhan akan oksigen serta
produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
c. Suhu tubuh; Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin cepat
frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses
metabolism yang terjadi dalam tubuh.
d. Posisi atau kedudukan tubuh; Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk
akan berbeda dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok atatu
berdiri.Hal ini berhubungan erat dengan energy yang dibutuhkan oleh
organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.
e. Aktivitas; Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan akan
membutuhkan lebih banyak energi daripada orang yang diamatau santai,
oleh karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih tinggi.
Gerakan dan frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang
terdapat di otak. Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh
konsentrasi karbondioksida (CO₂) dalam darah (Fernandez, 2017).

6
Gerakan pernapasan diaturoleh sistem saraf pusat pada medulla oblongata
(sumsum penyambung) yang terdiri dari pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.
Kedua pusat ini bekerja bergantian sehingga terjadi ritme pernapasan. Saraf pusat
juga dapat mempengaruhi dalamnya pernapasan, meskipun terbatas. Misalnya
bila kita menahan atau berhenti bernapas sampai batas waktu tertentu. dari
frekuensi pengeluaran impuls dari paru jantung (Fernandez,2017).

7
8
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 29 Februari 2020
pukul 13.00–15.00 di Laboratorium Biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Serang, Banten.

3.2 Alat dan Bahan


A. Pengukuran molekul CO2 hasil respirasi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah selang plastik
(pipa) berdiameter 0.5 cm, gelas ukur 100 ml, botol tetes, gelas pengaduk dan
ember. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kantung plastik
ukuran 2,5 liter (25 × 40 cm), air, NaOH (0,01 N) dan Brom thimol blue.

B. Mengukur frekuensi pernafasan

Alat yang digunakan untuk mengukur frekuensi pernafasan pada


praktikum ini adalah stopwatch.

3.3 Cara Kerja


A. Pengukuran molekul CO2 hasil respirasi
1. Kantung plastik diikat dengan pipa plastik dengan erat sehingga
tidak terjadi kebocoran.
2. Tiga gelas ukur 100 ml disediakan, masing-masing diisi dengan 50
ml air. Indikator brom thimol blue ditambahkan sebanyak 10 tetes
kemudian diaduk sampai merata. Jika air tidak berwarna biru,
beberapa tetes NaOH ditambahkan sampai warna air menjadi
biru.hal yang sama dilakukan pada gelas ukur yang lain. Label A, B,
dan C diberikan pada ketiga gelas ukur tersebut.
3. Dalam keadaan istirahat, bernafaslah secara normal. Nafas
dihembuskan ke dalam kantung plastik, nafas jangan ditahan terlalu
lama, bernafaslah secara normal. Hembusan nafas dikeluarkan pada

9
udara terbuka jika dalam keadaan biasa, kemudian hembusan nafas
ditampung dalam kantung plastik sampai kantung plastik penuh.
4. Setelah kantung plastik penuh dengan hembusan nafas, pipa plastik
segera dilipat bagian tengah agar tidak ada udara yang keluar dari
kantung plastik. Ujung pipa plastik dimasukkan kedalam gelas ukur
A. udara dari kantung plastik dikeluarkan sedikit demi sedikit.
5. Larutan NaOH diberi sebanyak satu tetes pada gelas ukur A
(sekarang berwarna kuning) dan diaduk. Satu tetes ditambahkan lagi
jika warna belum menjadi biru. Terus diulangi sampai warna
menjadi biru.
6. Berapa ml NaOH yang dipakai diukur dengan cara ditampung
sejumlah tetesan yang sama banyaknya didalam gelas ukur 10 ml.
7. Praktikan berlari-lari mengelilingi Kampus Untirta sampai terengah-
engah.
8. Tahapan nomor 3-6 dilakukan. Perbedaannya, ujung pipa plastik
dimasukkan dalam gelas ukur C.
9. Volume kantung plastik diukur dengan cara mengisi air ke dalam
kantung plastik. Agar kantung plastik tidak pecah ketika diisi air,
kantung plastik harus berada didalam air (kantung plastik
dimasukkan kedalam ember yang berisi air), kemudian air yang ada
didalam kantung plastik tersebut diukur.
10. Banyaknya mikromol CO2 yang terdapat dalam satu liter udara yang
berasal dari hembusan nafas dihitung.

B. Mengukur frekuensi pernafasan


1. Frekuensi bernapas diukur ketika sedang duduk dalam waktu 1
menit.
2. Kegiatan pada nomor 1 dilakukan sebanyak 3 kali.
3. Frekuensi bernapas diukur dalam waktu 1 menit setelah berjalan
selama 10 menit.
4. Pengukuran diulangi 2× lagi (tanpa berjalan lagi).

10
5. Frekuensi bernapas diukur dalam waktu 1 menit setelah berlari
selama 10 menit.
6. Pengukuran 2× diulangi lagi (tanpa berlari lagi).
7. Data yang diperoleh dituliskan dalam tabel.

11
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Hasil Pengukuran Jumlah Tetes NaOH

Jumlah NaOH Massa CO2 (gr)


Sebelum Setelah Sebelu
No Nama JK BB Sesudah
Aktivitas Aktivitas m
Tetes ml Tetes ml
1. Yulia P 63 15 0,75 69 3,45 1,65x103 7,59x103
HL
2. Santika P 49 18 0,9 50 2,5 1,98x103 5,5x103
EN
3. Azka P 46 19 0,95 81 4,05 2,09x103 8,91x103
MA
4. Rizkyana P 43 20 1 39 1,95 2,2x103 4,29x103
AP
5. M. L 65 15 0,75 11 0,55 1,65x103 1,21x103
Rohman
B (3/3)
6. Dava FA L 58 7 0,35 10 0,5 0,77x103 1,1x103
(1/3)
7. Reza A L 60 12 0,6 14 0,7 1,32x103 1,54x103
(5/3)
Keterangan :
JK = Jenis Kelamin
BB = Berat Badan

B. Perhitungan
Reaksi :
CO 2+ H 2 O→ H 2 CO 3
H 2 CO 3 +2 NaOH → Na 2 CO 3+ 2 H 2 O
Diketahui :
M NaOH = 0,1 N Mr CO2 = 44

V NaOH(Yulia) = 0,75 ml Va NaOH(Yulia) = 3,455 ml


V NaOH(Santika) = 0,9 ml Va NaOH(Santika) = 2,5 ml
V NaOH(Azka) = 0,95 ml Va NaOH(Azka) = 4,05 ml
V NaOH(Rizkyana) = 1 ml Va NaOH(Rizkyana) = 1,95 ml

13
V NaOH(Rohman) = 0,75 ml Va NaOH(Rohman) = 0,55 ml
V NaOH(Dava) = 0,35 ml Va NaOH(Dava) = 0,5 ml
V NaOH(Reza) = 0,6 ml Va NaOH(Reza) = 0,7 ml

1. Yulia H.L.
 Mencari mmol NaOH
mmol = M x ml = 0,1x0,75 = 0,075 mmol
mmola = M x ml = 0,1x3,45 = 0,345 mmol
 Mencari mmol H2CO3

mmol = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,075 = 0,0375 mmol

mmola = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,345= 0,1725 mmol

 Massa CO2

Massa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,0375x44 = 1,65 mg

Massaa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,1725x44 = 7,59 mg

2. Santika E.N.
 Mencari mmol NaOH
mmol = M x ml = 0,1x0,9 = 0,09 mmol
mmola = M x ml = 0,1x2,5 = 0,25 mmol
 Mencari mmol H2CO3
mmol = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,09 = 0,045 mmol
mmola = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,25 = 0,125 mmol
 Massa CO2
Massa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,045x44 = 1,98 mg
Massaa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,125x44 = 5,5 mg
3. Azka M.A.
 Mencari mmol NaOH
mmol = M x ml = 0,1x0,95 = 0,095 mmol
mmola = M x ml = 0,1x4,05 = 0,405 mmol

 Mencari mmol H2CO3

14
mmol = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,095 = 0,0475 mmol

mmola = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,405 = 0,2025 mmol

 Massa CO2

Massa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,0475x44 = 2,09 mg

Massaa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,2025x44 = 8,91 mg

4. Rizkyana A.P.
 Mencari mmol NaOH
mmol = M x ml = 0,1x1 = 0,1 mmol
mmola = M x ml = 0,1x1,95 = 0,195 mmol
 Mencari mmol H2CO3

mmol = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,1 = 0,05 mmol

mmola = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,195 = 0,0975 mmol

 Massa CO2

Massa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,05x44 = 2,2 mg

Massaa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,0975x44 = 4,29 mg

5. M. Rohman B.
 Mencari mmol NaOH
mmol = M x ml = 0,1x0,75 = 0,075 mmol
mmola = M x ml = 0,1x0,55 = 0,055 mmol
 Mencari mmol H2CO3

mmol = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,075 = 0,0375 mmol

mmola = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,055 = 0,0275 mmol

 Massa CO2

15
Massa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,0375x44 = 1,65 mg

Massaa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,0275x44 = 1,21 mg

6. Dava F.A.
 Mencari mmol NaOH
mmol = M x ml = 0,1x0,35 = 0,035 mmol
mmola = M x ml = 0,1x0,5 = 0,05 mmol
 Mencari mmol H2CO3

mmol = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,035 = 0,0175 mmol

mmola = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,05 = 0,025 mmol

 Massa CO2

Massa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,0175x44 = 0,77 mg

Massaa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,025x44 = 1,1 mg

7. Reza A.
 Mencari mmol NaOH
mmol = M x ml = 0,1x0,6 = 0,06 mmol
mmola = M x ml = 0,1x0,7 = 0,07 mmol
 Mencari mmol H2CO3

mmol = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,06 = 0,03 mmol

mmola = ½ x mmol NaOH = ½ x 0,07 = 0,035 mmol

 Massa CO2

Massa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,03x44 = 1,32 mg

Massaa = mmol H2CO3 x Mr CO2 = 0,035x44 = 1,54 mg

C. Hasil Pengamatan Frekuensi Pernapasan

16
Aktivitas (Menit Ke-) Rata-Rata
Berat
Jala
Nama Badan Duduk Jalan Lari Duduk Lari
n
(Kg)
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Yulia 4 10 11 14
63 41 49 107 120 165 44,67 109 144,33
HL 4 9 1 8
Santika 5 11
49 63 74 89 88 88 122 110 64 88,33 115,33
EN 5 4
Azka 7
46 59 60 88 77 79 105 85 83 63 81,33 91
MA 0
Rizkyan 6
43 72 71 94 90 89 115 105 96 69,67 91 105,33
a AP 6

4.2 Pembahasan
A. Kadar CO2 Dalam Tubuh

Hasil pengukuran kadar CO2 dalam tubuh menunjukkan adanya perbedaan


yang cukup signifikan pada saat sebelum dan setelah aktivitas. Adapun pada
setiap praktikan menunjukan massa CO2 yang dimiliki berbeda satu sama lain.
Penggunaan keterangan jenis kelamin dan berat badan dapat juga membantu
menunjukan perbedaan. Sehingga dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi
kadar CO2 dalam tubuh, yaitu aktivitas, berat badan, dan jenis kelamin.
Hasil pengukuran menunjukan rata-rata kadar CO2 lebih tinggi setelah
beraktivitas dibandingkan dengan sebelum beraktivitas. Namun, pada praktikan
Rohman kadar CO2 sebelum beraktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan setelah
beraktivitas. Hal ini dapat diperkirakan terdapat kesalahan pada saat
berpraktikum. Peristiwa ini diungkapkan juga oleh Wilson (1997) bahwa kadar
CO2 lebih besar pada saat tidak beraktivitas dimungkinkan karena saat
memasukkan CO2 ke dalam kantung plastik, tidak semua CO2 dikeluarkan melalui
mulut, melainkan melalui hidung pula. Sehingga berpengaruh terhadap
perhitungan jumlah CO2 yang dihasilkan.
Pengaruh aktivitas terhadap massa CO2 juga diungkapkan oleh Soewolo
(2000), semakin tinggi aktivitas maka laju respirasi semakin meningkat pula.
Pendapat ini ditambahkan juga oleh Wilson (1997) yang mengemukakan bahwa
semakin banyak aktivitas, kebutuhan energi semakin meningkat sehingga laju
respirasi selular juga meningkat. Oleh karena itu volume CO2 yang dihasilkan
juga semakin banyak. Berdasarkan literatur diatas dapat disimpulkan bahwa
tingginya aktivitas yang dilakukan dapat mempengaruhi laju metabolisme tubuh,

17
hal ini menyebabkan kadar CO2 yang dihasilkan juga meningkat. Adapun menurut
Simarmata, dkk (2016) saat olahraga, darah vena campuran mengalami penurunan
PO2 dan peningkatan PCO2. Seiring mengalirnya darah melalui kapiler paru,
peningkatan alveolar terhadap gradien tekanan parsial darah meningkatkan
ambilan O2 dan keluaran CO2. Pada olahraga ringan sampai sedang, ventilasi
alveolar secara akurat sesuai dengan metabolisme dan PaO2, PaCO2, dn pH
arterial (pHa) di pertahankan pada saat istirahat.
Faktor yang mempengaruhi kadar CO2 selanjutnya adalah berat badan.
Berdasarkan tabel hasil A, massa CO2 pada praktikan laki-laki dengan berat ≥ 60
lebih besar dibandingkan dengan laki-laki dengan berat ¿ 60. Begitu pula massa
CO2 pada praktikan perempuan dengan berat > 50 lebih besar dibandingkan
dengan perempuan dengan berat < 50. Hal ini menurut Isnaeni (2006) semakin
besar berat badan seseorang, maka semakin banyak pula sel-sel didalam tubuhnya.
Jumlah sel tubuh yang banyak dapat mempengaruhi kadar CO 2 yang dikeluarkan
oleh tubuh, karena jumlah O2 yang dibutuhkan juga semakin meningkat.
Faktor yang terakhir adalah jenis kelamin. Berdasarkan tabel hasil A,
massa CO2 pada praktikan laki-laki cenderung lebih kecil dibandingkan dengan
praktikan perempuan. Hal ini dapat ditunjukan dengan melihat perbandingan hasil
Azka dengan 3 praktikan laki-laki diatas. Namun, hal ini berbeda dengan
penyataan Gyuton (2007) yakni kebutuhan O2 laki-laki lebih besar daripada
perempuan sehingga hasil respirasi (CO2) juga lebih tinggi. Hal tersebut karena
kadar Hb pada laki-laki lebih banyak daripada kadar Hb perempuan. Sehingga
laki-laki membutuhkan lebih banyak O2 untuk diikat. Karena O2 yang diikat lebih
banyak, CO2 yang dihasilkan juga lebih banyak. Selain itu, volume dan kapasitas
seluruh paru pada perempuan lebih kecil sekitar 20-25% dibandingkan volume
dan kapasitas paru pada laki-laki. Berdasarkan pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam percobaan, sehingga data yang
didapatkan kurang tepat. Adapun faktor lainnya terkait kebugaran tubuh
praktikan.

Selain itu, reagen yang digunakan pada praktikum kali ini adalah NaOH
0,96% dan Brom thimol blue. Adapun fungsi kedua reagen tersebut telah

18
diungkapkan oleh Waluyo (2010) yaitu NaOH yang digunakan sebagai
penatralisir kandungan asam yang terdapat dalam CO2 yang direaksikan dengan
H2O menghasilkan asam karbonat (H2CO3) karena NaOH bersifat basa. Brom
thimol blue yang merupakan suatu indikator pH yang berwarna biru dalam larutan
basa. Penetralan larutan asam ditunjukkan jika Brom thimol blue dalam larutan
mulai berubah menjadi berwarna biru kekuningan.

B. Frekuensi Pernafasan

Hasil pengamatan frekuensi pernafasan menunjukkan adanya peningkatan


pada setiap aktivitas yang telah dilakukan, yakni duduk, berjalan, dan berlari. Hal
ini berarti aktivitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi frekuensi
pernafasan yang ditandai dengan meningkatnya denyut pada nadi. Pengamatan
frekuensi pernafasan dapat dilakukan dengan menghitung jumlah denyut nadi.
Perhitungan denyut nadi sendiri dilakukan karena sistem sirkulasi berkaitan erat
dengan sistem respirasi, sehingga denyut nadi dapat dijadikan metode dalam
menghitung frekuensi pernafasan. Semakin cepat laju sirkulasi darah, maka
frekuensi bernapas pun menjadi meningkat. Hal ini karena salah satu fungsi
sirkulasi adalah mengangkut gas CO2 dan O2.
Aktivitas yang berat akan membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan
dengan orang yang tidak melakukan kegiatan. Kebutuhan energi juga dapat
ditunjang oleh adanya oksigen dalam tubuh, sehingga tubuh perlu meningkatkan
frekuensi pernafasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak.
Adapula faktor dari berat badan praktikan mempengaruhi frekuensi pernafasan,
karena semakin berat badan yang disangga maka semakin besar pula energi yang
diperlukan. Sehingga frekuensi pernafasan pun meningkat untuk memperbanyak
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, posisi tubuh juga mempengaruhi
frekuensi pernafasan. Hal ini karena pada posisi duduk beban berat tubuh
disangga oleh sebagian besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban.
Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga tubuh
tidak terlalu besar sehingga frekuensi pernapasannya juga rendah.
Pernyataan diatas sesuai dengan data pada tabel hasil B, yakni terlihat
praktikan Yulia (63kg) memiliki frekuensi pernafasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Rizkyana (43kg); serta rata-rata setelah aktivitas berlari,

19
praktikan mengalami peningkatan pada frekuensi pernafasannya. Adapun faktor
lain menurut literatur adalah usia, jenis kelamin, dan suhu tubuh. Semakin
bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi pernapasannya. Hal
ini berhubungan dengan energi yang dibutuhkan. Pada umumnya pria memiliki
frekuensi pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Kebutuhan
akan oksigen serta produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan
wanita. Selanjutnya ialah semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin
cepat frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses
metabolisme yang terjadi dalam tubuh (Fernandez, 2017).

4.3 Pertanyaan dan Jawaban


A. Pertanyaan
1. Bandingkan data saudara setelah dan sebelum latihan, wanita dan
pria yang berat badannya diatas 50 kg dan dibawah 50 kg
2. Petakan data tersebut dalam grafik
3. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang dilakukan!
4. Dari data yang diperoleh, informasi apa saja yang anda dapatkan?
Buatlah kesimpulan bagaimana aktivitas tubuh mempengaruhi
frekuensi pernafasan.
B. Jawaban
1. Praktikan laki-laki yang berat badannya diatas 50 kg memiliki massa
CO2 yang lebih besar dibandingkan dengan praktikan laki-laki yang
berat badannya dibawah 50 kg. Pada praktikan wanita pun demikian,
yaitu lebih besar pada berat badan diatas 50 kg dibandingkan dengan
dibawah 50 kg. Hal ini terlihat pada perbandingan data Yulia (63 kg)
dengan Rizkyana (43 kg). Sedangkan bedasarkan faktor aktivitas
ialah massa CO2 yang dikeluarkan lebih besar terjadi setelah
aktivitas dibandingkan sebelum beraktivitas.

2. Grafik data massa CO2

20
0.01
0.01
MASSA CO2
0.01
0.01
0.01
0.01 Sebelum aktivitas
Setelah aktivitas
0
0
0
0
0
Yulia Santika Azka Rizkyana Rohman Dava Reza

3. Kadar CO2 yang dikeluarkan dari dalam tubuh dipengaruhi oleh


beberapa faktor yakni aktivitas, jenis kelamin, dan berat badan.
Semakin berat aktivitas yang dilakukan maka semakin tinggi pula
CO2 yang dikeluarkan. Laki-laki memiliki massa CO 2 lebih besar
dibandingkan perempuan. Begitupula berat badan yang besar
membutuhkan oksigen lebih banyak sebagai energi bagi tubuhnya,
sehingga CO2 yang dikeluarkan pun semakin banyak.
4. Data hasil pengamatan mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi frekuensi pernafasan yakni berat badan, posisi tubuh
dan aktivitas. Semakin besar aktivitas seseorang maka akan semakin
besar pula energi yang dibutuhkan. Oleh karena itu oksigen untuk
memenuhinya pun akan semakin banyak, sehingga akan
mempengaruhi peningkatan frekuensi pernafasan orang tersebut.

21
22
V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Pengukuran besar CO2 dalam respirasi dapat dilakukan dengan
menghitung volume udara (CO2) yang keluar dari dalam tubuh yang dibantu
dengan menghitung volume NaOH yang sudah diteteskan. Berdasarkan hasil
praktikum, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar CO2 dalam
tubuh yakni aktivitas, jenis kelamin, dan berat badan. Semakin berat aktivitas
yang dilakukan maka akan semakin besar pula massa CO 2 yang dikeluarkan.
Begitupula dengan berat badan, semakin besar berat badan seseorang maka akan
semakin besar pula CO2 yang dikeluarkan. Praktikan laki-laki seharusnya lebih
besar kadar CO2 yang dikeluarkan dibandingkan perempuan.
Pengukuran frekuensi pernafasan dapat dilakukan dengan menghitung
denyut nadi pada setiap posisi atau aktivitas. Hal ini dapat dilakukan karena aliran
darah berperan dalam pengangkutan atau transport gas O2 dan CO2 dalam tubuh.
Berdasarkan hasil pengamatan, posisi, aktivitas, dan berat badan dapat
mempengaruhi frekuensi pernafasan praktikan. Posisi berdiri akan membuat tubuh
lebih besar mengeluarkan energi untuk menyangga berat badan, sehingga
frekuensi yang dibutuhkan pun semakin besar. Begitupula dengan berat badan
yang besar akan lebih besar frekuensi pernafasannya dibandingkan dengan berat
badan yang kecil. Selain itu aktivitas yang berat akan membuat tubuh
menggunakan energi yang besar sehingga frekuensi pernafasan pun meningkat.

5.2 Saran
Praktikan seharusnya lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum
sehingga kesalahan data akan terminimalitsir. Selain itu, peralatan yang digunakan
harus di cek terlebih dahulu agar tidak terjadi kerusakan ditengah praktikum dan
menyebabkan data yang dihasilkan akan kurang tepat.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta :


Erlangga.
Fernandez, G.J. (2017). Sistem Pernafasan. Online: https://simdos.unud.ac.id.pdf.
Diakses pada 20 Februari 2020, pk. 18.48.
Guyton, Arthur C & E.H John. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Kedokteran EGC, Jakarta: vii + 150 hlm.
Isnaeni, Wiwi. (2006). Fisiologi Hewan. Karnisius.Yogyakarta.
Pearce, E. C. (2011). Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta : PT.
Gramedia.
Simarmata, T. F & Meldawati & W. Riau. (2016). Perbandingan Frekuensi
Pernapasan Sebelum Dan Sesudah Step Exercise Berdasarkan Indeks
Massa Tubuh Pada Siswa/I Kelas XII SMAN 5 Medan Tahun Ajaran
2015-2016. Jurnal Kedokteran Methodist. 9 (1): 8-13.
Soewolo. (2000). Pengantar Fisiologi Hewan. Depdiknas, Jakarta: v + 185 hlm.
Waluyo, Joko. (2010). Biologi Umum. Unej, Jember: vi + 130 hlm.
Wilson, dkk. (1997). Life Cells, Organism, Populations. Sinaver Associates, inc.
Massachusetts.

25

Anda mungkin juga menyukai