DR I Made Bagiada - Terapi TB PADA KEADAAN KHUSUS - CKD, DM, HIV PDF
DR I Made Bagiada - Terapi TB PADA KEADAAN KHUSUS - CKD, DM, HIV PDF
Segall L and Covic A. Diagnosis of Tuberculosis in Dialysis Patients: Current Strategy. CJASN June 2010, 5 (6) 1114-1122; DOI: https://doi.org/10.2215/CJN.09231209
Prevalensi TB CKD
Pasien menjalani dialysis:
• 10 - 12 kali lipat risiko lebih tinggi dibanding
dengan populasi umum
• Pasien HD regular insiden TB 3,7% - 13,3%
• Insidensi TB pasien dialisis diperkirakan:
• 18 per 100.000/tahun (low TB incidence
countries)
• 698 per 100,000/tahun (highest TB
incidence countries)
Prevalensi TB CKD
Transplantasi ginjal:
• Insiden TB 1% – 4% (Eropa Utara), 5% - 10%
(India)
• Penelitian Ye et al. 2012:
• Dari 2144 pasien SOT yang TB 40 kasus
• Waktu rata-rata kejadian TB 234 hari (33-
3940 hari)
• Faktor risiko adalah tacrolimus dan infeksi
CMV
Ha Y.E., Joo E.J., Park S.Y., Wi Y.M., Kang C.I., Chung D.R., Joh J.W., Lee S.K. Song J.H., Peck K.R. Tacrolimus as a risk factor for tuberculosis and outcome of treatment with rifampicin in
solid organ transplant recipients. Tranplantation Infectious Disease. 2012. https://doi.org/10.1111/j.1399-3062.2012.00721.x
Prevalensi TB CKD
• Dari 641 transplantasi ginjal:
• 12 kasus mengalami TB:
• 25% memiliki riwayat penolakan akut,
dan
• 50% kadar kreatinin >1,5 mg/dl
• 50% TB paru dan
• 33,3% Diseminata
Higuita L. M. S., Nieto-Ríos J. F., Daguer-Gonzalez S. et al. Tuberculosis in renal transplant patients: The experience of a single center in Medellín-Colombia, 2005-2013. J. Bras. Nefrol.
vol.36 no.4 São Paulo Oct./Dec. 2014 http://dx.doi.org/10.5935/0101-2800.20140073
Sistem imun pada CKD
• Disfungsi ginjal menyebabkan:
• Gangguan metabolisme ginjal dan
• Gangguan filtrasi glomerulus,
akibatnya retensi zat terlarut toksik (uremia)
mempengaruhi semua organ tubuh
mengganggu daya tahan tubuh
berpengaruh terhadap leukosit, monosit /
makrofag, limfosit dan sel penyaji antigen (APC)
Cohen G, Hörl WH. Immune dysfunction in uremia—an update. Toxins (Basel). 2012;4(11):962–990. Published 2012 Oct 24. doi:10.3390/toxins4110962
Sistem imun pada CKD
UREMIA:
• Fungsi kemotaksis, dan fagositosis menjadi rusak
• Fungsi ko-stimulator sel-sel penyaji antigen
mengalami kelaianan
• Produksi Interleukin-2 (sel T-Helper) menurun
• Kondisi monosit persisten yang persisten, yang
disebabkan oleh uremia per se, serta oleh
perawatan dialisis.
Cohen G, Hörl WH. Immune dysfunction in uremia—an update. Toxins (Basel). 2012;4(11):962–990. Published 2012 Oct 24. doi:10.3390/toxins4110962
Sistem imun pada CKD
HEMODIALISIS
• Membran selulosa konvensional menyebabkan
jalur komplemen alternatif yang menyebabkan
perubahan pada molekul adhesi sel granulosit
CD11b, CD18 dan L-selectin, ini berkorelasi
dengan leukopenia.
• Gangguan fagositosis sering dijumpai dengan
membran cupropana.
Cohen G, Hörl WH. Immune dysfunction in uremia—an update. Toxins (Basel). 2012;4(11):962–990. Published 2012 Oct 24. doi:10.3390/toxins4110962
Sistem imun pada CKD
Terapi Immunosupresif:
• Tacrolimus atau mycophenylate mofetil sebagai
imunosupresan faktor risiko terjadinya TB lebih
awal pada masa pasca-transplantasi dan pada
pasien yang lebih muda.
• Berpengaruh terhadap imunitas humoral
predisposisi terhadap infeksi
• Faktor lain yang berkontribusi pada penurunan
kekebalan adalah Malnutrisi, defisiensi vitamin D,
dan Hiperparatiroidisme
Nilai Kerusakan Renal Dalam CKD
Kato S, Chmielewski M, Honda H, Pecoits-Filho R, Matsuo S, Yuzawa Y, et al. Aspects of immune dysfunction in end-stage renal disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2008;3(5):1526–1533.
Gambaran Klinis TB pada CKD
• Onset akut, disertai demam, anoreksia, dan
kehilangan berat merupakan keluhan utama,
menyerupai gejala uremik
• Demam rata-rata 72% dari kasus (kisaran 29-100%),
• Malaise pada rata-rata 69% (kisaran 29-100%), dan
• Penurunan berat badan pada rata-rata 54% (kisaran
10-100% ).
• Batuk dan hemoptisis, gejala klasik TB pada
populasi umum, kurang sering dilaporkan pada
pasien dialisis (rata-rata 22% kasus; kisaran 5-71%)
Gambaran Klinis TB pada HD reguler
• Ascites, efusi pleura, limfadenopati, piuri
steril, hematuria, PNC
• Laki-laki hampir dua kali lebih sering
dibanding perempuan
• Mayoritas mengalami TB sebelum inisiasi HD
• Gejala konstitusional pada 30% - 92% pasien
• Paru adalah lokasi tersering pada pasien HD
regular 40-92 %
Vikrant S. Clinical profile of tuberculosis in patients with chronic kidney disease: A report from an endemic Country. Saudi J Kidney Dis Transpl 2019;30:470-7
Gambaran Klinis TB pada HD reguler
TB Ekstra paru
• KGB paling sering, 15% - 30%, disusul
• Abdomen,
• Pleura,
• Meningen,
• Tulang dan sendi, dan
• TB milier (10% - 15%)
TB pada peritoneal dialisis
TB peritonitis
• Demam, • Pertimbangkan TB
• Nyeri perut, dan peritonitis bila:
• Dialisatnya keruh peritonitis dengan
• Sitologi cairan hasil kultur negatif,
dialisat atau kultur positif
predominan tapi tidak sembuh
limfosit atau PMN dengan antibiotika
Gambaran Klinis TB pasien
Transplantasi Ginjal (TG)
• Penelitian di India, 5,6 % - 8,9% pasien pre-
tranplantasi ginjal memiliki riwayat TB sebelumnya
• Gejala konstitusional lebih sering dijumpai pada
pasien TG daripada pasien HD regular
• Paru lokasi yang paling sering diikuti oleh abdomen,
pericardium, thalamus, tulang dan sendi.
• Miliary TB juga telah dilaporkan pada 7% - 36%
• TB otak jarang
Diagnosis TB pada CKD
• Klinis
• Radiologis
• Laboratoris:
• Mikroskopis
• Biakan
• Molekuler
Klasifikasi TB
TB paru dan/atau EP, Kasus
Baru/ulangan (non-RO/RO), status ko-
morbid (CKD)
Diagnosis LTBI pasien CKD
• Orang dengan LTBI, beban bakteri sangat
kecil tidak mungkin mendeteksi M.tb:
• Mikroskopis bahan sputum tidak ada
• Kultur tidak menemukan tuberkel pada
sampel aspirasi
• Uji serologi unreliable dan
• Foto toraks biasanya normal
Segall L and Covic A. Diagnosis of Tuberculosis in Dialysis Patients: Current Strategy. CJASN June 2010, 5 (6) 1114-1122; DOI: https://doi.org/10.2215/CJN.09231209
OAT pada CKD
• Sifat farmakologis OAT menentukan bagaimana
OAT akan dipengaruhi oleh kelainan ginjal:
• Pembersihan selama dialisis
• Interaksi OAT dengan obat imunosupresif yang
digunakan pada pasien yang menjalani
transplantasi ginjal
• Waktu pemberian yang tepat:
• Berkaitan dengan dialisis dan
• Penggunaan bersamaan obat imunosupresif
setelah transplantasi ginjal
Isonizid (INH)
• INH dimetabolisme oleh hati menjadi senyawa yang
kurang aktif yang kemudian diekskresikan oleh
ginjal
• Bukti terbaru bahwa INH dapat didialisis hanya
dalam jumlah yang sangat kecil dan sebagian besar
pengeluarannya terjadi dari metabolisme hati
• Waktu paruh INH meningkat sekitar 45%:
• Tidak menyebabkan efek samping
• Tidak butuh pengurangan dosis, dan
• Tidak perlu pemantauan obat terapeutik
Isonizid (INH)
• CKD Std. 1-3 Isoniazid 300 mg;
• CKD std. 4-5 Isoniazid 300mg;
• Penerima Transplantasi Ginjal 15 mg / kg
maks 900 mg 3X / minggu
OAT pada CKD
Rifampicin INH Pyrazinamide
Aman Aman Metabolized dalam hati
metabolit aktif Metabolisasi dalam hati Eliminasi obat & metabolit
diekskresikan dalam yang terlambat pada CKD
empedu 4&5
Aaron L., Saadoun D., Calatroni I., et al. Tuberculosis in HIV-infected patients: a comprehensive review Clin Microbiol Infect, 10 (2004), pp. 388-398
Perjalanan alamiah TB pada infeksi HIV
• Berubah akibat kerusakan system imun (HIV)
• Tidak ada fase panjang latensi antara infeksi dan
menjadi sakit
• Pada infeksi HIV bisa menjadi sakit TB dalam waktu
mingguan sampai bulanan
• Perkiraan percepatan dari TB laten menjadi aktif
antara 12 dan 20 kali pada infeksi HIV
• Ini berarti penyebaran TB lebih cepat
• Dalam 1 tahun infeksi HIV menyebabkan 5-10% TB
laten menjadi aktif
Risiko TB pada HIV
• Diperkirakan antara 16-27 lebih tinggi dibanding
tanpa HIV
• Dari 10.4 juta kasus TB secara global, 1.2 juta
[11%] dengan HIV+
• Hampir 60% [57%] kasus TB pasien HIV tidak
terdiagnosa atau tidak diobati
• 390 000 kematian TB diantara mereka dengan HIV
Tesfaye B, Alebel A, Gebrie A, Zegeye A, Tesema C, Kassie B. The twin epidemics: Prevalence of TB/HIV co-infection and its associated factors in Ethiopia; A systematic review and meta-
analysis. PLoS One. 2018;13(10):e0203986. Published 2018 Oct 3. doi:10.1371/journal.pone.0203986
Gejala klinis TB pada infeksi HIV
• Batuk, demam, keringat malam, dan BB
menurun
• Sebagian kecil dengan gejala klasik TB,
• Sebagian besar dengan beberapa gejala,
• Malah ada yang gejalanya kurang spesifik
• Diagnosis TB jadi terlambat, pengobatan
terlambat
• Sering dengan sebutan “sub clinical TB”
• Lebih sering TB ekstraparu
Getahun H, Kittikraisak W, Heilig CM et al. Development of a standardized screening rule for tuberculosis in people living with HIV in resource-constrained settings: individual
participant data meta-analysis of observational studies. PLoS Med.
Gejala klinis TB pada infeksi HIV
• Semakin lengkap gejala semakin tinggi
kemungkinan TB
• Nilai prediksi dari kriteria 4 gejala ini menjadi
menurun bila pasien HIV mendapatkan terapi ARV
• Satu penelitian menemukan:
• Keluhan terbanyak adalah penurunan berat
badan (81%),
• Batuk (49%), dan
• Keringat malam
Hamada, Y., Lujan, J., Schenkel, K., Ford, N., & Getahun, H. (2018). Sensitivity and specificity of WHO’s recommended four-symptom screening rule for tuberculosis in people living with HIV: a
systematic review and meta-analysis. The Lancet HIV. doi:10.1016/s2352-3018(18)30137-1
Hanifa Y, Toro Silva S, Karstaedt A, et al. What causes symptoms suggestive of tuberculosis in HIV-positive people with negative initial investigations?. Int J Tuberc Lung Dis. 2019;23(2):157–165.
doi:10.5588/ijtld.18.0251
Gambaran radiologi
• Pola radiografi toraks pasien infeksi HIV berubah,
• Opasitas radiologi tidak seluas seperti pada non-
infeksi HIV,
• Jumlah CD4 juga perperan terhadap tampilan
radiografi toraks
• CD4 <100 temuan radiografik:
• Sering normal
• Pola milier dan
• Efusi pleura, dan cendrung tanpa kavitas
Swaminathan S, Narendran G, Menon PA, Padmapriyadarsini C, Arunkumar N, Sudharshanam NM, et al. Impact of HIV infection on radiographic features in patients with pulmonary tuberculosis. Indian J Chest Dis Allied Sci. 2007;49:133–6.
Angthong W., Varavithya V., Angthong C., Leelasithorn V; Nayok/TH N., Thani/TH P. Comparative study of Pre-and-Post Treatment Radiographic Features in Pulmonary Tuberculosis Patients with and without HIV infection. ECR 2011 / C-
0038
Ravi N, Nagaraj B. R., Singh B. K., Kumar S. A study of various chest radiological manifestations of pulmonary tuberculosis in both human immunodeficiency virus-positive and human immunodeficiency virus-negative patients in south Indian
population. West African Journal of Radiology. 2017;24(1):14-19
Laboratorium diagnostik
Mikroskopis sputum BTA
• Paling sederhana
• Murah
• Cepat hasil
• Spesifik
• Butuh jumlah kuman banyak
• Sensitivitasnya pada HIV+ 48% - 54%
• Sensitivitas menurun lagi apabila pasien HIV
disertai dengan infeksi paru lain
Hopewell P, Pai M, Maher D, Uplekar M, Raviglione MC. International standards for tuberculosis care. Lancet Infect Dis. 2006;6:710–25.
Cattamanchi A, Dowdy DW, Davis JL, Worodria W, Yoo S, Joloba M, et al. Sensitivity of direct versus concentrated sputum smear microscopy in HIV-infected patients suspected of having pulmonary
tuberculosis. BMC Infect Dis. 2009;9:53.
Keflie TS, Ameni G. Microscopic examination and smear negative pulmonary tuberculosis in Ethiopia. Pan Afr Med J. 2014;19:162. Published 2014 Oct 16.
Laboratorium diagnostik
Biakan BTA:
• Biakan untuk M.tb sangat lebih sensitive dibanding
dengan BTA mikroskopis dan merupakan standar
yang dianjurkan untuk mengkonfirmasi diagnosis
TB pada infeksi HIV
• Masa inkubasi yang lama (6 – 8 minggu)
• Biakan juga dapat mengetahui strain
mikobakterium dan sentivivitas obat
Padmapriyadarsini C., Narendran G., and Swaminathan S. Diagnosis & treatment of tuberculosis in HIV co-infected patients. Indian J Med Res. 2011 Dec; 134(6): 850–865.
Vittor A. Y., Garland J. M., Gilman R. H. Molecular Diagnosis of TB in the HIV Positive Population: State-of-the-Art Review. Annals of Global Health. Volume 80, Issue 6, November–
December 2014, Pages 476-485.
Laboratorium diagnostik
Molekuler
• Diagnosis molekuler memberikan hasil cepat dan
sangat akurat dibandingkan dengan pengecatan
dahak mikroskopik
• Tes molekuler seperti Xpert®MTB/RIF adalah
alternatif pemeriksaan cepat dibandingkan biakan
• Dianjurkan oleh WHO
• Pada pasien HIV-positif sensitivitasnya 0.81, 95% CI
0.73–0.87
Madico G, Mpeirwe M, White L, Vinhas S, Orr B, et al. (2016) Detection and Quantification of Mycobacterium tuberculosis in the Sputum of Culture-Negative HIV-infected Pulmonary
Tuberculosis Suspects: A Proof-of-Concept Study. PLOS ONE 11(7): e0158371.
WHO. Xpert MTB/RIF implementation manual Technical and operational ‘how-to’: practical considerations. WHO/HTM/TB/2014.1
Li S, Liu B, Peng M, et al. Diagnostic accuracy of Xpert MTB/RIF for tuberculosis detection in different regions with different endemic burden: A systematic review and meta-analysis. PLoS
One. 2017;12(7):e0180725.
Diagnosis TB pada ko-infeksi TB-HIV
Manosuthi W., Wiboonchutikul S. and Sungkanuparph S. Integrated therapy for HIV and tuberculosis. AIDS Res Ther (2016) 13:22 DOI 10.1186/s12981-016-0106-y
Fry S. H. L., Barnabas S. L. and Cotton M. F. Tuberculosis and HIV—An Update on the “Cursed Duet” in Children. Front. Pediatr., 25 April 2019 | https://doi.org/10.3389/fped.2019.00159
Memulai terapi HIV atau TB
• Mengambil keputusan terapi mempertimbangkan:
• Apakah ada gejala , dan apakah sakitnya dengan
TB, atau infeksi oportunistik terkait HIV?
• Apakah telah mendapat terapi TB atau infeksi
HIV?
• Obat apa yang tersedia untuk terapi infeksi HIV,
dan juga TB, bila pasien belum mendapakan
terapi?
• Bila membutuhkan terapi untuk HIV dan TB,
adakah petugas yang berpengalaman dan/atau
ada guideline untuk ini?
Ketersediaan terapi ARV dan OAT
bersama
• Terapi ARV dan OAT pada waktu yang sama
melibatkan beberapa kesulitan:
• Toksisitas obat kumulatif
• Interaksi obat-obat
• Jumlah pil yang banyak
• IRIS
Memulai terapi ARV dan OAT
• Mulai terapi OAT dan ARV (dikelola secara
Bersamaan)
• Guideline rekomendasi WHO:
• CD4 <200 mm3 mulai ARV antara 2 dan 8 minggu
setelah mulai OAT
• CD4 <50 sel/mm3: ARV mulai dalam 2 minggu, jangan
>4 minggu; lebih sering terjadi IRIS bila ARV dimulai
lebih awal
• Drug-resistant TB (TB RO):
• Kematian TB-MDR dan TB-XDR sangat tinggi
• Belum ada kepastian kapan waktu optimal
• Manajemen TB RO dan HIV adalah kompleks
Memulai terapi ARV dan OAT
• Pasien dengan TB meningitis:
• Sering dikaitkan dengan komplikasi berat
dan angka kematian tinggi
• Lebih tinggi kejadian tidak diinginkan (KTD)
pada TB meningitis yang segera diberikan
ARV dibanding dengan yang ditunda
• Harus hati-hati bila memulai ARV lebih awal
• dan RIF
Standar terapi OAT pada HIV+
• HRZE
• Durasi 6 bulan
• Fase awal 2 bulan HRZE
• Fase lanjutan 4 bulan HR