Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah
Sosiologi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Dewien Nabilah Agustin, M.Sos.

Disusun Oleh:
Fadhlur Rohman (D01217014)
Dini Fitria Rosa (D91217087)
Sabilur Rosyad (D91217133)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang yakni agama islam yang diridhoi.
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak luput mengucapkan terima kasih
kepada ibu Dewien Nabilah Agustin, M.Sos. selaku dosen pengampu.
Penulis sadar bahwa dalam tugas pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, maka dari itu penulis masih menginginkan kritikan dan saran
dari pembaca guna untuk meningkatkan atau membenarkan dalam mengerjakan
makalah selanjutnya. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah dan
kekurangan hanyalah milik penulis.
Akhirnya penulis tetap berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis. Amiiin.

Surabaya, 15 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan Sosial 3
B. Teori-teori Perubahan Sosial 4
C. Hubungan Pendidikan dengan Perubahan Sosial 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan berkenaan dengan pengembangan pengetahuan, perilaku, dan
sikap anak didik. Pendidikan berkaitan erat dengan transmisi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakukan lainnya kepada
generasi muda.
Menurut Nasution, kelakuan manusia hampir seluruhnya bersifat sosial,
yakni dipelajari dalam interkasi dengan manusia lainnya. Hampir segala sesuatu
yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain di rumah,
sekolah, tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya. Bahkan pelajaran atau
isi pendidikan ditentukan oleh kelompok atau masyarakat tempat anak didik
melaksanakan pendidikan.
Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi
kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Pendidikan sangat menaruh
perhatian pada perubahan sosial (social changes). Perubahan sosial dapat
merupakan suatu kemajuan (progress) atau sebaliknya dapat suatu kemunduran
(regress). Perubahan sosial tidak hanya membawa pengaruh positif, tetapi juga
bisa berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Dunia pendidikan perlu
merespon gejala perubahan sosial. Pendidikan yang tidak memperhatikan
perubahan sosial, maka pendidikan itu akan ditinggalkan oleh masyarakat,
bahkan pendidikan akan kehilangan elan vitalnya dalam dinamika sosial.
Sebagai pendidik/guru, pengetahuan tentang perubahan sosial akan sangat
membantu untuk mengantarkan anak didik memasuki dunianya. Hakekat
pendidikan adalah mengantarkan anak didik bisa eksis dan berkembang untuk
zamannya kelak. Oleh sebab itu diperlukan sikap antisipatif dan rsponsif
terhadap perubahan tersebut yang diharapkan berdampak positif bagi proses
pembelajaran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perubahan sosial?
2. Apa saja teori-teori perubahan sosial?
3. Bagaimana hubungan antara pendidikan dengan perubahan sosial?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perubahan sosial
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori perubahan sosial
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan perubahan sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Sosial
Setiap saat masyarakat selalu mengalami perubahan. Jika dibandingkan
apa yang tejadi saat ini dengan beberapa tahun yang lalu, maka akan banyak
ditemukan perubahan baik yang direncanakan atau tidak, kecil atau besar, serta
cepat atau lambat. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi lingkungan sosial yang ada. Manusia selalu tidak puas
dengan apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu manusia selalu mencari
sesuatu agar hidupnya lebih baik.
Ada beberapa ahli sosiologi yang memberikan definisi perubahan sosial,
antara lain:1
1. Emile Durkheim
Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan
demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi
tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi
masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik.
2. J.L Gillin dan J.P Gillin
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang diterima, akibat
adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, kompoisisi
penduduk, ideologi, maupun karena difusi dan penemuan baru dalam
masyarakat.
3. Kingsley Davis
Mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya
pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan
perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan
seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi
dan politik.
4. William F. Ogburn

1
Ali Maksum, Sosiologi Pendidikan (Surabaya: UIN SA Press, 2014), 125-127.

3
Mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial,
yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material
terhadap unsur-unsur immaterial.
5. Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
6. Samuel Koening
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang yang terjadi
dalam pola-pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab
intern maupun sebab-sebab ekstern.
7. Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau
sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa


perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur sosial dan
lembaga sosial masyarakat. Perubahan sosial meliputi perubahan dalam
berbagai hal, seperti perubahan teknologi, perilaku, sistem sosial, dan norma.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perubahan sosial, yakni: 2
a. Bertambah atau berkurangnya penduduk
b. Penemuan – penemuan baru
c. Pertentangan/konflik dalam masyarakat
d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi

B. Teori-teori Perubahan Sosial


Perubahan-perubahan sosial merupakan gejala yang wajar yang timbul
dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Sepanjang masih terjadi
interaksi antar manusia dan antar masyarakat maka perubahan-perubahan

2
Soejorno Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 1986), 299.

4
sosial akan terus berlangsung. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Adapun teori-teori
yang menjelaskan mengenai perubahan sosial adalah sebagai berikut.
1. Teori Evolusi (Evolution Theory)
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi
dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada
kehendak tertantu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-
perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat,
yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi
kebetuhan hidupnya sehari-hari.
Teori ini berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang
cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang
harus dilalui untuk mencapai perubahan yan diinginkan. Contoh,
perubahan sosial dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri.
2. Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula
dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau
pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga
akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa
konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat kepada struktur
masyarakat.
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah
konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah
merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik
berlansung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya.
Teori ini menjadi pedoman dari dua tokoh Karl Max dan Ralf
Dahrendorf.
Secara lebih rinci, pandangan teori konflik lebih menitikberatkan
pada hal berikut ini.
a. Setiap masyarakat terus menerus berubah.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan
masyarakat.

5
c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan
yang lainnya.
3. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Teori ini menjelaskan bahwasanya perubahan sosial tidak lepas
dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat.
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan
budaya). Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah
dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti
kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah
ketertinggalan unsur yang berubah dengan perlahan tersebut.
Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial (cultural leg).
Secara lebih ringkas, pandangan teori fungsionalis adalah sebagai
berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan
masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama
(konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.
4. Teori Siklis (Cyclical Theory)
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak
dapat dikedalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun, karena
dalam setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus
diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu
kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak
dapat di hindari.3

3
Ali Maksum, Sosiologi Pendidikan (Surabaya: UIN SA Press, 2014), 150-155.

6
C. Hubungan Pendidikan dengan Perubahan Sosial
Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya
menjembatani dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat. Melihat
perkembangan masyarakat yang sering dilanda perubahan secara tiba-tiba,
maka kemungkinan terjadinya dampak negatif yang akan menggejala ke dalam
kehidupan masyarakat tidak dapat dihindari kehadirannya. Gejala ketimpangan
budaya atau cultural lag, harus dapat diminimalisasi pengaruhnya ke dalam
tatanan kehidupan masyarakat. Untuk itu sebagai lembaga yang berfungsi
menjaga dan mengarahkan perjalanan masyarakat, pendidikan harus dapat
menangkap potensi kebutuhan masyarakat. Dalam proses perubahan sosial
modifikasi yang terjadi seringkali tidak teratur dan tidak menyeluruh,
meskipun sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara erat, sehingga
melahirkan ketimpangan kebudayaan.4
Pembahasan dan analisis mengenai perubahan sosial dan perubahan
pendidikan tidak pernah terlepas dari konsep modernisasi. Sebagai sebuah
proses masyarakat dunia, modernisasi merupakan gejala universal yang dapat
dijadikan sebagai kerangka acuan guna memahami konteks sosial dan
pendidikan. Dari sinilah dapat ditarik ruang interpretasi mengenai perspektif
perubahan sosial dan perubahan pendidikan. Kata atau istilah modernisasi
mempunyai banyak definisi. Meskipun bagitu, namun tetap ada satu kepastian
bahwa pengembangan aplikasi teknologi manusia menjadi muara kelahiran
modernisasi. Produk modernisasi sebagaimana terlihat pada masyarakat
modern, ditandai oleh kehidupan industrialistis, dengan struktur pekerjaan
serta ruang sosial yang kompleks, termasuk di dalamnya munculnya
diferensiasi sosial yang semakin tajam.
Alasan, kenapa titik pangkal diferensiasi sosial begitu pentingnya untuk
memahami modernisasi. a) Diferensiasi merupakan suatu keniscayaan yang
pasti dilalui oleh sistem sosial dalam mengadaptasikan diri terhadap
perubahan-perubahan di lingkungannya, dan b) Kemampuan untuk melakukan
diferensiasi merupakan sebuah indikator positif mengenai kemampuan suatu
sistem dalam menyesuaikan diri sesuai dengan proses-proses perubahan yang

4
Nurdinah Hanifah, Sosiologi Pendidikan (Sumedang: UPI Sumedang Press, 2016), 54.

7
terjadi. Suatu cara untuk menggambarkan hubungan perubahan dunia
pendidikan dengan tumbuh kembangnya modernisasi, kiranya perlu berangkat
dari konsep deferensiasi.5 Dengan berkembangnya diferensiasi sosial, secara
perlahan-lahan akan mengubah fungsi dan sistem pendidikan agar berjalan
sejalur dengan kecenderungan sosial tersebut. Perkembangan tersebut ditandai
dengan adanya spesialisasi peran serta merebaknya organisasi di dalam sistem
pendidikan, sehingga secara internal menumbuhkan diferensiasi struktural
dalam tubuh pendidikan. Proses yang mempengaruhi tubuh pendidikan ini
dapat digambarkan dalam pengamatan komparatif antara masyarakat modern
dengan masyarakat primitif. Pada masyarakat tradisional proses pendidikan
menyatu dengan fungsi-fungsi lain yang kesemuanya diperankan oleh institusi
keluarga. Sedangkan pada masyarakat modern proses pendidikan lebih banyak
dipengaruhi oleh institusi di luar keluarga.6
Pesatnya arus diferensiasi serta spesialisasi selama dekade-dekade
terakhir memicu beberapa perubahan dalam tubuh formasi pendidikan. Hal itu
terjadi sebagai akibat dari mendesaknya permintaan masyarakat akan
tersedianya tenaga-tenaga spesialis yang akan menopang bergulirnya roda
kehidupan masyarakat yang tengah bertumpu pada kekuatan industri produk
massal. Dalam perkembangan ini, sistem pendidikan beranjak pesat menjadi
institusi yang mempunyai “kedudukan penting” terutama dalam menopang
perubahan sosial ekonomi (baik perubahan yang direncanakan maupun tidak),
lalu pendidikan berkembang menjadi “jembatan” prestise dan status, selain
juga tampil sebagai faktor utama mobilitas sosial, baik vertikal maupun
horisontal, baik intra maupun antargenerasi.

5
Muhammad Rifai, Sosiologi Pendidikan: Struktur & Interaksi Sosial di dalam Institusi Pendidikan
(Bandung: Ar-Ruzz Media, 2011), 46.
6
Ibid., 48.

8
STUDI KASUS

Kasus Pertama
Penggunaan Gadget
Gadget merupakan hal yang saat ini menjadi momok bagi banyak orang tua.
Kehadiran teknologi ini telah menjadi magnet negatif bagi sebagian anak, terutama
bagi para orang tua yang tak bisa mengontrol penggunaan gadget pada anaknya.
Saat ini umumnya anak-anak lebih suka bermain gadget dibandingkan membaca
buku. Buku sudah dianggap hal yang tidak menarik karena banyaknya game-game
online yang bisa dimainkan lebih seru melalui gadget. Oleh sebab itu, para orang
tua perlu memperhatikan masalah ini. Jangan memberikan gadget begitu saja
kepada anak jika ingin anak memiliki minat baca yang baik.
Solusi :
a. Membuat perjanjian dengan anak tentang penggunaan gadget yang bisa ditebus
dengan jadwal baca sang anak.
b. Menyediakan fasilitas buku digital di dalam gadget yang dapat dibaca oleh
anak kapan saja.
c. Mematikan koneksi data gadget setelah perjanjian penggunaan gadget bersama
anak selesai.
d. Menjelaskan dampak kesehatan penggunaan gadget secara terus menerus bagi
mata dan kesehatan tubuh lainnya.
Jika tetap ingin menggunakan gadget maka ajarkan hal-hal penting yang
berguna seperti menggunakan perangkat pembelajaran online, belajar bahasa,
membuka website-website belajar atau cerita online dan sebagainya, yakni hal-
hal yang bermanfaat. Sehingga di dalam gadget pun kita tetap bisa
mengembangkan Minat baca anak-anak kita.

Kasus Kedua
Urbanisasi masyarakat desa ke kota menyebabkan kesenjangan (sosial)
kesejahteraan
Ketidak merataan masyarakat dalam pembangunan menjadi salah satu masalah
sosial yang terjadi di Indonesia. Daerah-daerah terpencil di Indonesia bahkan sulit

9
mengimbangi pembangunan padat daerah yang telah maju, kondisi ini tentu
mengakibatkan pola kehidupan masyarakat untuk melakukan trasmigrasi,
urbanisasi, dan mobilitas penduduk lainnya.
Urbanisasi adalah bergesernya populasi masyarakat di daerah pedesaan menuju
daerah perkotaan. Urbanisasi bukan hanya fenomena modern, tetapi juga
transformasi historis akar sosial manusia yang cepat dan bersejarah dalam skala
global, dimana budaya pedesaan berkembang dengan cepat digantikan dengan
budaya perkotaan yang lebih dominan7. Urbanisasi terjadi karena mempunyai daya
tarik sebagai daerah tujuan dan desa mempunyai daya dorong untuk ditinggalkan.
Daya tarik kota antara lain tersedia berbagai lapangan pekerjaan, upah tenaga kerja
tinggi, fasilitas hidup lengkap, dan tersedia fasilitas hiburan.
World bank (WB) alias Bank Dunia mengungkapkan bahwasanya laju
urbanisasi yang terjadi di Indonesia belum membuat tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia merata. Menurut Sameh Wahba selaku Global Director for
Urband and Territorial Development, Disasaster Risk Management and Resilence
Bank Dunia, tidak semua orang mendapatkan kesejahteraaan dan kelayakan huni
yang dihasilkan oleh urbanisasi. Sehingga masih terdapat kesenjangan
Kesejahteraan. Akibat dari kesenjangan tersebut berdampak pada sejumlah hal
yang ada diperkotaan. Seperti polusi udara, kemacetan lalu-lintas, hingga
meningkatnya penduduk Indonesia yang tinggal di permukiman.8
Solusi :
Untuk mengatasi Urbanisasi penduduk dapat dilakukan beberapa cara, salah
satunya adalah melalui pendidikan. Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) Didi Suprijadi mengatakan pemerataan kualitas pendidikan
hingga ke daerah-daerah terpencil akan dapat menekan urbanisasi. Selain penyebab
berimigrasinya penduduk pedesaan menuju daerah perkotaan adalah kualitas
pendidikan di daerah perkotaan lebih baik daripada di daerah-daerah terpencil. Hal
ini menyebabkan banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke kota besar.9

7
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi. Diakses pada tanggal 19 Februari 2020 pukul 17.45
WIB.
8
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis. Diakses pada tanggal 19 Februari 2020 pukul
14.00 WIB.
9
https://news.okezone.com/read/2016/07/65/1443480/pemerataan-mutu-pendidikan-tekan-
urbanisasi. Diakses pada tanggal 19 Februari 2020 pukul 14.45 WIB

10
Solusi yang lainnya adalah menanamkan sejak dini pada sistem pendidikan
kitajiwa pengusaha (Enterprenuership) yang lebih mementingkan usaha mandiri
dibandingkan mencari lapangan kerja setelah lulus. Sehingga harus ada kerjasama
antara pemerintah melalui mentri pendidikan dan kebudayaan untuk memasukkan
kurikulum Enterprenuership di dalam pendidikan kita.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur sosial dan
lembaga sosial masyarakat. Perubahan sosial meliputi perubahan dalam
berbagai hal, seperti perubahan teknologi, perilaku, sistem sosial, dan norma.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perubahan sosial, yakni:
bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan – penemuan baru,
pertentangan/konflik dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau
revolusi. Teori – teori perubahan sosial yakni, meliputi Teori Evolusi
(Evolution Theory), Teori Konflik (Conflict Theory), Teori Fungsionalis
(Functionalist Theory), Teori Siklis (Cyclical Theory).
Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya
menjembatani dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat. Melihat
perkembangan masyarakat yang sering dilanda perubahan secara tiba-tiba,
maka kemungkinan terjadinya dampak negatif yang akan menggejala ke dalam
kehidupan masyarakat tidak dapat dihindari kehadirannya. Gejala ketimpangan
budaya atau cultural lag, harus dapat diminimalisasi pengaruhnya ke dalam
tatanan kehidupan masyarakat. Untuk itu sebagai lembaga yang berfungsi
menjaga dan mengarahkan perjalanan masyarakat, pendidikan harus dapat
menangkap potensi kebutuhan masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hanifah, Nurdinah. 2016. Sosiologi Pendidikan. Sumedang: UPI Sumedang Press.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi.

https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis

https://news.okezone.com/read/2016/07/65/1443480/pemerataan-mutu-
pendidikan-tekan-urbanisasi.

Maksum, Ali. 2014. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: UIN SA Press.

Rifai, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan: Struktur & Interaksi Sosial di


dalam Institusi Pendidikan. Bandung: Ar-Ruzz Media.

Soekanto, Soejorno. 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

13

Anda mungkin juga menyukai