Presentasi Kasus
Oleh:
Rizka Fadhillah Yusra
Pembimbing :
dr. Susanti Apriani, Sp.OG (K)
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak yang paling sering terjadi pada sistem
reproduksi wanita. Namun demikian, sebagian besar kelainan ini bersifat
asimptomatik dengan prevalensi 40-50% pada wanita usia di atas 35 tahun.
Mioma dapat terjadi secara tunggal namun lebih sering bersifat multipel. Gejala
1
yang ditimbulkan sangat bervariasi, mulai dari perdarahan pervaginam sampai
efek penekanan massa pada rongga pelvis.Error: Reference source not found
Penyebab pasti dari mioma belum diketahui dengan pasti. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap mioma berkembang
dari sel neoplastik tunggal di dalam jaringan otot polos miometrium.Error:
Reference source not found Pertumbuhan mioma sangat erat kaitannya dengan
kadar hormon estrogen. Terdapat beberapa kondisi yang ditandai dengan
peningkatan kadar hormon estrogen yang seringkali disertai dengan semakin
meningkatnya risiko pertumbuhan jaringan mioma, misalnya menarche dini dan
Error: Reference
obesitas. Selain itu, regresi mioma sering terjadi pada usia menopause.
source not found
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
2
Nama : Suwarni
Usia : 35 tahun
No. RM : 274457
Tanggal : 06-09-2019
B. Anamnesa
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita usia 35 tahun masuk IGD RSUD M.Zein Painan
pada tanggal 06/09/2019 pukul 20.00 wib rujukan dari RSUD Tapan
dengan diagnosa anemia gravis ec perdarahan pervaginam
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan keluar darah yang banyak dari kemaluan dirasakan sejak ± 2 hari
yang lalu, berwarna merah kehitaman, bergumpal-gumpal, 3-4 kali ganti
duk/hari, nyeri perut (-).
Riwayat bengkak di perut (-).
Nyeri saat berhubungan (-), perdarahan pasca senggama (-).
Riwayat demam (-), trauma (-), dan keputihan (-).
Pasien sudah menikah dan memiliki anak 1 orang berusia 11 tahun.
BAB dan BAK tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan
hipertensi
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular,
dan kejiwaan
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
Riw. Menikah : 1 kali
Riw. Kontrasepsi : (-)
Riwayat Hamil/Abortus/Persalinan
1. Tahun 2008 /perempuan/3500 gram/aterm/spontan/bidan/hidup
C. Pemeriksaan Fisik
Status Umum
KU Kes TD N R T
Sedang CMC 130/80 mmHg 88 x/mnt 24 x/mnt afebris
3
Ekstermitas : Edema (-/-), refleks fisiologis (+/+), refleks patologis
(-/-)
Status Ginekologis
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Tidak teraba massa, supel, NT (-), NL (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Inspekulo :
o Vagina : Tampak massa sebesar telur ayam ras, warna merah
pucat, tampak darah menumpuk di forniks posterior
o Porsio : Sulit dinilai
VT Bimanual
o Vagina : Teraba massa kenyal padat sebesar telur ayam ras,
bertangkai yang berasal dari kanalis servikalis dengan
ukuran ± jari telunjuk
o Portio : Terbuka 2 jari
o CUT : AF, ukuran sebesar telur ayam kampung
o AP : Lemas kiri = kanan
o CD : Tidak menonjol
D. Pemeriksaan Penunjang
Planot test : (-)
Hemoglobin : 4,3 gr/dl
Leukosit : 13.600/mm3
Hematokrit : 16 %
Trombosit : 348.000/mm3
PT/aPTT : 17,6/36,4
USG
4
Uterus antefleksi ukuran 5,59 x 5,22 cm. Endometrial line tidak jelas.
Tampak daerah hipoekoik di bagian bawah uterus, kemungkinan berisi
cairan (darah)
Tampak massa hiperekoik di serviks dan vagina ukuran 3,28 x 4,06 cm
Kedua ovarium dalam batas normal
Kesan: suspek mioma Geburt
E. Diagnosa
P1H1 + Anemia gravis ec PUA ec mioma geburt
F. Sikap
Kontrol KU, VS, PPV
IVFD RL 20 tpm
Inj Transamin 3x500 mg
Inj Vit K 3x10 mg
Transfusi PRC 4 kolf
G. Rencana
Ekstirpasi mioma setelah perbaikan KU
H. Perjalanan Penyakit
Sabtu, 07 September 2019
S/ Keluar darah darah dari kemaluan (+) sudah berkurang
O/ KU Kes TD Nd RR S
Sdg CMC 110/70 80 20 37°
• Mata : Konjungtiva anemis +/+
• Abdomen :
I : Tidak tampak membuncit
Pa : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defance
muscular (-)
Pe : timpani
Au : bising usus (+) normal
• Genitalia : I : v/u tenang, PPV (+)
A/ P1H1 + PUA e.c Mioma geburt + Anemia gravis dalam perbaikan
P/ IVFD RL 20 tpm
Transfusi PRC 4 unit, 2 unit/hari
Ini asam tranexamat 3x500 mg
Inj Vit K 3x10 mg
Rencana ekstirpasi miom setelah perbaikan KU
5
Minggu, 08 September 2019
S/ Keluar darah darah dari kemaluan (+) sudah berkurang
O/ KU Kes TD Nd RR S
Sdg CMC 120/70 82 22 36,8°
• Mata : Konjungtiva anemis -/-
• Abdomen :
I : Tidak tampak membuncit
Pa : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defance
muscular (-)
Pe : timpani
Au : bising usus (+) normal
• Genitalia : I : v/u tenang, PPV (+)
A/ P1H1 + PUA e.c Mioma geburt + Anemia gravis dalam perbaikan
P/ IVFD RL 20 tpm
Transfusi PRC 4 unit, 2 unit/hari
Ini asam tranexamat 3x500 mg
Inj Vit K 3x10 mg
Cek DR post transfusi PRC 4 unit
Diagnosa
P1H1 + Post ekstirpasi mioma Geburt
Sikap
Awasi pasca tindakan
Jaringan miom diperiksa di Lab PA
Terapi
-IVFD RL 20 tpm
6
-Inj Ceftriaxone 2x1 gr
-asam mefenamat 3x500 mg
-Sf 2x 180 mg
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Epidemiologi
Mioma uteri adalah suatu neoplasma jinak dari otot uterus dan jaringan
ikat penunjangnya yang tumbuh dalam otot uterus. Sinonim dengan
fibromioma, leiomioma, uterine fibroid.1 Mioma uteri bukanlah suatu
keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa
menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak
dan penekanan pada pelvis.3
Kebanyakan mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
rutin ginekologi atau pelvic imaging. Mioma uteri kebanyakan bersifat
asimptomatis, hanya lebih kurang 20-50% saja yang menimbulkan klinis.
Pengaruh mioma uteri adalah yang berhubungan dengan massa-nya sendiri
antara lain penekanan pada organ sekitarnya, perdarahan pervaginam, atau
masalah yang berhubungan dengan kehamilan termasuk infertilitas dan
8
keguguran. Mioma uteri merupakan salah satu masalah yang penting dibidang
ginekologi dan menjadi indikasi terbanyak operasi-operasi dibidang
ginekologi. Di Amerika Serikat sebanyak 38,1% histerektomi dilakukan
karena mioma uteri dari 1,36 juta histerektomi yang dilakukan pada tahun
1994-1999.1 .
Mioma terjadi 3-9 kali lebih tinggi pada kulit hitam dibandingkan kulit
putih. Faktor resiko lainnya yang berhubungan dengan mioma uteri adalah
meningkatnya kejadian mioma dengan pertambahan umur, menurun pada
wanita yang baru melahirkan, menurun pada usia menopause, sering terjadi
pada nullipara, meningkat pada obesitas, dan menurun pada wanita yang
banyak latihan fisik.4
Frekuensi tumor sukar ditentukan secara tepat, karena tidak semua
penderita dengan mioma uteri datang ke dokter untuk pemeriksaan dan
pengobatan karena banyak dari mereka tidak mempunyai keluhan apa-apa.
Tumor tergolong dari tumor pelvik yang sering terdapat dan diperkirakan 1
dari 45 wanita yang berusia di atas 35 tahun. Walaupun sebagian besar mioma
tidak memberikan gejala, diperkirakan sekitar 60% pada laparatomi tumor
pelvik wanita adalah mengangkat mioma. Ditemukan lebih sering pada
dekade keempat dan kelima. Mioma yang asimptomatik meliputi sekitar 40-
50% pada wanita dengan usia lebih dari 40 tahun, dan pada usia reproduktif
didapatkan 20%. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat. Kira-kira 25% wanita dalam masa
reproduktif kelihatan mempunyai mioma. Diperkirakan lebih banyak lagi
wanita yang menderita mioma yang kecil tapi tidak terdeteksi.1
3.2 Etiologi
Penyebab pasti dari mioma tidak bisa diketahui dengan pasti.
Tampaknya pertumbuhan mioma sangat erat dengan hormon estrogen. Mioma
uteri sering tumbuh membesar ketika kadar estrogen meningkat seperti pada
kehamilan. Obat-obatan yang dapat menurunkan kadar estrogen dapat
menyebabkan penyusutan mioma. Terdapat beberapa teori yang menjadi
penyebab dari mioma: 7
1. Teori Stimulasi Estrogen: tidak semua wanita dalam masa reproduksi
terkena mioma uteri, hanya 20% saja.
2. Teori Stimulasi Growth Hormon pada uterus: wanita hamil membesar
dan mengecil setelah partus, pada wanita menopause mengalami atrofi.
9
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri hingga kini belum diketahui.
Namun bila melihat mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduksi dan
kejadiannya rendah pada usia menopause, maka estrogen paling banyak
diduga sebagai penyebab timbulnya mioma uteri. Di dalam jaringan mioma
itu sendiri dijumpai penurunan secara bermakna konversi estradiol menjadi
estron dan selanjutnya oleh 17 a-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 1, estron
diubah menjadi estradiol. Oleh enzim 17 a-hidroksisteroid dehidrogenase tipe
2, estradiol diubah lagi menjadi estron. Seperti telah dijelaskan, bahwa
estradiol merupakan estrogen kuat dan estron merupakan estrogen yang
lemah. Peningkatan aktivitas enzim aromatase dan enzim 17 a-hidroksisteroid
dehidrogenase tipe 1, menyebabkan mioma uteri bertambah besar dan
defisiensi enzim 17 a-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 2 juga menyebabkan
pertumbuhan mioma uteri. Selain itu, pada mioma uteri ditemukan kadar
reseptor estrogen yang lebih tinggi dibandingkan di dalam miometrium. Awal
mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel
miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan pada kromosom, baik
secara parsial maupun secara keseluruhan.8
10
Gambar 1. Klasifikasi Mioma Uteri7
O-Other
11
3 = Kontak dengan endometrium, 100% intramural
4 = Intramural
5 = Subserosal, ≥50% intramural
6 = Subserosal, <50% intramural
7 = Subserosal, bertangkai
8 = Lainnya (misalnya serviks, parasitik)
12
miometrium yang kekurangan oksigen akan mensintesis matrix ekstraselular
yang akan mengakibatkan stimulus berlebihan pertumbuhan fibroblast.8
5. Teori Cell nest atau teori genitoblast
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
maupun tempat lain dalam abdomen. Efek fibrimatosa dapat dicegah dengan
dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puuka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada
miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari sel
otot yang matur.4
Perubahan sekunder pada mioma uteri terjadi karena berkurangnya aliran
darah pada mioma. Perubahan sekunder antara lain:4
1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil
2. Degenerasi hialin : sering terjadi pada wanita usia lanjut dimana mioma
kehilangan struktur aslinya
3. Degenerasi membatu sering terjadi pada usia lanjut dimana karena aliran
darah yang berkurang, terjadi pengendapan garam kapur pada mioma
sehingga mioma menjadi keras, memberikan bayangan pada foto rontgen
4. Degenerasi kistik dimana sebagian mioma menjadi cair, sehingga membentuk
ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan
dengan kista ovarium dan kehamilan.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration)
Biasa terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan
karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan tampak mioma seperti daging merah akibat pigmen hemosiderin
dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,. Penampilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Walaupun mioma adalah suatu yang umum, relatif sedikit menyebabkan
gejala yang secara nyata. Dimana gejala yang muncul tergantung kombinasi
dari ukuran, jumlah, dan lokasi dari mioma itu. Secara umum mioma tumbuh
sebagai hasil dari rangsangan estrogen yang muncul sampai menopause.
Selanjutnya mioma uteri yang sebelumnya tidak bergejala mungkin tumbuh
menjadi bergejala. Sebaliknya beberapa mioma mulai mengecil seiring
13
perubahan rangsangan estrogen dan gejala mioma secara spontan berkurang
setelah menopause.9
Penekanan dan gejala nyeri biasanya merupakan hasil efek dari massa
tumor. Ini bisa ditemui dari suatu mioma tunggal yang besar atau dari
kombinasi dari mioma multiple yang berukuran kecil. Mioma uteri bisa
tumbuh menjadi lebih besar mendekati ukuran kehamilan aterm. Beberapa
mioma bisa menekan ureter dan bisa menyebabkan hidronefrose dan yang
sangat jarang menyebabkan obstruksi ureter. 9
Perdarahan abnormal biasanya merupakan hasil dari distorsi dari kavum
endometrial oleh mioma, beberapa pasien terjadi perdarahan menstruasi yang
banyak atau menoragia dari mioma tunggal, kecil sesuai letak miomanya.
Mioma submukosa sewaktu-waktu bisa prolaps melewati serviks dan
mungkin tidak akan bergejala ataupun bisa menyebabkan perdarahan yang
banyak. 8
Nyeri akut dari mioma tidak sering dan biasanya pada mioma yang
bertangkai 1 atau 2. Beberapa mioma pedunculata bisa mengalami torsi yang
menyebabkan nyeri yang hebat seperti torsi dari ovarium. Mioma yang besar
bisa juga menjadi infark (degenerasi) yang bisa menyebabkan nyeri yang
hebat. 9
14
adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya. Perdarahan abnormal
biasanya merupakan hasil dari distorsi dari kavum endometrial oleh
mioma, beberapa pasien terjadi perdarahan menstruasi yang banyak
atau menoragia dari mioma tunggal, mioma tunggal kecil sesuai letak
miomanya. Mioma submukosa sewaktu-waktu bisa prolaps melewati
serviks dan mungkin tidak akan bergejala ataupun bisa menyebabkan
perdarahan yang banyak.
2. Penekanan pada pelvis disertai nyeri
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Mioma yang besar dapat menekan organ lain yang berdekatan
dengannya seperti kandung kemih dan usus yang menyebabkan
penekanan dan rasa nyeri. Mioma yang besar cenderung mengakibatkan
gejala yang lebih buruk, dimana nyeri akibat penekanan terhadap urat
syaraf yang menjalar ke pinggang dan tungkai bawah juga bila menekan
pembuluh darah pelvis yang berakibat edema tungkai atau varises.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria,
pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis terutama jika uterus
membesar melewati pinggir atas pelvis. Juga dapat menyebabkan
obstipasi pada penekanan rektum.
3. Infertilitas
Ditemukan sekitar 3% infertilitas yang disebabkan hanya oleh
mioma. Infertilitas dapat terjadi apabila mioma intra mural yang
menutup saluran endoserviks, menutup atau menekan tuba pars
interstisialis, atau perubahan pada endometrium (menjadi tipis)
sehingga implantasi terganggu. Abortus oleh karena mioma
submukosum karena terjadi distorsi rongga uterus. Apabila penyebab
lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab
infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi. Nyeri akut dari mioma tidak sering dan biasanya pada
mioma yang bertangkai satu atau dua. Beberapa mioma pedunculata
bisa mengalami torsi yang menyebabkan nyeri yang hebat. Seperti torsi
dari ovarium, mioma yang besar bisa juga menjadi infark (degenerasi)
yang bisa menyebabkan nyeri yang hebat.
15
3.6 Diagnosis Mioma
1) Anamnesis
Keluhan mioma disingkat dengan FIBROIDS10
F : Frekuensi dan retensio urin, hidronefrosis
I : Iron deficiency anemia
B : Bleeding abnormalities (menoragia, metroragia, menometroragia,
post coital spotting), bekuan darah
R : Reproductive difficulties (disfungsi labor, prematur labor/delivery, fetal
malpresentation, peningkatan kebutuhan seksio sesaria)
O : Obstipation and rectal pressure
I : Infertility (gagal implantasi, abortus spontan)
D : Dysmenorea, dispareunia
S : Symptompless/ tidak ada gejala (paling banyak)
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :11
a. Faktor-faktor risiko terjadinya mioma uteri. Seperti:
- Umur: Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia
diatas 40 tahun.
- Menarche dini : Menarche dini (< 10 tahun) meningkatkan resiko
kejadian mioma 1,24 kali.
- Ras: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-
Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma
uteri dibandingkan dengan wanita Caucasian.
- Riwayat keluarga: jika memiliki riwayat keturunan yang menderita
mioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar.
- Kehamilan: semakin besar jumlah paritas, maka akan menurunkan
angka kejadian mioma uteri.
- Makanan : Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan
hubungan antara makanan dengan prevalensi atau pertumbuhan
mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui
dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan
dengan mioma uteri
- Kebiasaan merokok: Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri.
Diterangkan dengan penurunan bioaviabilitas esterogen dan
penurunan konversi androgen menjadi estrogen dengan penghambatan
enzim aromatase oleh nikotin.
b. Gejala dan tanda
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
16
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul yaitu:12
1) Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat
juga terjadi metroragia yang paling banyak terjadi. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :12
a) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b) Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
c) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik
2) Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Namun gejala-gejala
tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri.
3) Gejala dan tanda penekanan (Pressure Effects) yang tergantung pada besar
dan tempat mioma uteri. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri,
retention urine, obstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Pada penderita dengan uterus fibroid tidak dapat dipastikan apakah akan
mempengaruhi tingkat kesuburan atau tidak. Fibroid hanya akan
mempengaruhi fertilitas hanya berkisar 2-3% kasus. Seberapa besar pengaruh
fibroid terhadap kehamilan atau kejadian abortus tergantung dari luasnya
fibroid menyebabkan distorsi dinding uterus. Dengan adanya fibroid akan
mencegah proses implamantasi pada dinding uterus.
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung pada
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar, dan jumlah mioma. Hanya lebih
kurang 20-50% saja mioma menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak
mengeluh keluhan apapun. Tidak ada korelasi antara besarnya sebuah mioma
dengan keluhan yang muncul. 1
Hipermenorea, menoragia dan metroragia merupakan gejala klasik
dari mioma uteri. Mioma submukosum merupakan jenis mioma yang paling
sering menimbulkan perdarahan. Perdarahan terjadi akibat permukaan
endometrium yang melebar, serta adanya ulkus mukosa di atas mioma
submukosum. Penyebab lain dari perdarahan adalah gangguan kontraktilitas
uterus, kompresi pleksus vena di sekitar jaringan, sehingga terjadi kongesti
dan pelebaran pembuluh darah.11
17
Keluhan lain yang dirasakan adalah keluhan akibat penekanan mioma
terhadap organ di sekitarnya. Dismenorea, nyeri perut bagian bawah, serta
nyeri pinggang ditemukan pada sekitar 65% wanita. Keluhan seperti ini sulit
untuk dibedakan dengan keluhan akibat endometriosis, karena mioma uteri
sering muncul bersamaan dengan endometriosis. Tergantung dari lokasi dan
arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih, ureter dan usus dapat
terganggu oleh mioma tersebut. Timbul keluhan berupa nyeri suprasimfisis,
polakisuri, inkontinensia urin, atau timbul hidroureter/hidronefrosis. Pada
keadaan tertentu, mioma uteri dapat menimbulkan keadaan akut abdomen,
seperti terjadinya putaran tangkai, rupturnya kapsul dari bonggol otot mioma
yang disertai dengan perdarahan, serta akibat terjadinya infeksi pada jaringan
mioma. Kadang-kadang (sangat jarang) ditemukan ascites dan polisitemia.
Polisitemia disebabkan oleh meningkatnya pembentukan eritopoietin (EPO)
di dalam mioma. Selain di dalam mioma uteri, maka EPO dapat juga
diproduksi di tumor ginjal, dan kista dermoid.Error: Reference source not
found
Seperti halnya endometriosis, maka mioma uteri dapat juga
menyebabkan infertilitas pada 27-55% wanita. Mekanisme terjadinya
infertilitas oleh mioma uteri adalah:
Obstruksi mekanik dari serviks atau tuba
Perubahan pada bentuk kavum uterus (penambahan panjang
uterus)
Iritasi pada mioma akibat perubahan degenerasi
Kontraktilitas uterus terganggu
Gangguan vaskularisasi endometrium dan gangguan
endokrinologik endometrium
Bila terjadi kehamilan, maka mioma akan memberikan masalah lagi,
yaitu meningkatnya kejadian abortus (41%), munculnya his lebih awal, atau
his yang tidak terkordinasi, lahir prematur, obstruksi kanalis servikalis,
kelainan letak bayi, serta perdarahan postpartum. 10
Diagnosis mioma uteri secara klinis tidak begitu sulit. Dengan
anamnesis, pemeriksaan inspekulo dan palpasi bimanual sudah dapat
menegakkan diagnosis, namun kadang-kadang terjadi kesulitan juga dalam
menegakkan diagnosis mioma uteri. Pada keadaan seperti ini dapat digunakan
alat bantu tambahan seperti USG. Dengan USG diketahui besarnya mioma,
jumlah mioma dan lokasi dari mioma uteri. Error: Reference source not found1
18
Dengan USG dopler dapat diketahui secara tepat vaskularisasi dari
mioma uteri. Bila dengan palpasi dan dengan USG masih menimbulkan
keraguan dalam menegakkan diagnosis, maka perlu digunakan metode
operatif seperti histeroskopi dan laparoskopi. Dengan adanya histeroskopi dan
laparoskopi, maka diagnosis mioma uteri dengan menggunakan
histeroskopisalpingografi (HSG) sudah jarang digunakan. MRI juga dapat
Error:
digunakan untuk mendiagnosis mioma, namun biayanya relatif mahal.
Reference source not found
3.8 Penatalaksanaan
Tidak semua mioma yang menimbulkan gejala. Sering ditemukan
mioma dengan gejala-gejala seperti tersebut di atas, tetapi hanya
membutuhkan terapi medisinal saja. Pada banyak kasus gejalanya adalah
perasaan tidak menyenangkan dan tidak enak tapi tidak ada masalah dengan
kesehatannya. 12
Perencanaan yang mungkin dapat dilakukan sebagai penatalaksanaan
kelainan ini adalah: 7
1. Konservatif
Ukuran uterus kecil dari kehamilan 12 minggu
55 % mioma tidak perlu tindakan apapun
Yang penting pemeriksaan periodic setiap 3-6 bulan , bila
mendadak membesar harus ditindak.
2. Medikamentosa
19
Supresi estrogen dengan tujuan menurunkan pengaruhnya pada
mioma uteri, yaitu memakai gonadotropin releasing hormone agonist
(GnRHa). Terapi ini digunakan pada kasus perimenopausal, sebagai
terapi sementara menjelang menopause alamiah terjadi. Juga dipakai 3-
6 bulan menjelang histerektomi akan dilakukan, dimana di samping
memperkecil ukuran uterus, 40-60% juga meminimalkan perdarahan
saat operasi. Kerja GnRHa ini mengatur reseptor gonadotropin di
hipofise dan menekan aktifitas gonad, termasuk produksi estrogen.
Pemakaian obat ini membuat wanita amenore, merubah endometrium
menjadi inaktif dan menimbulkan gejala menopause. 13
GnRH agonist (GnRHa). Didasarkan pada leimioma uteri terdiri
atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa
yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi
sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leimioma. 13
Pemberian GnRHa selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam
keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberiannya
dihentikan, leimioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh
estrogen, oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen
dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma
uteri sering mengalamui menopause yang terlambat. 13
3. Operatif
Merupakan pilihan pada:
Ukuran sebesar gravida > 12-14 minggu, pertumbuhan cepat, tanpa
gejala.
‘Mioma serviks : bila ukurannya lebih dari 3-4 cm harus diangkat.
Mioma paska menopause menjadi besar, curigai sebagai
leimiosarkoma dan segera ditindak
Mioma intramural/subserosa, hanya diangkat bila besarnya lebih
dari pemeriksaan fisik uterus gravida 14 minggu atau multiple atau
terjadi torsi.
Jenis tindakan opersi yang dipilih :
Miomektomi 14
Miomektomi adalah pengangkatan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada
20
mioma submukosum. Pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi
lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai (pedunculated subserous
tumour). Jadi miomektomi dilakukan bila fungsi reproduksi
diperlukan dan secara teknis memungkinkan.
Histerektomi totalis dan supravaginalis 11
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Keputusan untuk dilakukannya pada
mioma uteri biasanya didasarkan pada kebutuhan untuk pengobatan
gejala perdarahan uterus abnormal, nyeri pelvis, atau penekanan
pada pelvis. Indikasi lain termasuk pertumbuhan mioma yang
cepat, kompresi ureter atau pembesaran mioma pada menopause.
Indikasi untuk histerektomi pada mioma uteri adalah:
- Mioma yang besar dan multiple
- Pertumbuhan mioma yang cepat
- Histerektomi totalis sebaiknya jika:
- Fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi
- Pertumbuhan mioma yang cepat
- Terdapat perdarahan yang membahayakan
4. Observasi
Pada sebagian besar kasus, pengobatan tidak diperlukan setelah
diagnosis mioma uteri ditegakkan. Terutama pada pasien asimptomatik,
ukuran tumor kecil (kurang dari ukuran uterus hamil 3 bulan) atau post
menopause. Pada pasien ini hanya perlu pemeriksaan setial 3-6 bulan
21
untuk menilai pertumbuhan dan komplikasi yang ditimbulkan.
Perdarahan uterus abnormal mengharuskan untuk dilakukan kuretase,
tetapi jika tidak ditemukan keganasan, biasanya perdarahan dapat
dikontrol dengan terapi penunjang atau penataan endokrin. Bila uterus
ukurannya kurang atau sama dengan kehamilan 12 minggu, tanpa
penyulit yang lain. Tidak semua mioma yang menimbulkan gejala.
Sering ditemukan mioma dengan gejala-gejala seperti tersebut di atas,
tetapi hanya membutuhkan terapi medisinal saja. Pada banyak kasus
gejalanya adalah perasaan tidak menyenangkan dan tidak enak tapi
tidak ada masalah dengan kesehatannya.
5. Radioterapi
Hanya dilakukan pada wanita yang tidak mungkin untuk
diopersi
Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
Bukan dari jenis mioma submukosum
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum.
Tidak dilakukan pada wanti muda oleh karena dapat terjadi
menopause prekok
22
Gambar 3. Algoritma Penatalaksanaan Mioma 14
23
Gambar 4. Tatalaksana Simptomatik Mioma13
24
Gambar 5. Type 0 Mioma5
2. Mioma Tipe 1
Dalam sebagian besar kasus, miomektomi histeroskopi untuk mioma tipe 1
relatif mudah untuk ahli bedah yang berpengalaman, terutama dalam kasus mioma
tipe 1 kurang dari 3 cm. Jika mioma adalah tipe 1 tetapi lebih besar dari 3 cm, atau
jika pasien datang dengan anemia, diindikasikan terapi medis pra-histopatologi
(SPRMs atau GnRH agonis). 5
25
26
Gambar 6. Type 1 Mioma5
3. Mioma tipe 2 atau Mioma tipe 2-5.
Wanita muda usia reproduktif dan ingin hamil. Dalam kasus mioma tipe 2,
terapi medis (SPRMs) dapat diusulkan. Mioma sering berespons terhadap terapi
pra operasi ini dan penurunan ukuran. Pengurangan ini juga memungkinkan
pendekatan histeroskopi. Dalam beberapa kasus (jika mioma berregresi cukup
banyak sehingga mereka tidak lagi mendistorsi rongga uterus), pembedahan
mungkin tidak diperlukan. Jika mioma multipel (≥2) atau tipe yang berbeda (tipe
2-5), seperti yang sering diamati, terapi medis (SPRMs) dapat diberikan dalam
dua program tiga bulan, setelah pengobatan 2 siklus dlm 3 bulan ada 3
kemingkian hasil. 5
Hasil yang paling positif adalah regresi mioma sangat signifikan (> 50%
penurunan volume). Rongga rahim tidak lagi terdistorsi dan pasien dapat mencoba
untuk hamil secara alami atau menjalani teknik reproduksi dengan bantuan, jika
27
diindikasikan. Dalam rangkaian kehamilan kami, pasien dapat melakukan
hubungan seksual tanpa kondom atau memulai dengan stimulasi ovarium setelah
menstruasi kedua.5
Hasil kedua adalah regresi mioma signifikan (≥25% tetapi <50%).
Namun, dalam beberapa kasus, jika rongga uterus tetap terdistorsi atau jika mioma
tetap besar karena volume besar pada awal, indikasi untuk dilakukan operasi.
Dalam hal ini, operasi dapat dilakukan dengan pendekatan laparoskopi setelah
tingkat hemoglobin dinormalkan, menghindari laparotomi.5
Hasil yang paling buruk adalah respon terhadap terapi medis tidak
memadai. Dalam hal ini, diindikasikan tindakan operatif. Ketika tidak ada
keinginan segera untuk hamil, tidak ada kebutuhan mendesak untuk operasi
(bahkan jika rongga uterus tetap terdistorsi dan / atau mioma besar masih ada).
Dalam beberapa kasus, mioma akan menghilang. Dalam kasus kekambuhan dari
gejala, terapi medis dapat diinisiasi kembali. Miomektomi hanya harus
dipertimbangkan ketika pasien ingin hamil, dan jika benar-benar diperlukan sesuai
dengan lokalisasi dan volume.5
Telah diketahui secara luas bahwa tingkat kekambuhan mioma setelah
miomektomi dapat mencapai hampir 60% setelah selang waktu 4-5 tahun, dan
bahwa risiko pelvis adhesi adalah meningkat secara signifikan setelah
miomektomi berulang. Perawatan medis dengan SPRMs dapat bermanfaat, karena
terapi intermiten jangka panjang dapat membantu untuk menghindari atau
setidaknya menunda kebutuhan untuk operasi sampai pasien ingin hamil, Oleh
karena itu, pembedahan tetap diindikasikan hanya ketika pasien ingin hamil, dan
jika mioma besar (> 3-4 cm) mendistorsikan rongga uterus, karena ini bisa
menjadi penyebab infertilitasnya.5
28
Gambar 8. Tatalaksana mioma tipe 2-55
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada makalah ini dibahas sebuah kasus dari seorang pasien usia 35 tahun
yang didiagnosa dengan P1H1 anemia gravis ec PUA e.c mioma geburt. Setelah
mendapatkan perawatan untuk memperbaiki keadaan umum selama 3 hari,
dilakukan tindakan ekstirpasi mioma.
Penegakkan diagnosa mioma geburt pada pasien ini didasarkan kepada fakta-
fakta yang ditemukan pada saat pasien datang ke rumah sakit ditambah dengan
hasil pemeriksaan yang dilakukan dalam masa perawatan. Pasien pertama kali
datang dengan keluhan utama keluar darah dari kemaluan yang telah berlangsung
29
selama kurang lebih 2 hari. Keluhan perdarahan pervaginam ini tidak disertai
dengan keluhan bengkak ataupun nyeri pada abdomen.
Perdarahan dari kemaluan merupakan gejala yang paling sering muncul pada
penderita mioma (yaitu sekitar 30%). Perdarahan yang berlebihan biasanya terjadi
selama siklus menstruasi, dapat berupa perdarahan yang lebih banyak dan siklus
yang lebih panjang. Perdarahan berat ini biasanya terjadi pada penderita mioma
submukosa dan intramural. Gangguan perdarahan umumnya adalah hipermenore,
menoragia, dan dapat juga metrorragia. Perdarahan abnormal biasanya merupakan
hasil dari distorsi dari kavum endometrial oleh mioma. Mioma submukosa
sewaktu-waktu bisa prolaps melewati serviks dan bisa menyebabkan perdarahan
yang banyak.2
Setelah anamnesa, dalam kasus ini selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan massa dari palpasi abdomen. Namun
demikian, pada pemeriksaan inspekulo ditemukan massa sebesar telur ayam
berwarna merah disertai akumulasi darah fluksus di forniks posterior vagina.
Hasil pemeriksaan VT bimanual ditemukan massa tersebut memiliki tangkai yang
berasal dari kanalis servikalis dengan ukuran tangkai kira-kira sebesar jari
telunjuk. Pada saat pemeriksaan ukuran uterus dalam batas normal. Berdasarkan
fakta-fakta tersebut, secara klinis ditegakkan diagnosa mioma geburt.
Diagnosis mioma uteri secara klinis tidak begitu sulit. Dengan anamnesis,
pemeriksaan inspekulo dan palpasi bimanual sudah dapat menegakkan diagnosis,
namun kadang-kadang terjadi kesulitan juga dalam menegakkan diagnosis mioma
uteri. Pada keadaan seperti ini dapat digunakan alat bantu tambahan seperti USG.
Dengan USG diketahui besarnya mioma, jumlah mioma, dan lokasi dari mioma
uteri. Melalui pemeriksaan USG dopler dapat diketahui secara tepat vaskularisasi
dari mioma uteri. Umumnya pemeriksaan ultrasonografi sudah cukup untuk
mendiagnosis mioma uteri.3
Pada kasus ini, setelah pasien dirawat, lalu dilakukan pemeriksaan penunjang
diagnostik dengan USG abdomen. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran uterus
dan kedua ovarium dalam batas normal. Namun demikian, ditemukan gambaran
massa hiperekoik di bagian serviks dan vagina berukuran 3,28 x 4,06 cm sehingga
disimpulkan adanya suatu mioma geburt. Setelah diagnosa berhasil ditegakkan,
maka selanjutnya pasien dalam kasus ini diberikan penaganan. Tindakan
penanganan yang dijadikan pilihan adalah miomektomi/esktirpasi mioma.
30
Indikasi mayor dilakukannya tindakan pembedahan pada kasus mioma uteri
adalah adanya keluhan perdarahan yang berat, nyeri yang berat, pertumbuhan
tumor yang cepat, perkembangan ke arah keganasan, perubahan akibat reaksi
inflamasi dan adanya disfungsi organ-organ di sekitarnya seperti kandung kencing
dan usus, serta infertilitas (bila alasan yang lain telah disingkirkan). Beberapa
pilihan terapi mioma uteri adalah histerektomi, miomektomi, vaporisasi, miolisis,
kriomiolisis, atau embolisasi arteri uterina. 13
Tindakan miomektomi dapat dilakukan pada wanita usia di atas 35 tahun
yang memiliki indikasi jelas terapi pembedahan. Umumnya dilakukan pada nodul
mioma berukuran 2-5 cm, dimana fungsi reproduksi masih diperlukan dan secara
teknis dapat dikerjakan. Bila tidak terjadi perubahan selama 2 tahun pertama
menopause, keadaan ini memiliki risiko tinggi mengalami perkembangan ke arah
keganasan.14
Selain miomektomi, tindakan yang juga sering dilakukan pada kasus
mioma uteri adalah histerektomi. Histerektomi abdominal maupun vaginal
merupakan terapi defenitif mioma uteri pada wanita yang tidak lagi membutuhkan
fungsi reproduksi. Juga dilakukan pada mioma uteri yang tumbuh dengan cepat
atau menimbulkan gangguan perdarahan yang membahayakan jiwa (tindakan
hemostasis).Error: Reference source not found
Pada kasus ini, bila meninjau kepada karakteristik individu pasien, maka
pemilihan tindakan ekstirpasi mioma dapat dikatakan sudah tepat. Alasannya
adalah kebutuhan pasien akan fungsi reproduksinya. Pasien berusia 35 tahun dan
baru memiliki 1 orang anak. Oleh sebab itu, fungsi reproduksi pada pasien dengan
karakteristik individu seperti ini pada umumnya masih sangat penting lagi.
BAB V
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
2. Stewart EA. Uterine Fibroids. The New England Journal of Medicine. 2015.
372;17. p. 1646-55
4. Sarwono. Tumor jinak organ genitalia, tumor jinak miomterium. In: Ilmu
Kandungan. PT Bina Pustaka. 2011; Edisi ke 3, hal 274-9
5. Donnez. Uterine fibroid management: from the present to the future, : Marie-
Madeleine Dolmans in Human Reproduction Update.2016; pp. 1–22
32
8. Ciavattini, Giuseppe, Stortoni et all. Uterine Fibroids: Pathogenesis and
interactions with Endometrium and Endomyometrial Junction. In : Review
article : Hindawi Publishing Corporation Obstetrics and Gynecology
International Volume 2013, Article ID 173184, 11 pages
13. Sukhbir S.Singh,Liane Belland, Nicholas Leyland. The Past, Present, and
Future of Selective progesterone Receptor Modulators in The Management if
Uterine Fibroid. AJOG.2018;June: p.563-72
33