Anda di halaman 1dari 2

tidak sedikit.

Itu sebabnya menurut ketentuan Allah SWT, ibadah haji

Al
hanya wajib bagi mereka yang mampu.

Bukan harta sembarang harta melainkan harta yang halal. Satu


Bulletin hari beberapa abad silam ketika musim haji tiba, Ali Zaenal Abidin,
cucu Ali bin Abi Thalib yang juga seorang sufi berangkat menunaikan
haji bersama sahabatnya. Suatu saat mereka berdiri di sebuah bukit

Hikmah
dan menyaksikan lautan manusia yang sedang tawaf mengelilingi
ka’bah.
”Betapa banyak mereka yang melaksanakan haji tahun ini,” kata
si sahabat. ”Tapi sesungguhnya Cuma sedikit dari mereka yang
memenuhi dan menjawab panggilan Ilahi,” sahut Ali Zaenal, lalu
Edisi 53/14-01-05/03 Zulhijjah 1425 H beliau mengusap wajah sahabatnya itu. Maka seketika si sahabat
Diterbitkan oleh Pondok Pesantren Al Hikmah Pemenang Lobar NTB menggigil karena menyaksikan beberapa wajah jamaah haji itu
Telp. 641053 berubah menjadi wajah srigala (melambangkan kekejaman dan
penindasan), tikus (melambangkan kelicikan), anjing (melambangkan
tipu daya).
Haji, Sebuah Gladi Resik Sebanyak apapun kekayaan kita, saat menunaikan ibadah haji
kita hanya mengenakan dua helai kain ihram warma putih. Kain ihram
Ibadah haji dengan meninggalkan pekerjaan dan keluarga itulah lambang kain pembalut saat kita baru lahir, juga
sesungguhnya merupakan perjalanan sebagai tamu Allah, berziarah ke melambangkan kain kafan pembungkus jasad saat kita meninggal.
baitullah alias rumah Allah. Ibadah haji, sesungguhnya merupakan
gladi resik (latihan) untuk kembali pada Allah, “latihan kematian” Maka pantaskah kita kembali kepada Zat Yang Mahasuci dengan
untuk berjumpa dengan Allah SWT, bersimpuh di rumahNya yang suci, perbendaharaan harta yang tidak halal ? kita semua pastilah
membasahi pipi dengan linangan air mata penyesalan atas segala “merindukan “ saat untuk kembali kepada Allah SWT, karena kita
dosa, melantunkan permohonan ampunan kepadaNya. memang berasal dari Dia. “Rumah” dan “tanah air” kita yang hakiki
berada di sana. Karena itulah Allah SWT juga disebut Al Mashir alias
Haji merupakan ibadah yang membutuhkan banyak “tempat kembali”. Menurut Ibnu Arabi dalam kitab Al Futuhat Al
pengorbanan. Jamaah yang berniat untuk berhaji, otomatis siap pula Makiyyah kita akan kembali kepada Allah SWT dengan cara yang
meninggalkan sanak saudara dan kerabat, siap mengorbankan tenaga, berbeda. Ada yang kembali kepadaNya dengan cara terpaksa (ruju’
juga harta benda. Ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan dana idhtirari), ada juga yang kembali dengan sukarela (ruju’ akhtiyari).
Kelompok kedua inilah yang selalu menjaga kehalalan harta benda
dan senantiasa siap kembali kepadaNya.

Ya Allah karuniakanlah kepada kami kesempatan untuk berhaji


ke rumahMu yang suci, pada tahun ini atau tahun-tahun akan datang.
Mudahkanlah jalanku, sehatkanlah jasmani dan rohaniku,
lapangkanlah rizki yang halal. Berikanlah kepada kami kesempatan
untuk berziarah ke tempat-tempat mulia, termasuk ke makam
NabiMu, Muhammad rasulullah SAW. Amiiiin.

Anda mungkin juga menyukai