Identifikasi Pewarna
Identifikasi Pewarna
V. Prosedur
1 Eluasikan baku dan sampel pada KLT
Eluen
5 mL NH4OH p + 95 mL aquades + 2 g trinatrium sitrat
VI. Hasil
Sampel 1, sampel 2, sampel3, sampel 4 mengandung pewarna cormoisin,
brillian blue, tartrasin dan ponceau 4R
VII. Pembahasan
Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki
atau memberi warna pada makanan. Pewarna buatan memiliki kelebihan
yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya
memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi kelemahannya adalah
jika pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan
berbahaya
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi pewarna dengan
menggunakan kromatografi kertas pada beberapa sampel untuk
mengetahui jenis pewarna yang ada pada sampel. Prinsip kerjanya adalah
kromatography kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur).
Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari
bawah akan mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air (zat
pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil
Pada praktikum ini digunakan 5 pewarna baku yaitu baku
cormoisisn, baku tartrasin, baku brilliant blue, baku sunset yellow, baku
ponceau 4R. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa sampel 1,
sampel 2, sampel 3, dan sampel 4 mengandung pewarna cormoisisn ,
tartrasin, brilliant blue, dan ponceau 4R. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya noda yang terbentuk pada sampel sama dengan warna noda yang
terbentuk pada baku.
VIII. Kesimpulan
Pada identifikasi pewarna, Sampel 1, sampel 2, sampel3, sampel 4
mengandung pewarna cormoisin, brillian blue, tartrasin dan ponceau 4R
b. Bahan
1. Metanol
2. Etanol
3. Amonia
4. Kloroform
5. n butanol
6. NH4OH
7. Aquades
8. Heksan
9. Asam asetat
10. Sampel pemanis
11. Sampel pengawet(D5 dan D20)
V. Prosedur
A. Identifikasi pemanis
1. Baku dan sampel dieluasikan pada plat KLT
Eluen
n butanol : etanol : NH4OH : aquades = 40:4:1:9
B. Identifikasi pengawet
1. Baku dan sampel dieluasikan pada plat KLT
Eluen
heksan : asam asetat = 96 : 4
VI. Hasil
A. Identifikasi Pemanis
Rf baku siklamat =
= 0,48
Rf baku sakarin =
= 0,47
Rf sampel =
= 0,35
Rf baku – Rf sampel = 0,48 – 0,35
= 0,13 (<0,2)
Rf baku – Rf sampel = 0,47 – 0,35
= 0,12 (<0,2)
B. Identifikasi pengawet
Rf baku =
=
= 0,1142
Rf sampel 1 =
= 0,1
Rf sampel 2 =
= 0,1285
Rf baku – Rf sampel1 = 0,1142 – 0,1
= 0,0142 (<0,2)
Rf baku – Rf sampel D14 = 0,1142 – 0,1285
= 0,0143 (<0,2)
VII. Pembahasan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode memisahkan
dua senyawa dalam suatu sampel dengan menggunakan fase gerak (eluen)
dan fase diam (lempeng). Prinsip dari kromatografi yaitu adsorpsi dan
partisi. Dimana adsorpsi adalah penyerapan pada permukaan lempeng
sedangkan partisi yaitu pemisahan senyawa yang terkandung dalam
sampel.
Untuk identifikasi pemanis digunakan baku siklamat dan sakarin,
dengan eluen yang digunakan yaitu n butanol : etanol : NH4OH : aquades
dengan perbandingan 40:4:1:9. Nilai Rf baku siklamat yaitu 0,48 dan
nilai Rf baku sakarin yaitu 0,47. Diperoleh nilai Rf sampel yaitu 0,35 dan
selisih Rf sampel dengan Rf baku siklamat yaitu 0,13 dan selisih Rf
sampel dengan baku sakarin yaitu 0,12. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa sampel mengandung pemanis sakarin dan siklamat
dikarenakan selisih antara Rf sampel dan Rf baku <0,2.
Pada identifikasi pengawet digunakan larutan eluen yaitu heksan :
asam asetat dengan perbandingan 96 : 4. Penyinaran dengn sinar UV
diperoleh nilai Rf baku yaitu 0,1142, nilai Rf sampel 1 yaitu 0,1 dan Rf
sampel 2 yaitu 0,1285. Diperoleh selesih Rf sampel 1 dan Rf baku yaitu
0,0142 dan selesih Rf sampel 2 dan Rf baku yaitu 0,0143. Berdasarkan
hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel 1 dan sampel 2 mengandung
bahan yang sama dengan baku dikarenakan selisih Rf sampel dan baku
<0,2.
VIII. Kesimpulan
Pada identifikasi pengawet sampel 1 dan sampel 2 mengandung zat
yang sama dengan baku dan pada identifikasi pemanis sampel
mengandung sakarin dan siklamat.
VI. Hasil
A. Phenobarbital
Rf baku =
= 0,3857
Rf sampel F22 =
= 0,3142
Rf sampel F6 = 0 (tidak terbentuk noda pada KLT)
Rf baku – Rf sampel F22 = 0,3857 – 0,3142
= 0,0715 (<0,2)
B. Diazepam
Rf baku =
=
= 0,8428
Rf sampel D9 =
= 0,8357
Rf sampel D14 =
= 0,8428
Rf baku – Rf sampel D9 = 0,8428 – 0,8357
= 0,0071 (<0,2)
Rf baku – Rf sampel D14 = 0,8428 – 0,8428
= 0,000 (<0,2)
VII. Pembahasan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode yang paling
sering digunakan dalam skala laboratorium dalam memisahkan dua
senyawa dalam suatu sampel dengan menggunakan fase gerak (eluen) dan
fase diam (lempeng).
Pada identifikasi phenolbarbitol digunakan fase gerak yaitu etil
asetat : metanol : ammonia pekat dengan perbandingan 85 : 10 : 5. Nilai
Rf baku phenolbarbitol yaitu 0,3857. Pada sampel F22 diperoleh nilai Rf
0,3142 dan sampel F6 tidak terbentuk noda pada sampel. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang mengandung pheolbarbitol yaitu sampel
22 dikarenakan selisih antara Rf sampel dan Rf baku kurang dari 0,2.
Sedangkan pada identifikasi diazepam digunakan fase gerak yaitu
kloroform : metanol dengan perbandingan 10 :1. Rf baku sampel yaitu
0,8428; Rf sampel D9 0,8357 dan Rf sampel D14 yaitu 0,8428. Selisih
nilai Rf sampel dan Rf baku yaitu untuk sampel D9 0,0007 dan untuk
sampel D14 yaitu 0,0000. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa
kedua sampel mengandung diazepam dikarenakan selisih nilai Rf sampel
dan Rf baku <0,2.
VIII. Kesimpulan
Pada identifikasi phenolbarbito sampel yang menagndung
phenolbarbitol yaitu sampel F22 sedangkan pada identifiikasi Diazepam
sampel D9 dan sampel D14 mengandung diapezam.