Anda di halaman 1dari 21

LANGKAH LANGKAH MENYUSUSUN RAB

A. MENGHITUNG VOLUME PEKERJAAN


Menghitung volume pekerjaan diawali dengan mengidentifikasi setiap item pekerjaan
yang akan dilaksanakan (membaca gambar bestek yang disajikan sebagai kelengkapan
data dalam menghitung volume). Setiap proyek yang dilaksanakan tidak selalu sama
item pekerjaannya, ini tergantung dari beberapa aspek antara lain : jenis proyeknya,
lokasi pelaksanaan proyeknya, jenis peralatan yang digunakan, dan cara mengerjakanya.
Dasar menghitung volume adalah ilmu matematika sederhana (hitung luas, volume),
dan seorang estimator harus mampu membayangkan gambar yang disajikan dalam 2
dimensi (gambar bestek) menjadi bayangan nyata/ gambar 3 dimensi, sehingga dengan
kemampuan-kemampuan ini estimator tidak akan mengalami kesulitan untuk
mendapatkan/ menghitung volume suatu pekerjaan tersebut.

1. Pekerjaan Persiapan
a) Pembersihan lapangan (m2)
Dalam menghitung pembersihan biasa menggunakan satuan m2 atau lungsum (Ls).
Pada pembersihan lapangan ini yang dihitung meliputi: luas bangunan yang akan
dibangun (termasuk teras), Luas tritisan/ emperan, Luas area septictank

Area Septictank
Area Septicktank

Area Pembersihan Lapangan

TRITISAN

R.TIDUR TERAS BELAKANG


± 0.00 - 0.05
Area Tritisan/ Emperan
Area Pembersihan Lapangan
R.KELUARGA
± 0.00
Batas pekarangan

Batas pekarangan

R.TIDUR
KM ± 0.00
- 0.10

R.MAKAN
± 0.00

DAPUR
± 0.00
R.TAMU
± 0.00 Area Bangunan Utama
R.TIDUR

TERAS SAMPING
± 0.00
Area Pembersihan Lapangan
- 0.05
Tritisan
TRITISAN TERAS DEPAN
- 0.05

Area Tritisan/ Emperan


CARPORT
- 0.20 Area Pembersihan Lapangan
TAMAN DEPAN
- 0.25

Gambar 1.1. Area pembersihan

1
b) Pengukuran dan pasang bowplank (m1)
Perhitungan pasang bowplank dihitung tiap lajur pondasi dan tiap lajur
dikalikan 2, satuan yang digunakan dalam perhitungan pasang bowplank adalah m1.
Perhitungan pasang bowplank sebagai berikut:
Lajur arah horizontal (x) :ax2=C = 14 x 2 = 28 m1
Lajur arah Vertikal (Y) :bx2=D + = 7 x 2 = 14 m1 +
Jumlah =E = 42 m1

Papan Bowplank Garis As Bangunan

1
2
R.TIDUR TERAS BELAKANG
± 0.00 - 0.05
3
4
5
R.KELUARGA
± 0.00 R.TIDUR 6
KM ± 0.00
- 0.10
R.MAKAN 7
± 0.00 8

DAPUR 9
± 0.00 R.TAMU
± 0.00
10
TERAS SAMPING R.TIDUR
- 0.05 ± 0.00
11
12
13
TERAS DEPAN
- 0.05

14

Garis As Bangunan Papan Bowplank

1 2 3 45 6 7

Jarak papan bowplank/ patok sebagai bowplank, minimal berjarak 2 meter dari
rencana galian, hal ini dimaksudkan agar bowplank tidak rusak terkena galian tanah
(mengganggu galian tanah).
Gambar 1.2. Pasang bouwplank

2. Pekerjaan Tanah dan Pasir


a) Galian tanah pondasi (m3)
Galian pondasi umumnya tidak hanya satu bentuk, melainkan bervariasi,
bentuk galian pondasi menyesuaikan struktur tanah di lokasi proyek (keras, lunak,

2
pasir). Satuan dalam perhitungan galian pondasi adalah m3, beberapa bentuk macam
galian pondasi antara:

b b b
t

t
Panjang Pondasi = P Panjang Pondasi = P Panjang Pondasi = P
a a a

Galian Pondasi Tepi Galian Pondasi Tengah Galian Pondasi Teras

Gambar 2.1. Bentuk galian pondasi

𝑎+𝑏
Luas trapezium (galian pondasi tepi, tengah) = .𝑡 Luas = a . t
2
𝑎+𝑏
Volume trapezium =( . 𝑡 ) x panjang galian (P)
2

Perlu juga diperhatikan dalam perhitungan galian pondasi, apabila ada galian foot
plat, maka yang harus dihitung adalah galian pondasi foot plat terlebih dahulu baru
kemudian dihitung galian pondasi stall, agar tidak terjadi pengulangan perhitungan
volume galian.

b) Urug pasir bawah pondasi (m3)


Urug pasir bawah pondasi dihitung berdasarkan tebal urugan x lebar urugan x
panjang urugan, sehinggga satuannya adalah m3. Sebagai contoh tebal urug pasir
bawah pondasi = 0,1 m, lebar 0,8 m dan panjang urugan pondasi 20 m, jadi volume
urug pasir adalah = 0,1 m x 0,8 m x 20 m = 1.6 m3.

c) Urug tanah kembali (m3)


Perhitungan urug tanah kembali dapat dihitung dengan ½ x galian pondasi,
satuannya m3.

d) Urug pasir sirtu peninggian lantai (m3)


Peninggian lantai dihitung dalam satuan m3 , cara menghitungnya adalah Luas
lantai (m2) x tebal urugan (m).

3
e) Urug pasir bawah lantai (m3)
Urug pasir bawah lantai dihitung dalam satuan m3 , cara menghitungnya adalah
Luas lantai (m2) x tebal urugan (m)

Pas dinding 1Pc:3kp:10ps

Lantai keramik 300


300 mm
Sloof ( 200
400 )mm
± 0,00 ± 0,00
Rabat btn 75 mm
Urug pasir 100 mm

Pas bt quary
Urug tanah
1 : 3 : 10

Urug pasir
tebal 100 mm
30
700

4
3. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

Gambar 3.1 Potongan pasangan

a) Pasangan Batu Stampeng (m3)


Satuan untuk volume pas. batu stamping/ batu kosong adalah m3. Cara
menghitung volumenya adalah tinggi pas. batu x lebar pas batu x panjang total pas
batu. Contoh (lihat gambar 3.1) :
Tinggi pasangan: 0,2 m Lebar pasangan : 0,1 m Panjang pas.: 12 m
 0,2 m x 0,1 m x 12 m = 0,24 m3

5
b) Pasangan pondasi batu kali/ gunung 1:3:10
Satuan untuk volume pas. Pondasi batu dengan spesi adalah m3. Cara menghitung
volume = luas penampang pas. batu x panjang total pas batu

30 cm
Panjang pasangan = 12 m
0,3+0,7
( ) 𝑥 0,8 𝑥 12 = 4,8 m3
2

80 cm

70 cm

Gambar 3.1. Pasangan pondasi

c) Pasangan dinding ½ batu dengan spesi 1:3:10


Pasangan dinding ½ batu dihitung dalam satuan m2. Untuk memudahkan dalam
menghitung maka dihitung tiap lajur horizontal dan vertical. Cara menghitung volume
: (tinggi pas bata x panjang pas. bata) – lubang kusen. Contoh :

Gambar 3.2. Pasangan batu bata 1:3:10 dan pasangan tasram 1:3
d) Pasangan dinding tasram ½ batu (spesi 1:3)
Pasangan dinding ½ batu dihitung dalam satuan m2. Cara menghitungnya: tinggi
pas bata x panjang pas. Bata. Contoh (lihat gambar 3.2):

6
 0,3 x 2,7 = 0,81 m2.
e) Pasangan dinding roster
Pasangan dinding roster dihitung dalam satuan m2. Data yang diperlukan: tinggi
pas. roster x panjang pas. roster.

Gambar 3.3. Pasangan roster


f) Pasangan rollag bata tritisan
Pasangan rollag bata tritisan dihitung dalam satuan m2. Cara menghitungnya
seperti menghitung volume dinding, caranya : Lebar pas. bata x Panjang pas. Bata.
Misal panjang tritisan 12 m, lebar 1m (lihat gambar 3.4).
 1m x 12m = 12 m2.

Gambar 3.4. Plesteran rabat tritisan

g) Plesteran dinding 1:3:10 (m2)


Plesteran dinding ½ batu dihitung dalam satuan m2. Caranya:
tinggi plesteran (pas bata) x panjang plesteran (pas. Bata) x 2 sisi (Luar dan dalam).
atau 2 x volume pas batu bata 1:3:10.

h) Plesteran dinding tasram 1:3 (m2)


Plesteran dinding tasram dihitung dalam satuan m2. Caranya:tinggi plesteran (pas
bata) x panjang plesteran (pas. Bata) x 2 sisi (Luar dan dalam).

7
atau 2 x volume pas. Tasram 1:3.
i) Plesteran beton 1:3 (m2)
Plesteran daerah beton dihitung dalam m2. Caranya:
Panjang plesteran beton x Lebar plesteran beton
j) Sponengan (m1)
Volume sponengan adalah perhitungan volume pada keliling kusen x 2 sisi (luar
dan dalam), satuanya dalam m1.

Gambar 3.4. sponengan kusen

k) Plesteran rabat tritisan (m2)


Satuan volume pada plesteran rabat tritisan adalah m2. Caranya:
Lebar plesteran tritisan x panjang plesteran tritisan (keliling tritisan).
Untuk volume plesteran tidak dikalikan 2 sisi, karena hanya sisi atas saja yang
diplester

4. Pekerjaan Beton
a) Beton Sloof 15/20 ( dihitung dalam m3)

L = 0,15 x 0,20

= 0,03 m2

V sloof =L x Panjang total sloof


Gambar 4.1. Sloof 15/20

8
b) Beton kolom praktis 15/15 cm (dihitung dalam m3)

L = 0,15 x 0,15

= 0,0225 m2

V kolom praktis =L x Tinggi kolom x Jumlah kolom praktis

Gambar 4.2. Kolom 15/15

c) Beton kolom teras 20/20 cm (dihitung dalam m3)

L = 0,20 x 0,20

= 0,04 m2

V kolom teras =L x Tinggi kolomx Jumlah kolom teras

Gambar 4.3. Kolom 20/20

d) Beton konsol (dihitung dalam m3)

Gambar 4.4. Konsol


0,15 𝑥 0,25
L =( )𝑥 2 𝑚
2

Volume =L x 0,15 (m3)

e) Beton Ring balk 15/20 cm (dalam m3)


L = 0,15 x 0,20

V. ring balk =L x Panjang total

9
Gambar 4.5.Beton ring balk 15/20
f) Beton Duk (bawah kusen) campuran 1:3:5

Volume duk = (0,06 x 0,15 x 0,12) x jumlah duk kusen

Gambar 4.6.Beton duk

g) Beton bawah tegel keramik 1:3:5 (dihitung dalam m3) tebal 4 cm

Gambar 4.7. Lapis pas tegel keramik


V beton rabat = 0,04 x luas lantai
h) Beton rabat 1:3:5 (dihitung dalam m3)
Volum rabat beton = Luas tritisan x tebal beton rabat (4cm)

5. Pekerjaan Kayu
a) Kusen pintu dan jendela

10
Gambar 5.1. Rencana kusen pintu jendela
Sebagai langkah awal dalam menghitung volume kusen adalah memberikan
penomoran pada batang kayu yang sama (lihat gambar 5.1), setelah itu hitung
masing-masing panjang batang dan jumlah batang sesuai dengan penomoran batang,
kemudian dikalikan dengan luas penampang dari kusen (6/12) dan setiap batang
ditambah 10 % untuk toleransi bahan.Untuk mempermudah menghitung maka dibuat
tabel seperti dibawah ini (lihat tabel 5.1) :

b) Kusen Jendela

Gambar 5.2. Kusen Jendela


Caranya sama seperti pada langkah menghitung volume kusen pintu
jendelaSebagai langkah awal dalam menghitung volume kusen pintu dan jendela yaitu
memberikan penomoran pada batang kayu yang sama (lihat gambar 5.2), setelah itu
hitung masing-masing panjang batang dan jumlah batang sesuai dengan penomoran
batang, kemudian dikalikan dengan luas penampang dari kusen (6/12), dan setiap
batang ditambah 10 % untuk toleransi bahan.Untuk mempermudah menghitung maka
dibuat tabel seperti dibawah ini (lihat tabel 5.1) :

11
Tabel. 5.1. Perhitungan Kusen Pintu Jendela (gambar 5.1).

No Panjang btg ∑ btg Panjang btg + 10% Luas Penampang Volume


Sket rencana kusen
btg (m) (btg) (m) (m2) (m3)
1 3,40 1 3,74 0,0072 0,0269

2 3,20 1 3,52 0,0072 0,0253

3 2,44 1 2,68 0,0072 0,0193

4 2,27 2 4,99 0,0072 0,0359

5 1,98 3 6,53 0,0072 0,0470

Jumlah Volume Kusen 6/12 (untuk 1 buah kusen) 0,1546


Jumlah kebutuhan kusen 2 buah, sehingga volumenya menjadi 0,1546 x 2 0,3092

12
Tabel. 5.2. Perhitungan Kusen Jendela (gambar 5.2).

No Panjang btg ∑ btg Panjang btg + 10% Luas Penampang Volume


Sket rencana kusen
btg (m) (btg) (m) (m2) (m3)
1 1,78 2 3,92 0,0072 0,0282

2 1,58 1 1,74 0,0072 0,0125

3 2,00 3 6,60 0,0072 0,0475

Jumlah Volume Kusen 6/12 (untuk 1 buah kusen) 0,0882


Jumlah kebutuhan kusen 2 buah, sehingga volumenya menjadi 0,0882 x 3 0,2646

13
c) Daun Pintu (dihitung dalam m2)

L daun pintu = 0,082 x 2,02

= 0,16564 m2

Jika jumlah pintu 2 maka = 0,16564 x 2 bh

= 0,33128 m2

Gambar 5.3. Daun Pintu Panil


d) Daun Jendela Kaca (dihitung dalam m2)

Kaca dihitung luasannya (m2) = 1,32 x 0,60

= 0,792 m2 (untuk 1 jendela)

Jika jumlah jendela 4 maka = 0,792 x 4 bh = 3,168 m2

Gambar 5.3. Daun Pintu Panil


e) Jalusi (dihitung dalam m2)

Volume Jalusi = 0,12 x 0,72 = 0,0864 m2

Volume total = 0,0864 x jumlah jalusi

Gambar 5.4. Jalusi


f) Irung-irung pintu double inap
Dihitung dalam (m). Tiap batang panjangnya 2m.

Gambar 5.5. Irung-irung pintu

14
6. Pekerjaan Penutup Atap dan Pyan
a) Luas atap tipe kampong, (usuk dan reng di hitung dalam m2)

Luas atap (m2)


L =axb
L. Atap Total = 2 x L

Panjang lisplak (m1) = (4 x a) + (2 x b)

Genteng Kerpus (m1) = b

Plafon = Jika plafon miring lebar atau


panjangnya sesuai gambar

b) Luas atap tipe limasan, (usuk dan reng di hitung dalam m2)

Panjang lisplak (m1) = (2 x a) + (2 x c)

Genteng Kerpus (m1) = b + ( 4 x d )

Plafon = Jika plafon miring lebar atau


panjangnya sesuai gambar

1
L = 2 𝑥 𝑐 𝑥 𝑡 (𝑑𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟)  Luas Total = L x jumlah atap

𝑎+𝑏
L = 2
𝑥 𝑡 (𝑑𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟)  Luas Total = L x jumlah atap

c) Rangka Plafon dan penutup eternit (dihitung dalam m2)

15
Luas rangka plafon (m2)
L = 3 x 5 = 15 m2
Penutup Eternit (m2)
L = 3 x 5 = 15 m2

d) Nok, Gording, Jurai dan Mur Plat (dihitung dalam m3)

L = 0,08 x 0,12 = 0,0096 m2


V. Nok =L x Panjang Nok
V. Gording =L x Panjang Gording
V. Jurai =L x Panjang Jurai
V. Mur Plat =L x Panjang Mur Plat

e) Ruiter / Papan jengger (dihitung dalam m2)

L = 0,15 x Panjang Reuter/ Nok/ Jurai

f) Lisplank (dihitung dalam m2)

L = 0,20 x Panjang Tritisan

16
g) Kuda-Kuda (dihitung dalam m3)

Tiap panjang batang diukur dalam gambar (skala)

Tabel. Perhitungan 1 Buah Kuda-kuda kayu 8/12


Nomor Panjang Batang Jumlah Panjang Batang + 10% Penampang Volume
Batang (m) (bh) (m) (m2) (m3)
1 4,74 1 5,214 0,0096 0,0501
2 2,59 2 2,849 0,0096 0,0274
3 1,29 1 1,419 0,0096 0,0136
4 0,97 2 1,067 0,0096 0,0102
5 2,27 2 2,497 0,0072 0,0180

Jumlah kayu yang dibutuhkan untuk 1 buah kuda-kuda


0,1192
(seperti gambar diatas)

17
Untuk perhitungan 3 (tiga) buah kuda-kuda dengan bentuk dan ukuran yang sama maka hasil
perhitungan di atas dikalikan 3 (tiga) sehingga menjadi = 0,1192 x 3 = 0.3576 m3.

7. Pekerjaan Pasangan Tegel


a. Pasangan Tegel Lantai (dihitung dalam m2)
Luas = Luas lantai denah + teras
(Untuk ukuran tegel keramik 30x30 cm)

b. Pasangan Tegel KM/WC

c. Pasangan Tegel Teras

d. Pasangan Tegel Dapur

18
8. Pekerjaan Kaca dan Besi
a. Untuk pekerjaan kaca (dihitung dalam m2), diukur dalam gambar.

b. Begel dan baut


Untuk pekerjaan kuda-kuda tiap 1 (satu) buah kuda-kuda membutuhkan 15 kg begel dan
baut

9. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci


Setiap Daun Pintu dipasang = 3 Engsel H
Setiap Daun Jendela dipasang = 2 Engsel, 1 handel, 2 senit

10. Pekerjaan Pengecatan Kayu


a. Pengecatan Daun Pintu (dalam m2)

19
b. Pengecatan Daun Jendela (dalam m2)

c. Pengecatan Kusen (dalam m2)


Luas bidang cat

= 2 ( 0.12 + 0.06 ) x Tinggi/ Panjang kusen yang dicat

Untuk kusen yang nempel tembok

= ( 0.12 + 2. 0.06 ) x Tinggi/ Panjang kusen yang dicat

(semua ukuran dibuat dalam meter)

d. Pengecatan Jalusi
Pengecatan jalusi sesuai tipe jalusinya.

Luas bidang cat

= ( 0.12+2 ) x Panjang jalusi

(semua ukuran dibuat dalam meter)

20
e. Pengecatan Lisplank
Luas bidang cat

= 0,20 x panjang lisplank

f. Pengecatan Plepet Eternit

Luas bidang cat

= 0,04 x panjang Plepet

PROSEDUR PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN

A. BANGUNAN NEGARA :
Pada dasarnya,semua bangunan negara harus dibororngkan/dilelang atau ditender dengan cara
sesuai dengan macam dan besar/kecilnya banguanan tersebut.
Untuk bangunan yang mempunyai sifat khusus,misalnya pekerjaan patung-patung
monumen,ukiran-ukiran yang mempunyai nilai historis,tidak semua kontraktor dapat
melaksanakannya,oleh karena itu, tidak perlu ditempuh dengan pelelangan umum. Atau bangunan
biasa yang kecil,yang biayanya kurang dari Rp 20 juta, pihak pelelang diperbolehkan menunjuk
suatu kontraktor sebagai pelaksana atau pelelang dibawah tangan/penujukan langsung atas
persetujuan instansi yang mempunyai wewenang dalam pengesahan yang bersifat teknis,adalah
jawatan gedung-gedung negara daerah (Dep.PUTL). Sebaliknya,untuk bangunan negara yang cukup
besar,dengan biaya lebih dari Rp 20 juta,harus dilelangkan menurut cara-cara yang dapat
menunjukkan adanya persaingan yang dapat dipertanggungjawabkan,misalnya pelelangan terbatas
(pelelangan dengan undangan)

21

Anda mungkin juga menyukai