Anda di halaman 1dari 203

REKAPITULASI

PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN


Kegiatan : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara TA. 2016
Pekerjaan : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
Lokasi : Kecamatan Tana Lili
Volume : 4,00 M x 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker

No. Divisi Uraian Jenis Pekerjaan Jumlah Harga (Rp.)

1 DIVISI 1. UMUM 0,00

2 DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH 0,00

3 DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR 0,00

4 DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL 0,00

5 DIVISI 7. STRUKTUR (PLAT DUICKER 3 UNIT) 0,00

(A) Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) 0,00

(B) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) = 10% x (A) 0,00

(C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 0,00

(D) PEMBULATAN JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = ( C ) 0,00


Terbilang :
RUPIAH -

Masamba, ........................... 2016


Penawar,
PT/CV. .........................................

Nama Jelas. T. Tangan & Cap


Direktur/Direktris
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
Kegiatan : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara TA. 2016
Pekerjaan : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
Lokasi : Kecamatan Tana Lili
Volume : 4,00 M x 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker

Harga Jumlah
No. Mata Perkiraan
Uraian Sat. Satuan Harga-Harga
Pembayaran Kuantitas (Rupiah) (Rupiah)
a b c d e f=dxe
I. DIVISI 1. UMUM

- Mobilisasi & Demobilisasi Alat Ls 1,00 0,00 0,00

- Pengaman Lalulintas Ls 1,00 0,00 0,00

- Pembongkaran Gorong-Gorong (Existing) Unit 2,00 0,00 0,00

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 1 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 0,00

II. DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH

3.2.(2a) Timbunan Pilihan Untuk Plat Duicker M3 16,70 0,00 0,00


2
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan M 9.476,00 0,00 0,00

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 3 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 0,00

III. DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR


5.1.(2) Lapis Pondasi Atas Agregat Kelas B
M3 987,17 0,00 0,00
LPA , (L = 4 M, T = 12 Cm)
5.2.(2) Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal (Sirtu)
M3 1.233,96 0,00 0,00
LPB , (L = 4 M, T = 15 Cm)
5.2.(1) Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal (Sirtu)
M3 555,28 0,00 0,00
(Untuk Bahu Jalan, T = 27 Cm & L= 0,5 M x 2)

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 5 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 0,00

IV. DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL

6.1 (1)(b) Lapis Resap Pengikat Ltr 4.120,00 0,00 0,00

6.3(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC, L = 4.00 M, T = 6 Cm) Ton 1.146,54 0,00 0,00

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 6 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 0,00

V. DIVISI 7. STRUKTUR (PLAT DUICKER 3 UNIT)

7.1 (7a) Beton Mutu Sedang fc' = 20 Mpa (Plat Lantai & Blk Bantalan ) M3 10,59 0,00 0,00

7.1 (10) Beton Mutu Sedang fc' = 10 Mpa (Lantai dasar) M3 1,15 0,00 0,00

7.3 (1) Baja Tulangan U24 Polos Kg 1.078,03 0,00 0,00

7.9.(1) Pasangan Batu Kali Abutmen & Sayap (Inc. Plesteran/ Voegh) M3 43,66 0,00 0,00

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 7 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 0,00
Analisa EI-322

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 3.2.(2a) PERKIRAAN VOL. PEK. : 16,70
JENIS PEKERJAAN : Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian TOTAL HARGA (Rp.) : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 0,0672 0,00 0,00


2. Mandor (L03) Jam 0,0336 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Bahan Pilihan (M09) (M09) M3 1,1100 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN
1. Wheel Loader (E15) Jam 0,0085 0,00 0,00
1. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00
3. Motor Grader (E13) Jam 0,0040 0,00 0,00
3. Tandem (E17) Jam 0,0161 0,00 0,00
4. Water Tanker (E23) Jam 0,0070 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 3.2.(2a) Analisa EI-322
JENIS PEKERJAAN : Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Pekerjaan dilakukan secara mekanis
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi Jalan : baik
4 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 Jam
5 Faktor pengembangan bahan Fk 1,20 -
6 Faktor pengembangan bahan (padat ke asli) Fv 1,11 -
7 Tebal hamparan padat t 0,15 M
8 Berat volume bahan (lepas) D 1,60 Ton/M3

II. URUTAN KERJA


1 Whell Loader memuat ke dalam Dump Truck
2 Dump Truck mengangkut ke lapangan dengan jarak
sumber galian ke lapangan L 0,00 Km
3 Material dihampar dengan menggunakan tenaga manual/pekerja
4 Hamparan material disiram air dengan Watertank Truck
(sebelum pelaksanaan pemadatan) dan dipadatkan
dengan menggunakan Tandem Roller
5 Selama pemadatan sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan alat bantu

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA


1. BAHAN
1.a. Bahan pilihan = 1 x Fv (M09) 1,11 M3

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas Bucket V 1,50 M3
Faktor Bucket Fb 0,85 -
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Waktu sklus Ts1
- Muat T1 0,45 menit
Ts1 0,45 menit

Kapasitas Produksi / Jam = V x Fb x Fa x 60 Q1 117,58 M3


Fk x Ts1

Koefisienalat / M3 = = 1 : Q1
1 / Q1 (E15) 0,0085 Jam

2.b. DUMP TRUCK (E08)


Kapasitas bak V 3,50 M3
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Faktor Konversi asli ke lepas Fv2 1,25
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 0,00 Km / Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 0,00 Km / Jam
Waktusiklus : Ts2
- Waktu muat = = (V x 60)/(D x Fk x Q1) T1 0,93 menit
- Waktu tempuh isi = (L : v1) x 60 T2 0,00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : v2) x 60 T3 0,00 menit
- Lain-lain T4 2,00 menit
Ts2 2,93 menit

Kapasitas Produksi / Jam = V x Fa x 60 Q2 29,74 M3


D x Fv2 x Ts2

Koefisien Alat / m3 = 1 : Q2 (E08) 0,0336 Jam

Berlanjut ke halaman berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 3.2.(2a) Analisa EI-322
JENIS PEKERJAAN : Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. MOTOR GRADER (E13)


Panjang hamparan Lh 50,00 m
Lebar Efektif kerja Blade b 2,60 m
Lebar overlap bo 0,30 m Panduan
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,80 -
Kecepatan rata-rata alat v 4,00 Km / Jam
Jumlah lintasan n 4,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 2,00
Waktu siklus Ts3
- Perataan 1 kali lintasan = Lh : (v x 1000) x 60 T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 1,00 menit
Ts3 1,75 menit

Kapasitas Produksi/Jam = Lh x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x 60 Q3 252,00 M3


Ts3 x n

Koefisien Alat / m3 = 1 : Q3 (E13) 0,0040 Jam

2.d. TANDEM (E17)


Kecepatan rata-rata alat v 1,50 Km / jam
Lebar efektif pemadatan b 1,48 M
Jumlah lintasan n 8,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 2,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Waktu siklus Ts3
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kapasitas Prod./Jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa Q4 62,09 M3
n

Koefisien Alat / m3 = 1 : Q4 (E17) 0,0161 Jam

2.e. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume tangki air V 4,00 M3
Kebutuhan air / M3 material padat Wc 0,07 M3
Kapasitas pompa air pa 200,00 liter/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -

Kapasitas Produksi / Jam = pa x Fa x 60 Q5 142,29 M3


1000 x Wc

Koefisien Alat / m3 = 1 : Q5 (E23) 0,0070 Jam

2.f. ALAT BANTU


Diperlukan alat-alat bantu kecil Lump Sump
- Sekop = 3 buah

3. TENAGA
Produksi menentukan : DUMP TRUCK Q1 29,74 M3/Jam
Produksi Timbunan / hari = Tk x Q1 Qt 208,19 M3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 2,00 orang
- Mandor M 1,00 orang

Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0,0672 Jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0,0336 Jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

Berlanjut ke halaman berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 3.2.(2a) Analisa EI-322
JENIS PEKERJAAN : Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / M3.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 16,70 M3
Analisa EI-331
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 3.3.(1) PERKIRAAN VOL. PEK. : 9.476,00
JENIS PEKERJAAN : Penyiapan Badan Jalan TOTAL HARGA (Rp.) : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : M2 0 % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) jam 0,0024 0,00 0,00


2. Mandor (L02) jam 0,0006 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN
1. Motor Grader (E13) jam 0,0006 0,00 0,00
2. Vibro Roller (E19) jam 0,0005 0,00 0,00
2. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 3.3.(1) Analisa EI-331
JENIS PEKERJAAN : Penyiapan Badan Jalan
SATUAN PEMBAYARAN : M2 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Pekerjaan dilaksanakan hanya pada tanah galian
2 Pekerjaan dilakukan secara mekanis
3 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
4 Kondisi Jalan : jelek / belum padat
5 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 Jam

II. URUTAN KERJA


1 Motor Grader meratakan permukaan hasil galian
2 Sekelompok pekerja akan membantu meratakan
badan jalan dengan alat bantu

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA


1. BAHAN
Tidak diperlukan bahan / material

2. ALAT
2.a. MOTOR GRADER (E13)
Panjang operasi grader sekali jalan Lh 50,00 M
Lebar Efektif kerja Blade b 2,60 M
Lebae overlap bo 0,30
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,80 -
Kecepatan rata-rata alat v 4,00 Km / Jam
Jumlah lintasan n 4,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 2,00 lajur
Waktu siklus Ts1
- Perataan 1 kali lintasan = Lh : (v x 1000) x 60 T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 1,00 menit
Ts1 1,75 menit

Kapasitas Produksi / Jam = Lh x (N(b-bo)+bo) x Fa x 60 Q1 1.680,00 M2


n x Ts1

Koefisien Alat / m2 = 1 : Q1 (E13) 0,0006 Jam

2.b. VIBRATOR ROLLER (E19)


Kecepatan rata-rata alat v 4,00 Km / jam
Lebar efektif pemadatan b 1,48 M
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Lajur lintasan N 3,00
Lebar Overlap bo 0,30 M
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -

Kapasitas Produksi / Jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x Fa Q2 2.124,80 M2


n

Koefisien Alat / m2 = 1 : Q2 (E19) 0,0005 Jam


2.d. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil Lump Sum
- Sekop = 3 buah

3. TENAGA
Produksi menentukan : MOTOR GRADER Q1 1.680,00 M2/Jam
Produksi Pekerjaan / hari = Tk x Q1 Qt 11.760,00 M2
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4,00 orang
- Mandor M 1,00 orang

Koefisien tenaga / M2
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0,0024 Jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L02) 0,0006 Jam

Berlanjut ke halaman berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 3.3.(1) Analisa EI-331
JENIS PEKERJAAN : Penyiapan Badan Jalan
SATUAN PEMBAYARAN : M2 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / M2

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 9.476,00 M2
Analisa EI-512

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1.(2) PERKIRAAN VOL. PEK. : 987,17
JENIS PEKERJAAN : Lapis Pondasi Agregat Kelas B TOTAL HARGA : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) jam 0,0546 0,00 0,00


2. Mandor (L03) jam 0,0078 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Aggregat B M27 M3 1,1550 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN
1. Wheel Loader (E15) jam 0,0078 0,00 0,00
2. Dump Truck (E08) jam 0,0305 0,00 0,00
3. Motor Grader (E13) jam 0,0053 0,00 0,00
4. Tandem Roller (E17) jam 0,0067 0,00 0,00
5. Water Tanker (E23) jam 0,0141 0,00 0,00
6. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1.(2) Analisa EI-512
JENIS PEKERJAAN : Lapis Pondasi Agregat Kelas B
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : sedang
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Tebal lapis agregat padat t 0,12 M
6 Berat isi padat Bip 1,76
7 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
8 Proporsi Campuran : - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm 20-30 18,00 % Gradasi harus
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm 5-10&10-20 22,00 % memenuhi
- Fraksi lolos Scalping Screen 0 - 5 mm St 60,00 % Spesifikasi
9 Berat volume agregat (lepas) Bil 1,60 ton/m3
Faktor kehilangan - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm Fh1 1,05
Faktor kehilangan - Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm Fh2 1,05
Faktor kehilangan - Fraksi lolos Scalping Screen 0 - 5 mm Fh3 1,05

II. URUTAN KERJA


1 Wheel Loader mencampur dan memuat Agregat ke
dalam Dump Truck di Base Camp
2 Dump Truck mengangkut Agregat ke lokasi
pekerjaan dan dihampar dengan Motor Grader
3 Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank
Truck sebelum dipadatkan dengan Tandem
Roller
4 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan Alat Bantu
III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Agregat B = 1 M3 x (Bip/Bil) x Fh (M27) 1,1550 M3

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1,50 M3
Faktor bucket Fb 0,85 - lepas
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 - kondisi sedang
Waktu Siklus : Ts1
- Memuat dan lain-lain T1 0,45 menit panduan
Ts1 0,45 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 Q1 128,27 M3


Ts1 x Bip/Bil
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E15) 0,0078 jam

2.b. DUMP TRUCK (E08)


Kapasitas bak V 3,50 ton
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 0,00 KM/jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 0,00 KM/jam
Waktu Siklus :
- Waktu memuat = V x 60/Q1 x Bil T1 1,02 menit
- Waktu tempuh isi = (L : v1) x 60 menit T2 0,00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : v2) x 60 menit T3 0,00 menit
- dan lain-lain T4 2,00 menit
Ts2 3,02 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fa x 60 Q2 32,76 M3


Ts2 x Bip
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 - 0,0305 jam

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1.(2) Analisa EI-512
JENIS PEKERJAAN : Lapis Pondasi Agregat Kelas B
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. MOTOR GRADER (E13)


Panjang hamparan Lh 50,00 M
Lebar efektif kerja blade b 2,40 M
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata alat v 4,00 KM/jam
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan 1 x pp
Lajur lintasan N 3,00
Lebar Overlap bo 0,30 M
Waktu Siklus : Ts3
- Perataan 1 lintasan = Lh : (v x 1000) x 60 T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 1,00 menit
Ts3 1,75 menit

Kap. Prod. / jam = Lh x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x 60 Q3 187,82 M3


n x Ts3
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q3 (E13) 0,0053 jam

2.d. TANDEM ROLLER (E17)


Kecepatan rata-rata alat v 3,00 KM/jam
Lebar efektif pemadatan b 1,20 M
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 3,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap. Prod. / jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa Q4 149,40 M3


n
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q4 (E17) 0,0067 jam

2.e. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume tanki air V 4,00 M3
Kebutuhan air / M3 agregat padat Wc 0,07 M3
Kapasitas pompa air pa 100,00 liter/menit
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap. Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q6 71,14 M3


Wc x 1000
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q6 (E23) 0,0141 jam

2.g. ALAT BANTU Lump Sum


Diperlukan :
- Kereta dorong = 2 buah.
- Sekop = 3 buah.
- Garpu = 2 buah.

3. TENAGA
Produksi menentukan : WHEEL LOADER Q1 128,27 M3/jam
Produksi agregat / hari = Tk x Q1 Qt 897,91 M3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 7,00 orang
- Mandor M 1,00 orang

Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) : Qt - 0,0546 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt - 0,0078 jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1.(2) Analisa EI-512
JENIS PEKERJAAN : Lapis Pondasi Agregat Kelas B
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / M3.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 987,17 M3
Analisa EI-521

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.2,(1) PERKIRAAN VOL. PEK. : 555,28
JENIS PEKERJAAN : Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal TOTAL HARGA : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 0,0595 0,00 0,00


2. Mandor (L03) Jam 0,0085 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Sirtu (M16) M3 1,2586 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN
1 Motor Grader (E13) Jam 0,0024 0,00 0,00
2 Tandem Roller (E17) Jam 0,0059 0,00 0,00
3 Water Tanker (E23) Jam 0,0141 0,00 0,00
4 Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.2,(1) Analisa EI-521
JENIS PEKERJAAN : Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : sedang
4 Jarak rata-rata Quarry ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Tebal lapis Agregat padat t 0,27 M
6 Berat isi padat Bip 1,81 -
7 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 Jam
8 Berat isi agregat (lepas) Bil 1,51 ton/M3
Faktor kehilangan Sirtu (M16) Fh 1,05

II. URUTAN KERJA


1 Wheel Loader memuat Sirtu ke dalam Dump Truck
2 Dump Truck mengangkut Sirtu ke lokasi pekerjaan
dan dihampar dengan Motor Grader
3 Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank
Truck sebelum dipadatkan dengan Tandem
Roller
4 Selama pemadatan sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan alat bantu

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
Material Sirtu dari Quarry
Setiap 1 M3 Sirtu padat diperlukan : 1 x (Bip/Bil) x Fh (M28) 1,2586 M3 Agregat lepas

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1,50 M3 (lepas)
Faktor bucket Fb 0,85 - Pemuatan sedang
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Waktu siklus Ts1
- Muat T1 0,45 menit panduan
Ts1 0,45 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 Q1 117,71 M3


Ts1 x Bip/Bil
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E15) 0,0085 Jam

2.b. DUMP TRUCK (E08)


Kapasitas bak V 6,00 ton
Faktor Efisiensi alat Fa 0,80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 0,00 KM/jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 0,00 KM/jam
Waktu Siklus :
- Waktu memuat = (V x 60)/(Q1 x Bip) T1 1,69 menit
- Waktu tempuh isi = (L : v1) x 60 menit T2 0,00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : v2) x 60 menit T3 0,00 menit
- lain-lain T4 2,00 menit
Ts2 3,69 menit

Kap. Prod./jam = V x Fa x 60 Q2 43,12 M3


Ts2 x Bip
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 (E08) 0,0232 Jam

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.2,(1) Analisa EI-521
JENIS PEKERJAAN : Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. MOTOR GRADER (E13)


Panjang hamparan Lh 50,00 M
Lebar efektif kerja blade b 2,40 M
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata alat v 4,00 KM / Jam
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Lajur lintasan N 3,00
Lebar Overlap bo 0,30 M
Waktu Siklus Ts3
- Perataan 1 lintasan = (Lh x 60) : (v x 1000) T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 1,00 menit
Ts3 1,75 menit

Kap. Prod. / jam = Lh x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x 60 Q3 422,59 M3


n x Ts3
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q3 (E13) 0,0024 Jam

2.d. TANDEM ROLLER (E17)


Kecepatan rata-rata v 1,50 KM / Jam
Lebar efektif pemadatan b 1,20 M
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 3,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap.Prod. / jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa Q4 168,08 M3


n
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q4 (E17) 0,0059 Jam

2.e. WATERTANK TRUCK (E23)


Volume tangki air V 4,00 M3
Kebutuhan air / M3 agregat padat Wc 0,07 M3
Kapasitas pompa air pa 100,00 liter/menit
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap.Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q5 71,14 M3


Wc x 1000
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q5 (E23) 0,0141 Jam

2.g. ALAT BANTU


diperlukan : Lump Sum
- Kereta dorong = 2 buah
- Sekop = 3 buah
- Garpu = 2 buah

3. TENAGA
Produksi menentukan : WHEEL LOADER Q1 117,71 M3 / Jam
Produksi Agregat / hari = Tk x Q1 Qt 823,99 M3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 7,00 orang
- Mandor M 1,00 orang

Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0,0595 Jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0,0085 Jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.2,(1) Analisa EI-521
JENIS PEKERJAAN : Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / M3.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 555,28 M3
Analisa EI-522

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.2,(2) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.233,96
JENIS PEKERJAAN : Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal TOTAL HARGA : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) jam 0,0595 0,00 0,00


2. Mandor (L03) jam 0,0085 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Sirtu (M16) (M16) M3 1,2586 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN
1. Motor Grader (E13) jam 0,0043 0,00 0,00
2. Tandem Vibro Roller (E17) jam 0,0040 0,00 0,00
3. Water Tanker (E23) jam 0,0141 0,00 0,00
4. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.2,(2) Analisa EI-522
JENIS PEKERJAAN : Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : sedang
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Tebal lapis agregat padat t 0,15 M
6 Berat isi padat Bip 1,810 ton/m3
7 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
8 Proporsi Campuran : - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm A20-30 24,00 %
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm A5-10&10-20 21,24 %
- Fraksi lolos Scalping Screen 0 - 5 mm PU 54,76 %
9 Berat Isi lepas Bil 1,510
Faktor kehilangan - Lapis Pondasi Agregat Fh1 1,05

II. URUTAN KERJA


1 Wheel Loader memuat Sirtu ke dalam Dump Truck
2 Dump Truck mengangkut Sirtu ke lokasi pekerjaan
dan dihampar dengan Motor Grader
3 Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank
Truck sebelum dipadatkan dengan Tandem
Roller
4 Selama pemadatan sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan alat bantu

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA


1. BAHAN
Lps Pondasi Agr = 1 M3 x (Bip/Bil) x Fh (M26) 1,258609272 M3

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1,50 M3 (lepas)
Faktor bucket Fb 0,85 - kondisi sedang
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Waktu Siklus :
- Memuat dan lain-lain Ts1 0,45 menit panduan

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 Q1 117,71 M3


Ts1 x Bip/Bil
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E15) 0,0085 jam

2.b. DUMP TRUCK (E08)


Kapasitas bak V 3,50 ton
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 0,00 KM/jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 0,00 KM/jam
Waktu Siklus :
- Waktu memuat = V x 60/Q1 x Bil T1 1,18 menit
- Waktu tempuh isi = (L : v1) x 60 menit T2 0,00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : v2) x 60 menit T3 0,00 menit
- lain-lain T4 2,00 menit
Ts2 3,18 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fa x 60 Q2 30,27 M3


Ts2 x Bip
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 (E08) 0,0330 jam

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.2,(2) Analisa EI-522
JENIS PEKERJAAN : Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. MOTOR GRADER (E13)


Panjang hamparan Lh 50,00 M
Lebar efektif kerja blade b 2,40 M
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata alat v 4,00 KM/jam
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Lajur lintasan N 3,00
Lebar Overlap bo 0,30 M
Waktu Siklus : Ts3
- Perataan 1 lintasan = Lh : (v x 1000) x 60 T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 1,00 menit
Ts3 1,75 menit

Kap. Prod. / jam = Lh x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x 60 Q3 234,77 M3


n x Ts3

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q3 (E13) 0,0043 jam

2.d. TANDEM VIBRO ROLLER (E17)


Kecepatan rata-rata alat v 4,00 KM/jam
Lebar efektif pemadatan b 1,20 M
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 3,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap. Prod. / jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa Q4 249,00 M3


n
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q4 (E19) 0,0040 jam

2.e. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume tanki air V 4,00 M3
Kebutuhan air / M3 agregat padat Wc 0,07 M3
Kapasitas pompa air pa 100,00 liter/menit
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap. Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q5 71,14 M3


1000 x Wc
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q5 (E23) 0,0141 jam

2.g. ALAT BANTU Lump Sum


Diperlukan :
- Kereta dorong = 2 buah.
- Sekop = 3 buah.
- Garpu = 2 buah.

3. TENAGA
Produksi menentukan : WHEEL LOADER Q1 117,71 M3/jam
Produksi agregat / hari = Tk x Q1 Qt 823,99 M3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 7,00 orang
- Mandor M 1,00 orang

Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0,0595 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0,0085 jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.2,(2) Analisa EI-522
JENIS PEKERJAAN : Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / M3.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.233,96 M3
Analisa EI-611a

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (1)(b) PERKIRAAN VOL. PEK. : 4.120,00
JENIS PEKERJAAN : Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi TOTAL HARGA (Rp.) : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : Liter % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 0,0021 0,00 0,00


2. Mandor (L03) Jam 0,0004 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Aspal Emulsi (M31) Kg 1,0403 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN

1. Asp. Distributor E41 Jam 0,0002 0,00 0,00


2. Compressor E05 Jam 0,0002 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (1)(b) Analisa EI-611a
JENIS PEKERJAAN : Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi
SATUAN PEMBAYARAN : Liter URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
4 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 Jam
5 Faktor kehilangan bahan Fh 1,03 -
6 Komposisi campuran :
- Aspal Emulsi Ae 100 % Bahan Aspal Emulsi
harus memenuhi
7 Berat isi bahan : spesifikasi
- Aspal Emulsi D1 1,01 Kg / liter

8 Bahan dasar aspal emulsi kationik / anionik


diterima di lokasi pekerjaan

II. URUTAN KERJA

1 Aspal Emulsi dimasukkan kedalam distributor aspal


2 Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu
dan kotoran dengan Air Compressor
3 Aspal Emulsi disemprotkan dengan Distributor Asphalt
ke atas permukaan yang akan dilapis.

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
Untuk mendapatkan 1 liter Lapis Resap Pengikat Aspal Emulsi
diperlukan : ( 1 liter x Fh ) PC 1,03 liter

1 Aspal Emulsi = Ae x PC x D1 (M10) 1,0403 Kg.

2. ALAT
2.a. ASPHALT DISTRIBUTOR (E41)
Lebar penyemprotan b 3,00 M
Kecepatan penyemprotan V 30,00 m/menit Asumsi Panduan
Kapasitas pompa aspal pas 100 liter/menit Sedang
Faktor effisiensi kerja Fa 0,80

Kap. Prod. / jam = pas x Fa x 60 Q1 4.800,00 liter

Koefisien Alat / Ltr = 1 : Q1 (E41) 0,0002 Jam

2.b. AIR COMPRESSOR (E05)

Kap. Prod. / jam = Asphalt Distributor Q2 4.800,00 liter

Koefisien Alat / Ltr = 1 : Q2 (E05) 0,0002 Jam

3. TENAGA
Produksi menentukan : ASPHALT DISTRIBUTOR Q4 4.800,00 liter
Produksi Lapis Resap Pengikat / hari = Tk x Q4 Qt 33.600,00 liter
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 10,00 orang
- Mandor M 2,00 orang

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (1)(b) Analisa EI-611a
JENIS PEKERJAAN : Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi
SATUAN PEMBAYARAN : Liter URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

Koefisien tenaga / liter :


- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0,0021 Jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0,0004 Jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / liter.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 4.120,00 Liter
Analisa EI-636a

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(6a) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.146,54
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Antara (AC-BC) TOTAL HARGA (Rp.) : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : Ton % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 0,2008 0,00 0,00


2. Mandor (L03) Jam 0,0201 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Lolos screen2 ukuran ( 9.5 - 19,0) M3 0,3481 0,00 0,00


2. Lolos screen2 ukuran ( 0 - 5) M3 0,3127 0,00 0,00
3 Semen (M05) Kg 9,4500 0,00 0,00
4 Aspal (M10) Kg 57,6800 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN
1. Wheel Loader E15 Jam 0,0096 0,00 0,00
2. AMP E01 Jam 0,0201 0,00 0,00
3. Genset E12 Jam 0,0201 0,00 0,00
4. Dump Truck E08 Jam 0,1101 0,00 0,00
5. Asphalt Finisher E02 Jam 0,0092 0,00 0,00
6. Tandem Roller E17 Jam 0,0090 0,00 0,00
7 P. Tyre Roller E18 Jam 0,0039 0,00 0,00
8 Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(6a) Analisa EI-636a
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Antara (AC-BC)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : rusak
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Tebal Lapis (AC) padat t 0,06 M
6 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 Jam
7 Faktor kehilanganmaterial : - Agregat Fh1 1,05 -
- Aspal Fh2 1,03 -
8 Berat isi Agregat (padat) Bip 1,81 ton/m3
9 Berat Isi Agregat (lepas) Bil 1,51 ton/m3
10 Komposisi campuran AC-BC :
- Agr Pch Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm 5-10&10-20 46,75 % Gradasi harus -
- Agregat Pecah Mesin 0 - 5 mm 0-5 46,75 % memenuhi -
- Semen FF 0,90 % Spesifikasi
- Asphalt As 5,60 %
- Anti Stripping Agent Asa 0,30 %As
11 Berat Isi bahan :
- AC-BC D1 2,32 ton / M3
- Agr Pch Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm D2 1,41 ton / M3
- Agr Pch Mesin 0 - 5 mm D3 1,57 ton / M3
12 Jarak Stock file ke cold bin l 0,05 km

II. URUTAN KERJA / METODE PELAKSANAAN


1 Wheel Loader memuat Agregat dan Asphalt ke dalam
Cold Bin AMP
2 Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan
dengan AMP untuk dimuat langsung ke dalam
Dump Truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan
3 Campuran panas AC dihampar dengan Finisher
dan dipadatkan dengan Tandem & Pneumatic
Tire Roller
4 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparaan dengan menggunakan
Alat Bantu

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
1.a. Agr 5-10 & 10-20 = ("5-10&10-20" x Fh1) : D2 (M92) 0,3481 M3
1.b. Agr 0-5 = ("0-5" x Fh1) : D3 (M91) 0,3127 M3
1.c. Semen = (FF x Fh1) x 1000 (M05) 9,4500 Kg
1.d. Aspal = (As x Fh2) x 1000 (M10) 57,6800 Kg

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1,50 M3
Faktor bucket Fb 0,85 -
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Waktu Siklus T1 + T2 + T3 Ts1 1,10 menit
- Kecepatan maju rata rata Vf 15,00 km/jam panduan
- Kecepatan kembali rata rata Vr 20,00 km/jam panduan
- Muat ke Bin = (l x 60) / Vf T1 0,20 menit
- Kembali ke Stock pile = (l x 60) / Vr T2 0,15 menit
- Lain - lain (waktu pasti) T3 0,75 menit
Ts1 1,10 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 x Bip Q1 104,48 ton


Ts1

Koefisien Alat/ton = 1 : Q1 (E15) 0,0096 Jam

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(6a) Analisa EI-636a
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Antara (AC-BC)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.b. ASPHALT MIXING PLANT (AMP) (E01)


Kapasitas produksi V 60,00 ton / Jam
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap.Prod. / jam = V x Fa Q2 49,80 ton

Koefisien Alat / ton = 1 : Q2 (E01) 0,0201 Jam

2.c. GENERATORSET ( GENSET ) (E12)


Kap.Prod. / Jam = SAMA DENGAN AMP Q3 49,80 ton
Koefisien Alat / ton = 1 : Q3 (E12) 0,0201 Jam

2.d. DUMP TRUCK (DT) (E08)


Kapasitas bak V 3,50 ton
Faktor Efisiensi alat Fa 0,80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 0,00 Km / Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 0,00 Km / Jam
Kapasitas AMP / batch Q2b 1,00 ton
Waktu menyiapkan 1 batch AC-BC Tb 1,00 menit
Waktu Siklus Ts2
- Mengisi Bak = (V : Q2b) x Tb T1 3,50 menit
- Angkut = (L : v1) x 60 menit T2 0,00 menit
- Tunggu + dump + Putar T3 15,00 menit
- Kembali = (L : v2) x 60 menit T4 0,00 menit
Ts2 18,50 menit

Kap.Prod. / jam = V x Fa x 60 Q4 9,08 ton


Ts2

Koefisien Alat / ton = 1 : Q4 (E08) 0,1101 Jam

2.e. ASPHALT FINISHER (E02)


Kecepatan menghampar V 5,00 m/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 - Normal
Lebar hamparan b 3,15 meter
Kap.Prod. / jam = V x b x 60 x Fa x t x D1 Q5 109,18 ton

Koefisien Alat / ton = 1 : Q5 (E02) 0,0092 Jam

2.f. TANDEM ROLLER (E17)


Kecepatan rata-rata alat v 1,50 Km / Jam
Lebar efektif pemadatan b 1,48 M
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan 2 awal & 4 Akhir
Jumlah lajur lintasan N 3,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 - Normal

Kap. Prod./jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x D1 Q6 110,91 ton


n
Koefisien Alat / ton = 1 : Q6 (E17) 0,0090 Jam

2.g. PNEUMATIC TIRE ROLLER (E18)


Kecepatan rata-rata v 2,50 KM / Jam
Lebar efektif pemadatan b 1,99 M
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Lajur lintasan N 3,00
Lebar Overlap bo 0,30 M
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap.Prod. / jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x D1 Q7 258,51 ton


n
Koefisien Alat / ton = 1 : Q7 (E18) 0,0039 Jam
ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(6a) Analisa EI-636a
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Antara (AC-BC)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.h. ALAT BANTU


diperlukan : Lump Sum
- Kereta dorong = 2 buah
- Sekop = 3 buah
- Garpu = 2 buah
- Tongkat Kontrol ketebalan hanparan

3. TENAGA
Produksi menentukan : AMP Q2 49,80 ton
Produksi AC-BC / hari = Tk x Q5 Qt 348,60 ton
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 10,00 orang
- Mandor M 1,00 orang

Koefisien Tenaga / ton :


- Pekerja = (Tk x P) / Qt (L01) 0,2008 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt (L03) 0,0201 Jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / TON

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.146,54 ton
Analisa EI-717a

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. :7.1 (7) a PERKIRAAN VOL. PEK. : 10,59
JENIS PEKERJAAN :Beton mutu sedang fc’= 20 MPa TOTAL HARGA (Rp.) : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN :M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja Biasa (L01) jam 1,3655 0,00 0,00


2. Tukang (L02) jam 1,3655 0,00 0,00
3. Mandor (L03) jam 0,6827 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Semen (M12) Kg 422,3000 0,00 0,00


2. Pasir beton (M01a) M3 0,5412 0,00 0,00
3. Agregat Kasar (M03) M3 0,7440 0,00 0,00
4. Kayu Perancah (M19) M3 0,1000 0,00 0,00
5. Paku (M18) Kg 0,8000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN

1. Conc. Mixer E06 jam 0,6827 0,00 0,00


2. Water Tanker E23 jam 0,0382 0,00 0,00
3. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. :7.1 (7) a Analisa EI-717a
JENIS PEKERJAAN :Beton mutu sedang fc’= 20 MPa
SATUAN PEMBAYARAN :M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima
seluruhnya di lokasi pekerjaan
4 Jarak rata-rata Base camp ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
6 Kadar Semen Minimum Ks 340 Kg/M3
7 Ukuran Agregat Maksimum Ag 19 mm
8 Perbandingan Air/Semen Maksimum Wcr 0,50 -
9 Perbandingan Camp. : Semen Sm 410,0 Kg/M3 Berdasarkan
: Pasir Ps 670,0 Kg/M3 JMF dari EE
: Agregat Kasar Kr 992,0 Kg/M3
10 Berat Isi :
- Beton D1 2,40 T/M3
- Semen D2 1,25 T/M3
- Pasir D3 1,30 T/M3
- Agregat Kasar D4 1,40 T/M3

II. URUTAN KERJA


1 Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk
menjadi beton dengan menggunakan Concrete Mixer
2 Beton di-cor ke dalam bekisting yang telah disiapkan
3 Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
1.a. Semen (PC) = Sm x 1.03 (M12) 422,300 Kg
1.b. Pasir Beton = (Ps/1000 : D3) x 1.05 (M01a) 0,5412 M3
1.c. Agregat Kasar = (Kr/1000 : D4) x 1.05 (M03) 0,7440 M3
1.d. Kayu Perancah dan/atau Bekisting (M19) 0,1000 M3
1.e. Paku (M18) 0,8000 Kg

2. ALAT
2.a. CONCRETE MIXER (E06)
Kapasitas Alat V 500,00 liter
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Waktu siklus : (T1 + T2 + T3 + T4) Ts
- Memuat T1 8,00 menit
- Mengaduk T2 4,00 menit
- Menuang T3 2,00 menit
- Tunggu, dll. T4 3,00 menit
Ts 17,00 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fa x 60 Q1 1,465 M3/jam


1000 x Ts

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E06) 0,6827 jam

2.b. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume Tanki Air V 4,00 M3
Kebutuhan air / M3 beton Wc 0,19 M3
Faktor Efiesiensi Alat Fa 0,83 -
Kapasitas pompa air Pa 100,00 liter/menit

Kap. Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q2 26,21 M3


1000 x Wc

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 (E23) 0,0382 jam

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. :7.1 (7) a Analisa EI-717a
JENIS PEKERJAAN :Beton mutu sedang fc’= 20 MPa
SATUAN PEMBAYARAN :M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume Tanki Air V 4,00 M3
Kebutuhan air / M3 beton Wc 0,19 M3
Faktor Efiesiensi Alat Fa 0,83 -
Kapasitas pompa air Pa 100,00 liter/menit

Kap. Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q3 26,21 M3


1000 x Wc

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q3 (E23) 0,0382 jam

2.c. ALAT BANTU


Alat bantu

3. TENAGA
Produksi Beton dalam 1 hari = Tk x Q1 Qt 10,25 M3

Kebutuhan tenaga : - Mandor M 1,00 orang


- Tukang Tb 2,00 orang
- Tk Batu = 1 1 Tk = 20 m3 btn
- Tk Kayu = 1 1 Tk = 2 m3 kayu
- Pekerja P 2,00 orang

Koefisien Tenaga / M3 :
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0,6827 jam
- Tukang = (Tk x Tb) : Qt (L02) 1,3655 jam
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 1,3655 jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / M3

6. MASA PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 10,59 M3
Analisa EI-7110

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. :7.1 (10) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1,15
JENIS PEKERJAAN :Beton mutu rendah fc’= 10 Mpa TOTAL HARGA (Rp.) : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN :M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) jam 1,3655 0,00 0,00


2. Tukang (L02) jam 1,3655 0,00 0,00
3. Mandor (L03) jam 0,6827 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Semen (M12) Kg 311,0600 0,00 0,00


2. Pasir beton (M01a) M3 0,5113 0,00 0,00
3. Agregat Kasar (M03) M3 0,9053 0,00 0,00
4 Kayu Perancah (M19) M3 0,0500 0,00 0,00
5 Paku (M18) Kg 0,4000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN

1. Conc. Mixer E06 jam 0,6827 0,00 0,00


2. Water Tanker E23 jam 0,0382 0,00 0,00
3. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. :7.1 (10) Analisa EI-7110
JENIS PEKERJAAN :Beton mutu rendah fc’= 10 Mpa
SATUAN PEMBAYARAN :M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima
seluruhnya di lokasi pekerjaan
4 Jarak rata-rata Base camp ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
6 Kadar Semen Minimum Ks 250 Kg/M3

7 Perbandingan Air/Semen Maksimum Wcr 0,60 -


8 Perbandingan Camp. : Semen Sm 302,0 Kg/M3 Berdasarkan
: Pasir Ps 633,0 Kg/M3 JMF dari EE
: Kerikil Pecah Kr 1.207,0 Kg/M3
9 Berat Isi :
- Beton D1 2,40 T/M3
- Semen D2 1,25 T/M3
- Pasir D3 1,30 T/M3
- Kerikil Pecah (Agregat Kasar) D4 1,40 T/M3

II. URUTAN KERJA


1 Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk
menjadi beton dengan menggunakan Concrete Mixer
2 Beton di-cor ke dalam bekisting yang telah disiapkan
3 Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
1.a. Semen (PC) = Sm x 1.03 (M12) 311,060 Kg
1.b. Pasir Beton = (Ps/1000 : D3) x 1.05 (M01a) 0,5113 M3
1.c. Kerikil Pecah = (Kr/1000 : D4) x 1.05 (M03) 0,9053 M3 Agregat Kasar
1.e. Kayu Perancah (M19) 0,0500 M3
1.f Paku (M18) 0,4000 Kg

2. ALAT
2.a. CONCRETE MIXER (E06)
Kapasitas Alat V 500,00 liter
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Waktu siklus : (T1 + T2 + T3 + T4) Ts
- Memuat T1 8,00 menit
- Mengaduk T2 4,00 menit
- Menuang T3 2,00 menit
- Tunggu, dll. T4 3,00 menit
Ts 17,00 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fa x 60 Q1 1,465 M3


1000 x Ts

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E06) 0,6827 jam

2.b. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume Tanki Air V 4,00 M3
Kebutuhan air / M3 beton Wc 0,19 M3
Faktor Efiesiensi Alat Fa 0,83 -
Kapasitas pompa air Pa 100,00 liter/menit

Kap. Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q2 26,21 M3


1000 x Wc

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 (E23) 0,0382 jam

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. :7.1 (10) Analisa EI-7110
JENIS PEKERJAAN :Beton mutu rendah fc’= 10 Mpa
SATUAN PEMBAYARAN :M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. ALAT BANTU (E20)


Alat bantu

3. TENAGA
Produksi Beton dalam 1 hari = Tk x Q1 Qt 10,25 M3

Kebutuhan tenaga : - Mandor M 1,00 orang


- Tukang Tb 2,00 orang
- Tk Batu = 1 1 Tk = 20 m3 btn
- Tk Kayu = 1 1 Tk = 2 m3 kayu
- Pekerja P 2,00 orang

Koefisien Tenaga / M3 :
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0,6827 jam
- Tukang = (Tk x Tb) : Qt (L02) 1,3655 jam
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 1,3655 jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,0 / M3

6. MASA PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1,15 M3
Analisa EI-731

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 7.3 (1) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.078,03
JENIS PEKERJAAN :Baja Tulangan U 24 Polos TOTAL HARGA (Rp.) : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : Kg % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja Biasa (L01) jam 0,1050 0,00 0,00


2. Tukang (L02) jam 0,0350 0,00 0,00
3. Mandor (L03) jam 0,0350 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Baja Tulangan (Polos) U24 (M39a) Kg 1,1000 0,00 0,00


2. Kawat Beton (M14) Kg 0,0025 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN

1. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 7.3 (1) Analisa EI-731
JENIS PEKERJAAN :Baja Tulangan U 24 Polos
SATUAN PEMBAYARAN : Kg URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Pekerjaan dilakukan secara manual
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Bahan dasar (besi dan kawat) diterima seluruhnya
di lokasi pekerjaan
4 Jarak rata-rata Base camp ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
6 Faktor Kehilangan Besi Tulangan Fh 1,10 -

II. URUTAN KERJA


1 Besi tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai
dengan yang diperlukan
2 Batang tulangan dipasang / disusun sesuai dengan
Gambar Pelaksanaan dan persilangannya diikat kawat

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
1.a. Baja Tulangan (Polos) U24 (M39a) 1,1000 Kg
1.b. Kawat beton (M14) 0,0025 Kg

2. ALAT
2.a. ALAT BANTU Ls
Diperlukan :
- Gunting Potong Baja = 2 buah
- Kunci Pembengkok Tulangan = 2 buah
- Alat lainnya

3. TENAGA
Produksi kerja satu hari Qt 200,00 Kg
dibutuhkan tenaga : - Mandor M 1,00 orang
- Tukang Tb 1,00 orang
- Pekerja P 3,00 orang

Koefisien Tenaga / Kg :
- Mandor = ( M x Tk ) : Qt (L03) 0,0350 jam
- Tukang = ( Tb x Tk ) : Qt (L02) 0,0350 jam
- Pekerja = ( P x Tk ) : Qt (L01) 0,1050 jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / Kg

6. MASA PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.078,03 Kg.
Analisa EI-791

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara


ITEM PEMBAYARAN NO. : 7.9.(1) PERKIRAAN VOL. PEK. : 43,66
JENIS PEKERJAAN : Pasangan Batu TOTAL HARGA (Rp.) : 0,00
SATUAN PEMBAYARAN : M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0,00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja Biasa (L01) jam 5,4618 0,00 0,00


2. Tukang (L02) jam 1,3655 0,00 0,00
3. Mandor (L03) jam 0,6827 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Batu Kali (M02) M3 1,1700 0,00 0,00


2. Semen (PC) (M12) Kg 176,0000 0,00 0,00
3. Pasir (M01) M3 0,5088 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN

1. Conc. Mixer (E06) jam 0,6827 0,00 0,00


2. Water Tanker (E23) jam 0,0014 0,00 0,00
3. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 0,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 0,00
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 7.9.(1) Analisa EI-791
JENIS PEKERJAAN : Pasangan Batu
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima
seluruhnya di lokasi pekerjaan
4 Jarak rata-rata Quarry ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
6 Perbandingan Pasir & Semen : - Volume Semen Sm 25 % Spec.
: - Volume Pasir Ps 75 % Spec.
7 Perbandingan Batu & Mortar :
- Batu Bt 65 %
- Mortar (campuran semen & pasir) Mr 35 %
8 Berat Jenis Bahan :
- Pasangan Batu Dengan Mortar D1 2,40 ton/M3
- Batu D2 1,60 ton/M3
- Adukan (mortar) D3 1,80 ton/M3
- Pasir D4 1,30 ton/M3
- Semen Portland D5 1,44 ton/M3

II. URUTAN KERJA


1 Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi
mortar dengan menggunakan Concrete Mixer
2 Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya
sebelum dipasang
3 Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
1.a. Batu -----> {(Bt x D1 x 1 M3) : D2} x 1.20 (M02) 1,1700 M3 Lepas
1.b. Semen ----> Sm x {(Mr x D1 x 1 M3} : D3} x 1.05 (M12) 0,1225 M3
x {D5 x (1000)} (M12) 176,00 Kg
1.c. Pasir -----> Ps x {(Mr x D1 x 1 M3) : D4} x 1.05 (M01) 0,5088 M3

2. ALAT
2.a. CONCRETE MIXER (E06)
Kapasitas Alat V 500,00 liter
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Waktu siklus : (T1 + T2 + T3 + T4) Ts
- Memuat T1 8,00 menit
- Mengaduk T2 4,00 menit
- Menuang T3 3,00 menit
- Tunggu, dll. T4 2,00 menit
Ts 17,00 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fa x 60 Q1 1,465 M3


1000 x Ts

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E06) 0,6827 jam

2.b. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume Tanki Air V 4,00 M3
Kebutuhan air / M3 beton Wc 0,007 M3
Faktor Efiesiensi Alat Fa 0,83 -
Kapasitas pompa air Pa 100,00 liter/menit

Kap. Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q2 711,43 M3


1000 x Wc

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 (E23) 0,0014 jam

Berlanjut ke hal. berikut.


PROYEK : 7.9.(1) Analisa EI-791
JENIS PEKERJAAN : Pasangan Batu
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. ALAT BANTU


Diperlukan :
- Sekop = 2 buah
- Pacul = 2 buah
- Sendok Semen = 2 buah
- Ember Cor = 2 buah
- Gerobak Dorong = 1 buah

3. TENAGA
Produksi menetukan : Produksi Concrete Mxer Q1 1,465 M3/Jam
Produksi Pasangan Batu dengan Mortar / hari = Tk x Q1 Qt 10,25 M3
Kebutuhan tenaga : - Mandor M 1,00 orang
- Tukang Batu Tb 2,00 orang
- Pekerja P 8,00 orang

Koefisien Tenaga / M3 :
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0,6827 jam
- Tukang = (Tk x Tb) : Qt (L02) 1,3655 jam
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 5,4618 jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 0,00 / M3

6. MASA PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : 5 bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 43,66 M3
ITEM PEMBAYARAN : AGREGAT KASAR & HALUS untuk bahan lapis Agregat dan lapis Aspal
JENIS PEKERJAAN : PENGADAAN AGREGAT KASAR & HALUS
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEFISIEN SATUAN KETERANGAN

I ASUMSI
1 Bahan dasar Sirtu (material Batu bercampur pasir) diterima di lokasi Alat
Pemecah Batu (di Base Camp)
2 Kegiatan dilakukan di dalam lokasi Base Camp
4 Berat Isi Bahan : - Batu / Gravel D1 1,040 Ton/M3 Berongga
- Pasir D2 1,373 Ton/M3 Berongga
- Batu Pecah D3 1,232 Ton/M3 Berongga
5 Harga Satuan Bahan Dasar : - Batu Kali Rp1 0,00 Rp./M3
- Sirtu Rp2 0,00 Rp./M3
6 Biaya Operasi Alat : - Pemecah Batu (Stone Crusher) Rp3 0,00 Rp./Jam
- Wheel Loader Rp4 0,00 Rp./Jam
7 Kapasitas Alat : - Pemecah Batu (Stone Crusher) Cp1 60,00 Ton/Jam
- Wheel Loader Cp2 1,50 M3 Kap. Bucket
8 Faktor Efisiensi Alat : - Pemecah Batu (Stone Crusher) Fa1 0,70 -
- Wheel Loader Fa2 0,83 -
9 Faktor Kehilangan Material Fh 1,10 -

II METHODE PELAKSANAAN
1 Wheel Loader mengangkut Sirtu dari tumpukan
dan menuangkannya ke Alat Pemecah Batu.
2 Bahan dasar yang digunakan Sirtu (material Batu bercampur kerikil dan pasir)
3 Dilokasi hooper/Feeder dipasang penyiram air (water sprayer)
berfungsi sebagai pencucian bahan dari kotoran (lumpur)
4 Setelah disemprot air Sirtu dimasukkan kedalam pemecah pertama
(primary crusher) kapasitas 60 ton/jam (bukaan Jaw 10 cm s.d 20 cm tergantung
ukuran boulder)
6 Hasil Primary Crusher disaring memakai Scalping Screen(screen 1) dengan
ukuran ayakan #1,5 inch (3,75 cm) atau #2,0 inch (5,00 cm)
yg menghasilkan lolos ayakan agregat ukuran (0 - 50) dan tdk lolos agg.(50 - 200)
Asumsi material yang lolos saringan (screen1) 20 %
Asumsi keseluruhannya menghasilkan ukuran (0 - 50) 8,74 m3
7 Hasil yang lolos saringan(screen1) sebagai fraksi halus tidak boleh dipakai
langsung untuk bahan campuran lapisan perkerasan aspal, tetapi dapat digunakan
untuk bahan campuran Agregat kelas B dan S, khusus untuk Agregat A yang
digunakan hanya ukuran (0 - 5)
8 Hasil yang tidak lolos screen1 dimasukan ke pemecah kedua (Secondary Crusher) 80 %
kemudian dipisahkan mempergunakan Screen2 yang menghasilkan ukuran 38,96 m3
(0 - 5), (5 - 3/8"=9,50mm) dan (3/8" - 3/4"=19mm atau 1"=2,54mm))
yang dapat langsung digunakan untuk kebutuhan Agregat Kasar Lapis pondasi
Agregat A (ukuran 5 - 1") dan Agg.Kasar dan Agg.Halus lapisan perkerasan Aspal
Asumsi proporsi hasil pemisahan saringan (screen2)
- menghasilkan ukuran (0 - 5) 20 %
- menghasilkan ukuran (5 - 3/8"=9,5mm) 30 %
- menghasilkan ukuran (3/8" - 3/4"=19mm) 50 %
9 Hasil yang tidak lolos dimasukan kedalam pemecah ketiga (Tertiary crusher)
atau (secondary Crusher) dan hasilnya dimasukan kembali ke saringan screen2

III ANALISA ALAT


1.a. Kerja Stone Crusher memecah gravel :
- Waktu kerja Stone Crusher Tst 1,00 Jam
- Produksi Stone Crusher 1 jam = (Fa1 x Cp1) : D3 Qb 34,09 M3/Jam Batu pecah
- Kebutuhan batu/gravel 1 jam = (Fa1 x Cp1) : D1 Qg 40,38 M3/Jam

1.b. Kerja Wheel Loader melayani Stone Crusher :


- Kap. Angkut / rit = (Fa2 x Cp2) Ka 1,25 M3
- Waktu Siklus (Muat, Tuang, Tunggu, dll) Ts 2,00 menit
- Waktu kerja W.Loader memasok gravel
= {(Qg : Ka) x Ts} : 60 menit Tw 1,08 Jam

1.c. Biaya Produksi Batu Pecah stone crusher 1 set dgn wheel loader
= {(Tst x Rp3) + (Tw x Rp4)} Bp 0,00 Rp./Jam

1.d. Harga Satuan Batu Pecah Produksi St.Crusher / M3


= {(Qg : Qb) x Fh x Rp1} + Bp HSb 0,00 Rp.

IV PERHITUNGAN
1 Primary Crusher
Produksi Primary Crusher + scalping Screen 1 Prod 60,00 Ton/Jam
Lolos scalping screen (sreen1) LSc 1 20,00 %
Tidak lolos scalping screen(screen1) ( 100 - LSc 1 ) TLSc1 80,00 %
Asumsi % Biaya proses scalping screen ukuran # 2"=50 mm thdp biaya produksi LSc2 20,00 %
Biaya Produksi scalping Screen BPSc - Rp.
Volume (0 - 50) = ((Prod x LSc 1) x LSc2))/D1 V1 8,74 m3
LANJUTAN URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

2 Secondary Crusher
Produksi Secondary Crusher + scalping Screen 2 Prod 48,00 Ton/Jam
Asumsi % Biaya proses produksi Batu Pecah thdp BOP S.Crusher 1 set LSc3 80,00 %
Biaya Produksi = LSc3 : 100 x BP + BPSc : 2 Bprod - Rp.
kapasitas yang diproduksi = Prod x TLSc1/100 : D3 CpSC1 38,96 m3
Lolos screen2 ukuran ( 0 - 5) LSc4 20,00 %
Volume ukuran ( 0 - 5) = (CpSC1 x LSc4/100) V2 7,79 m3
Lolos screen2 ukuran ( 5 - 9,5) LSc5 30,00 %
Volume ukuran ( 5 - 9,5) = (CpSC1 x LSc5/100) V3 11,69 m3
Lolos screen2 ukuran ( 9.5 - 19,0) LSc6 50,00 %
Volume ukuran ( 9,5 - 19.0) = (CpSC1 x LSc6/100) V4 19,48 m3

III.2. HARGA SATUAN AGREGAT


Primary Crusher
Harga Satuan Agregat Halus+Kasar untuk Lapis Pondasi / M3
dengan asumsi memerlukan biaya setengah biaya proses scalping screen 1,
setengah masuk ke screen1, setengahnya lagi masuk ke Secunder Crusher
= ((BPSc : 2) : V1) + Rp2 Hs1 0,00 Rp

Secondary Crusher
Asumsi %Biaya produksi per fraksi (untuk tiap lengan conveyor 1/3 biaya produksi) LSc2 33,33 %
Biaya Produksi per Fraksi = Hs 1 : 3 PF 0,00 Rp.
Agregat pecah mesin ( 0 - 5) = PF : V2 + Rp2 Hs2 0,00 Rp./M3
Agregat pecah mesin (5 - 9.5) = PF : V3 + Rp2 Hs3 0,00 Rp./M3
Agregat pecah mesin (9.5 - 19) = PF : V4 + Rp2 Hs4 0,00 Rp./M3

Agregat pecah kasar = PF x 2/(V3 + V4) + Rp2 0,00


UAN FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROYEK :
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Kabupaten Luwu Utara T.A. 2016
NAMA PAKET : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang Kec. Tana Lili
PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan/Luwu Utara
ITEM PEMBAYARAN NO. : AGREGAT KELAS B (kondisi lepas) :
JENIS PEKERJAAN : PENGADAAN AGREGAT KELAS B :
SATUAN PEMBAYARAN : M3 :

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN KODE SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) jam 0,0630 0,00 0,00


2. Mandor (L03) jam 0,0315 0,00 0,00

JUMLAH HARGA TENAGA 0,00

B. BAHAN

1. Agregat Pecah Kasar M93 M3 0,4158 0,00 0,00


2. Fraksi lolos Scalping Screen 0 - 50 mm M16 M3 0,6342 0,00 0,00

JUMLAH HARGA BAHAN 0,00

C. PERALATAN
1. Wheel Loader (E15) jam 0,0315 0,00 0,00
2. Blending Equpment (E52) jam 0,0482 0,00 0,00
3. Alat Bantu Ls 1,0000 0,00 0,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 0,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 0,00


ITEM PEMBAYARAN : AGREGAT KELAS B (kondisi lepas)
JENIS PEKERJAAN : PENGADAAN AGREGAT KELAS B
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEFISIEN SATUAN KETERANGAN

I ASUMSI
1 Bahan Agregat Halus & Kasar diterima di lokasi
Base Camp
2 Jarak dari stockpile ke alat blending l 50,00 M
3 Jam kerja effektif perhari Tk 7,00 jam
4 Kegiatan dilakukan di dalam lokasi Base Camp
5 Berat isi padat Bip 1,81
6 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
8 Proporsi Campuran : Fraksi lolos Scalping Screen 0 - 50 mm 20-30 39,60 % Gradasi harus
Fraksi lolos Scalping Screen 0 - 50 mm St 60,40 % memenuhi
9 Berat volume agregat (lepas) Bil 1,51 ton/m3 Spesifikasi
- Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm Fh1 1,05
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mmFh2 1,05
Fraksi lolos Scalping Screen 0 - 50 mm Fh3 1,05

II URUTAN PEKERJAAN

1 Wheel Loader memuat material bahan campuran dari


stockpile ke alat blending
2 Blending equipment melakukan pencampuran (blending)
Aggregat kasar, aggregat halus dan pasir alam menjadi
Aggregat B

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA


1. BAHAN
Agregat Pecah Kasar = "20-30" x 1 M3 x Fh1 M93 0,4158 M3
Fraksi lolos Scalping Screen 0 - 50 mm = St x 1 M3 x Fh3 M16 0,6342 M3

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1,50 M3 (lepas)
Faktor bucket Fb 0,85 - kondisi sedang
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Waktu Siklus :
- Waktu pemuatan alat belending T1 2,00 menit jarak 50 meter

Ts1 2,00 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 Q1 31,75 M3 padat


(Bip/Bil) x Ts1
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E15) 0,0315 jam

2.b. BLENDING EQUIPMENT (E52)


Kapasitas V 25,00 M3/jam
Faktor effesiensi alat Fa 0,83

Kap. Prod. / jam = V x Fa Q2 20,75 M3

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 0,0482 jam

3. TENAGA
Produksi menentukan : WHEEL LOADER Q1 31,75 M3/Jam
Produksi Agregat / hari = Tk x Q1 Qt 222,23 M3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 2,00 orang
- Mandor M 1,00 orang

Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0,0630 Jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0,0315 Jam
HARGA DASAR SATUAN UPAH
HARGA HARGA
No. URAIAN KODE SATUAN SATUAN + K3 SATUAN
( Rp.) ( Rp.)

1. Pekerja (L01) Jam 0,00 0,00


2. Tukang (L02) Jam 0,00 0,00
3. Mandor (L03) Jam 0,00 0,00
4. Operator (L04) Jam 0,00 0,00
5. Pembantu Operator (L05) Jam 0,00 0,00
6. Sopir / Driver (L06) Jam 0,00 0,00
7. Pembantu Sopir / Driver (L07) Jam 0,00 0,00
8. Mekanik (L08) Jam 0,00 0,00
9. Pembantu Mekanik (L09) Jam 0,00 0,00
10. Kepala Tukang (L10) Jam 0,00 0,00

DAFTAR
HARGA DASAR SATUAN BAHAN
HARGA
No. URAIAN KODE SATUAN SATUAN KETERANGAN
( Rp.)
1 Pasir Pasang (Sedang) M01b M3 0,00 Base Camp
2 Pasir Beton (Kasar) M01a M3 0,00 Base Camp
3 Batu Kali M02 M3 0,00 Lokasi Pekerjaan
4 Batu Kali M02 M3 0,00 Base Camp
5 Agregat Pecah Kasar M3 0,00 Base Camp
6 Lolos screen1 ukuran ( 0 - 5) M3 0,00 Base Camp
7 Lolos screen2 ukuran ( 0 - 5) M3 0,00 Base Camp
8 Lolos screen2 ukuran ( 9.5 - 19,0) M3 0,00 Base Camp
9 Timbunan Pilihan M09 M3 0,00 Lokasi Pekerjaan
10 Aspal M10 KG 0,00 Base Camp
11 Kerosen / Minyak Tanah M11 LITER 0,00 Base Camp
12 Semen / PC (50kg) M12 Zak 0,00 Base Camp
13 Semen / PC (kg) M12 Kg 0,00 Base Camp
14 Kawat Beton M14 Kg 0,00 Lokasi Pekerjaan
15 Sirtu M16 M3 0,00 Lokasi Pekerjaan
16 Sirtu M16 M3 0,00 Base Camp
17 Bensin M20 LITER 0,00 Pertamina
18 Solar Subsidi M21 LITER 0,00 Pertamina
19 Solar Non Subsidi M21 LITER 0,00 Pertamina
20 Minyak Pelumas / Olie M22 LITER 0,00 Pertamina
21 Agr.Base Kelas A M26 M3 0,00 Base Camp
22 Agr.Base Kelas B M27 M3 0,00 Base Camp
23 Agr. CBR 60 M27a M3 0,00 Lokasi Pencampuran
24 Aspal Emulsi M31 Kg 0,00 Base Camp
25 Baja Tulangan U24 (Polos) M39a Kg 0,00 Lokasi Pencampuran

DAFTAR HARGA PERALATAN


KELENGKAPAN KESELAMATAN KERJA ( K3 )
HARGA SATUAN
No. JENIS PERALATAN SATUAN KETERANGAN
(Rp.)

1 Topi Pelindung (Safety Helmet) Bh 0,00


2 Pelindung Pernafasan & Mulut (Masker) Bh 0,00
3 Sarung Tangan (Safety Gloves) Psg 0,00
4 Sepatu Keselamamatan Kerja (Boots) Psg 0,00
5 Rompi Bh 0,00
Jumlah Harga 0,00

Periode Konstruksi (Waktu Pelaksanaan) 150,00


Jam Pemakaian 8,00

Koefesien Harga K3 0,00


URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan ASPHALT MIXING PLANT E01
2. Tenaga Pw 294,0 HP
3. Kapasitas Cp 60,0 T/Jam
4. Alat a. Umur Ekonomis A 10,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 1.500,0 Jam
c. Harga Alat B 0,00 Rupiah

5 Kapastas tangki aspal Ca 30.000,00 liter

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,16275 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA


1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H1 0,00 Rupiah
Bahan Bakar Pemanasan Material = 12 ltr x Ms H2 0,00 Rupiah Khusus AMP
dan aspal (Oil Heater)
Bahan Bakar Pemanas Aspal =1/1000 *Ca*Ms H3 0,00

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

3. Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0


W
4. Biaya perbaikan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah
W
5 Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah
6 Pembantu Operator = ( 3 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+J+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) T 0,00 Rupiah

E.LAIN - LAIN
1.Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2.Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3.Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4.Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Rp./liter
5.Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Rp./liter
6.Minyak Pelumas Mp 0,00 Rp./liter
7PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
8 Bahan bakar Batubara 500,00 Rp/kg
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan ASPHALT FINISHER E02
2. Tenaga Pw 50,0 HP
3. Kapasitas Cp 5,0 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 6,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 1.400,0 Jam
c. Harga Alat B 0,00 Rupiah
5.

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,22961 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan COMPRESSOR 4000-6500 L\M E05
2. Tenaga Pw 60,0 HP
3. Kapasitas Cp 5.000,0 CPM/(L/m)
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan CONCRETE MIXER 0.3-0.6 M3 E06
2. Tenaga Pw 20,0 HP
3. Kapasitas Cp 500,0 Liter
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 2,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 1.500,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,57619 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan DUMP TRUCK 3.5 TON E08
2. Tenaga Pw 100,0 HP
3. Kapasitas Cp 3,5 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Sopir U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Sopir U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan DUMP TRUCK 10 TON E09
2. Tenaga Pw 190,0 HP
3. Kapasitas Cp 10,0 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Sopir U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Sopir U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan EXCAVATOR 80-140 HP E10
2. Tenaga Pw 133,0 HP
3. Kapasitas Cp 0,93 M3
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan GENERATOR SET E12
2. Tenaga Pw 180,0 HP
3. Kapasitas Cp 135,0 KVA
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan MOTOR GRADER >100 HP E13
2. Tenaga Pw 135,0 HP
3. Kapasitas Cp 10.800,0 -
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan WHEEL LOADER 1.0-1.6 M3 E15
2. Tenaga Pw 96,0 HP
3. Kapasitas Cp 1,5 M3
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan TANDEM ROLLER 6-8 T. E17
2. Tenaga Pw 82,0 HP
3. Kapasitas Cp 8,1 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan TIRE ROLLER 8-10 T. E18
2. Tenaga Pw 100,5 HP
3. Kapasitas Cp 9,0 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan VIBRATORY ROLLER 5-8 T. E19
2. Tenaga Pw 82,0 HP
3. Kapasitas Cp 7,050 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan STONE CRUSHER E21
2. Tenaga Pw 220,0 HP
3. Kapasitas Cp 60,0 T/Jam
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 2 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan WATER TANKER 3000-4500 L. E23
2. Tenaga Pw 100,0 HP
3. Kapasitas Cp 4.000,0 Liter
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Sopir U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Sopir U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan ASPHALT DISTRIBUTOR E41
2. Tenaga Pw 115 HP
3. Kapasitas Cp 4.000 Liter
4. Alat Baru :a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal
( B -=C ) x D E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam (E+F)


= G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5


= % - 17,5 %) x B K 0,00 Rupiah
perbaikan W
4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah
5. Pembantu Operator
= ( 3 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam (H+I+K+L+M)


= P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) T 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Sopir U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Sopir U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan BLENDING EQUIPMENT E52
2. Tenaga Pw 50 HP
3. Kapasitas Cp 30,00 Ton
4. Alat Baru :a. Umur Ekonomis A 10,0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 1.500,0 Jam
c. Harga Alat B 0 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 0 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0,16275 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal
( B -=C ) x D E 0,00 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0,002 x B F 0,00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam (E+F)


= G 0,00 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 0,00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 0,00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 0 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5


= % - 17,5 %) x B K 0,0000 Rupiah
perbaikan W
4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 0,00 Rupiah
5. Pembantu Operator
= ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 0,00 Rupiah

Biaya Operasi per Jam (H+I+K+L+M)


= P 0,00 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) T 0,00 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10,00 % / Tahun
2. Upah Operator U1 0,00 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator U2 0,00 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 0,00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 0,00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 0,00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
DAFTAR BIAYA SEWA PERALATAN PER JAM KERJA
Lingkup Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kab. Luwu Utara

Harga BIAYA
TENAGA
No. JENIS ALAT KODE KAPASITAS yang digunakan SEWA ALAT
(HP) (Rp.) Rp. /JAM

1 ASPHALT MIXING PLANT E01 294 60 T/Jam 0,00 0,00


2 ASPHALT FINISHER E02 50 5000 Ton 0,00 0,00
3 COMPRESSOR 4000-6500 L\M E05 60 500 CPM/(L/m) 0,00 0,00
4 CONCRETE MIXER 0.3-0.6 M3 E06 20 500 Ltr 0,00 0,00
5 DUMP TRUCK 3.5 TON E08 100 3,5 Ton 0,00 0,00
6 DUMP TRUCK 10 TON E09 190 10 Ton 0,00 0,00
7 EXCAVATOR 80-140 HP E10 133 0,93 M3 0,00 0,00
8 GENERATOR SET E12 180 135 KVA 0,00 0,00
9 MOTOR GRADER >100 HP E13 135 10800 - 0,00 0,00
10 WHEEL LOADER 1.0-1.6 M3 E15 96 1,5 M3 0,00 0,00
11 TANDEM ROLLER 6-8 T. E17 82 8,1 Ton 0,00 0,00
12 TIRE ROLLER 8-10 T. E18 100,5 9 Ton 0,00 0,00
13 VIBRATORY ROLLER 5-8 T. E19 82 7,05 Ton 0,00 0,00
14 STONE CRUSHER E21 220 60 T/Jam 0,00 0,00
15 WATER TANKER 3000-4500 L. E23 100 4000 Liter 0,00 0,00
16 ASPHALT DISTRIBUTOR E41 115 4000 Liter 0,00 0,00
17 BLENDING EQUIPMENT E52 50 30 Ton 0,00 0,00
JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)
PEKERJAAN : PENGASPALAN JALAN (NO.RUAS 120) POREANG - KARONDANG
VOLUME : P = 2.060,00 METER + 3 UNIT PLAT DUICKER
LOKASI : KEC. TANAH LILI KAB. LUWU UTARA

TAHUN ANGGARAN 2016


JUMLAH
BOBOT
NO. URAIAN PEKERJAAN
VOLUME SAT. HARGA RENC. BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV BULAN V KET.

( Rp. ) (%) REAL. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4


1. Mobilisasi & Demobilisasi Alat 1,00 Ls 0,00 0,00 Renc.
Real
2. Pengamanan Lalu Lintas 1,00 Ls 0,00 0,00 Renc.
Real
3. Pembongkaran Gorong-Gorong Existing 2,00 Unit 0,00 0,00 Renc.
Real
3.2(2a) Timbunan Pilihan Untuk Plat Duicker 16,70 M3 0,00 0,00 Renc.
Real
3.3(1) Penyiapan Badan Jalan 9.476,00 M2 0,00 0,00 Renc.
Real
5.1(2) Lapis Pondasi Atas Agr.Kls. B, T = 12 Cm 987,17 M3 0,00 0,00 Renc.
Real
5.2(2) Lapis Pondasi Bawah (LPB), T = 15 Cm 1.233,96 M3 0,00 0,00 Renc.
Real
5.2(1) Pekerjaan Bahu Jalan, T = 27 Cm 555,28 M3 0,00 0,00 Renc.
Real
6.1(1a) Lapis Resap Pengikat 4.120,00 Ltr 0,00 0,00 Renc.
Real
6.3(6a) Laston Lapis Antara ( AC - BC ), T = 6 Cm 1.146,54 Ton 0,00 0,00 Renc.
Real
7.1(7a) Pekerjaan Beton fc ' 20 Mpa (K.250) 10,59 M3 0,00 0,00 Renc.
Real
7.1(10) Pekerjaan Rabat Beton fc ' 10 Mpa (K.125) 1,15 M3 0,00 0,00 Renc.
Real
7.3(1) Pekerjaan Baja Tulangan U24 Polos 1.078,03 Kg 0,00 0,00 Renc.
Real
7.9(1) Pekerjaan Pas. Batu Kali 1 : 4 (Inc.Plesteran/Voegh) 43,66 M3 0,00 0,00 Renc.
Real
JUMLAH 0,00 0,00

Perminggu % waktu pe-


RENCANA
Komulatif Perminggu % laksanaan

Perminggu % 150 hari


REALISASI
Komulatif Perminggu % Kalender

DEVIASI +/- %

Masamba, .........................2016
Penawar
PT/CV. ..............................

Nama Jelas, T.Tangan & Cap


Direktur/Direktris
TABEL 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO, PENGENDALIAN RESIKO K3 DAN PROGRAM K3
Nama Perusahaan : PT/CV. ................................................
Pekerjaan : Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA SASARAN K3 PROYEK PENGENDALIAN RESIKO K3 PROGRAM SUMBER DAYA

1 2 3 4 5 6

1 Pekerjaan Tanah Galian/Timbunan 1. Terluka alat pertukangan


atau tertimbun

2 Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan 1. Terjatuh

3 Pekerjaan Perkerasan Berbutir ( LPA, LPB dan Tertimbun dan Terjatuh


Pekrjaan Bahu Jalan)

4 Pekerjaan Pengaspalan Terjepit dan Terkena Panas


( Prime Coat dan AC - BC )

5 Pekerjaan Struktur ( Pas. batu kali, 1. Terjatuh


pembesian dan beton) 2. Tertimpah batu
3. Terjepit batu
4. Terluka alat pertukangan

Masamba, .........................2016
Penawar
PT/CV. ..............................

Nama Jelas, T.Tangan & Cap


Direktur/Direktris
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

SPESIFIKASI UMUM

Pasal 1
Penjelasan Umum

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pengaspalan Jalan (No, Ruas 120) Poreang -
Karondang Kec. Tana Lili
Lokasi pekerjaan : Kecamatan Tana Lili Kabupaten Luwu Utara Tahun Anggaran 2016
2. Pekerjaan harus sesuai dengan :
a. Uraian dan syarat-syarat umum pekerjaan ini (Spesifikasi Umum Bina Marga).
b. Semua gambar-gambar perencanaan yang telah dibuat oleh konsultan perencana dan telah
diketahui oleh Pengelola Teknik Proyek.
c. Petunjuk-petunjuk dari Pemimpin Proyek dan unsur-unsur teknik lainnya baik lisan maupun
tertulis.
d. Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia (A.V.
1941).
e. Syarat-syarat perburuhan
f. Standar bahan/material dan peralatan
1) Semua bahan/material maupun peralatan yag dipasang secara permanen harus baru
dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, jika menggunakan di luar yang
ditentukan dalam spesifikasi harus dibuat amandemen.
2) Jika tidak disebutkan dalam spesifikasi penggunaan bahan/material maupun peralatan
yang dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi maka dapat dipergunakan daftar
standar yang dikeluarkan oleh organisasi resmi sebagai berikut :
a) PKKI : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
b) PBI : Peraturan Beton Indonesia
c) SII : Standar Industri Indonesia
d) HGPS : Hydraulic Gate and Penstock Association Japan
e) JRA : Japan Road Association
f) SSPC : Steel Structures Painting Council
g) ASBR : (Water and Power Resources Service, United States Departement of
the Interior (Formerly United States Bureau of Reclamation).
h) AWS : American Welding Society
i) ASTM : American Society for Testing and Materials
j) AISA : American Iron and Steel Institute
k) ACI : American Conrete Institute
l) JCEA : Japan Civil Engineer Association
m) AASHTO : American Association of State Highways and Transportaion Officials
n) JIS : Japanese Industrian Standard
g. Risalah Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
3. Pekerjaan Persiapan
a. Dalam waktu 7 hari setelah menerima surat perintah, kontraktor harus mengirimkan
Rencana Pelaksanaan Kerja, Metode Pelaksanaan dan Laporan Kegiatan secara rinci yang
sesuai rencana kerja global yang telah diajukan dalam pelelangan. Rincian tersebut harus
mencantumkan Program Pelaksanaan :
- Mobilisasi/Demobilisasi
- Survey dan Testing Lapangan
- Daftar Bahan dan Peralatan Khusus
- Kemungkinan Kelambatan Pekerjaan
b. Rencana pelaksanaan kerja disusun dalam bentuk bagan (Bar Chart dan/atau S-Curve).
c. Mobilisasi/demobilisasi tenaga kerja dan peralatan serta pengadaan bahan material.
d. Pelaksana lapangan yang cakap/terampil sesuai bidang disiplin ilmunya.
e. Bangsal kerja, kantor lapangan sementara dan direksi keet,
f. Papan Nama Proyek
g. Dokumen kontrak
1-1
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

1) Konsep dokumen kontrak disiapkan oleh Pemilik Pekerjaan namun penggandaannya


oleh kontraktor.
2) Jumlah dokumen kontrak sebanyak yang telah ditetapkan pada syarat-syarat
administrasi, kontraktor harus menyiapkan maksimum 5 (lima) set untuk pelaksanaan di
lapangan. Jumlah tersebut sudah termasuk yang harus disiapkan oleh kontraktor untuk
Direksi Pekerjaan dan Engineer Konsultan yang ditunjuk.
h. Gambar-gambar kerja yang selalu siap di lapangan
i. Laporan
Kontraktor harus membuat laporan kegiatan pekerjaan dengan menggunakan format yang
telah disetujui oleh Direksi.
1) Buku harian yang mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail-
detail penting dari unsur teknik.
2) Laporan harian, berisi hal-hal berikut :
- Kondisi musim/cuaca
- Jumlah staf dan pekerja yang bekerja
- Jumlah dan jenis material dan peralatan di lapangan
- Laporan kemajuan pekerjaan, termasuk lokasi serta perhitungan volume setiap hari.
- Kejadian yang menghambat pekerjaan.
- Kejadian atau kondisi yang mengakibatkan keterlambatan kemajuan (progres)
pekerjaan.
- Semua informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
3) Laporan Mingguan
- Setiap akhir minggu dibuat laporan dengan format yang telah disetujui dan
membuat program rencana kerja minggu berikutnya.
- Setiap satu minggu sekali diadakan rapat antara personil inti dari kontraktor dengan
Direksi lapangan untuk membahas kelancaran pekerjaan.
4) Laporan Bulanan
- Setiap tanggal 25 bulan berjalan, Kontraktor harus sudah membuat laporan dengan
menggunakan format yang telah disetujui. Laporan tersebut meliputi laporan fisik
dan laporan keuangan.
- Laporan berisi (tidak mutlak dibatasi) hal-hal sebagai berikut :
a) Secara rinci uraian pekerjaan yang dilaksanakan pada periode bulan tersebut.
b) Ringkasan komulatif kemajuan fisik dan progres keuangan untuk setiap kegiatan
utama.
c) Prosentase hasil kera terhadap seluruh pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak.
d) Penjelasan penyebab keterlambatan pelaksanaan dan usulan pemecahan untuk
mengejar ketinggalan dan kehilangan waktu.
e) Rencana kerja bulan berikutnya.
f) Daftar peralatan mesin-mesin konstruksi dan bahan/material yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk mesin-mesin yang baru didatangkan
maupun yang dikeluarkan dari lokasi lapangan pekerjaan termasuk periode
mesin-mesin dan peralatan tidak digunakan.
g) Jumlah total volume dari jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar volume
(Bill of Quantity).
h) Kondisi cuaca secara umum, termasuk pencatatan periode serta intensitas
hujan setiap hari.
i) Daftar kecelakaan : - Masuk rumah sakit atau meninggal bila ada.
- Kerusakan pekerjaan
- Kerusakan hunian, material dan peralatan.
j) Schedule progres kemajuan yang menunjukkan tanggal penerimaan dan jumlah
dan tagihan yang dikirim tetapi belum dibayar.
k) Perkiraan jumlah pembayaran dari pemilik untuk bulan periode berikutnya.
l) Foto-foto pelaksanaan pekerjaan pada bulan tersebut.

1-2
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

4) Foto-foto Pelaksanaan Pekerjaan


- Kontraktor harus membuat foto yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan
pekerjaan, foto harus menunjukkan keadaan sebelum dimulai pelaksanaan, sedang
dalam pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan. Pengambilan fot harus dalam
satu titk dan arah yang sama.
- Tiga lembar cetak foto untuk setiap pemotretan harus diserahkan kepada Direksi
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari.
- Ukuran foto 3R
- Setiap foto harus dilampirkan sebagai berikut :
 Penjelasan ringkas, termasuk lokasi dan kode nomor
 Nomor foto dan tanggal pengambilan
 Nama kontraktor
 Nama proyek
- Negatif film harus diserahkan juga kepada Direksi dengan diberi label dan mudah
disimpan.
4. Gambar-Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan yang cermat terutama ukuran-ukurannya maupun
dimensi dari segi yang tertera di dalam gambar rencana tersebut. Bila ada yang tidak sesuai atau
kurang jelas harus dikonfirmasikan kepada Direksi. Semua yang meragukan harus dimintakan
penegasan dari Direksi dalam bentuk tertulis.
Format Gambar
1) Bahasa
Semua gambar dan data perhitungan pendukungnya yang harus disiapkan oleh
kontraktor menggunakan bahasa Indonesia, bila ada gambar yang berbahasa asing
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
2) Satuan
Semua satuan menggunaan sistem metrik.
3) Ukuran
Semua gambar menggunakan ukuran standard, JIS, ukuran A1 (594 mm x 841 mm),
kecuali ada perintah lain atau persetujuan dari Direksi.
4) Judul
Konsep tentang judul maupun format semua gambar yang disiapkan oleh kontraktor,
ditunjukkan terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan Direksi.
5) Penomoran
Referensi penomoran gambar menggunakan sistem penomoran gambar teknik. Urutan
penomoran akan ditetapkan oleh Direksi. Bila kontraktor bermaksud memberikan
referensi penomoran untuk kepentingan sendiri bisa menambahkan kolom pada kolom-
kolom judul.
6) Indeks Gambar
Tiap-tiap gambar yang dihasilkan diberikan indeks. Lembaran-lembaran indeks gambar
harus diserahkan kepada direksi.
7) Gambar di lapangan
Semua lembara gambar yang paling akhir mendapatkan persetujuan revisi oleh direksi
segera dikirim ke kantor lapangan kontraktor.
Gambar-gambar tersebut harus selalu ada di lapangan dan sewaktu-waktu selalu dapat
dipergunakan untuk pemeriksaan oleh Direksi.
a. Gambar pelaksanaan (Construction Drawing)
Semua gambar untuk dilaksanakan (construction drawing) diberikan oleh Pemilik yang
disiapkan oleh Konsultan.
Dalam gambar ini jelas menunjukkan tata letaknya, dimensinya, jenis konstruksinya dan
seterusnya seperti yang disebutkan dalam spesifikasi atau petunjuk direksi.
b. Gambar Kerja (Working Drawing)
Kontraktor harus membuat gambar kerja (working drawing) dan gambar tersebut mengacu
pada gambar untuk dilaksanakan (construction drawing) yang diberikan oleh pemilik
pekerjaan.
Gambar kerja harus detail dan dicantumkan jumlah material yang digunakan (bar bending
schedule, list of material, dll), juga mempertimbangkan kemudahan pemeriksaan/inspeksi

1-3
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

dari prosedur kerja maupun metode pelaksanaan yang akan dikerjakan di lapangan oleh
Kontraktor.
Gambar kerja diajukan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap cetak biru (blue print)
untuk dilakukan pemeriksaan sampai mendapatkan persetujuan. Bila ada perubahan dalam
gambar kerja, maka harus dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Direksi dan
gambar perubahan ini merupakan bagian daripada Gambar Kerja.
Dari gambar kerja yang telah disetujui, ternyata setelah memperhatikan kondisi pondasi,
hasil galian maupun hasil test laboratorium, konstruksi yang dikehendaki lain dan perlu
perubahan gambar kerja, maka perubahan tersebut harus dalam bentuk tertulis dari Direksi
pekerjaan. Semua biaya gambar kerja berikut perubahan-perubahannya menjadi beban
kontraktor.
Gambar kerja dalam beberapa item pekerjaan juga digunakan sebagai dasar acuan
pengajuan Tagihan Pembayaran (Monthly Payment) Kontraktor.

c. Gambar Fasilitas/Bangunan Sementara


Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulai pekerjaan dari tiap seksi
pekerjaan, kontraktor harus sudah mengirimkan gambar-gambar fasilitas/bangunan
sementara yang akan dipergunakan di daerah areal proyek seperti gambar gudang, rencana
kantor, tempat penyimpanan peralatan mesin, asrama pekerja dan bangunan, bangunan
lainnya yang diusulkan oleh kontraktor. Gambar-gambar harus mendapatkan persetujuand
dari Direksi.
Bila ternyata dalam pelaksanaan ada perubahan, kontraktor juga harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi perihal perubahan tersebut baik dari segi lokasi maupun
konstruksinya.
d. Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
1) Selama pelaksanaan konstruksi pekerjaan, kontraktor harus mengikuti seksama dan
mencocokkan dengan gambar kerja. Ketidakcocokan dengan gambar kerka yang telah
disetujui, supaya dicantumkan perubahan-perubahannya dan konstruksi pekerjaan yang
dikerjakan sesuai dengan keadaan yang dikerjakan/dengan keadaan sebenarnya untuk
selanjutnya dibuat gambar terlaksana.
2) Penyesuaian gambar dengan pelaksana pekerjaan di lapangan akan diadakan
pemeriksaan oleh Direksi Teknik.
Bila dari hasil pemeriksaan ternyata ditemukan ketidak sesuaian maka dalam jangka 14
(empat belas) hari, kontraktor harus telah memperbaiki gambar tersebut, sehingga
gambar terlaksana benar-benar sesuai dengan yang dilaksanakan di lapangan.
Setelah mendapatkan persetujuan maka Kontraktor menggandakan di samping untuk
keperluannya sendiri, sebanyak 3 (tiga) set diserahka kepada Direksi/Engineer.
3) Gambar terlaksana harus dibuat di atas, kertas kalkir yang berkualitas baik dari
memudahkan dalam penggandaannya. Selanjutnya gambar terlaksana yang telah selesai
dan telah mendapatkan persetujuan dari Direksi/Engineer diserahkan kepada pemilik
pekerjaan oleh kontraktor.
4) Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah penandatanganan serah terima pekerjaan
100%,kontraktor harus sudah menyerahkan gambar terlaksana lengkap yang terdiri dari:
a) 1 (satu) set gambar lengkap dalam kertas kalkir berkualitas baik.
b) 3 (tiga) set gambar lengkap cetakan ukuran penuh (A 1)
c) 10 (sepuluh) set gambar lengkap, dengan uk. diperkecil menjadi A3.
d) Gambar-Gambar Lain
Selain gambar-gambar yang disebutkan di atas, gambar-gambar lain yang masih diperlukan
dalam pelaksanaan seperti gambar metode pelaksanaan, skema diagram ataupun grafik
jadwal pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan juga untuk mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Engineer.
5. Jika ada perbedaan gambar dan syarat-syarat teknik, maka syarat-syarat teknik yang harus
diikuti. Jika ada perbedaan pada gambar dan atau ukuran-ukuran maka gambar skala yang lebih
besar yang diikuti, dan jika terdapat keragu-raguan dari isi dokumen proyek, maka kontrakor

1-4
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
harus mendiskusikan atau minta penjelasan pada direksi teknik, dan dalam terjadi pertentangan
6. isi antara dokumen-dokumen yang ada maka yang menentukan adalah tingkat “kekuatan” dari
dokumen yang dimaksud sebagaimana telah ditetapkan dalam salah satu bagian dari dokumen
proyek.
7. Survey dan Pengukuran Kembali
a. Paling lambat 15 hari setelah penandatanganan kontrak, kontraktor diwajibkan untuk
melaksanakan survey lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur jalan lama.
Kemudian harus mengajukan atau menyerahkan laporan lengkap dan detail dari hasil survey
ini kepada direksi teknik. Laporan itu berupa rencana kera secara tertulis, menjelaskan
secara terperinci urutan-urutan dan cara pelaksanaan pekerjaan, termasuk hal-hal khusus
bila perlu, misalnya cuaca/curah hujan dan sebagainya.
b. Titik referensi atau Bench Mark (BM), telah ditetapkan oleh Pemilik di lapangan seperti
dapat diperiksa di dalam gambar.
Pengecekan BM sebelum digunakan sebagai pedoman kordinat dan elevasi harus diadakan
pengecekan dan verifikasi tentang akurasinya.
Kontraktor harus membuat titik referensi/BM sementara untuk kepentingan kontraktor
sendiri dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi setiap titik/BM sementara harus mendapat
persetujuan direksi lapangan.
c. Kontraktor harus menyampaikan secara Direksi, rencana pemasangan patok-patok dalam
waktu tidak kurang dari 48 jam, mendahului pelaksanaannya. Pematolan dilakukan oleh
kontraktor di bawah supervisi direksi dan bila dianggap perlu direksi dapat melakukan
perubahan-perubahan di lapangan dan dalam hal ini akan disampaikan secara tertulis
kepada kontraktor.
d. Kontraktor harus mempersiapkan alat-alat ukur yang diperlukan di lapangan sehubungan
dengan pekerjaan ini, termasuk yang diperlukan oleh direksi untuk pengecekan.
8. Peralatan
Kontraktor harus mengajukan daftar peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan schedule pada rencana dan kontraktor mempersiapkan peralatan
lapangan sebelum pelaksanaan dimulai seperti tanda pengaman lalu lintas, rol meter, mal ukuran
kemiringan, papan nama proyek dan foto keadaan.
9. Peralatan Kelengkapan Keselamatan Kerja (K3)
Perlatan Kelengkapan Keselamatan Kerja (K3) tidak dibayarkan secara terpisah dengan analisa
tetapi menjadi satu kesatuan dalam upah kerja sehingga jumlah peralatan K3 yang akan
digunakan mengikuti pekerjaan masing-masing sesuai dalam analisa.
10. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat minimal seperti yang ditetapkan
dalam peraturan umum mengenai bangunan di Indonesia.
a. Air
Air untuk pengecoran beton harus air tawar yang tidak mengandung mineral dan alkalide.
Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat yang sebagaiman diuraikan dalam PBI-1971 dan
PUBB (NI-12) 1971.
b. Portland Cement (PC)
 Digunakan Portland Cement (PC) biasa yang mempunyai kualitas mineral sampai dengan
S.400 (semen tonasa atau semen bosowa), berdasarkan kualifikasi yang diteatpkan
dalam NI-8.
 Semen yang telah mengeras/membantu atau berbungkah tidak boleh dipergukan lagi.
c. Pasir
Pasir pasangan dan pasir beton dipergunakan pasir yang memenuhi syarat baik dan bersih,
tidak mengandung lumpur serta tidak terlalu halus telah disetujui oleh Pihak Direksi.
Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang diuraikan dalam PBI-1971 dan
PUBB (NI-12) 1971.

1-5
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
d. Batu
Batu yang digunakan adalah batu yang keras. Untuk pasangan pondasi dipakai batu gunung
atau batu kali yang sudah pecah jenis keras, bersih dan permukaan tidak licin, ukuran besar
rata-rata 20 cm. Sedangkan untuk pasangan
tembok dipakai batu-bata kualitas baik dan telah mendapat persetujuan direksi.
e. Besi Beton
Besi beton digunakan besi U24 sesuai syarat atau peraturan Bahan Bangunan Indonesia.

11. Sumber Material


Kontraktor harus mencari sendiri sumber-sumber bahan sub base yang memenuhi syarat dan
mengajukan daftar kepada direksi mengenai sumber (asal) subbase yang akan digunakan. Direksi
bersama kontraktor mengambil contoh material tersebut untuk keperluan pemeriksaan sebelum
memberikan persetujuannya, biaya-biaya untuk itu menjadi tanggungan kontraktor.
12. Pemeriksaan testing dan persetujuan
Kontraktor harus menyerahkan hasil pemeriksaan sebelum sumber bahan tersebut dieksploitir.
Segala biaya yang menyangkut pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Material-
material yang contohnya masih dalam tahap pemeriksaan, atau sifat-sifatnya meragukan belum
diperkenakan untuk dibawah ke job site, dan bila material yang telah ada di job site ternyata
tidak memenuhi syarat yang ditetapkan, direksi berhak untuk menolaknya dan kontraktor harus
segera menyingkirkannya atas biaya sendiri.

13. Penyimpanan Material


a. Harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak mengalami perubahan komposisi (segregasi)
dan sedapat mungkin ditumpuk di tempat yang ditunjuk/ disetujui direksi. Segala biaya yang
dikeluarkan termasuk ganti rugi bila penyimpanan tersebut berada di luar batas penguasaan
jalan, menjadi tanggungan kontraktor.
b. Penempatan material harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu lalu lintas dan
tidak mengurangi mutu material dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Jenis bahan material yang akan dimasukkan ke dalam lokasi harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu oleh pengawas lapangan dengan memberikan contoh bahan.
d. Bahan material yang ditolak harus dikeluarkan dari lokasi proyek atas tanggungan/biaya
pemborong sendiri selambat-lambatnya 2 x 24 jam sejak waktu ditolak bahan material
tersebut.

14. Persyaratan Material


Semua material harus bersih dan kotoran-kotoran, bahan-bahan organik dan bahan-bahan lain
yang tidak dikehendaki. Material yang dipakai sebagai bahan subbase digolongkan kepada 3
macam kelas yaitu A, B dan C yang penggunaannya masing-masing dijelaskan dalam petunjuk
teknis Departemen PU Bina Marga dan diupayakan bahan yang berada di sekitar lokasi.

15. Biaya-Biaya
Kontraktor menanggung segala biaya ganti rugi/kompensasi biaya-biaya retribusi dan sebagainya
yang sehubungan dengan pengambilan/ penandatanganan material-material tersebut, namun
tidak ada mata pembiayaan khusus untuk hal ini sehingga kesemuanya telah harus
diperhitungkan dalam harga satuan material tersebut.
16. Lalu Lintas
Lalu lintas pengalihan (penyimpanan) perlu disediakan untuk kendaraan roda dua sedangkan
kendaraan roda empat tidak diperkenangkan lewat di atas permukaan jalan beton yang baru
dikerjakan sampai siapa untuk dilewati. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan
akibat lalu lintas.

1-6
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Pasal 2
Pekerjaan Pembersihan, Selesai dan Tambahan

1. Pekerjaan Pembersihan
Pembersihan Selama Pelaksanaan
a. Pihak kontraktor harus melaksanakan pembersihan rutin lokasi daerah dari tumpukan-
tumpukan bahan sisa, sampah dan kotoran lainnya.
b. Menjamin bahwa sistem lining terbebas dari kotoran.
c. Menjaga kebersihan secara teratur, rambu-rambu lalu lintas dan sejenisnya.
d. Siapkan di daerah kerja tempat-tempat sampah untuk pengumpulan bahan-bahan sisa,
kotoran dan sampah sebelum dibuang.

2. Pembersihan Akhir
a. Semua sisa bahan, setelah pekerjaan selesai harus diangkut keluar lokasi.
b. Setelah pekerjaan dinyatakan selesai maka semua bangunan baru yang kotor harus dicuci
dan diberishkan.
c. Semua macam pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Pekerjaan Selesai
Pekerjaan dianggap selesai jika :
a. Pekerjaan telah diperiksa secara bersama oleh direksi pekerjaan sesuai ketentuan yang
berlaku.

4. Pekerjaan Tambahan
a. Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini maka semua ketentuan administrasi, pemeriksaan
bahan, mutu serta ketentuan lain dari pemeriksaan yang menyangkut pelaksanaan bahan
mutu pekerjaan ini termasuk pula sebagai syarat-syarat yang harus dipenuh dan ditaati.
b. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan yang keliru/kelalaian kontraktor
adalah menjadi tanggung jawab kontraktor.
c. Biaya pemeliharaan dan sejenisnya sampai bangunan diserahkan untuk kedua kalinya
menjadi tanggungan rekanan.

Pasal 3
Penutup

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini, akan diatur dalam
Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Kontrak).
2. Semua batasan (definisi) dan ketentuan-ketentuan dalam RKS ini berlaku pula untuk kontrak.
3. RKS ini merupakan dokumen lelang yang tidak terpisahkan dengan Surat Perjanjian Pekerjaan
(Kontrak).

1-7
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

SPESIFIKASI UMUM

Pasal 1
Penjelasan Umum

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pengaspalan Jalan (No, Ruas 120) Poreang -
Karondang Kec. Tana Lili
Lokasi pekerjaan : Kecamatan Tana Lili Kabupaten Luwu Utara Tahun Anggaran 2016
2. Pekerjaan harus sesuai dengan :
a. Uraian dan syarat-syarat umum pekerjaan ini (Spesifikasi Umum Bina Marga).
b. Semua gambar-gambar perencanaan yang telah dibuat oleh konsultan perencana dan telah
diketahui oleh Pengelola Teknik Proyek.
c. Petunjuk-petunjuk dari Pemimpin Proyek dan unsur-unsur teknik lainnya baik lisan maupun
tertulis.
d. Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia (A.V.
1941).
e. Syarat-syarat perburuhan
f. Standar bahan/material dan peralatan
1) Semua bahan/material maupun peralatan yag dipasang secara permanen harus baru
dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, jika menggunakan di luar yang
ditentukan dalam spesifikasi harus dibuat amandemen.
2) Jika tidak disebutkan dalam spesifikasi penggunaan bahan/material maupun peralatan
yang dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi maka dapat dipergunakan daftar
standar yang dikeluarkan oleh organisasi resmi sebagai berikut :
a) PKKI : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
b) PBI : Peraturan Beton Indonesia
c) SII : Standar Industri Indonesia
d) HGPS : Hydraulic Gate and Penstock Association Japan
e) JRA : Japan Road Association
f) SSPC : Steel Structures Painting Council
g) ASBR : (Water and Power Resources Service, United States Departement of
the Interior (Formerly United States Bureau of Reclamation).
h) AWS : American Welding Society
i) ASTM : American Society for Testing and Materials
j) AISA : American Iron and Steel Institute
k) ACI : American Conrete Institute
l) JCEA : Japan Civil Engineer Association
m) AASHTO : American Association of State Highways and Transportaion Officials
n) JIS : Japanese Industrian Standard
g. Risalah Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
3. Pekerjaan Persiapan
a. Dalam waktu 7 hari setelah menerima surat perintah, kontraktor harus mengirimkan
Rencana Pelaksanaan Kerja, Metode Pelaksanaan dan Laporan Kegiatan secara rinci yang
sesuai rencana kerja global yang telah diajukan dalam pelelangan. Rincian tersebut harus
mencantumkan Program Pelaksanaan :
- Mobilisasi/Demobilisasi
- Survey dan Testing Lapangan
- Daftar Bahan dan Peralatan Khusus
- Kemungkinan Kelambatan Pekerjaan
b. Rencana pelaksanaan kerja disusun dalam bentuk bagan (Bar Chart dan/atau S-Curve).
c. Mobilisasi/demobilisasi tenaga kerja dan peralatan serta pengadaan bahan material.
d. Pelaksana lapangan yang cakap/terampil sesuai bidang disiplin ilmunya.
e. Bangsal kerja, kantor lapangan sementara dan direksi keet,
f. Papan Nama Proyek
g. Dokumen kontrak
1-1
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

1) Konsep dokumen kontrak disiapkan oleh Pemilik Pekerjaan namun penggandaannya


oleh kontraktor.
2) Jumlah dokumen kontrak sebanyak yang telah ditetapkan pada syarat-syarat
administrasi, kontraktor harus menyiapkan maksimum 5 (lima) set untuk pelaksanaan di
lapangan. Jumlah tersebut sudah termasuk yang harus disiapkan oleh kontraktor untuk
Direksi Pekerjaan dan Engineer Konsultan yang ditunjuk.
h. Gambar-gambar kerja yang selalu siap di lapangan
i. Laporan
Kontraktor harus membuat laporan kegiatan pekerjaan dengan menggunakan format yang
telah disetujui oleh Direksi.
1) Buku harian yang mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail-
detail penting dari unsur teknik.
2) Laporan harian, berisi hal-hal berikut :
- Kondisi musim/cuaca
- Jumlah staf dan pekerja yang bekerja
- Jumlah dan jenis material dan peralatan di lapangan
- Laporan kemajuan pekerjaan, termasuk lokasi serta perhitungan volume setiap hari.
- Kejadian yang menghambat pekerjaan.
- Kejadian atau kondisi yang mengakibatkan keterlambatan kemajuan (progres)
pekerjaan.
- Semua informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
3) Laporan Mingguan
- Setiap akhir minggu dibuat laporan dengan format yang telah disetujui dan
membuat program rencana kerja minggu berikutnya.
- Setiap satu minggu sekali diadakan rapat antara personil inti dari kontraktor dengan
Direksi lapangan untuk membahas kelancaran pekerjaan.
4) Laporan Bulanan
- Setiap tanggal 25 bulan berjalan, Kontraktor harus sudah membuat laporan dengan
menggunakan format yang telah disetujui. Laporan tersebut meliputi laporan fisik
dan laporan keuangan.
- Laporan berisi (tidak mutlak dibatasi) hal-hal sebagai berikut :
a) Secara rinci uraian pekerjaan yang dilaksanakan pada periode bulan tersebut.
b) Ringkasan komulatif kemajuan fisik dan progres keuangan untuk setiap kegiatan
utama.
c) Prosentase hasil kera terhadap seluruh pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak.
d) Penjelasan penyebab keterlambatan pelaksanaan dan usulan pemecahan untuk
mengejar ketinggalan dan kehilangan waktu.
e) Rencana kerja bulan berikutnya.
f) Daftar peralatan mesin-mesin konstruksi dan bahan/material yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk mesin-mesin yang baru didatangkan
maupun yang dikeluarkan dari lokasi lapangan pekerjaan termasuk periode
mesin-mesin dan peralatan tidak digunakan.
g) Jumlah total volume dari jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar volume
(Bill of Quantity).
h) Kondisi cuaca secara umum, termasuk pencatatan periode serta intensitas
hujan setiap hari.
i) Daftar kecelakaan : - Masuk rumah sakit atau meninggal bila ada.
- Kerusakan pekerjaan
- Kerusakan hunian, material dan peralatan.
j) Schedule progres kemajuan yang menunjukkan tanggal penerimaan dan jumlah
dan tagihan yang dikirim tetapi belum dibayar.
k) Perkiraan jumlah pembayaran dari pemilik untuk bulan periode berikutnya.
l) Foto-foto pelaksanaan pekerjaan pada bulan tersebut.

1-2
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

4) Foto-foto Pelaksanaan Pekerjaan


- Kontraktor harus membuat foto yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan
pekerjaan, foto harus menunjukkan keadaan sebelum dimulai pelaksanaan, sedang
dalam pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan. Pengambilan fot harus dalam
satu titk dan arah yang sama.
- Tiga lembar cetak foto untuk setiap pemotretan harus diserahkan kepada Direksi
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari.
- Ukuran foto 3R
- Setiap foto harus dilampirkan sebagai berikut :
 Penjelasan ringkas, termasuk lokasi dan kode nomor
 Nomor foto dan tanggal pengambilan
 Nama kontraktor
 Nama proyek
- Negatif film harus diserahkan juga kepada Direksi dengan diberi label dan mudah
disimpan.
4. Gambar-Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan yang cermat terutama ukuran-ukurannya maupun
dimensi dari segi yang tertera di dalam gambar rencana tersebut. Bila ada yang tidak sesuai atau
kurang jelas harus dikonfirmasikan kepada Direksi. Semua yang meragukan harus dimintakan
penegasan dari Direksi dalam bentuk tertulis.
Format Gambar
1) Bahasa
Semua gambar dan data perhitungan pendukungnya yang harus disiapkan oleh
kontraktor menggunakan bahasa Indonesia, bila ada gambar yang berbahasa asing
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
2) Satuan
Semua satuan menggunaan sistem metrik.
3) Ukuran
Semua gambar menggunakan ukuran standard, JIS, ukuran A1 (594 mm x 841 mm),
kecuali ada perintah lain atau persetujuan dari Direksi.
4) Judul
Konsep tentang judul maupun format semua gambar yang disiapkan oleh kontraktor,
ditunjukkan terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan Direksi.
5) Penomoran
Referensi penomoran gambar menggunakan sistem penomoran gambar teknik. Urutan
penomoran akan ditetapkan oleh Direksi. Bila kontraktor bermaksud memberikan
referensi penomoran untuk kepentingan sendiri bisa menambahkan kolom pada kolom-
kolom judul.
6) Indeks Gambar
Tiap-tiap gambar yang dihasilkan diberikan indeks. Lembaran-lembaran indeks gambar
harus diserahkan kepada direksi.
7) Gambar di lapangan
Semua lembara gambar yang paling akhir mendapatkan persetujuan revisi oleh direksi
segera dikirim ke kantor lapangan kontraktor.
Gambar-gambar tersebut harus selalu ada di lapangan dan sewaktu-waktu selalu dapat
dipergunakan untuk pemeriksaan oleh Direksi.
a. Gambar pelaksanaan (Construction Drawing)
Semua gambar untuk dilaksanakan (construction drawing) diberikan oleh Pemilik yang
disiapkan oleh Konsultan.
Dalam gambar ini jelas menunjukkan tata letaknya, dimensinya, jenis konstruksinya dan
seterusnya seperti yang disebutkan dalam spesifikasi atau petunjuk direksi.
b. Gambar Kerja (Working Drawing)
Kontraktor harus membuat gambar kerja (working drawing) dan gambar tersebut mengacu
pada gambar untuk dilaksanakan (construction drawing) yang diberikan oleh pemilik
pekerjaan.
Gambar kerja harus detail dan dicantumkan jumlah material yang digunakan (bar bending
schedule, list of material, dll), juga mempertimbangkan kemudahan pemeriksaan/inspeksi

1-3
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

dari prosedur kerja maupun metode pelaksanaan yang akan dikerjakan di lapangan oleh
Kontraktor.
Gambar kerja diajukan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap cetak biru (blue print)
untuk dilakukan pemeriksaan sampai mendapatkan persetujuan. Bila ada perubahan dalam
gambar kerja, maka harus dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Direksi dan
gambar perubahan ini merupakan bagian daripada Gambar Kerja.
Dari gambar kerja yang telah disetujui, ternyata setelah memperhatikan kondisi pondasi,
hasil galian maupun hasil test laboratorium, konstruksi yang dikehendaki lain dan perlu
perubahan gambar kerja, maka perubahan tersebut harus dalam bentuk tertulis dari Direksi
pekerjaan. Semua biaya gambar kerja berikut perubahan-perubahannya menjadi beban
kontraktor.
Gambar kerja dalam beberapa item pekerjaan juga digunakan sebagai dasar acuan
pengajuan Tagihan Pembayaran (Monthly Payment) Kontraktor.
c. Gambar Fasilitas/Bangunan Sementara
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulai pekerjaan dari tiap seksi
pekerjaan, kontraktor harus sudah mengirimkan gambar-gambar fasilitas/bangunan
sementara yang akan dipergunakan di daerah areal proyek seperti gambar gudang, rencana
kantor, tempat penyimpanan peralatan mesin, asrama pekerja dan bangunan, bangunan
lainnya yang diusulkan oleh kontraktor. Gambar-gambar harus mendapatkan persetujuand
dari Direksi.
Bila ternyata dalam pelaksanaan ada perubahan, kontraktor juga harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi perihal perubahan tersebut baik dari segi lokasi maupun
konstruksinya.
d. Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
1) Selama pelaksanaan konstruksi pekerjaan, kontraktor harus mengikuti seksama dan
mencocokkan dengan gambar kerja. Ketidakcocokan dengan gambar kerka yang telah
disetujui, supaya dicantumkan perubahan-perubahannya dan konstruksi pekerjaan yang
dikerjakan sesuai dengan keadaan yang dikerjakan/dengan keadaan sebenarnya untuk
selanjutnya dibuat gambar terlaksana.
2) Penyesuaian gambar dengan pelaksana pekerjaan di lapangan akan diadakan
pemeriksaan oleh Direksi Teknik.
Bila dari hasil pemeriksaan ternyata ditemukan ketidak sesuaian maka dalam jangka 14
(empat belas) hari, kontraktor harus telah memperbaiki gambar tersebut, sehingga
gambar terlaksana benar-benar sesuai dengan yang dilaksanakan di lapangan.
Setelah mendapatkan persetujuan maka Kontraktor menggandakan di samping untuk
keperluannya sendiri, sebanyak 3 (tiga) set diserahka kepada Direksi/Engineer.
3) Gambar terlaksana harus dibuat di atas, kertas kalkir yang berkualitas baik dari
memudahkan dalam penggandaannya. Selanjutnya gambar terlaksana yang telah selesai
dan telah mendapatkan persetujuan dari Direksi/Engineer diserahkan kepada pemilik
pekerjaan oleh kontraktor.
4) Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah penandatanganan serah terima pekerjaan
100%,kontraktor harus sudah menyerahkan gambar terlaksana lengkap yang terdiri dari
:
a) 1 (satu) set gambar lengkap dalam kertas kalkir berkualitas baik.
b) 3 (tiga) set gambar lengkap cetakan ukuran penuh (A 1)
c) 10 (sepuluh) set gambar lengkap, dengan uk. diperkecil menjadi A3.

d) Gambar-Gambar Lain
Selain gambar-gambar yang disebutkan di atas, gambar-gambar lain yang masih diperlukan
dalam pelaksanaan seperti gambar metode pelaksanaan, skema diagram ataupun grafik
jadwal pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan juga untuk mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Engineer.
5. Jika ada perbedaan gambar dan syarat-syarat teknik, maka syarat-syarat teknik yang harus
diikuti. Jika ada perbedaan pada gambar dan atau ukuran-ukuran maka gambar skala yang lebih
besar yang diikuti, dan jika terdapat keragu-raguan dari isi dokumen proyek, maka kontrakor

1-4
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

harus mendiskusikan atau minta penjelasan pada direksi teknik, dan dalam terjadi pertentangan
6. isi antara dokumen-dokumen yang ada maka yang menentukan adalah tingkat “kekuatan” dari
dokumen yang dimaksud sebagaimana telah ditetapkan dalam salah satu bagian dari dokumen
proyek.
7. Survey dan Pengukuran Kembali
a. Paling lambat 15 hari setelah penandatanganan kontrak, kontraktor diwajibkan untuk
melaksanakan survey lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur jalan lama.
Kemudian harus mengajukan atau menyerahkan laporan lengkap dan detail dari hasil survey
ini kepada direksi teknik. Laporan itu berupa rencana kera secara tertulis, menjelaskan
secara terperinci urutan-urutan dan cara pelaksanaan pekerjaan, termasuk hal-hal khusus
bila perlu, misalnya cuaca/curah hujan dan sebagainya.
b. Titik referensi atau Bench Mark (BM), telah ditetapkan oleh Pemilik di lapangan seperti
dapat diperiksa di dalam gambar.
Pengecekan BM sebelum digunakan sebagai pedoman kordinat dan elevasi harus diadakan
pengecekan dan verifikasi tentang akurasinya.
Kontraktor harus membuat titik referensi/BM sementara untuk kepentingan kontraktor
sendiri dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi setiap titik/BM sementara harus mendapat
persetujuan direksi lapangan.
c. Kontraktor harus menyampaikan secara Direksi, rencana pemasangan patok-patok dalam
waktu tidak kurang dari 48 jam, mendahului pelaksanaannya. Pematolan dilakukan oleh
kontraktor di bawah supervisi direksi dan bila dianggap perlu direksi dapat melakukan
perubahan-perubahan di lapangan dan dalam hal ini akan disampaikan secara tertulis
kepada kontraktor.
d. Kontraktor harus mempersiapkan alat-alat ukur yang diperlukan di lapangan sehubungan
dengan pekerjaan ini, termasuk yang diperlukan oleh direksi untuk pengecekan.
8. Peralatan
Kontraktor harus mengajukan daftar peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan schedule pada rencana dan kontraktor mempersiapkan peralatan
lapangan sebelum pelaksanaan dimulai seperti tanda pengaman lalu lintas, rol meter, mal
ukuran kemiringan, papan nama proyek dan foto keadaan.
9. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat minimal seperti yang ditetapkan
dalam peraturan umum mengenai bangunan di Indonesia.
a. Air
Air untuk pengecoran beton harus air tawar yang tidak mengandung mineral dan alkalide.
Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat yang sebagaiman diuraikan dalam PBI-1971 dan
PUBB (NI-12) 1971.
b. Portland Cement (PC)
 Digunakan Portland Cement (PC) biasa yang mempunyai kualitas mineral sampai dengan
S.400 (semen tonasa atau semen bosowa), berdasarkan kualifikasi yang diteatpkan
dalam NI-8.
 Semen yang telah mengeras/membantu atau berbungkah tidak boleh dipergukan lagi.

c. Pasir
Pasir pasangan dan pasir beton dipergunakan pasir yang memenuhi syarat baik dan bersih,
tidak mengandung lumpur serta tidak terlalu halus telah disetujui oleh Pihak Direksi.
Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang diuraikan dalam PBI-1971 dan
PUBB (NI-12) 1971.
d. Batu
Untuk pasangan pondasi dipakai batu gunung atau batu kali yang sudah pecah jenis keras,
bersih dan permukaan tidak licin, ukuran besar rata-rata 20 cm. Sedangkan untuk pasangan
tembok dipakai batu-bata kualitas baik dan telah mendapat persetujuan direksi.

1-5
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

e. Kayu
Kayu yang digunakan adalah kayu kelas I jenis bayam dan kayu kelas II ex Samarinda atau
yang berkualitas baik/mutu “A”.
f. Kerikil
Kerikil beton yang digunakan adalah kerikil cipping yang itdak mengandung lumpur.
g. Besi Beton
Besi beton digunakan besi U24 sesuai syarat atau peraturan Bahan Bangunan Indonesia.

10. Sumber Material


Kontraktor harus mencari sendiri sumber-sumber bahan sub base yang memenuhi syarat dan
mengajukan daftar kepada direksi mengenai sumber (asal) subbase yang aka n digunakan.
Direksi bersama kontraktor mengambil contoh material tersebut untuk keperluan pemeriksaan
sebelum memberikan persetujuannya, biaya-biaya untuk itu menjadi tanggungan kontraktor.
11. Pemeriksaan testing dan persetujuan
Kontraktor harus menyerahkan hasil pemeriksaan sebelum sumber bahan tersebut dieksploitir.
Segala biaya yang menyangkut pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Material-
material yang contohnya masih dalam tahap pemeriksaan, atau sifat-sifatnya meragukan belum
diperkenakan untuk dibawah ke job site, dan bila material yang telah ada di job site ternyata
tidak memenuhi syarat yang ditetapkan, direksi berhak untuk menolaknya dan kontraktor harus
segera menyingkirkannya atas biaya sendiri.
12. Penyimpanan Material
a. Harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak mengalami perubahan komposisi (segregasi)
dan sedapat mungkin ditumpuk di tempat yang ditunjuk/ disetujui direksi. Segala biaya yang
dikeluarkan termasuk ganti rugi bila penyimpanan tersebut berada di luar batas penguasaan
jalan, menjadi tanggungan kontraktor.
b. Penempatan material harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu lalu lintas dan
tidak mengurangi mutu material dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Jenis bahan material yang akan dimasukkan ke dalam lokasi harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu oleh pengawas lapangan dengan memberikan contoh bahan.
d. Bahan material yang ditolak harus dikeluarkan dari lokasi proyek atas tanggungan/biaya
pemborong sendiri selambat-lambatnya 2 x 24 jam sejak waktu ditolak bahan material
tersebut.
13. Persyaratan Material
Semua material harus bersih dan kotoran-kotoran, bahan-bahan organik dan bahan-bahan lain
yang tidak dikehendaki. Material yang dipakai sebagai bahan subbase digolongkan kepada 3
macam kelas yaitu A, B dan C yang penggunaannya masing-masing dijelaskan dalam petunjuk
teknis Departemen PU Bina Marga dan diupayakan bahan yang berada di sekitar lokasi.

14. Biaya-Biaya
Kontraktor menanggung segala biaya ganti rugi/kompensasi biaya-biaya retribusi dan sebagainya
yang sehubungan dengan pengambilan/ penandatanganan material-material tersebut, namun
tidak ada mata pembiayaan khusus untuk hal ini sehingga kesemuanya telah harus
diperhitungkan dalam harga satuan material tersebut.
15. Lalu Lintas
Lalu lintas pengalihan (penyimpanan) perlu disediakan untuk kendaraan roda dua sedangkan
kendaraan roda empat tidak diperkenangkan lewat di atas permukaan jalan beton yang baru
dikerjakan sampai siapa untuk dilewati. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan
akibat lalu lintas.

1-6
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Pasal 2
Pekerjaan Pembersihan, Selesai dan Tambahan

1. Pekerjaan Pembersihan
Pembersihan Selama Pelaksanaan
a. Pihak kontraktor harus melaksanakan pembersihan rutin lokasi daerah dari tumpukan-
tumpukan bahan sisa, sampah dan kotoran lainnya.
b. Menjamin bahwa sistem lining terbebas dari kotoran.
c. Menjaga kebersihan secara teratur, rambu-rambu lalu lintas dan sejenisnya.
d. Siapkan di daerah kerja tempat-tempat sampah untuk pengumpulan bahan-bahan sisa,
kotoran dan sampah sebelum dibuang.

2. Pembersihan Akhir
a. Semua sisa bahan, setelah pekerjaan selesai harus diangkut keluar lokasi.
b. Setelah pekerjaan dinyatakan selesai maka semua bangunan baru yang kotor harus dicuci
dan diberishkan.
c. Semua macam pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Pekerjaan Selesai
Pekerjaan dianggap selesai jika :
a. Pekerjaan telah diperiksa secara bersama oleh direksi pekerjaan sesuai ketentuan yang
berlaku.
4. Pekerjaan Tambahan
a. Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini maka semua ketentuan administrasi,
pemeriksaan bahan, mutu serta ketentuan lain dari pemeriksaan yang menyangkut
pelaksanaan bahan mutu pekerjaan ini termasuk pula sebagai syarat-syarat yang harus
dipenuh dan ditaati.
b. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan yang keliru/kelalaian kontraktor
adalah menjadi tanggung jawab kontraktor.
c. Biaya pemeliharaan dan sejenisnya sampai bangunan diserahkan untuk kedua kalinya
menjadi tanggungan rekanan.

Pasal 3
Penutup

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini, akan diatur dalam
Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Kontrak).
2. Semua batasan (definisi) dan ketentuan-ketentuan dalam RKS ini berlaku pula untuk kontrak.
3. RKS ini merupakan dokumen lelang yang tidak terpisahkan dengan Surat Perjanjian Pekerjaan
(Kontrak).

1-7
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
SPESIFIKASI UMUM 2010 (Revisi 3)

DIVISI 3

PEKERJAAN TANAH

SEKSI 3.2

TIMBUNAN

3.2.1 UMUM
1) Umum

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan


pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalarn Seksi ini harus dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, dan Timbunan
Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa.

c) Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya


dukung tanah dasar pad a lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah gal ian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan
untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curarn karena keterbatasan ruangan, dan
untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah
faktor yang kritis.

d) Tirnbunan Pilihan Berbutir harus digunakan sebagai lapisan penopang


(capping layer) pada tanah lunak yang mernpunyai CBR lapangan kurang
2% yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau stabilisasi, dan
diatas tanah rawa, daerah berair dan lokasi-lokasi serupa dimana bahan
Timbunan Pilihan dan Biasa tidak dapat dipadatkan dengan memuaskan.

e) Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara permanen berada di


bawah perrnukan air, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak dapat
dialirkan atau dikeringkan dengan metoda yang dapat dipertimbangkan
dalam Spesifikasi ini.

f) Baik Timbunan Pilihan maupun Timbunan Pilihan Berbutir harus


digunakan untuk penimbunan kembali pada abutmen dan dinding
penahan tanah serta daerah kritis lainnya yang memiliki jangkauan
terbatas untuk pemadatan dengan alat sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar atau bilarnana diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

g) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase
porous yang dipakai untuk drainase bawah pennukaan atau untuk mencegah
hanyutnya partikel halus tanah akibat proses penyaringan. Bahan timbunanjenis
ini telah diuraikan dalam Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.

3-1
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
h) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalarn Spesifikasi ini
mungkin diperlukan.ditujukan terhadap dampak khusus lapangan termasuk
konsolidasi dan stabilitas lereng,

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini tetapi tidak terbatas berikut ini:

a) Transportasi dan Penanganan Seksi 1.5


b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8
e) Kajian Teknisl.apangan Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan Seksi 1.1J
e) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
t) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
g) Drainase Porous Seksi 2.4
h) Galian Seksi 3.1
i) Penyiapan Badan Jalan Seksi 3.3
j) Beton Seksi 7.1
k) Pasangan Batu Seksi 7.9
I) Pemeliharaan Jalan Sam ping Dan Jembatan Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari
2 em atau lebih rendah 3 em dari yang ditentukan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus rnemiliki kelandaian yang eukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.

e) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 em


dari garis profil yang ditentukan.

d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang diatas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 em atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 em.

4) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI):


SNI-03-6371-2000 Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara Unifikasi
Tanah.
SNr 03-6795-2002 Metode Pengujian untuk Menentukan Tanah Ekspansif
SNI03-6797-2002 Tata Cara Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah Agregat
untuk Konstruksi Jalan
SN[ 1742: 2008 Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah.
SNJ 1743: 2008 Cara Uj i Kepadatan Berat untuk Tanah.
SNl1966: 2008 Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas
Tanah.
SNI 1967: 2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair untuk Tanah.
SNJ 3423: 2008 Cara Uji Analisis Ukuran ButirTanah.
SN12828: 20 II Cara Uji Densitas Tanah Di Tempat (Lapangan) Dengan Alat
Konus.
Metode Uji CBR Laboratorium.
SNI 17442012

3-2
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari
Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di
bawah ini kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk
memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi Pekerjaan:

i) Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan


yang telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;

ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan


pada pennukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan
dibampar cukup memadai, bilamana diperlukan menurut Pasal
3.2.3.(1).(b) di bawah ini.

b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi


Pekerjaan paling larnbat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:

i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu


contoh harus disimpan oleb Direksi Pekerjaan untuk rujukan
selama Peri ode Kontrak;

ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusul.kan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan yang disyaratkan PasaI3.2.2.

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini da1am bentuk tertulis
kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan,
dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, tidak
diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan
sebelumnya :

i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Pasal


3.2.4.

ii) HasiJ pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan


bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam PasaI3.2.1.(3)
dipenuhi.

6) ladwal Kerja

a) Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan dengan


menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan
tetap terbuka untuk 1alu lintas.

b) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan tembok


sayap jembatan, Penyedia Jasa harus menunda sebagian pekerjaan
timbunan pada oprit setiap jembatan di lokasi-Iokasi yang ditentukan oleb
Direksi Pekerjaan, sampai waktu yang cukup untuk mendahulukan
pelaksanaan abutment dan tembok sayap, selanjutnya dapat diperkenankan

3-3
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

untuk menyelesaikan oprit dengan Iancar tanpa adanya resiko gangguan


atau kerusakan pada pekerjaan jembatan.

7) Kondisi Tempat Kerja

a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan hams dijaga tetap kering
segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan
selama pelaksanaan timbunan hams memiliki iereng melintang yang cukup
untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga
harus menjamin bahwa pekerjaan akbir mempunyai drainase yang baik.
Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang
ke dalam sistem drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai
harus disediakan pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim
drainase perman en.

b) Penyedia Jasa hams selalu menyectiakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan seJama operasi penghamparan dan
pemadatan.

8) Perbaikan Terhadap Timbunan yang Tidak Memenuhi Ketentl.lan atau Tidak Stabil

a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang


disyaratkan atau disetujui atau toJeransi permukaan yang disyaratkan dalam
PasaJ 3.2.1.(3) hams diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan
membuang atau menambah bahan sebagairnana yang diperlukan dan
dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.

b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas


kadar airnya yang disyaratkan dalam PasaJ 3.2.2.(3).b) atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, hams diperbaiki dengan menggaru bahan
tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur
seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau peralatan lain yang
disetujui.

c) Tirnbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam


batas-batas kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(3).(b) atau seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, hams diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara
berulang-ulang dengan seJang waktu istirahat selama penanganan, dalam
cuaca cerah. Altematif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak
dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut,
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan
dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok,

d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang


disyaratkan dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir
atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan
asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
ketentuan dalam Spesifikasi ini.

e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat•


sifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tam bahan, penggemburan

3-4
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau
pembuangan dan penggantian bahan.

f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek
setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Direksi
Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(8).(c) dari
Spesifikasi ini.

9) Pengembalian Bentuk Pekeljaru1 Setelah Pengyjian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi ini.

10) Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air
bahan berada di luar rentang yang disyaratkan dalam Pasa13.2.3.(3).(b). Semua
timbunan yang belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan dengan cukup untuk
memperkecil penyerapan air atau harus ditutup dengan lembaran plastik pada akhir
kerja setiap hari danjuga ketika akan turun hujan lebat.

11) Pengendalian Lalu Lintas

Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi 1.8, Manajemen
dan KeseJamatan Lalu Lintas.

3.2.2 BAHAN

1) Sumber Bahan

Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan Seksi
1.11 "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Timbunan Biasa

a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari


bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Pasal 3 .1.1.( I) dari
Spesifikasi ini.

b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas


tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNJ-03-6797-2002
(AASHTO MI4S) atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil
Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi
tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian
dasar dari timbunan atau pad a penimbunan kembali yang tidak memerlukan
daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sarna
sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian
dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai
tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI03-1744-1989,
harus memiliki nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung

3-5
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

tanab dasar yang diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam


gambar atau tidak kurang dari 6% jika tidak disebutkan lain (CBRsetelab
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum
(MDD) seperti yang ditentukan oleh SNl 03-1742-1989).

c) Tanab sangat expansive yang merniliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai
"very high" atau "extra high" tidak boleh digunakan sebagai ballan
tirnbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI -
(SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNT 03-3422-1994).

d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang
mempunyai sifatsifatsebagaiberikut:
Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam
sistemUSCS serta tanab yang mengandung daun - daunan, rum put•
rumputan, akar, dan sampah.

(i) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan
(melampaui Kadar Air Optimum + 1%).

(ii) Tanah yang rnempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat
tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe (Lamp iran 3.2.A) dengan
ciri ciri adanya retak memanjang sejajar tepi perkerasan jalan.

3) Tirnbunan Piliban

a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Tirnbunan Pilihan atau


Timbunan Pilihan Berbutir bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud
dirnana bahan-bahan ini telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang
sebagai timbunan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui
sebagai hal tersebut sesuai dengan Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini).

b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai tim bun an pilihan harus terdiri dari
bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk
timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu
yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan
pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR
paling sedikit 10.% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai
100.% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 1742:2008.

c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan


stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser
yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal,
maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan
bergradasi baik atau lempung pasiran atau lernpung berplastisitas rendah.
Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan
tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun,
atau pada tekanan yang akan dipikul.

3-6
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

4) Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Lunak atau Tanah Rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawadan untuk keadaan di mana


penghamparan dalam kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan haruslah
batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas
maksimum 6 % (enam persen).

3.2.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADANTAN


1) Penyiapan Tempat Kerja

a) SebeJum penghamparan timbunan pada setiap temp at, semua baban yang
tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.1.1.(11), 3.],2.(1 ),dan 3.1.2.(5)dari
Spesifikasi ini.

b) Keeuali untuk daerah tanab lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan
atau tanah rawa, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya
(termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai 15 em bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk Timbunan yang ditempatkan diatasnya.

e) Bilamana timbunan akan dibangun diatas permukaan tanah dengan


kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan diatas permukaan lama atau
pembangunan timbunan baru, maka lereng lama akan dipotong sampai
tanah yang keras dan bertangga dengan lebar yang cukup sehingga
memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi, Tangga-tangga
tersebut tidak boleh mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus
dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih dari 30 em untuk
kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak Jebih dari 60 em untuk
kelandaian yang sama atau lebih besar dari 15%.

d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian


hingga memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif.

2) Penghamparan Timbunan

a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan


disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(3). Bilamana
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat
mungkin dibagi rata sehingga samatebalnya.

b) Tanah timbunan umumnya diangkut Jangsung dari lokasi sumber bahan ke


permukaan yang teJah disiapkan pada saat euaea cerah dan disebarkan.
Penurnpukan tanah tirnbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.

e) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tereampur.
Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah
yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai aeuan
sementara dari pel at baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat
pengisian timbunan dan drainase porous diJaksanakan.

3-7
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus


dilaksanakan dengan sistematis dan seeepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali,
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 3 jam setelah pemberian
adukan pada sambungan pipa atau pengeeoran struktur beton gravity,
pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar
gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah
dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama


harus disiapkan dengan membuang seluruh teturnbuhan yang terdapat pada
perrnukaan lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi)
sehingga timbunan baru akan terkunei pada timbunan lama sedemikian
sarnpai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang
diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sarnpai dengan
elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup seeepat mungkin dengan
lapis pondasi bawah dan atas sarnpai elevasi permukaan jalan lama
sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas seeepat
mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan
lainnya bilamana diperlukan.

f) Lapisan penopang diatas tanah lunak termasuk tanah rawa harus


diharnpar sesegera mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah
persetujuan setiap penggalian atau pembersihan dan pengupasan oleh
Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang dapat dihampar satu lapis atau
beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 metersesuai dengan
kondisi lapangan dan sebagimana diperintahkan atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Ketentuan Pasal 3.2.4.(2) tidak digunakan.

3) Pemadatan Timbunan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus


dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.

b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air


bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di
atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNT03-1742-1989.

e) Seluruh timbunan batu hams ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal
20 em dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 em serta marnpu mengisi rongga-rongga batu pad a bagian
atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.(2)
di bawah.

d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang


disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.

3-8
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang

e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan rnenerirna
jumlah usaha pemadatan yang sarna. Bilarnana memungkinkan, lalu lintas
alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan tirnbunan dan lajur
yang dilewati harus terus rnenerus divariasi agar dapat rnenyebarkan
pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

f) Dalarn rnembuat timbunan sampai pada atau diatas gorong-gorong dan


bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia
Jasa harus rnembuat tirnbunan tersebut sarna tinggi pada kedua sisinya.
Jika kondisi-kondisi mernerlukan penempatan timbunan kembali atau
tirnbunan pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan
bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak boLeh dilakukan sampai
persetujuan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dan tidak melakukan
penimbunan sampai struktur tersebut telah berada di tempat dalam waktu
14 hari, dan pengujian-pengujian yang dilakukan di Iaboratoriurn di
bawah pengawasan Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa struktur
tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup untuk rnenahan tekanan
apapun yang ditimbulkan oleh metoda ya.ng digunakan dan bahan yang
diharnpar tanpa adanya kerusakan atau regangan yang di luar faktor
keamanan.

g) Untuk rnenghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutrnen jernbatan,


tembok sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus,
untuktempat-tempattertentu yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
rnenunda pekerjaan timbunan yang membentuk oprit dari setiap struktur
semacarn ini sampai saat ketika pelaksanaan selanjutnya boleh
didahulukan untuk penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu atau
merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus
terrnasuk dalam harga satuan Kontrak untuk "Galian Biasa", "Tirnbunan
Biasa", dan "Timbunan Pilihan".

h) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dirnasuki oleh alat
pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal
gembur tidak lebih dad 10 ern dan seluruhnya dipadatkan dengan
menggunakan pemadat mekanis.

i) Tirnbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
rnesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur
tidak lebih dari 10 ern dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis
atau timbris (tamper) manual dengan berat statis minimum 10 kg.
Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.

4) Penyiapan Tanah Dasar pada Timbunan

Ketentuan dari Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan harus berlaku,

3-9
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang

3.2.4 JAMINAN MUTU

1) Pengendalian Mutu Bahan

a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan


awaJ mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi
bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan
dalam Pasal 3.2.2 dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber
bah an yang diusulkan, yang dipiLih mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan.

b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut


pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar
perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus


dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke
lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan tetapi untuk setiap ) 000 meter kubik bahan timbunan yang
diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu
pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(2).(c).
Direksi Pekerjaan setiap saat dapat rnemerintahkan dilakukannya uji ke•
ekspansifan tanah sesuai SNI 03-6795-2002.

2) Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan Tanah

a) Lapisan tanah yang lebih dalarn dari 30 ern di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNl 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih
dari 10 % bahan yang tertahan pad a ayakan 19 mm, kepadatan kering
rnaksimurn yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran
lebih (oversize) tersebut sebagairnana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 ern atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sarnpai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pad a setiap lapis tirnbunan yang


dipadatkan sesuai dengan SNI 2828 : 2011 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Penyedia Jasa
harus rnernperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.2.1.(8) dari Seksi ini.
Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang
lebih dari 200 111. Untuk penirnbunan kembali di sekitar struktur atau pad a
galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit hams dilaksanakan satu
pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai
dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan
yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan
timbunan yang dihampar.

3) Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu

Pengharnparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan


menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat

3 - 10
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang

lainnya yang serupa. Pernadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang


sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan
harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat.
Setiap Japis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada
pennukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya
dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 em lapisan teratas timbunan dan batu
berdimensi lebih besar dari 10 em tidak diperkenankan untuk disertakan dalam
lapisan teratas ini.

4) Kriteria Pemadatan untuk Lapisan Penopang

Timbunan Pilihan Berbutir lapisan penopang diatas tanah lunak (CBR lapangan
kurang dari 2%) dapat dihampar dalam satu atau beberapa lapis yang harus
dipadatkan dengan persetujuan khusus tergantung kondisi lapangan. Tingkat
pemadatan harus eukup agar dapat memungkinkan pemadatan sepenuhnya pad a
timbunan pilihan lapis selanjutnya dan lapisan perkerasan.

5) Pereobaan Pemadatan

Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam mernilih metode dan peralatan untuk
mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Penyedia Jasa tidak
sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini
hams diikuti.

Percobaan lapangan hams dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan


pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tereapai sehingga dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Basil percobaan lapangan ini selanjutnya harus
digunakan dalam menetapkanjumlah lintasan,jenis peralatan pemadat dan kadar air
untuk seluruh pemadatan berikutnya.

3.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


I) Pengukuran Timbunan

a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan


yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur
harus berdasarkan garnbar penampang melintang profil tanah asli yang
disetujui atau profil gal ian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan
gambar dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir
yang disyaratkan dan diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah
metode luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang
pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m, dan berselang tidak
lebih dari 50 meter untuk daearah yang datar.

b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang


disetujui, tennasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai
akibat penggalian bertangga pada atau penguneian ke dalam lereng lama,
atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan ke
dalam volume yang diukur untuk pembayaran keeuali bila :

i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bah an tidak


memenuhi ketentuan atau bahan yang lunak sesuai dengan Pasal
3.1.2.( I).(b) dari Spesifikasi ini, atau untuk mengganti batu atau

3 - 11
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang

bahan keras lainnya yang digali menurut Pasal 3.1.2.(1).(c) dari


Spesifikasi ini.

ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki


pekerjaan yang tidak stabil atau gagal bilamana Penyedia Jasa tidak
dianggap bertanggung-jawab menurut Pasal 3.2.1.(8).(f) dari
Spesifikasiini.

iii) Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat
diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli.maka pembayaran
akan dilakukan tergantung apakah timbunan biasa atau pilihan
yang digunakan:

A. Jika bah an Timbunan Biasa digunakan, pengukuran


akan dilakukan:

• Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur


penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan
diarnati bersama oleh Direksi Pekerjaan dengan
Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.1 dan hanya diijinkan
jika catatan penurunan (settlement) yang
didokumentasikandipelihara dengan baik.

B. Jika bahan Timbunan Pilihan digunakan,


pengukuran akan dilakukan dengan salah satu cara
yang ditentukan menurut pendapat Direksi Pekerjaan
berikut ini:

• Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur


penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan
diamati bersama oleh Direksi Pekerjaan dengan
Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.2dan hanya diijinkan
jika catatan penurunan (settlement) yang
didokumentasikandipelihara dengan baik..

• Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan


pengangkut sebelum pembongkaran muatan di lokasi
penimbunan. Kuantitas timbunan kemudian dapat
ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan
yang dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Direksi
Pekerjaan, setelah bahan di atas bak truk diratakan
sesuai dengan bidang datar horisontal yang sejajar
dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini
akan dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.3 dan
hanya akan diperkenankan bilamana kuantitas tersebut
telah disahkan oleh DireksiPekerjaan.

3 - 12
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang

c) Timbunan yang diharnpar untuk mengganti tanah yang dibuang oleh


Penyedia Jasa untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-gorong,
drainase bawah tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk pembayaran
dalam Seksi ini, dan biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah termasuk
dalarn barga satuan penawaran untuk bahan yang bersangkutan,
sebagaimana disyaratkan menurut Seksi lain dan Spesiftkasi ini. Akan
tetapi, timbunan tambahan yang diperlukan untuk mengisi bagian belakang
struktur penahan akan diukur dan dibayar menurut Seksi ini.

d) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan,


atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk
menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran
timbunan.

e) Drainase porous akan diukur menurut Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini dan
tidak akan termasuk daJam pengukuran dari Seksi ini.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, daJam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
Mata Pembayaran terdaftar di bawah, dirnana harga tersebut harus sudah rnerupakan
kornpensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan, pernadatan,
penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya
untuk penyelesaian yang sebagaimana rnestinya dari pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.

NomorMata Uraian Satua n


Pembayaran Pengukuran

3.2.( 1a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian Meter Kubik

3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian Meter Kubik

3 - 13
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang

SEKSI 3.3

PENYIAPAN BADAN JALAN

3.3.1 UMUM

1)

a) Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan


tanah dasar atau permukaanjalan kerikil lama untuk penghamparan Lapis
Pondasi Agregat, Lapis Pondasi JaJan Tanpa Penutup AspaJ, Lapis Pondasi
Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspaldi daerah jalur lalu lintas
(termasukjaJur tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak ditetapkan
sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisidan di daerah balm jalan baru
yang bukan diatas timbunan baru akibat pelebaran lajur lalu lintas.

b) Menurut Seksi dari Spesifikasi ini pembayaran tidak boleh dilakukan


terhadap Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama yang diuraikan dalam
Seksi 8.1 maupun Pengembalian Kondisi Bahu JaJan Lama pada Jalan
Berpenutup Aspal yang diuraikan dalam Seksi 8.2.

c) Untukjalan kerikil, pekerjaan dapatjuga mencakup perataan berat dengan


motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan
tanpa penambahan bahan baru.

d) Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan


timbunan minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian
tanah atau bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan
sarnpai bahan perkerasan ditempatkan diatasnya, yang semuanya sesuai
dengan Gambar dan Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitandengan Seksi Ini

a) Manajemen dan KeselamatanLalli Lintas Seksi 1.8


b) Kajian TeknisLapangan Seksi 1.9
c) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
d) Keselamatandan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
e) Galian Seksi 3.1
t) Timbunan Seksi 3.2
g) Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan Seksi 4.1
h) Bahu Jalan Seksi 4.2
i) Lapis Pondasi Agregat Seksi 5. L
j) Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Seksi 5.2
k) Lapis Pondasi Semen Tanah Seksi 5.4
I) Campuran Aspal Panas Seksi 6.3
m) PengembalianKondisi Perkerasan Lama Seksi 8.1
n) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama Pada Jalan Seksi 8.2
BerpenutupAspal
0) PemeliharaanJaJanSamping Dan Jembatan Seksi 10.2

3 - 14
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang
3) ToJeransi Dimensi

a) Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boJeh Jebih tinggi 2 sentimeter


atau Jebih rendah 3 sentimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.

b) Seluruh pennukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki
kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran be bas dari air
permukaan.

4) Standar Rujukan

Standar rujukan yang relevan adalah yang diberikan dalam Pasal 3.2.1.(4) dad
Spesifikasi ini.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Pengajuan yang berhubungan dengan Galian, Pasal 3.1.1.(4), dan


Timbunan, Pasal 3.2.1.(5) harus dibuat masing-masing untuk seluruh
Galian dan Timbunan yang dilaksanakan untuk Penyiapan Badan Jalan.

b) Penyedia Jasa harus menyerahkan dalam bentuk tertulis kepada Direksi


Pekerjaan segera setelah selesainya suatu ruas pekerjaan dan sebelum setiap
persetujuan yang dapat diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas
tanah dasar atau permukaanjalan, berikut ini :

i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam Pasal


3.3.3.(2) di bawah ini.

ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survei yang


menun-jukkan bahwa toleransi pennukaan yang disyaratkan dalam
Pasal 3.3.1.(3) dipenuhi.

6) Jadwal Kerja

a) Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi


tanah dasar atau permukaan jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya atas
bahan yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum
dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau permukaan jalan. Seluruh
pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga
menjamin keefektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah
kerusakan tanah dasar atau permukaanjalan oleh aliran air permukaan.

b) Bilamana pennukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti
oleh penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar
dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar
yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa
sehingga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan peralatan
yang tersedia dan Penyedia Jasa harus mengatur penyiapan tanah dasar dan
penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup
dekat.

7) Kondisi Tempat Kerja

Ketentuan dalam Pasal 3.1.1.(7) dan 3.2.1.(7), yang berhubungan dengan kondisi
tempat kerja yang disyaratkan, masing-masing untuk Galian dan Timbunan, harus

3 - 15
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang

juga berlaku bilamana berhubungan dengan semua pekerjaan Penyiapan Badan


Jalan, bahkan pad a tempat-tempat yang tidak memerlukan gal ian maupun timbunan.

8) Perbaikan Terhadap Penyiapan Badan Jalan yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Ketentuan yang ditentukan dalam Pasal 3.1.1.(8) dan 3.2.1.(8) yang


berhubungan dengan perbaikan Galian dan Timbunan yang tidak
memenuhi ketentuan, harus juga berlaku bilamana berhubungan dengan
semua pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, bahkan untuk tempat-tempat yang
tidak memerlukan gal ian atau timbunan.

b) Penyedia Jasa harus memperbaiki dengan biaya sendiri atas setiap alur
(rutting) atau gelombang yang terjadi akibat kelalaian pekerja atau lalu
lintas atau oleh sebab lainnya dengan membentuk dan memadatkannya
kembali, menggunakan mesin gilas dengan ukuran dan jenis yang
diperlukan untuk pekerjaan perbaikan ini.

c) Penyedia Jasa harus mernperbaiki, dengan cara yang diperintahkan oleb


Direksi Pekerjaan, setiap kerusakan pada tanah dasar yang mungkin terjadi
akibat pengeringan, retak, atau akibat banjir atau akibat kejadian alam
lairmya.

9) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengyjian

Ketentuan dalam Pasal3 .2.1.(9) harus berlaku.

10) PengendaLian Lalu Lintas

a) Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan dalam Seksi 1.8


Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.

b) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab atas seluruh konsekuensi dari lalu


lintas yang diijinkan melewati tanah dasar, dan Penyedia Jasa harus
melarang lalu lintas yang demikian bilamana Penyedia Jasa dapat
menyediakan sebuah jalan alih (detour) atau dengan pelaksanaan setengah
lebar jalan.
3.3.2 BAHAN

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi
Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerab galian. Bahan yang
digunakan dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, dan sifat-sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan
membentuk tanah dasar haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi.

3.3.3 PELAKSANAAN DARI PENYIAP AN BADAN JALAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar hams


dilaksanakan sesuai dengan Pasal 3.1.2.(1) dari Spesifikasi ini.

3 - 16
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreeang - Karondang

b) Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan Pasal


3.2.3 dari Spesifikasi ini.

2) Pemadatan Tanah Dasar

a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari
Pasal 3.2.3.(3) dari Spesifikasi ini.

b) Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan dalam
PasaI3.2.4 dari Spesifikasi ini.

3) Daya Dukung Tanah Dasar di Daerah Galian

Tanah Dasar pada setiap tempat haruslah mempunyai daya dukung minimum
sebagaimana yang diberikan dalam Gambar, atau sekurang-kurangnya mempunyai
CBR minimum 6 %jika tidak disebutkan.

3.3.4 PENGUKURANDAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran untuk Pembayaran

Daerah jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah, dimana operasi
pengembalian kondisi yang disyaratkan dalam Seksi 8.1 atau Seksi 8.2 dari
Spesifikasi ini dipandang tidak sesuai, akan digolongkan sebagai daerah yang
ditingkatkan dan persiapan tanah dasar akan dibayar menurut Seksi ini sebagai
daerah yang persiapan permukaan tanah dasamya telah diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan di atas,
akan dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang dimasukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran seperti terdaftar di bawah ini,
dimana harga dan pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi penuh untuk
seluruh pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk keperJuan
pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam Seksi
101.

NomorMata Uraian
Pemba aran P
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan Meter Persegi

3 - 17
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
SPESIFIKASI UMUM 2010 (Revisi 3)

DIVISI 5
PERKERASAN BERBUTIR

SEKSI 5.1
LAPIS PONDASI AGREGAT

5.1.1 UMUM

1)

Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan,


pembasahan dan pemadatan agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah
diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan
perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara.lapis pondasi agregrat yang telah selesai
sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu, pemeeahan,
pengayakan, pemisahan, peneampuran dan operasi lainnya yang perlu untuk
menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini tetapi tidak terbatas berikut ini :

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8


b) Kajian TeknisLapangan Seksi 1.9
e) Bahan dan Penyimpanan Seksi 1.11
d) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
f) Penyiapan Badan Jalan Seksi 3.3
g) Pelebaran Perkerasan Seksi 4.1
h) Bahu Jalan Seksi 4.2
i) Lapis Pondasi Agregat Semen Seksi 5.5
j) Campuran Beraspal Panas Seksi 6.3
k) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi dan Elevasi

a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel 5.1.1.(1), dengan toleransi
di bawah ini :
TbaI5e11(1..).TI o eransi. EI evasr ermu kaan Re1aff1T erhadaQ El evasi eneana
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Elevasi Permukaan
relatif terhadap elevasi reneana
Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan sebagai + 0 em
Lapis Pondasi Bawah (hanya pennukaan atas dari -2 em
Lapisan Pondasi Bawah).
Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk + 0 em
Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan -1 em
atau Bal1UJalan)
Bahu lalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis Memenuhi
Pondasi Agregat Kelas S (hanya pada lapis Pasal 4.2.1.3
permukaan).
Catatan:
Lapis Pondasi Agregat A dan B diuraikan dalam Pasal 5.1.2 dari Spesifikasi ini.

5-1
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

b) Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat


ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber)
permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.

c) Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang satu
sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

d) Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boJeh kurang satu
sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

e) Pada perrnukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk lapisan
resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang
terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan
maksimurn pada kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus
sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum satu
senti meter.
4) Standar Rujukan
SNI03-4141-1996 Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir
Mudah Pecah dalam Agregat.
SN.I 03-6889-2002 Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat
SNJ 1743 : 2008 Cara Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNI 1967 : 2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah.
SNI 1966 : 2008 Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas
Tanah.
SN12417: 2008 Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los
Angeles.
SNJ 1744: 2012 Metode Uji CBR Laboratorium.
SNI 7619: 2012 Metod Uji Penentuan Persentase Butir Pecah pada Agregat
Kasal'

British Standards:

British Standard BS812 Method of Sampling and Testing of Mineral


Aggregates, Sands and Fillers.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan berikut di bawah


ini paling sedikit 21 hari sebelum tan gga I yang diusulkan dalarn penggunaan
setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai Lapis Pondasi Agregat :

i) Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi


Pekerjaan sebagai rujukan selama Waktu untuk Penyelesaian.

ii) Pernyataan perihal asal dan kornposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk Lapis Pondasi Agregat, bersama dengan hasil pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang
ditentukan dalam Pasal 5.1.2.(5) terpenuhi.

b) Penyedia Jasa harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis
kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan dan

5-2
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

sebelum persetujuan diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis


Pondasi Agregat:

i) Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang disyaratkan


dalam PasaI5.1.3.(4).

ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei


pemeriksaan yang menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan
dalam Pasal 5.1.1.(3) dipenuhi.

6) Cuaca Yang Diiiinkan Untuk Bekeria

Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu
turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera setelah hujan atau bila kadar air
bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan dalam Pasal 5.1.3.(3).

7) Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Lokasi harnparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi
ketentuan toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.1.(3), atau yang
permukaannya menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan atau setelah
pelaksanaan, harus diperbaiki dengan membongkar lapis permukaan tersebut
dan membuang atau menambahkan bahan sebagaimana diperiukan, kemudian
dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali, atau dalam hal
Lapisan Pondasi Agregat yang tidak memenuhi ketentuan telah dilapisi
dengan Lapisan diatasnya. Kekurangan tebal dapat dikompensasi dengan
Lapisan diatasnya dengan tebal yangsesuai dengan sifat bahan dan
mernpunyai kekuatan yang sarna dengan tebal yang kurang,

b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
rentang kadar air seperti yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3) atau seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyemprotan air dalam kuantitas
yang cukup serta mencampurnya sampai rata.

c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3)
atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang pada cuaca kering dengan
peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif
lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara
tersebut di atas, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan
tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang mernenuhi ketentuan.

d) Perbaikan atas Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau
sifat-sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan
tarnbahan, penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali,
pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah suatu ketebalan dengan
bahan tersebut.

5-3
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

8) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian kepadatan
atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dengan bahan Lapis
Pondasi Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan dan dipadatkan sampai
memenuhi kepadatan dan toleransi permukaan dalam Spesifikasi ini.

5.1.2 BAHAN

1) Sumber Bahan

Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai dengan
Seksi 1.11 Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi ini.

2) Kelas Lapis Pondasi Agregat

Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A, KeJas B
dan Kelas S. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis
Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis Pondasi Agregat
Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas S
digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup.

3) Fraksi Agregat Kasar

Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 rom harus terdiri dari partikel atau
pecahan batu yang keras dan awet yang memenuhi persyaratan dalam Tabel 5.1.2.(2).
Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh
digunakan.

4) Fraksi Agregat Ralus

Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alarni atau batu
pecah halus dan partikel halus Jainnya yang memenuhi persyaratan dalam Tabel
5.l.2.(2).

5) Suat -sitat Bahan Yang Disyaratkan

Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus
memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan
dalam Tabel 5.l.2.(1) dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam Tabel 5.1.2.(2).

6) Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat

Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di


lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan
pemasok mekanis (mechanical feeder) yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran
yang menerus dari komponen-kornponen campuran dengan proporsi yang benar.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

5-4
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2" 50 100
I Y2" 37,5 100 88 - 95 100
1" 25,0 79 - 85 70 - 85 77 - 89
3/8" 9,50 44 - 58 30 - 65 41 - 66
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 26 - 54
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2-8 2-8 4 - 16

TabeI5.1.2.(2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat - sifat Kelas A Kelas B Kelas S


Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417:2008) 0-40% 0-40 % 0-40%
Butiran pecah, tertahan ayakan 3/8" (SNl
7619:2012) 95/901) 55/502) 55/502)
Batas Cair (SNl 1967:2008) 0-25 0-35 0-35
Indek Plastisitas (SNl 1966:2008) 0-6 0-10 4 - 15
Hasil kali lndek Plastisitas dng. % Lolos maks.25 - -
Ayakan No.200
Gumpalan Lempung dan Butiran-butiran 0- 5 %
0- 5 % 0- 5 %
Mudah Pecah (SNl 03-4141-1996)
CBR rendaman (SNl 1744: 2012) min.90% min.60 % min.50 %
Perbandingan Persen Lolos Ayakan No.200
dan No.40
maks.2/3 maks.2/3 -
Catalan:
I) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan
90% agregat kasar memounyai rnuka bidang pccah dua atau lcbih.
2) 55/50 menunjukkan bahwa 55% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan
50% agregat kasar memounyai muka bidang pecah dua atau lebih

5.1.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT

1) Penyiapan Fonnasi untuk Lapis Pondasi Agregat

a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu
jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan
lama hams diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan Seksi 8.1 dan 8.2 dari
Spesifikasi ini.

b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan


perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang
disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya, sesuai dengan
Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1 dari Spesifikasi ini, sesuai pada lokasi dan jenis
lapisan yang terdahulu.

c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat,


sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan mendapatkan

5-5
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

persetujuan terlebih dabulu dad Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke
depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat.
Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya,
seluruh formasi itu hams disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi
agregat dihampar.

d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dibampar langsung di atas permukaan


perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam
kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada
permukaan perkerasan aspal lama agar meningkatkan tahanan geser yang
lebih baik.

2) Penghamparan

a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang
merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan
dalam Pasa! 5.1.3 .(3). Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.

b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan taka ran yang merata
agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang
disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan•
lapisan tersebut harus diusahakan sarna tebalnya.

c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat
kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan
diganti dengan bahan yang bergradasi baik,

d) Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 em, kecuali digunakan


peralatan khusus yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3) Pemadatan

a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus


dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan
oleh SNI 1743 : 2008, metode D.

b) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda


karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja
dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis
Pondasi Agregat.

c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI
1743 : 2008, metode D.

d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah sumbu jaJan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang
ber"superelevasi", penggilasan harus dimulai dari bagiao yang rendah dan
bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan

5-6
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis
tersebut terpadatkan secara merata.

e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin
gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang
disetujui.

4) Pengujian

a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan


awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, namun harus
mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam Pasa] 5.1.2.(5)
minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan,
yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada
sumber bahan tersebut.

b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan,


seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi, hila menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.

c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan


untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi peker•
jaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang diperintabkan oleh Direksi
Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meterkubik bahan yang diproduksi paling
sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks plastisitas,
lima (5) penguj ian gradasi partikel, dan satu (l) penentuan kepadatan kering
maksimum menggunakan SNI 1743 : 2008, metode D. Pengujian CBR harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa,
meogunakan SNJ 2827 : 2008. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh
kedalaman lapis terse but pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
tetapi tidak boleh berselang lebib dari 200 m.

5.1.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan
yang sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterirna. Volume yang diukur
harus didasarkan atas penampang meJintang yang ditunjukkan pada Gambar
bila tebal yang diperlukan merata, dan pada penampang melintang yang
disetujui Direksi Pekerjaan bila tebal yang diperlukan tidak merata, dan
panjangnya diukur secara mendatar sepanjang sumbu jalan.

b) Pekerjaan penyiapan dan pemeliharaan tanah dasar yang baru atau


perkerasan lama dan bahu jalan lama dimana Lapis Pondasi Agregat akan
dihampar tidak diukur atau dibayar rnenurut Seksi ini, tetapi harus dibayar
terpisah dari barga penawaran yang sesuai untuk Penyiapan Badan Jalan dan
Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama atau Bahu Jalan yang ada menurut
Seksi 3.3, 8.1 dan 8.2 dari Spesifikasi ini.

5-7
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

2) Pengukuran dari PekerjaanYang Diperbaiki

Bilamana perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi ketentuan telah
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 5.1.1.(7), kuantitas yang
akan diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar seandainya
pekerjaan semula telah diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan
untuk pekerjaan tambahan tersebut atau juga kuantitas yang diperiukan untuk
pekerjaan perbaikan tersebut.

Bila penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebelum
pemadatan, tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan untuk penambaban air
atau pengeringan bahan atau untuk pekerjaan lainya yang diperlukan untuk
mendapatkan kadar air yang memenuhi ketentuan.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar pada Harga
Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk masingmasing Mata Pembayaran yang
terdaftar di bawah ini dan termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang barga serta
pembayarannya harus merupakan kornpensasi penub untuk pengadaan, pemasokan,
pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, pemeliharan permukaan akibat
dilewati oleh lalu lintas, dan semua biaya lain-lain yang diperiukan atau lazim untuk
penyelesaianyang sebagaimana mestinya dari pekerjaanyang diuraikan daJamSeksi ini,

NomorMata Uraian Satuan


Pembayaran Satuan Pembayaran

5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A Meter Kubik

5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B Meter Kubik

5-8
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

SEKSI 5.2

PERKERASAN BERBUTIR T ANP A PENUTUP ASP AL

5.2.1 UMUM

1) Urman
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan bahan untuk pelaksanaan Perkerasan BerbutirTanpa Penutup Aspal (Lapis
Permukaan Agregat dan Lapis Pondasi Agregat) diatas permukan yang telah disiapkan
dan diterima sesuai dengan ketentuan dan detail yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan. Pemasokan bahan akan mencakup, jika
perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi-operasi lainnya yang
diperiukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8


b) Kajian TeknisLapangan Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan Seksi 1.11
d) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
e) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
f) Penyiapan Badan Jalan Seksi 3.3
g) Pelebaran Perkerasan Seksi 4.1
h) Bahu Jalan Seksi 4.2
i) Pemelibaraan Rutin Perkerasan, Bal1UJalan, Drainase, Seksi 10.1
PerJengkapan Jalan dan Jembatan
j) Pemelibaraan Jalan Samping dan Jembatan Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi

a) Tebal minimum tidak boleh kurang dari 1 em terhadap tebal yang disyaratkan.

b) Bila semua agregat yang lepas dibuang, stan dar kerataan dari pennukaan yang
padat harus sedemikian rupa sehingga tidak satu titikpun pada permukaan
berbeda lebih dari 1 em diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang
dipasang sejajar atau tegak lurus pada sumbujalan.

e) Ketidakrataan permukaan akhir tidak boleh menyebabkan terjadinya kantong


air.

d) Keeuali ditentukan lain oleb Direksi Pekerjaan atau diberikan secara detil
dalam Gambar, Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal harus
dilaksanakan dengan lereng melintang atau punggungjalan sebesar 5 % untuk
daerah bukan superelevasi.

4) Standar Rujukan
Standar Nasionallndonesia (SNI) :
SNI 03-6889-2002 Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat
SNI 1743 : 2008 Cara Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNI 1967 : 2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah.

5-9
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
SNI 1966 : 2008 Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas
Tanah.
SNI 2417: 2008 Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los
Angeles.
SNI 1744: 2012 Metode Uji CBR Laboratorium.
SNI 7619: 2012 Metod Uji Penentuan Persentase Butir Pecah pada Agregat
Kasar

British Standards:

British Standard BS812 Method of Sampling and Testing of Mineral


Aggregates, Sands and Fillers.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan berikut di bawah


ini sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalarn penggunan setiap
bahan untuk pertama kalinya sebagai Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup
Aspal:

i) Dua contoh masing-rnasing seberat 50 kg bahan, satu disimpan oleh


Direksi Pekerjaan sebagai rujukan selama Waktu untuk Penyelesaian.

ii) Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal, bersarna
dengan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa sifat•
sifat bahan yang ditentukan dalam Pasal 5.2.2.(2) terpenuhi.

iii) Pernyataan peri hal metode dan lokasi produksi dan pencampuran
bahan untuk Perkerasan Berbutir JalanTanpa Penutup Aspal
memenuhi ketentuan dari PasaI5.2.2.(3) dan 5.2.3.(3).

b) Segera setelah selesainya satu bag ian pekerjaan, Penyedia Jasa harus menye•
rahkan dalam bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan hasil pengukuran
permukaan dan data survei yang menyatakan bahwa toleransi permukaan dan
tebal yang disyaratkan dalam Pasal 5.2.1.(3) dipenuhi.

6) Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapis Pondasi Agregat Jalan Tanpa Penutup Aspal tidak boleh ditempatkan, dihampar
atau dipadatkan pada waktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan segera
setelah hujan ataujuga bila kadar air bahan tidak memenuhi Pasal 5.2.4.(4).

7) Perbaikan Atas Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal Yang Tidak Memenuhi
Ketentuan

a) Lokasi dengan tebal dan kerataan permukaan yang tidak memenuhi toleransi
yang disyaratkan dalam Pasal 5.2.1.(3), atau yang permukaannya
bergelom• bang selama atau sesudah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan
menggem• burkan permukaannya dan membuang atau menambah
bahan yang diperlukan, dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan
kembali.

b) Perbaikan Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup AspaJ yang tidak


memenuhi kepadatan atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini hams dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan

5-10
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan dilanjutkan dengan


penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, pembuangan dan penggantian
bahan, atau menambah tebal baban.

8) Pemeliharaan Pekedaan Yang Telah Diterima

Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan terhadap


pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam
Pasal 5.2.1.(7) di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan
rutin dari semua Perkerasan Berbutir JalanTanpa Penutup Aspal yang sudah selesai
dikerjakan dan diterima selama Waktu untuk Penyelesaian.
9) Pengendalian Lalu Lintas
Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas.

5.2.2 BAHAN

1) Sumber Material

Material Perkerasan Berbutir Jalan tanpa penutup aspal harus dipilih dari sumber yang
disetujui sesuai dengan Seksi 1.11 "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Ketentuan Sifat-sifatBahan

Bahan yang dipilih sebagai Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal harus
memenuhi ketentuan di bawah ini dan harus bebas dari gumpalan lempung, bahan
organik, atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus mempunyai mutu
sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan lapis permukaan yang keras dan stabil.

a) Lapis Permukaan lalan Tanpa Penutup Aspal

Agregat untuk Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal dapat terdiri atas
kerikil pecah, batu pecah atau kerikil alam bulat yang rnemenuhi Spesifikasi
Gradasi dalam Tabel 5.2.2.(1) di bawah ini.

Tabel 5.2.2.(1) Ketentuan Gradasi untuk


Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal
Ukuran Ayakan
Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
~" 19 100
NoA 4,75 51 - 74
NoAO 0,425 18 - 36
No.200 0,075 10 - 22

Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka untuk Lapis Permukan Jalan
Tanpa Penutup Aspal mempunyai 100 % berat agregat kasar dengan
angularitas 95/90*.

*95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih
dan 90% agregar kasar mernpunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

5-11
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Kecuali ditentukan lain, berbagai komponen bahan untuk Lapis Permukaan


Jalan Tanpa Penutup Aspal dapat dicampur di tempat diatas tanah dasar atau
lapis pondasi agregat yang sudah disiapkan sesuai dengan ketentuan Pasal
5.2.3 dari Spesifikasi ini.

Bahan juga harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Tabel 5.2.2.(2)
di bawah ini :
Tabel 5.2.2.(2) Sifat-sifat Bahan untuk
Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal

Sifat-sifat Nilai
Barns Cair (SNI 1967 : 2008) Maks.35
lndeks Plastisitas (SNI 1966 : 2008) Min.4 dan Maks.15
Gumpalan Lempung dan Butiran-butiran Mudah Min.O dan Maks.5%
Pecah (SNl 03-4141-1996)
Abrasi Agregat Kasar (SNJ 2417 : 2008) Maks.40
CBR (SNI 1744: 2008) Min.60%

b) Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal

Ketentuan Pasal 5.1.2 untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas S berlaku

3) Pencampuran Bahan Plastis

a) Pencampuran bahan plastis tidak belch dilaksanakan bila bahan aslinya telah
rnernenuhi ketentuan plastisitas minimum, kecuali jika ditentukan lain atau
disetujui Direksi Pekerjaan .

b) Bahan plastis tidak boleh mengandung bahan organik.

c) Bahan plastis tidak boleh rncngandung butiran atau gumpalan lempung yang
berukuran lebih dari 4,75 01111.

d) Kadar air bahan plastis dan semua fraksi lainnya harus sedemikian rupa
sehingga bahan plastis itu tetap Icpas sebelurn dan selama proses
pencarnpuran.

e) Bahan ini harus dicarnpur seluruhnya sampai merata. Cara pencampuran


harus sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan .

5.2.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN PERKERASAN BERBUTIR TANPA


PENUTUP ASPAL

I) Penyiapan Formasi

Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaaan, penyiapan drainase, tanah dasar
dan lapis pondasi agregat harus selesai dan diterima paling sedikit 100 rn ke depan
dari rencana lokasi akhir penghamparan Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup
Aspal pada setiap saat.

5-12
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

2) Pengiriman Bahan

a) Jika Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal dipasok sebagai bahan
yang dicarnpur lebih dahulu, bahan itu harus dikirim ke badan jalan sesuai
dengan ketentuan Pasal 5.2.3.(2).(a). Bilamana agragat dikirim dalam bentuk
dua atau riga komponen, setiap komponen harus dikirim sesuai dengan
ketentuan dari Pasal 5.2.3.(2).(a), keeuali jika komponen itu hams dikirim
dalam keadaan kering.

b) Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari dua kali ukuran agregat
maksimum. Tebal pad at maksimum tidak boleh lebih dari 10 em untuk Lapis
Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal dan tidak boleh lebih dari 20 em untuk
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal kecuali ditentukan lain atau
disetujui Direksi Pekerjaan .

3) Agregat Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal Yang Dieampur Di Tempat

a) Bila bahan badan jalan yang ada harus harus dicampur untuk digunakan
sebagai salah satu komponen Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal,
lokasi-lokasi tertentu yang bahannya agak basah atau mutunya kurang baik
hams digali dan dibuang terlebih dahulu, diganti dengan bahan badan jalan
dari lokasi lain yang bermutu sarna atau lebih baik. Seluruh bad an jalan yang
padat harus digaru sampai mencapai kedalaman yang seragam. Bilamana
tidak disebutkan lain maka penggaruan yang harus dihitung sedemikian
hingga menghasilkan proporsi bahan badan jalan yang tepat untuk campuran
perkerasan berbutir jalan tanpa penutup aspal. Bahan bad an jalan harus
dikeringkan seluruhnya dan kemudian dieampur sampai seluruh lokasi itu
merata seeara memanjang dan melintang.

b) Komponeo bahan untuk setiap lapis harus dihampar dengan ketebalan yang
sarna di seluruh lokasi. Mesin pencampur stabilisasi tanah, mesin penggaru
pertanian, cakram bajak atau alat lain yang sesuai harus digunakan untuk
mencampur seluruh tebal bahan gembur tersebut. Sebagai alternatif,
setumpukan keeil bahan yang menerus pada panampang melintang yang
seragam dapat dihampar sepanjang jalan bilamana lebar jalan tetap. Seluruh
kedalaman bahan yang gembur itu dibolak-balik dari sisi jaJan yang satu ke
yang lainnya sampai seluruh bahan itu tereampur merata, kemudian dihampar
dengan ketebalan yang sama.

c) Pencampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan cuaca panas
diharapkan berlangsung sampai pekerjaan selesai.

4) Pemadatan Perkerasan Berblltir Tanpa Penutup Aspal

a) Segera setelah pembentukan awal selesai, setiap lapis bahan barus dipadatkan
seluruhnya dengan alat pemadat yang eocok dan memadai, yang telah
disetujui Direksi Pekerjaan .

b) Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah harus dilaksanakan


paling sedikit setelah dua lintasan pemadatan rnelintasi seluruh lokasi
tersebut.

c) Selama pemasangan, pembentukan dan pemadatan Perkerasan Berbutir Jalan


Taopa Penutup Aspal. Agregat harus dipertahankan dalam keadaan lembab
dengan penyemprotan air yang diatur dengan ketat sehingga bahan halus yang

5-13
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

berada di permukaan tidak terganggu. Sebelum pemadatan selesai, Penyedia


Jasa harus membuang setiap agregat yang terlalu basah sehingga tidak
merusak tanah dasar. Pemadatan tidak boleh dilanjutkan jika bahan
menunjukkan tanda-tanda agak bergelombang. Dalam keadaan demikian,
bahan harus dibuang atau diperbaiki sesuai dengan Pasal 5.2.1.(7).

d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan


berangsur-angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada
tempat ber"superelevasi" penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah
menuju ke bagian yang tinggi.

e) Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-ternpat lain yang tak terjangkau
oleh mesin gilas hams dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat
mekanis.

f) Pemadatan harus berlanjut sampai seluruh lokasi yang telah dipadatkan


menjadi suatu permukaan yang keras dengan kepadatan yang merata serta
semua bekas jejak roda mesin gilas tidak tampak. Suatu lapisan yang keras
dan stabil harus diperoleh dalam penggilasan akibat saling mengunci antar
agregat dengan rapat,

g) Penambahan abu batu atau pasir berplastisitas rendah dalam jumlah kecil
pada saat pemadatan tahap akhir dapat diijinkan agar dapat meningkatkan
pengikatan pada lapis permukaan. Abu batu dan pasir tidak boleh dihampar
terlaJu tebal sedemikian hingga agregat kasar menjadi tidak tampak.

5.2.4 PEN GUJIAN

I) Jumlah data pendukung pengujian yang dibutuhkan untuk persetujuan awal dari mutu
bahan akan ditentukan Direksi Pekerjaan namun harus mencakup semua pengujian
yang disyaratkan pada Pasal 5.2.2.(3), paling sedikit tiga contoh yang mewakili
sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili batas rentang mutu bahan
yang mungkin terdapat dalam sumber bahan terse but.

2) Setelah persetujuan atas mutu bahan untuk Perkerasan Berbutir Tanpa Penutup Aspal
yang diusulkan, seJuruh pengujian mutu bahan harus diulangi lagi biJamana menurut
pendapat Direksi Pekerjaan terdapat perubahan pad a mutu bahan atau pada sumber
bahan atau pada metode produksinya.

3) Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus dilaksanakan
untuk memeriksa ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Pengujian Jebih lanjut harus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan tetapi untok setiap
1000 meter kubik bahan yang dihasilkan, pengujian harus meliputi paling sedikit lima
(5) pengujian lndeks Plastisitas dan lima (5) pengujian gradasi dan satu (I) penentuan
kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 1743 : 2008, metode D. Pengujian
CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

4) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa,
mengunakan SNI 2827 : 2008. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman
lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh
berselang lebih dari 200 111.

5-14
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

5.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Pekerkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal harus diukur rnenurut


jumlah meter kubik bahan pad at yang diperlukan, selesai di tempat dan
diterima Direksi Pekerjaan. Volume yang diukur harus berdasarkan
penampang rnelintang yang ditunjukkan dalam Gambar bilamana tebal yang
diperlukan seragam dan berdasarkan penampang melintang yang disetujui
Direksi Pekerjaan bilamana tebal yang diperlukan tidak seragam, dan
panjangnya diukur secara mendatar sepanjang sumbu jalan.

b) Pada Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal dimana tebal lapis
pondasi yang ditetapkan atau disetujui tidak seluruhnya terdiri dari bahan
bam, tetapi terdiri dari sebagian bahan pada jalan lama yang dikerjakan
kembali, volume untuk pembayaran haruslah berdasarkan volume padat dari
bahan baru yang diharnpar, dihitung dari penampang melintang yang diarnbil
oleh Penyedia lass dan disetujui Oireksi Pekerjaan sebelum pekerjaan
dimulai.

c) Pekerjaan rnenyiapkan dan memelihara lapis pondasi agrcgat, tanah dasar atau
formasi yang akan dihampar Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal
tidak boleh diukur atau dibayar dalam Seksi ini, tetapi harus dibayar secara
terpisah dengan harga penawaran untuk Penyiapan Badan Jalan dalam Seksi
3.3 dari Spesifikasi ini.

2) Pengukuran Pekerjaan Perbaikan

Bilamana perbaikan pada Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal yang tidak
memenuhi ketentuan telah diperintahkan Oircksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal
5.2.1.(7), kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran haruslah sarna dengan kuantitas
yang dibayar jika pekerjaan semula dapat ditcrima. Pembayaran tambahan tidak akan
diberikan untuk pekerjaan tarnbahan tersebut atau kuantitas tambahan yang diperlukan
oleh perbaikan tersebut.

Bilamana penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebelum
pemadatan, pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk penambahan air atau
pengeringan terhadap bahan atau pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk
memperoleh kadar air yang memenuhi ketcntuan.

3) Dasar Pcmbayaran

Kuantitas yang ditentukan, seperti yang diuraikan di atas, harus dibayar menurut Harga
Kontrak per satuan pengukuran untuk rnasing-rnasing Mata Pembayaran yang terdaftar
di bawah ini dan terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan,
pengharn-paran, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, penyiapan lapis
dasar (cutoff layer), penggunaan Lapis Permukaan Semen tara pad a permukaan yang
sudah selesai, dan semua biaya lain-lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian
yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

5-15
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

NomorMata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

5.2.(1) Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal Meter Kubik

5.2.(2) Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal Meter Kubik

5-16
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

SPESIFIKASI UMUM 2010 (Revis! 3)

DIVISI 6

PERKERASAN ASPAL

SEKSI 6.1

LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

6.1.1 UMUM

1)

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
pennukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas pennukaan pondasi tanpa
bahan pengikat Lapis Pondasi Agregat, sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di
atas pennukaan berbahan pengikat (seperti : Lapis Penetrasi Macadam, Laston,
Lataston dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, dll).

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi lni

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8


b) Kajian Teknis Lapangan Bahan Seksi 1.9
c) dan Penyimpanan Pengamanan Seksi 1.11
d) Lingkungan Hidup Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
f) Pelebaran Perkerasan Seksi 4.1
g) Bahu Jalan Seksi 4.2
h) Lapis Pondasi Agregat Seksi 5.1
i) Lapis Pondasi Semen Tanah Seksi 5.4
j) Campuran Aspal Panas Seksi 6.3
k) Campuran Aspal Dingin Seksi 6.5
I) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama Seksi 8.1
m) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan Ber- Seksi 8.2
penutup Aspal

3) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNl) :


SNI 03-3642-1994 Metode Penguj ian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan
Penyulingan.
SNI03-3643-1994 Aspal Emulsi Tertahan Saringan No.20
SNI 03-3644-1994 Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal Emulsi
SNI03-6721-2002 Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal
Emulsi dengan Alat Saybolt
RSNI M-04-2004 Cara Uji Kelarutan Aspal
SNI 4799 : 2008 Spesifikasi Aspal Cair Tipe Penguapan Sedang
SNI2432:20]] Cara Uji Daktilitas Aspal
SNI2434:2011 . Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan Bola
(Ring and Ball)
SNI2488:2011 Cara Uji Penetrasi Aspal
SNI 4798: 2011 Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik
SN16832:2011 Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik

6-1
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

AASHTO:
AASHTO M20-70 (2004) Penetration Graded Asphalt Cement
AASHTO T59-01 (2005) Testing Emulsified Asphalts

British Standards:
BS 3403 : Industrial Tachometers

4) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pad a permukaan yang
benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak
boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.

5) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan
tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal.

Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang
disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari
bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan
penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya mernenuhi
ketentuan.

Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah
meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan as pal yang dapat
ditunjukkan dengan permukaan berwama hiram yang merata dan tidak berongga
(porous). Tekstur untuk pennukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh
ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup
tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau.

Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi
ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk
pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material),
atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap
Pengikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi
ini. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan
lain yang terjadi dibongkar dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan
pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali Lapis Resap Pengikat.

6) Pengajuan Kesiapan Kerja

Penyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan :

a) Lima liter contoh dan setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa
untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik
pembuat-nya dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal
l.ll.1.(3).(c), diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat terse but
harus menjelas-kan bahwa bahan aspal tersebut mernenuhi ketentuan dari
Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap Pengikat atau
Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2 dari Spesifikasi ini.

6-2
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
b) Catalan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat
celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3)
dan 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30
had sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan
meteran pengukur harus dikalibrasi sampai memenuhi akurasi, toleransi
ketel itian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari
Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi satu
tahun sebelum pelaksanaan dimulai.

c) Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari


Spesifikasi ini dan diserahkan sebeJum pelaksanaan dimulai.

d) Contoh-contoh bah an yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan
sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk
pekerjaan pelaburan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan
harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini.

7) Kondisi Tempat Kerja

a) Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih


memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang
dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu
lintas.

b) Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja


(struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena
percikan aspal.

c) Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang


disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

d) Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas


pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan
dan sarana pertolongan pertama,

8) Pengendalian Lalu Lintas

a) Pengendalian lalu lintas harus rnemenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen


dan Keselamatan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini.

b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap darnpak yang terjadi bila
lalu lintas yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis
Perekat yang baru dikerjakan,.

6.1.2 BAHAN

I) Bahan Lapis Resap Pegikat

a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini

i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi larnbat


(slow setting) yang memenuhi SN I 03-4798-1998. Umumnya hanya
aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang baik pada

6-3
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal ernulsi harus


rnengandung residu hasil penyulingan minyak burni (aspal dan
pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal
tidak kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1
bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia
alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

ii) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60170, memenuhi AASHTO


M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak
tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah
selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh
Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada
percobaan pertama harus dari 80 - 85 bagian minyak per 100 bagian
aspal semen (80 pph - 85 pph) kurang lebih ekivalen dengan
viskositas aspal cair hasil kilangjenis MC-30).

b) Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus
sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik
bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatit) dan
gunakan aspal emu lsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah
agregat asam (bermuatan positit). Bila ada keraguan atau bila bila aspal
emulsi anionik sulit didapatkan, Direks.i Pekerjaan dapat rnemerintahkan
untuk menggunakan aspal emulsi kationik.

c) Bilarnana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka
harus digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan
kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak,
bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos
ayakan ASTM 3/8" (9,5 rnm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos
ayakan ASTM No.8 (2,36 mm).

2) Bahan Lapis Perekat

a) Aspal emu lsi reaksi cepat (rapid setting) yang mernenuhi ketentuan SNI 03-
6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan I bagian air
bersih dan I bag ian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan ..

b) Aspal semen Pen.60170 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan


AASHTO M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100
bagian aspaJ (25 pph - 30 pph).

c) Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan styrene
butadiene rubber latex atau polycholoprene latex sesuai dengan AASHTO
M3 16-99 (2003) Tabel I CRS-2L dengan kandungan karet kering minimum
60%. Kadar bahan modifikasi (polymer padat) dalam aspal emulsi haruslah
min 2,5% terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal emulsi
modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan. Aspal emulsi modifikasi
reaksi cepat (rapid setting, CRS- J) yang digunakan harus memenuhi Tabel
6.l.2.(1).

6-4
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Tabel 6.1.2.(1). Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Taek Coat

No Sifat Standar Satuan Batasan

Pengujian pada Aspal Emulsi


I Viskositas Saybolt Furol pada 50°C SNI 03-6721-2002 Detik 100 - 400
2 Stabilitas Penyimpanan dalam 24 jam AASHTO T59-0 I(2005) % berat Maks. I
3 Tertahan saringan No. 20 SNI 03-3643-1994 % berat Maks.O,1
4 Muatan ion SNI 03-3644-1994 - Positif
5 Kemampuan mengemuisi kembali AASHTO T59-0 I(2005) % berat Min.40
6 Kadar residu dengan destilasi SNI03-3642-1994 % berat Min.65

Pengujian pada Residu Hasil Penguapan


7 Penetrasi SNI 06-2456-199l 0,1 mm 100 - 175
8 Daktilitas 4°C, 5 em/menit SNI06-2432-1991 em Min.30
9 Daktilitas 25°C, 5 em/menit SNI06-2432-1991 em Min.l25
10 Kelarutan dalam Trieioroethylene AASHTO T44-03 % berat Min.97,5*
Catatan :
* Jika keiarutan residu kurang dari 97,5%, aspal pengikat dasar untuk ernulsi yang harus diuji.
Kelarutan aspal pengikat dasar harus iebih besar dari 99%.

d) Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspa] atau berbahan pengikat
aspal, gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas
perkerasan beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi
anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit
didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan
aspal emulsi kationik.

6.1.3 PERALATAN

1) Ketentuan Umum

Penyedia Jasa hams melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau
kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peraJatan
yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.

2) Distributor Aspal - Batang Semprot

a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin
penggerak sendiri, memenuhi peraturan kearnanan jalan. Bilamana dirnuati
penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan keeepatan penuh tidak
boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.

b) Alat penyemprot, harus diraneang, diperlengkapi, dipelibara dan


dioperasikan sedemikian rupa sehingga baban aspal dengan panas yang
sudah merata dapat disemprotkan seeara rnerata dengan berbagai variasi
lebar permukaan, pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai
2,4l.iter per meter persegi.

c) Distributor aspal harus diJengkapi dengan batang semprot sebingga dapat


mensirkulasikan aspal seeara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan
vertikal. Batang semprot hams terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel,

pipa
°
dipasang pada jarak yang sama yaitu 1 ± 1 em. Distributor aspal juga harus
dilengkapi semprot tangan.

6-5
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

3) Perlengkapan

Perlengkapan distributor aspal harus meliputi sebuah tachometer (pengukur


kecepatan putaran), meteran tekanan, tongkat celup yang telah dikalibrasi, sebuah
termometer untuk mengukur ternperatur isi tangki, dan peralatan untuk mengukur
kecepatan lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor harus dikalibrasi
untuk rnemenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini.
Selanjutnya catatan kalibrasi yang teliti dan memenuhi ketentuan tersebut harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.

4) Toleransi Peralatan Distributor Aspal

Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pad a distributor aspal
dengan batang semprot harus memenuhi ketentuan berikut ini :

Ketentuan dan Toleransi Yang Dijinkan


Tachometer pengukur ± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan
kecepauu1 kendaraan BS 3403

Tachometer pengukur ± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan
kecepatan putaran pompa BS 3403

Pengukursuhu ± 5°C, rentang 0 - 250°C, minimum garis tengah


arloji 70 mm
Pengukur volume atau ± 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum
tongkat celup gads skala Tongkat Celup 50 liter.

5) Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaaan

Distributor aspal hams dilengkapi dengan Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk
Pelaksanaan yang harus disertakan pada alat semprot, dalam keadaan baik, setiap
saat.

Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan diagram aliran pipa dan semua
petunjuk untuk cara kerja alat distributor.

Grafik Penyemprotan harus memperlihatkan hubungan an tara kecepatan dan jumlah


takaran pemakaian aspal yang digunakan serta hubungan antara kecepatan pompa
dan jumlah nosel yang digunakan, berdasarkan pada keluaran aspal dari nosel,
Keluaran aspal pada nosel (liter per men it) dalam keadaan konstan, beserta tekanan
penyemprotanya harus diplot pada grafik penyemprotan.

Grafik Penyemprotan juga harus memperlihatkan tinggi batang semprot dari


pennukaan jalan dan kedudukan sudut horisontal dari nosel semprot, untuk
menjamin adanya tumpang tindih (overlap) semprotan yang keluar dari tiga nosel
(yaitu setiap lebar pennukaan disemprot oleb semburan tiga nosel).

6) Kinerja Distributor Aspal

a) Penyedia Jasa harus menyiapkan distributor lengkap dengan perlengkapan


dan operatornya untuk pengujian lapangan dan harus menyediakan tenaga-

6-6
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

tenaga pembantu yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah


Direksi Pekerjaan. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan kinerjanya tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan
Grafik Takaran Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan atau tidak
memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dalam segala seginya, maka
peralatan tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam pekerjaan.
Setiap modifikasi atau penggantian distributor aspal harus diuji terlebih
dahulu sebelum digunakan dalam peLaksanaan pekerjaan.

b) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang


dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan eara melintaskan batang
semprot di atas bidang pengujian selebar 25 em x 25 em yang terbuat dari
lembaran resap yang bag ian bawahnya kedap, yang beratnya hams
ditimbang sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai
dalam menentukan takaran aktual pada tiap lembar dan perbedaan tiap
lembar terbadap takaran rata-rata yang diukur melintang pada lebar penuh
yang telah disemprot tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata-rata.

e) Ketelitian yang dapat dieapai distributor aspal terhadap suatu takaran


sasaran pemakaian alat semprot harus diuji dengan eara yang sama dengan
pengujian distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan
minimum sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus
dijalankan dengan keeepatan tetap sebingga dapat meneapai takaran sasaran
pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Dengan minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama harus
dipasang 3 kertas resap yang berjarak sarna, kertas tidak boleh dipasang
dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang disemprot atau
dalam jarak 10m dari titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang
diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda
lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai alternatif, takaran
pemakaiao rata-rata dapat dihitung dari pembaeaan tongkat ukur yang telah
dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.IA.(3).(g) dari Spesifikasi
ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum 70 persen dari kapasitas distributor
aspal harus disernprotkan.

7) Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer)

Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan penyemprot


aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal.

Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam
kondisi baik, terdiri dari :

a) Tangki aspal dengan alat pemanas;

b) Pampa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal


dapat tersemprot keluar;

e) Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya aspal


(nosel).

Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Penyedia Jasa harus
menyediakan tenaga operator yang terampiJ dan diuji eoba dahulu kemampuannya
sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

6-7
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

6.1.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN

I) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal

a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan


dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan
yang ada, semua kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki
menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dan Spesifikasi ini.

b) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan


dilaksanakan pad a perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan
atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1,
4.2, 5.1, 5.4, 6.3, 6.4, atau 6.6 dari Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi
dan jenis pennukaan yang baru tersebut.

c) Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus
mengacu pada Pasal 6.1.2.(1). dan Untuk lapis perekat, jenis aspal emulsi
yang digunakan harus mengaeu pada PasaI6.1.2.(2).

d) Permukaan yang akan disemprot itu barus dipelihara menurut standar butir
(a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.

e) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan hams dibersihkan dengan


memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya.
Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar•
benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat
yang kaku.

f) Pernbersihan harus dilaksanakan melebihi 20 em dari tepi bidang yang akan


disemprot.

g) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus


disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan
cara lainnya yang te Iall disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi
Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut hams dieuei dengan air dan
disapu.

h) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat


Kelas A, perrnukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik
agregat kasar dan balus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus
tidak akan diterima.

i) Pekerjaan penyemprotan aspaJ tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah


disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2) Takaran dan Temperatur Pernakaian Bahan Aspal

a) Penyedia Jasa hams melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan


Direksi Pekerjaan untuk rnendapatkan tingkat takaran yang tepat (Iiter per
meter persegi) dan pereobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperin•
tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari perrnukaan yang akan
disernprot atau jenis dad bahan aspal berubah. Biasanya takaran pernakaian
yang didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :

6-8
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Lapis Resap Pengikat 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis
Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat

Lapis Perekat Sesuai dengan jenis permukaan yang akan rnene•


rima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan
dipakai. Lihat TabeI 6.1.4.(1) untuk jenis takaran
pemakaian lapis aspal.

b) Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabel 6.1.4.(1), kecuali


diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Temperatur penyemprotan untuk
aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan
dalam daftar ini, temperatumya dapat diperoleh dengan cara interpolasi.

Tabel 6.1.4.(1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Takaran (liter per meter persegi) pada


Jenis Aspal Permukaan Baru Permukan Permukaan
atau Aspal atau Porous dan Berbahan
Beton Lama Terekpos Pengikat
Yang Licin Cuaca Semen
Aspal Cair 0,15 0,15 - 0,35 0,2 -1,0
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2 - ],0
Aspal Emulsi yang 0,40 0,40 - 1,00 0,4-2,0
diencerkan (I: 1)
AspaJ Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2 -1,0
Modifikasi

Tabel 6.] .4.(2) Temperatur Penyemprotan

Jenis Aspal Rentang Suhu Penyemprotan


Aspal cair, 25-30 pph minyak tanah 110 ± 10 °C
Aspal cair, 80-85 pph minyak tanah 45±10°C
(MC-30)
Aspal emulsi, emulsi modifikasi atau Tidak dipanaskan
aspal emuIsi yang diencerkan

c) Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pernanasan yang berulang-ulang


pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, telab rusak akibat pemanasan berlebihan harus
ditolak dan harus diganti atas biaya Penyedia Jasa.

3) Pelaksanaan Penyemprotan

a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan


harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas•
batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.

b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka baban aspal harus
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis
untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian
penyemprot aspal tangan (hand sprayer).

6-9
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Alat penyemprot aspal harus d ioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang


telah disetujui. Keeepatan pompa, keeepatan kendaraan, ketinggian batang
semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut
sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

e) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu


lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih
(overlap) selebar 20 em sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan.
Sambungan memanjang selebar 20 em ini harus dibiarkan terbuka dan tidak
boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai Lintasanpenyemprotan di lajur
yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang
telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini
dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat
semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.

d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang
cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dibentikan sampai seluruh
batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja
dengan benar pada sepanjang bidangjalan yang akan disemprot.

Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah


yang akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga
konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung
tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik
akhir.

e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10
persen dad kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap
(masuk angin) dalam sistem penyemprotan.

f) Jurnlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus
segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.

g) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan,


harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas
bidang yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai
hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang
digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dieapai
harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Pasal
6.1.4.(2).(a) dari Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini :
Toleransi 1 % dari volume tangki
takaran ± (4 % dari takaran yg diperintahkan + ----------------------------)
pemakaian Luas yang disemprot

Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan


penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian
untuk penyemprotan berikutnya .

h) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempumaan


peralatan semprot pada saat beroperasi.

i) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan


aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot

6 - 10
harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk
atau alat penyapu dari karet.

j) Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang menun•


jukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap
(blotter material) yang memenuhi Pasal 6.1.2.( I).(b) dari Spesifikasi ini
sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material)
hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat,

k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus
dilabur kembaJi dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan
kadar yang hampir sarna dengan kadar di sekitarnya.

6.1.5 PEMELIAHARAAN DAN PEMBUKAAN BAGI LALU LINT AS

I) Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat

a) Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis
Resap Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan daJam
Pasal 6.1.1.(5) dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar.
Lapisan berikutnya hanya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah
meresap sepenubnya ke dalarn lapis pondasi dan telah mengeras dalam
waktu paling sedikit 48 jam setelah penyemprotan atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu
penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan
minimum dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari
lalu lintas, cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang digunakan.

b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan
mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam
keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu terse but,
tetapi tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan Lapis Resap
Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter material) yang bersih, yang
sesuai dengan ketentuan Pasal 6. I.2.( I).(b) dari Spesifikasi ini harus
dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat. Agregat penutup harus
disebar dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas bahan aspal
yang belum tertutup agregat. Bila penghamparan agregat penutup pada lajur
yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang belum
dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 em sepanjang
tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai
tertutup harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang
dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih (overlap)
bahan aspal sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) dari Spesifikasi ini. Pemakaian
agregat penutup barus dilaksanakan seminimum mungkin.

2) Pemeliharaan dari Lapis Perekat

Lapis Perekat harus disemprotkan hanya sebentar sebelum penghamparan lapis


aspal berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat.
Pelapisan lapisan beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal
hilang kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi, debu yang
tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis aspaJ dalarn keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa

6 - II
harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan
lalu lintas. Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila
lapis perekat telah mengering sehingga hilang atau berkurang kelengketannya.

Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba dengan
menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan sebelum lapis
beraspal dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang dad 4 jam. Pemberian
kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat terkena
hujan lebih dari 4 jam.

6.1.6 PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN

a) Contoh aspal dan sertifikatnya, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.I.1.(6).(a)


dari Spesifikasi ini harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke
lapangan pekerjaan.

b) Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil dari
distributor aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat
menjelang akhir penyemprotan.

c) Distributor aspal harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan ketentuan Pasal
6.1.3.(6) dari Spesifikasi ini sebagai berikut:

i) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada Kontrak


tersebut;

ii) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak


150.000 liter, dipilih yang lebih dulu tercapai;

iii) Apabila distributor mengalami kerusakan atau rnodifikasi, perlu


dilakukan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.

d) Gradasi agregat penutup (blotter material) harus diajukan kepada Direksi


Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum agregat tersebut
digunakan.

e) Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaan penyemprotan


permukaan, termasuk pemakaian bahan aspal pada setiap lintasan
penyemprotan dan takaran pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam
formulir yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

6.1.7 PENGUKURANDANPEMBAYARAN

I) Pengukuran Untuk Pembayaran

a) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai
terkecil di antara berikut ini : jumlah liter pada 15°C untuk aspal cair dan
15,6°C untuk aspal emulsi dan aspal emulsi modifikasi menurut takaran
yang diperlukan sesuai dengan Spesiftkasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan,
atau jumlah liter aktual pada 15°C untuk aspal cair dan 15,6°C untuk aspal
emu lsi dan aspal emu lsi modifikasi yang terharnpar dan diterima. Gunakan
Lampiran 6.1 untuk konversi suhu pelaksanaan di lapangan ke suhu standar
15°C Pengukuran berdasarkan volume hams diambil saat bahan berada

6 - 12
pada temperatur keseluruhan yang merata dan bebas dari gelembung udara.
Air yang ditambahkan kedalam aspal emulsi atau kandungan air yang sudah
ada dalam aspal emulsi yang diencerkan (1: 1) tidak akan diukur untuk
pembayaran. Kuantitas dari aspal yang digunakan harus diukur setelah
setiap lintasan penyemprotan untuk distributor aspal atau setiap hari
produksi untuk penyemprot aspal tangan (hand sprayer).

b) Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan harus dianggap


termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis Resap Pengikat
yang memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau dibayar secara
terpisah.

c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya diberi


Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai dengao Pasal 6.1.4.(a) dan
6.1.4.(b) tidak akan diukur atau dibayar di bawab Seksi ini, tetapi harus
diukur dan dibayar sesuai dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di dalam Pasal 6.1.4 dad
Spesifikasi mi.

d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal
6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan
permukaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai
menurut Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu
kesatuan dengan pekerjaao Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang
memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.

2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki

Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak
memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut
Pasal 6.1.1.(5) di atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah
merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima.
Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan tambahan,
kuantitas maupuo pengujian yang diperlukan oleh perbaikan ini.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercanturn di bawah
ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seJuruh bahan,
termasuk bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh
pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

NomorMata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

6.1.(1a) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Liter

6.l.(lb) Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi Liter

6.1.(2a) Lapis Perekat - Aspal Cair Liter

6 - 13
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

NomorMata Uraian Satuan


Pembayaran Pen2ukuran
6.1.(2b) Lapis Perekat - Aspal Emulsi Liter

6.1.(2c) Lapis Perekat - AspaJ Emulsi Modifikasi Liter

6 - 14
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
SEKSI6.3

CAMPURAN BERASPAL PANAS

6.3.1 UMUM

1)

Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata,
lapis pondasi, lapis antara atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri dari
agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran,
serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau
permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi
garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar.

Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan
dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.

2) Jenis Campuran Beraspal

Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar.

a) Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet SS) Kelas A dan B

Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari
dua jenis campuran, SS-A dan SS -S. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung
pada teba1 nominal minimum. Latasir biasanya rnernerlukan penambahan
filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.

b) Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet HRS)

Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri
dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus
(HRS Wearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing•
masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi
agregat kasar lebih besar daripada HRS- WC.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus


dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam
Spesifikasi. Dua kunci utama adalah :

i) Gradasi yang benar-benar senjang.


Agar diperoleh grad as i yang benar - benar senjang, maka selalu
dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin.

ii) Sisa rongga udara pad a kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan yang ditunjukkan da1am Spesifikasi ini.

Lataston bergradasi semi senjang sebagai pengganti Lataston bergradasi


senjang hanya boleh digunakan pada daerah dimana pasir halus yang
diperluka.n untuk membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat
diperoleh dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

6 - 15
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

c) Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC)

Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga
jenis campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder
Course, AC-BC) dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum
agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mrn, 37,5 rnrn. Setiap
jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal
dimodifikasi dengan Aspal Alam disebut masing-rnasing sebagai AC-WC
Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.

3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi lni.

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8


b) Kajian TeknisLapangan Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan Seksi 1.11
d) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
f) Bahu Jalan Seksi 4.2
g) Perkerasan Berbutir Seksi 5
h) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat Seksi 6.1
i) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama Seksi 8.1
j) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase Seksi 10.1
Perlengkapan Jalan dan Jembatan

4) Tebal Lapisan dan Toleransi

a) Tebal setiap lapisan campuran beraspal bukan perata harus diperiksa dengan
benda uji "inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan. Benda uji inti (core) paling sedikit harus
diambil dua titik pengujian per penampang melintang per lajur dengan jarak
memanjang antar penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 100
m.

b) Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai


tebal rata-rata yang memenuhi syarat toleransi yang ditunjukkan pada PasaJ
6.3.1.(4).(f) dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut.

c) Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi
AMP.

d) Tebal aktual hamparan lapis beraspal bukan perata, harus sama atau Jebih
besar dan tebaJ rancangan yang ditentukan dalam Gamba. Bilamana tebal
lapisan beraspal dalam suatu segmen terdapat benda uji inti yang tidak
rnernenuhi persyaratan sebagaimana yang disebutkan diatas maka sub•
segmen yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali
dengan tebal nominal minimum yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.3.1.(1)
dan harus memenuhi ketentuan kerataan yang disyaratkan dalam Pasal
6.3.7.( 1).(c). Tebal setiap titik dari masing-rnasing jenis campuran beraspaJ
bukan perata tidak boleh kurang dari tebal rancangan seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dengan toleransi masing-masing jenis campuran
yang disyaratkan daJam PasaI6.3.1.(4).(f).

6 - 16
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

e) Tebal aktual hamparan eampuran beraspal perata dapat kurang atau lebih
tebal dari tebal perkiraan yang ditunjukkan dalam Gambar karena adanya
perbaikan bentuk.

f) Toleransi tebal untuk tiap lapisan eampuran beraspal :


• Latasir tidak lebih dari 2,0 mm,
• Lataston Lapis Aus tidak lebih dari 3,0 mm
• Lataston Lapis Pondasi tidak lebih dari 3,0 mm
• Laston Lapis Aus tidak lebih dari 3,0 mm
• Laston Lapis Antara tidak lebih dari 4,0 mm
• Laston Lapis Pondasi tidak lebih dari 5,0 mm

Tabel 6.3.1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal

Tebal Nominal
Jenis Camp uran Simbol
Minimum (em)
Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0
Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0
Lapis Pondasi HRS-Base 3,5
Laston Lapis Aus AC-WC 4,0
Lapis Antara AC-BC 6,0
Lapis Pondasi AC-Base 7,5

g) Untuk semua jenis eampuran, berat aktuaJ eampuran beraspal yang


diharnpar harus dipantau dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan pusat instalasi pencarnpur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan
yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan terhampar yang
dibitung dari tirnbangan adalah kurang ataupun lebih lima persen dari berat
yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi
Pekerjaan harus mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya
seJisih berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah
dihampar. Investigasi oleh Direksi Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak
terbatas pada hal-hal berikut ini :

i) Memerintahkan Penyedia Jasa untuk lebih sering mengambil atau


lebih banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji inti
(core);

ii) Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan


prosedur pengujian di laboratorium

iii) Memperoieh hasil pengujian laboratorium yang independen dan


pemeriksaan kepadatan campuran beraspal yang dicapai di
lapangan.

iv) Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk seeara


terinci.

Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekwensi pengambilan


benda uji inti (core), untuk survei geometrik tambahan ataupun pengujian
Jaboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang

6 - 17
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk mencari penyebab


dilampauinya toleransi berat harus ditanggung oleh Penyedia Jasa sendiri.

h) Perbedaan kerataan permukaan lapisan aus (HRS-WC dan AC-WC) yang


telah selesai dikerjakan, harus memenuhi berikut ini :

i) Kerataan Melintang

Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan


tepat di atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk
lapis aus dan lapis antara atau 10 mm untuk lapis pondasi.
Perbedaan setiap dua titik pada setiap penampang melintang tidak
boleb rnelarnpaui 5 mm dari elevasi yang dihitung dari penampang
melintang yang ditunjukkan dalam Gambar.

ii) Kerataan Memanjang

Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan Roll Profilometer


tidak boleh melampaui 5 mm.

i) Bilamana campuran beraspal dihamparkan sebagai lapis perata maka tebal


lapisan tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal nominal yang diberikan dalam
Tabel 6.3 .1.(1) dan tidak boleh kurang dari diameter maksimum partikel
yang digunakan.

5) Standar RlIjllkan

Standar Nasionallndonesia :
SNJ 06-2440-1991 Metoda Pengujian Kehilangan berat Minyak dan Aspal
dengan Cara A
SNI 03-3426-1994 Survai Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan Dengan
Alat Ukur NAASRA
SNJ 03-3640-1994 Metode Pengujian Kadar Aspal Dengan Cara Ekstraksi
Menggunakan Alat Soklet
SNI 03 -414 1-1996 Metode Pengujian GumpaJan Lempung Dan Butir•
Butir Mudah Pecah Dalam Agregat
SNI 03-4428-1997 Metode Pengujian Agregat Halus Atau Pasir Yang
Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir
SNI06-6399-2000 Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal
SNI 03-6441-2000 Metode Pengujian Yiskositas Aspal Minyak dengan
Alat Brookfield TermoseJ
SNI03-6723-2002 Spesifikasi Bahan Pengisi untuk Campuran Beraspal.
SNI 03-6757-2002 Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran
Beraspal dipadatkan Menggunakan Benda Uji Kering
Permukaan Jenuh
SNI 03-6819-2002 Spesiftkasi Agregat Halus Untuk Campuran Perkerasan
Beraspal
SNI03-6835-2002 Metode Pengujian Pengaruh Panas dan Udara terhadap
Lapisan Tipis Aspal yang Diputar

6 - 18
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
SNI03-6877-2002 Metode Pengujian Kadar Rongga Agregat Halus yang
tidak dipadatkan
SNl 03-6893-2002 Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran
Beraspal
SNI 03-6894-2002 Metode Pengujian Kadar Aspal Dan Campuran
Beraspal Cara Sentrifius
SNI 04-7182-2006 Metode Uji Standar untuk Bilangan Asam
SNI 1969 : 2008 Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar
SNI ] 970: 2008 Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
SNl2417 : 2008 Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles

SNJ 2490 : 2008 Cara Uji Kadar Air dalam Produk Minyak Burni dan
Bahan mengandung Aspal dengan Cara Penyulingan

SNI 3407 : 2008 Cara Uji Sifat Kekekalan Bentuk batu dengan
menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium
Sulfat.

SNI 3423 : 2008 Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah

SN12432:20 11 Cara Uji Daktilitas Aspal

SNJ 2433:2011 Cara Uji Titik Nyala dan Titik Bakar dengan alat
Cleveland Open Cup

SNI 2434:2011 Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan
Bola (Ring and Ball)
SNJ 2439:2011 Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan pada
Campuran Agregat-Aspal
SNI 244 I : 201 I Cara Uji Berat Jenis Aspal Padat
SNI 2456 : 2011 Cara Uji Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
SNI ASTM C117: 2012: Metode Uji Bahan Yang lebih Halus dari Saringan 75
11m(No.200) dalam Agregat Mineral dengan Pencucian
SNI ASTM C136: 2012: Cara Uji untuk Analisis Saringan Agregat Halus dan
Agregat Kasar
SN16721 : 2012 Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal
Emulsi dengan Alat Saybolt Furol
SNl6753 : 2008 Cara Uj i Ketahanan Campuran Beraspal Panas
Terhadap Kerusakan Akibat Perendaman.
SNT 7619: 2012 Metode Uji Penentuan Persentase Butir Pecah pada
Agregat Kasar.
AASHTO:
AASHTO T96-02 (2006) Resistance to Degradation of Small-Size Coarse
Aggregate by Abrasion and Impact in the Los
Angeles Machine.
AASHTO T195-67 (2007) Standard Method of Test for Determining Degree of
Particle Coating of Bituminous-Aggregate Mixtures
AASHTO T283-07 Resistance of Compacted Bituminous Mixture to
Moisture Induced Damaged

6 - 19
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

AASHTO T301-99 (2003) Elastic Recovery Test of Bituminous Materials By


Means of a Ductilorneter
ASTM:
ASTM 02042-01 Standard Test Method for Solubility of Asphalt
Materials in Trichloroethylene.
ASTM 02073-07 Standard Test Methods for Total, Primary, Secondary,
and Tertiary Amine Values of Fatty Amines by
Alternative Indivator Method
ASTM 03625 (2005) Standard Practice for Effect of Water on Bituminous•
Coated Aggregate Using Boiling Water
ASTM 04791-99 Standard Test Method for Flat or Elongated Particles
in Coarse Aggregate
ASTM 05581-07a Test Method for Resistance to Plastic Flow of
Bituminous Mixture using Marshall Apparatus (6
inch-diameter Specimen).
ASTM 06927-06 Standard Test Methods for Marshall Stability and
Flow of Bituminous Mixtures

Lainnya:
BS 598 Part 104 (1989) The Compaction Procedure Used in the Percentage
Refusal Density Test.

6) Pengajuan Kesiapan Kerja

Sebelum dan selama pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Oireksi
Pekerjaan :

a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan
oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan;

b) Setiap bahan aspal yang diusulkan Penyedia Jasa untuk digunakan, berikut
keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya,
baik sebelum maupun sesudah Pengujian Penuaan Aspal (RTFOT sesuai
dengan SNI 03-6835-2002 atau TFOT sesuai dengan SNJ 06-2440-1991);

c) Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh


bahan, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.3.2;

d) Laporan tertulis setiap pernasokan aspal beserta sifat-sifat bahan seperti


yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.2.(6);

e) Hasil pemeriksaan peralatan laboratorium dan pelaksanaan.

f) Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan data pengujian yang
mendukungnya; seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.3, dalam bentuk
laporan tertuJis;

g) Pengukuran pengujian permukaan seperti disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(1)


dalam bentuk laporan tertulis;

6 - 20
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

h) Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar, seperti


yang disyaratkan dalam PasaI6.3.7.(2);

i) Data pengujian laboratorium dan lapangan seperti yang disyaratkan dalam


Pasal 6.3.7.(4) untuk pengendalian harian terhadap takaran campuran dan
mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis;

j) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang,
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(5);

k) Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi perkerasan


seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.8.

7) KOlldisi Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja

Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering
dan diperkirakan tidak akan turun hujan.

8) Perbaikan Pada Campuran beraspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Bilamana persyaratan kerataan hasil hamparan tidak terpenuhi atau bilamana benda
uji inti dari lapisan beraspal dalam satu sub-segmen tidak memenuhi persyaratan
tebal atau kepadatan sebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi ini, maka panjang
yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal
lapisan nominal minimum yang di syaratkan dalam Tabel 6.3.1.(1) dengan jenis
campuran yang sama dan harus memenuhi ketentuan kerataan yang disyaratkan
dalam Pasal 6.3.7.(1).(c). Panjang yang tidak memenuhi syarat ditentukan dengan
benda uji tambahan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan selebar
satu hamparan.

Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk
pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat
diterima. Tidak ada waktu dan atau pembayaran tambahan yang akan dilakukan
untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

9) Pengembalian Bentuk PekeJjaan Setelah Pengujian

Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya
harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran beraspal oleh Penyedia Jasa
dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi
yang diperkenankan dalam Seksi ini.

10) Lapisan Perata

Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis carnpuran dapat digunakan
sebagai lapisan perata. Sernua ketentuan dari Spesifikasi ini harus berlaku kecuali :

Bahan harus disebut HRS-WC(L), HRS-Base(L), AC-WC(L), AC-BC(L) atau AC•


Base(L) dsb.

6 - 21
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

6.3.2 BAHAN

1) Agregat - Umum

a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan
campuran kerja (libat Pasal 6.3.3), memenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(la) sampai dengan Tabel 6.3.3.(ld),
tergantung campuran mana yang dipilih.

b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh


Direksi Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam
Seksi 1.11 dari Spesifikasi ini.

c) Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap


fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal, paling sedikit untuk
kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan hams
dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran beraspaJ satu bulan
berikutnya,

d) Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sudah


memperhitungkan penyerapan aspal oJeh agregat. Variasi kadar aspal akibat
tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran beraspal.

e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.

f) Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda
lebih dari 0,2.

2) Agregat Kasar

a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan
No.4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan hams bersih, keras, awet
dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan
memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.(la).

b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan seperti
ditunjukan pada TabeI6.3.2.(l b).

c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam


Tabel 6.3.2.(la). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang
pecah satu atau Lebih berdasarkan uji menurut SNI 7619 : 2012 dalam
Lampiran 6.3.C.

d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.

e) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan hams dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold
bin feeds) sedernikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat
dikendalikan dengan baik.

6 - 22
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
TabeI6.3.2.{Ia) Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat I natrium sulfat SNJ 3407:2008
Maks.l2 %
terhadap larutan I magnesium sulfat Maks.18 %
Campuran AC 100 putaran Maks. 6%
Abrasi dengan Modifikasi 500 putaran Maks.30%
mesin Los SN12417:2008
Angeles" Semuajenis 100 putaran Maks.8%
campuran aspaJ
bergradasi lainnva 500 putaran Maks.40%
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:201 I Min. 95 %
Butir Pecah pada Agregat Kasar SN17619:20J2 95/90 0)

ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10 %
Perbandinzan I : 5
Material lolos Ayakan No.200 SN I 03-4142- J 996 Maks. 2 %

Catatan;
.) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agrcgat kasar mempunyai muka bidang pccah satu atau lebih dan 90%
agrcgat kasar mmepunyai muka bidang pccah dua atau lebih.

TabeI6.3.2.(lb) Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran Aspal

Ukuran nominal agregat kasar penampung dingin (cold


Jenis Campuran bin) minimum yang diperlukan (mm)
5 - 10 10 - 14 14 - 22 22 - 30
Lataston Lapis Aus Va Va
Lataston Lapis Pondasi Va Va
Laston Lapis Aus Va Va
Laston Lapis Antara Va Va Va
Laston Lapis Pondasi Va Va Va Va

3) Agregat Halus

a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75
mm).

b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah
dad agregat kasar.

c) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) yang terpisah schingga gradasi gabungan dan presentase
pasir didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.

d) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang
tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran.

6 - 23
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu
yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.(1).
Untuk memperoleh agregat halus yang memenuhi ketentuan diatas :
i) bahan baku untuk agregat halus dicuci terlebih dahulu secara
mekanis sebelum dimasukkan kedaJam mesin pemecah batu.
ii) digunakan scalping screen dengan proses berikut ini :
fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu
tahap pertama (primary crusher) tidak boleh langsung
digunakan.
agregat yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(primary crusher) harus dipisahkan dengan vibro scalping
screen yang dipasang di antara primary crusher dan secondary
crusher.
material tertahan vibro scalping screen akan dipecah oleh
secondary crusher, basil pengayakannya dapat digunakan
sebagai agregat hal us.
material lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan
sebagai komponen material Lapis Pondasi Agregat.

e) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pad a


TabeI6.3.2.(2).

TabeI6.3.2.(2) Ketentuan Agregat Halus

Peogujiao Staodar Nilai


Nilai Setara Pasir SNJ 03-4428-1997 Min 60%
Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45
Gumpalan Lempung dan Butir-butir SNJ 03-4141-1996 Maks 1%
Mudah Pecah dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan No.200 SNI ASTM C117: 2012 Maks.IO%

4) Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Beraspal

a) Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) terdiri atas debu batu kapur
(limestone dust, Calcium Carbonate, CaCO), atau debu kapur padam yang
sesuai dengan AASHTO M303-89 (2006), semen atau mineral yang berasal
dari Asbuton yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Jika
digunakan AspaJ Modifikasi dari jenis Asbuton yang diproses maka bahan
pengisi yang ditambahkan (filler added) sudah memperhitungkan kadar filler
yang terkandung dalam Asbuton tersebut.

b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan•
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C136: 2012
harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak
kurang dari 75 % terhadap beratnya kecuali untuk mineral Asbuton. Mineral
Asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.1 00 (150 micron)
tidak kurang dari 95% terhadap beratnya.
c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, tidak digunakan
sebagai bahan pengisi. Kapur yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan
dari pabrik yang disetujui dan semen yang memenuhi persyaratan yang

6 - 24
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

disebutkan pada Pasal 6.3.2.(2b) diatas, dapat digunakan maksimum 2%


terhadap berat total agregat.
d) Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang
ditambahkan (filler added) min. 1% dari berat total agregat.

5) Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi agregat gabungan untuk campurao aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap
berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam
Tabel 6.3.2.(3). Rancangan dan Perbandingan Campuran untuk gradasi agregat
gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan dalam Tabel
6.3.2.(3).

TabeI6.3.2.(3) Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

% Berat Yang Lolos terhadap Total Aarreeat dalam Campuran


Ukurao Latasir (88) Lataston (HRS) Laston (AC)
Ayakao
Gr:adasi eojanl!" Gradasi Se i Seojao2:
(mm)
KclasA Kclas B we Base we Base we Be Base
37,5 100
25 100 90 - 100
19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90
12,5 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 75 -90 60 -78
9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 -70 77 - 90 66 - 82 52 - 71
4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54
2,36 75 - 100 50 _723 35 - 55J 50-62 32 - 44 33 - 53 30 -49 23 -41
1,18 21 -40 18- 38 13 - 30
0,600 35 -60 15 - 35 20-45 15- 35 14 - 30 12- 28 10- 22
0,300 15-35 5 - 35 9-22 7 - 20 6 - 15
0,150 6 - 15 5 -13 4 -10
0,075 10- 15 8-13 6 - 10 2-9 6-10 4-8 4-9 4-8 3- 7

Catatan:
I. Untuk !-IRS-We dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mill)
harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat Tabel 6.3,2,4 sebagai contoh batas-batas "Bahan Bergradasi Senjang' di
mana bahan yang 10105 No, 8 (2,36 mm) dan tertahan pada ayakan NoJO (0,600 mm).
2, Untuk semua jenis campuran, rujuk:Tabel 6,3.2,(I),(b) untuk ukuran agregat nominal maksimum pada tumpukan
baban pemasok dingin,
3, Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pcmilihan gradasi scsuai dengan pctunjuk Oireksi Pekerjaan
dengan mengacu pada panduan Seksi 6J ini.

Tabel 6.3.2.(4) : Contoh Batas-batas "Bahan Bergradasi Senjang"

Ukuran Ayakan Alternatif 1 Alternatif2 Alaternatif 3 Alternatif 4


% 1010sNo,8 40 50 60 70
% lolos No.30 paling sedikit 32 paling sedikit 40 paling sedikit 48 paling sedikit 56
% kesenjaogan 8 atau kuran 10 atau kurang 12 atau kurang 14 atau kurang

6) Bahan Aspal Untuk Campul'an Beraspal

a) Bahan aspal berikut yang sesuai dengan Tabel 6.3,2.(5) dapat digunakan.
Bahan pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan
campuran beraspal sebagaimana mestinya sesuai dengan yang disyaratkan

6 - 25
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

dalam Tabel 6.3.3.(Ja), 6.3.3.(1 b), 6.3.3.(lc) dan 6.3.3.(ld) mana yang
reJevan, sebagai-rnana yang disebutkan dalam Gambar atau diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan
sesuai dengan SNI 06-6399-2000 dan pengujian semua sifat-s ifat
(properties) yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.2.(5) harus dilakukan.
Bilamana jenis aspal modifikasi tidak disebutkan dalam Gambar maka
Penyedia Jasa dapat mernilih Aspal Tipe II dalam Tabel 6.3.2.(5) dibawah
1111.

Tabel 6.3.2.(5) Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras

Til>e1 Tipe Il Aspal yang


Metoda Aspal Dimodifikasi
No. Jenis Pengujian
Pengujian Pen.60- A(I)
8
70 Asbuton yg Elastomer
diproscs Siutctis
I. Pencirasi pada 25°C (0,1 mm) SNI06· 2456· 1991 60· 70 Min.50 Min.40

2. ViskosilJlSDinamis 60°C (Pa.s) SNI06· 6441· 2000 160· 240 ~ ~

3. Viskoshas Kincmatis 135°C (cSt) SNI 06· 6441· 2000 2: 300 385-2000 ~3000

4. Titik Lembck (OC) SNI 2434:201 I 2: 48 ~53 z 54


5. Daktiluus pada 25°C, (em) SNI 2432:201 I z 100 ~ 100 ~ 100

6. Titik Nyala (0C) SN12433:2011 ~232 ~232 2:232

7. Kclarutan dalam Trichloroethylene (%) MSIITO T44· 03 >99 2: 90(1) 2:99

8. Bcrat Jenis SNI 2441:201 I 2: 1,0 2: 1,0 2: 1,0

9. Stabilitas Pcnyimpanan: Perbcdaan Titik ASTM D 5976 pan 6.1 . ~2,2 ~2,2
Lcmbek (0C)

10. Partikcl yang Icbih halus dari 150 micron Min. 95(1) .
(um) (%)

Pcnglljilln Residu hasH 'HOT (SNI· 06· 2440· 1991) ahlllIlTFOT(SNI· 03· 683S· 2002):

II. Bcrat yang llilang (%) SNI06· 2441· 1991 ~O,8 ~O,8 ~O,8

12. Viskositas Dinamis 60°C (Pa.s) SNI03· 6441· 2000 ~800 s 1200 s 160 0
13. Pcncirasi pada 25°C (%) SNI06· 2456· 1991 2: 54 2: 54 2: 54

14. Daktilitas pada 25°C (COl) SNI 2432:201 I 2: 100 2: 50 2: 25

IS. Kcclastisan sctelah Pcngcmbalian (%) AASIITO T 301· 98 . . 2: 60

Catatan:
I. Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat (bitumen) yang diektraksi dengan menggunakan
metoda SNI 2490 : 2008. Sedangkan untuk pengujian kelarutan dan gradasi mineral dilaksanakan
pad a seluruh bahan pengikat termasuk kandungan mineralnya.
2. Pabrik pembuat bahan pengikat Tipe II dapat mengajukan metoda pengujian altematif untuk
viskositas bilamana sifat-sifat elastomerik atau lainnya didapati berpengaruh terhadap akurasi
pengujian penetrasi, titik lembek atau standar lainnya.
3. Viscositas di uji juga pada temperatur 100°C dan 160°C untuk tipe I, untuk ripe II pada
temperatur 100°C dan 170 °C.

6 - 26
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
4. Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan AASHTO T201-03 maka basil
pengujian harus dikonversikan ke satuan cSt.

b) Contoh bahan aspaI hams diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI
03-3640-1994 (metoda sok1et) atau SNI 03-6894-2002 (metoda sentrifus)
atau AASHTO T 164 - 06 (metoda tungku pengapian). Jika metoda
sentrifitus digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi
mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke
dalam suatu alat sentrifugal.Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana
kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1 %
(dengan pengapian). Jika bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih
lanjut maka bahan aspal itu hams diperoleh kembali dari larutan sesuai
dengan prosedur SNI 03-6894-2002.

c) Aspal Tipe 1 dan Tipe II harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum
dituangkan ke tangki penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25°C (SNl 06-
2456-1991) Tipe 11 juga harus diuji untuk stabilitas penyimpanan sesuai
dengan ASTM D5976 part 6.1 dan dapat ditempatkan dalam tangki
semen tara sampai hasil pengujian tersebut diketahui. Tidak ada aspal yang
boleh digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan disetujui.

7) Bahan Anti Pengelupasan

Bahan anti pengelupasan hanya digunakan jika Stabilitas Marshall Sisa (rRS -Index of
Retained Stability) atau nilai Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR) campuran
beraspal sebelum ditambah bahan anti pengelupasan lebih besar dari yang
disyaratkan. Stabilitas Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus
ditambahkan dalam bentuk cairan di timbangan aspal AMP dengan mengunakan
pompa penakar (dozing pump) sesaat sebelum dilakukan proses pencampuran basah
di pugmil. Penambahan bahan anti pengelupasan ke dalam ketel aspal hanya
diperkenankan atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Kuantitas pemakaian aditif anti
striping dalam rentang 0,2% - 0,4% terhadap berat aspal. Bahan anti pengelupasan
harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh digunakan pada aspal
modifikasi yang bermuatan positif. Persyaratan bahan anti pengelupasan haruslah
memenuhi Tabel 6.3.2.(6) dan kompabilitas dengan aspal disyaratkan dalam Tabel
6.3.2.(7).

Tabel 6.3.2.(6) Ketentuan Bahan Anti Pengelupasan Mengandung Amine

No. Jenis Penguiian Standar Nilai


1 Titik Nyala (Claveland Open Cup), °C SN12433:2011 min.180
2 Viskositas, pada 25°C (Saybolt Furol), SNI 03-672 I-2002 >200
detik
3 Berat Jenis, pada 25°C, SN12441:2011 0,92- 1,06
4 Bilangan asam (acid value), SNl 04-7182-2006 <10
mL KOH/g
5 Total bilangan amine (amine value), ASTM 02073-07 150 - 350
mL HCIJg

Tabel 6.3.2.(7) - Kompatibilitas Bahan Anti Pengelupasan dengan Aspal

No. Jenis Pen gujian Standar Nilai


I Uji pengelupasan dengan air mendidih (boiling ASTM 03625 min.803)
water test), % I) (2005)
2 Stabilitas penyimpanan campuran aspal dan SN12434:2011 maks.2,2Z)
bahan anti pengelupasan, °C

6 - 27
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

No. Jenis Penguiian Standar Nilai


3 Stabilitas pemanasan (Heat stability). Pengon- ASTM D3625-96 min.70
disian 72 jam, % permukaan terselimuti aspal Modification
Catatan:
I) Modifikasi prosedur pengujian tentang persiapan benda uji meliputi ukuran danjenis agregat, kadar aspaJ dan
temperatur pencarnpuran antara aspal, agregat dan bahan anti pengelupasan.
2) Perbedaan nilai Titik Lembek (SNI2434:20JJ).
3) Persyaratan berlaku untuk pengujian menggunakan agregat silika.

8) Aspal yang Dimodiftkasi

Aspal yang dimodifikasi haruslah jenis Asbuton, dan elastomerik latex atau sintetis
memenuhi ketentuan-ketentuan Tabel 6.3.2.(5).Proses pembuatan aspal modifikasi
di lapangan tidak diperbolehkan kecuali ada lisensi dari pabrik pembuat aspal
modifikasi dan pabrik pembuatnya menyediakan instalasi pencampur yang setara
dengan yang digunakan di pabrik asalnya.

Aspal modifikasi harus dikirim dalam tangki yang dilengkapi dengan alat pembakar
gas atau minyak yang dikendalikan secara termostatis. Pembakaran langsung dengan
bahan bakar padat atau cair didalam tabung tangki tidak diperkenankan dalam
kondisi apapun. Pengiriman dalam tangki harus dilengkapi dengan sistem segel yang
disetujui untuk mencegah kontaminasi yang terjadi apakah dari pabrik pembuatnya
atau dari pengirimannya. Aspal yang dimodifikasi harus disalurkan ke tangki
penampung di lapangan dengan sistem sirkulasi yang tertutup penuh. Penyaluran
secara terbuka tidak diperkenankan.

Setiap pengiriman harus disalurkan kedalam tangki yang diperuntukkan untuk


kedatangan aspal dan harus segera dilakukan pengujian penetrasi, titik lembek dan
stabilitas penyimpanan. Tidak ada aspaJ yang boleh digunakan sampai diuji dan
disetujui.

Jangka waktu penyimpan untuk as pal modifikasi dengan bahan dasar latex tidak
boleh rnelebihi 3 hari kecuali jika jangka waktu penyimpanan yang lebih lama
disetujui oJeh Direksi Pekerjaan. Persetujuan tersebut hanya dapat diberikan jika
sifat-sifat akhir yang ada memenuhi nilai-nilai yang diberikan dalam Tabel 6.3 .2.(5).

9) Sumber Pasokan

Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan harus
diserahkan, seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, paling sedikit 60 hari
sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.

6.3.3 CAMPURAN

I) Komposisi Umum Campuran

Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif, dan aspal.

2) Kadar Aspal dalam Campuran

Persentase as pal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan


berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam
Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat yang
digunakan.

6 - 28
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
3) Prosedur Rancangan Campuran

a) SebeJum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam


Pekerjaan, Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan
metoda kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat
dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan
penghamparan campuran percobaan yang dibuat di instalasi pencarnpur
aspal.

b) Pengujian yang diperlukan meliputi anaJisa ayakan, berat jenis dan


penyerapan air, dan semua jenis pengujian Jainnya sebagaimana yang
dipersyaratkan pada seksi ini untuk semua agregat yang digunakan.
Pengujian pada campuran beraspal percobaan akan meliputi penentuan Berat
Jenis Maksimum campuran beraspal (SNI 03-6893-2002), pengujian sifat•
sifat Marshall (SNI 06-2489-1990) dan Kepadatan Membal (Refusal
Density) campuran rancangan (BS 598 Part 104 - 1989).

c) Contoh agregat untuk rancangan campuran hams diambil dari pemasok


dingin (cold bin) dan dari penampung panas (hot bin). Rumusan campuran
kerja yang ditentukan dari campuran di laboratorium harus dianggap berlaku
sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada instalasi pencampur
aspal dan percobaan pengharnparan dan pemadatan lapangan.

d) Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan harus


dilaksanakan dalam tiga langkab dasar berikut ini :

i) Penentuan proporsi taka ran agregat dari pemasok dingin untuk


dapat menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan proporsi
takaran agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus
digunakan untuk penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh
dari pemasok panas harus diambil setelah penentuan besarnya
bukaan pemasok dingin. Selanjutnya proporsi takaran pada pemasok
panas dapat ditentukan. Suatu Rumusan Campuran Rancangan
(Design Mix Formula, DMF) kemudian akan ditentukan
berdasarkan prosedur Marshall. Dalam segala hal DMF harus
memenuhi semua sifat-sifat bahan dalam Pasal 6.3.2 dan sifat-sifat
campuran sebagaimana disyaratkan dalam Tabel 6.3.3(la) s.d 6.3.3
(Id), mana yang relevan.

ii) DMF, data dan grafik percobaan campuran di laboratorium harus


diserahkan pad a Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau menolak usulan DMF
tersebut dalam waktu tujuh hari. Percobaan produksi dan
penghamparan tidak boleh dilaksanakan sampai DMF disetujui.

iii) Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan terhadap


Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF). JMF adalah
suatu dokumen yang menyatakan bahwa rancangan campuran
laboratorium yang tertera dalam DMF dapat diproduksi dengan
instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP), dihampar
dan dipadatkan di lapangan dengan peralatan yang telah ditetapkan
dan memenuhi derajat kepadatan lapangan terhadap kepadatan
laboratorium hasil pengujian Marshall dari benda uji yang campuran
beraspalnya diambil dari AMP.

6 - 29
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

TabeI6.3.3.(1a) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Latasir


Latasir
Sifat-sifat Carnpuran
Kelas A & B
Penyerapan aspal (%) Maks, 2,0
JurnJah tumbukan per bidang 50
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) (2) Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%) Min. 75
Stabilitas Marshall (kg) Min. 200
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/nun) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendarnan selama 24 jam, 600C (3) Min. 90

Tabel 6.3.3.( Ib) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Lataston


Lataston
Lapis Aus Lapis Pondasi
Sifat-sifat Carnpuran Senjang Semi Senjang Semi
Senjang Senjang
Kadar asoal efektif(%) Min 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan aspaI(%) Maks. 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75
Rongga dalam campuran (%) (2)
Min. 4,0
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (rnm) Min 3
Marshall Quotient (kg/lnm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam, 600C (3)
Rongga dalam campuran (%) pad a
Kepadatan membal (refusal)(4) Min. 3

Tabel 6.3.3.(lc) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston CAC)


Laston
Sifat-sifat Campuran
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (l)
Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm Min. 1,0
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 3,0
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800 (I)
Pelelehan (rnm)
Min. 2 "
j

Maks 4 6 (I)

6 -30
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
Laston
Sifat-sifat Campuran
Lapis Aus
I Lapis Antara
I Pondasi
StabiLitas MarsbaU Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman seLama 24 jam, 600C (3)
Rongga dalam campuran (%) pada
Min. 2
Kepadatan membal (refusal)(4)

Tabel 6.3.3.(ld) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC Mod)

Sifat-sifat Campuran Laston(6)

Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)


Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm Min. 1,0
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) (2)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (YMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250(1)
Min. 2 3
Pelelehan (mm) 6 (I)
Maks. 4
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60 DC(3) Min. 90

Rongga dalam campuran (%) pada


Min. 2
Kepadatan membal (refusalj'"
Stabilitas Dinamis, Iintasan/mm" Min. 2500
Catatan :
I) Modifikasi Marshalilihat Lampiran 6.3.B.
2) Rongga dalarn campuran dihitung berdasarkan pengujian Bcrat Jenis Maksimum Agregat (Gmm test, SNI
03-6893-2002).
3) Direksi Pekerjaan dapat atau menyctujui AASHTO T283-89 sebagai alternarif pengujian kepekaan terhadap
kadar air. Pengkondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Nilai Indirect Tensile
Strength Retained (ITSR) minimum 80% pada VIM (Rongga dalam Carnpuran) 7% ± 0,5%. Untuk
mendapatkan VTM 7%±0,5%, buatlah benda uji Marshall dengan variasi tumbukan pada kadar aspal
optimum, rnisal 2x40. 2x50. 2x60 dan 2x75 turnbukan. Kcmudian dari setiap benda uji tersebut, hitung nilai
VIM dan buat hubungan antara jumlah tumbukan dan VIM. Dari grafik tersebut dapat diketahui jumlab
tumbukan yang memiliki nilai VIM 7±0.5%, kemudian lakukan pengujian ITSR untuk mendapatkan
Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR) sesuai SNI 6753:2008 atau AASTHO T 283-89 tanpa pengondisian -
18 ± 3°C.
4) Untuk menentukan kepadatan mcmbal (refusal), disarankan menggunakan penurnbuk bergetar (vibratory
hammer) agar pecahnya butiran agregat dalam campuran dapat dihindari. Jika digunakan penumbukan
manual jumlab tumbukan per bidang harus 600 untuk cetakan berdiamater 6 inch dan 400 untuk cctakan
berdiamater 4 inch
5) Pengujian Wheel Tracking Machine (WTM) harus dilakukan pada temperatur 60°C. Prosedur pengujian
harus mcngikuti serti pada Manual untuk Rancangan dan Pelaksanaan Perkerasan Aspal, JRA Japan Road
Association (1980).

4) Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)

Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Penyedia Jasa harus
menyerahkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan DMF untuk
carnpuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan hams
menentukan untuk campuran berikut ini:

6 - 31
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

a) Sumber-sumber agregat.
b) Ukuran nominal maksimum partikel.
c) Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Penyedia
Jasa, pada penampung dingin maupun penaropung panas.
d) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam
TabeI6.3.2.(3).
e) Kadar aspal optimum dan efektifterhadap berat total campuran .
1) Rentang temperatur pencampuran aspaJ dengan agregat dan ternperatur saat
campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer).
Penyedia Jasa harus menyediakan data dan grafik hubungan sifat-sifat campuran
beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan laboratorium untuk
menunjukkan bahwa campuran mernenuhi semua kriteria dalam Tabel 6.3.3.(la)
sampai dengan Tabe16.3.3.(ld) tergantung campuran aspaJ mana yang dipilih.

Dalam tujuh hari setalah DMF diterima, Direksi Pekerjaan harus :

a) Menyatakan bahwa usulan terse but yang memenuhi Spesifikasi dan rneng•
ijinkan Penyedia Jasa untuk menyiapkan instalasi pencampur aspal dan
peng-hamparan percobaan.

b) Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi Spesifikasi.

Bilamana DMF yang diusulkan ditolak oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa
harus melakukan percobaan campllran tambahan dengan biaya sendiri untuk
memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi Spesifikasi. Direksi
Pekerjaan, menurut pendapatoya, dapat menyarankan Penyedia Jasa untuk
memodifikasi sebagian rumusan rancangannya atau meocoba agregat lainoya.

5) Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)

Percobaan campuran di instasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan
penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan rnenjadikan DMF dapat
disetujui sebagai JMF.

Segera setelah DMF disetujui oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus
melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton untuk setiap jenis
campuran yang diproduksi dengan AMP, dihampar dan dipadatkan di lokasi yang
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dengan peralatan dan prosedur yang diusulkan.
Penyedia Jasa harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (paver) mampu
menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa segregasi, tergores,
dsb. Kombinasi penggilas yang diusulkan harus mampu mencapai kepadatan yang
disyaratkan dalam rentang temperatur pemadatan sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam Tabel 6.3.5.(1). Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk
percobaan penghamparan ini.

Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat


benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal). Hasil pengujian ini
harus dibandingkan dengan Tabel 6.3.3.(la) sampai dengan Tabel 6.3.3.(ld) .
Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi Spesifikasi pada salah satu
ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang

6 - 32
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

kembali. Direksi pekerjaan tidak akan menyetujui DMF sebagai JMF sebelum
penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan dan disetujui.

Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh JMF
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana telah disetujui, lMF menjadi
definitifsampai Direksi Pekerjaan menyetujui JMF pengganti lainnya. Mutu
campuran harus dikendalikan, terutama dalam toleransi yang diijinkan, seperti yang
diuraikan pada Tabel 6.3.3.(2) di bawah ini.

Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dan setiap penghamparan percobaan.
Contoh campuran beraspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari
truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda
uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.5.(1) dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.3.(la) sampai dengan Tabel 6.3.3.(1 d). Kepadatan rata-rata (Gmb) dari
semua benda uji yang diambil dari penghamparan percobaan yang memenuhi
ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density), yang
harus dibandingkan dengan pemadatan campuran beraspaJ terhampar dalam
pekerjaan.

6) Penerapan JMF dan Toleransi Yang Diijinkan

a) Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan


JMF, daJam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)
di bawah ini.

b) Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan
maupun campurannya seperti yang digariskan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan
6.3.7.(4) dari Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu
untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagaJ
memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang
Diijinkan harus ditolak.

c) Bilamana setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari


JMF dan ToJeransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan yang
konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau
jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu JMF baru harus diserahkan
dengan cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya Penyedia Jasa sendiri
untuk disetujui, sebelum campuran beraspal baru dihampar di lapangan.

TabeJ 6.3.3.(2) Toleransi Komposisi Campuran :

Agregat Gabungan Toleransi Komposisi Campuran


Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai No.50 ± 3 % berat total agregat
Lolos ayakan No.1 00 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat
Lolos ayakan No.200 ± ] % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi


Kadar aspal ± 0,3 % berat total carnpuran

6 - 33
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Temperatur Campuran Toleransi

Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke - 10°C dari temperatur


tempat penghamparan campuran beraspal di truk saat
keluar dari AMP

d) Interpretasi Toleransi Yang Diijinkan

Batas-batas absolut yang ditentukan oleh JMF maupun Toleransi Yang


diijinkan menunjukkan bahawa Penyedia Jasa harus bekerja dalam batas•
batas yang digariskan pada setiap saat.

6.3.4 KETENTUAN INSTALASI PENCAMPUR N ASPAL

1) Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP)

a) Instalasi Pencampur Aspal harus mempunyai sertifikat "laik operasi" dan


sertifikat kalibrasi dari Metrologi untuk timbangan aspal, agregat dan bahan
pengisi (filler) tambahan, yang masih berlaku. Jika menu rut pendapat
Direksi Pekerjaan, Instalasi Pencampur Aspal atau timbangannya dalam
kondisi tidak baik maka Instalasi Pencampur Aspal atau timbangan tersebut
harus dikalibrasi ulang meskipun sertifikatnya masih berlaku.

b) Berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) yang


dilengkapi ayakan panas (hot bin screen) dan mampu memasok mesin
penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada
kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki;

c) Harus dirancangi dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan


campuran dalam rentang toleransi JMF;

d) Harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan sehingga tidak mengganggu ataupun mengundang protes
dari penduduk di sekitamya;

e) Harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap
yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone)
sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem
di atas rusak atau tidak berfungsi maka AMPtersebut tidak boleh
dioperasikan;

f) Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas asli rnmunum 800 kg


yang bukan terdiri dari gabungan dari 2 instalasi pencampur aspal atau lebih
dan dilengkapi dengan sistem penimbangan secara komputerisasi jika
digunakan untuk memproduksi AC modifikasi atau AC-Base selain dari
pekerjaan minor.

g) Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal yang dimodifikasi harus


dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik otomatis yang mampu
mempertahankan temperatur carnpuran sebesar 175°C. Jika digunakan
bahan bakar gas maka pemanas (dryer) harus dilengkapi dengan alat
pengendali temperatur (regulator) untuk mempertahankan panas dengan
konstan.

6 - 34
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

h) Jika digunakan untuk pembuatan AC-8ase, mempunyai pemasok dingin


(cold bin) yang jumlahnya tidak kurang dari lima buah dan untuk jenis
campuran beraspallainnya minimal tersedia 4 pemasok dingin ..

i) Dirancang sebagaimana mestinya, dilengkapi dengan semua perlengkapan


khusus yang diperlukan.

j) Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan agregat haruslah minyak


tanah atau solar dengan berat jenis maksimum 860 kglm3 atau gas Elpiji
atau LNG (Liquefied Natural Gas) atau gas yang diperoleh dari batu bara.
Batu bara yang digunakan dalam proses gasifikasi haruslah min. 5.500
K.Callkg. Ketentuan lebih lanjut penggunaan alat pencampur aspal dengan
bahan bakar batu bara dengan sistem tidak langsung (indirect), mengacu
pada Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/SE/M/20 11 Tanggal
31 Oktober 2011, Peri hal Pedoman Penggunaan batu bara untuk pemanas
agregat pada unit produksi campuran beraspal (AMP).

k) Agregat yang diambil dari pemasok panas (hot bin) atau pengering (dryer)
tidak boleh mengandung jelaga dan atau sisa minyak yang tidak habis
terbakar.

2) Tangki Penyimpan Aspal

Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat
dikendalikan dengan efektif dan hand a I sampai suatu temperatur dalam rentang yang
disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam coils), listrik,
atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi tangki aspal. Setiap tangki
harus dilengkapi dengan sebuah termometer yang terletak sedemikian hingga
temperatur aspal dapat dengan mudah dilihat. Sebuah keran harus dipasang pad a
pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji.

Sistem sirkulasi untuk bah an aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar dapat
memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama peri ode pengoperasian.
Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan selimut uap (steamjacket)
atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk rnernpertahankan temperatur yang
disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem sirkulasi.

Daya tarnpung tangki penyimpanan minimum adalah paling sedikit untuk kuantitas
dua hari produksi. Paling sedikit harus disediakan dua tangki yang berkapasitas
sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistern sirkulasi sedemikian rupa
agar rnasing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu
sirkulasi aspal ke alat pencampur.

Untuk campuran aspal yang dimodifikasi, sekurang-kurangnya sebuah tangki


penyimpan aspal tambahan dengan kapasitas yang tidak kurang dari 20 tonharus
disediakan, dipanaskan tidak langsung dengan kumparan minyak atau pemanas
listrik dan dilengkapi dengan pengendali temperatur terrnostatik yang mampu
rnernper-tahankan temperatursebesar 175°C. Tangki ini harus disediakan untuk
penyirnpanan aspal yang dimodifikasi selarna periode dimana aspal tersebut
diperlukan untuk proyek.

Semua tangki penyimpan aspal untuk pencarnpuran aspal alam yang mengandung
bahan mineral dan untuk aspal yang dimodifikasi lainnya, bilamana akan terjadi
pemisahan, harus dilengkapi dengan pengaduk mekanis yang dirancang sedemikian

6 - 35
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

hingga setiap saat dapat mempertahankan bahan mineral didalarn bahan pengikat
sebagai suspensi.

3) Tangki Penyimpan Aditif

Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat menyimpan bahan aditif
untuk satu hari produksi campuran beraspal dan harus dilengkapi dengan dozing
pump sehingga dapat memasok langsung aditif ke pugmil dengan kuantitas dan
tekanan tertentu.

4) Ayakan Panas

Ukuran saringan panas yang disediakan harus sesuai dengan ukuran agregat untuk
setiap jenis campuran yang akan diproduksi dengan merujuk ke Tabel 6.3.2.(1 b).

5) Pengendali Waktu Pencampuran

InstaJasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handaJ untuk mengendalikan


waktu pencampuran dan menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali kaJau
diubah atas perintah Direksi Pekerjaan.

6) Timbangan dan Rumah Timbang

Timbangan hams disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan bahan pengisi.
Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang siap
dikirim ke tempat penghamparan. Timbangan tersebut harus memenuhi ketentuan
seperti yang dijeJaskan di atas.

7) Penyimpanan dan Pemasokan Bahan Pengisi

Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok
bahan pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan.

8) Penyimpanan dan Pemasokan Aspal Alam

Jika Aspal AJam Berbutir digunakan untuk pekerjaan sebuah tempat penyimpanan
yang tahan cuaca dan elevator yang cocok untuk memasok yang dilengkapi dengan
sistem penakaran berat harus disediakan.

9) Ketentuan Keselamatan Kerja

a) Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat
pencampur dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit
perlengkapan harus dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk,
perlengkapan untuk landasan atau perangkat lain yang sesuai harus
disediakan sehingga Direksi Pekerjaan dapat rnengambil benda uji maupun
memeriksa temperatur campuran.

Untuk memudahkan peJaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda


uji dan lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katroJ harus
disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (platform)
atau sebaliknya. Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi
dan bagian bergerak lainnya yang berbahaya harus seluruhnya dipagar dan
dilindungi.

6 - 36
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
b) Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar
tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari
bend a yangjatuh dari aJat pencampur.

10) Peralatan Pengangkut

a) Truk untuk rnengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari
logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air
sabun, atau larutan kapur untuk mencegab melekatnya campuran aspal pad a
bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan
sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk.

b) Tiap muatan harus ditutup dengan kanvaslterpal atau bahan lainnya yang
cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi
campuran aspal terhadap cuaca dan proses oksidasi. Bilamana dianggap
perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus diikat
kencang agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang
disyaratkan.

c) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal


aki-bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan
kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak
semestinya, atas perintab Direksi Pekerjaan harus dikeluarkan dari pekerjaan
sampai kondisinya diperbaiki.

d) Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah belakang
harus disetel agar seluruh campuran aspal dapat dituang ke dalam
penampung dari alat penghampar aspal tanpa mengganggu kerataan
pengoperasian alat penghampar dan truk harus tetap bersentuhan dengan alat
penghampar. Truk yang mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan lebar
alat penghampar tidak diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal dengan
muatan lebih tidak diperkenankan.

e) Jurnlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara
menerus dengan kecepatan yang disetujui.

Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan menghasilkan


permukaan yang tidak rata sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi
pengendara serta mengurangi urnur rencana akibat beban dinamis. Penyedia
Jasa tidak diijinkan memulai penghamparan sampai minimum terdapat tiga
truk di lapangan yang siap rnernasok campuran aspal ke peralatan
penghampar. Kecepatan peralatan penghampar hams dioperasikan
sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang digunakan untuk mengangkut
campuran aspaJ setiap hari dapat menjamin berjalannya peralatan
penghampar secara menerus tanpa henti. Bilamana penghamparan terpaksa
harus dihentikan, maka Direksi Pekerjaan hanya akan mengijinkan
dilanjutkannya penghamparan bilamana minimum terdapat tiga truk di
lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar.
Ketentuan ini merupakan petunjuk pelaksanaan yang baik dan Penyedia Jasa
tidak diperbolehkan menuntut tambahan biaya atau waktu atas
keterlambatan penghamparan yang diakibatkan oleh kegagalan Penyedia
Jasa untuk menjaga kesinambungan pemasokan campuran aspal ke peralatan
penghampar.

6 - 37
37
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

1 I) Peralatan Penghampar dan Pembentuk

a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin


sendiri yang disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran
aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang
diperlukan.

b) Alat pengbampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal
secara merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini
harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan
cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti
halnya maju. Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang
dapat dilipat pad a saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk
menghindari sisa bahan yang sudah mendingin di dalamnya.

c) Alat penghampar harus mempunyai perJengkapan elektronik dan/atau


mekanis pengendali kerataan seperti batang perata (leveling beams), kawat
dan sepatu pengarab kerataan (joint matching shoes) dan dan peralatan
bentuk penampang (cross fall devices) untuk mempertahankan ketepatan
kelandaian dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan
acuan tepi yang tetap (tidak bergerak).

d) Alat pengbampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik dengan


jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk
memanasi "screed" (sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk
menghampar campuran aspal tanpa menggusur atau merusak permukaan
basil hamparan.

e) lstilah "screed" (perata) mengacu pada pengarnbang mekanis standar


(standard floating mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah
samping (side arms) pada titik penambat yang dipasang pad a unit pengerak
alat penghampar pada bagian belakang roda penggerak dan dirancang untuk
menghasilkan permukaan tektur lurus dan rata tanpa terbelah, tergeser atau
beralur.

t) Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan penghampar dan


pembentuk meninggalkan bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau
ketidak-rataan permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
modifikasi prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan tersebut harus
dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang
memenuhi ketentuan harus disediakan oleh Penyedia Jasa.

12) Peralatan Pemadat

a) Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit Sftftt dua alat pemadat
roda baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet (tyre roller).
Paling sedikit harus disediakan satu tambaban alat pemadat roda karet (tire
roller) untuk setiap kapasitas produksi yang melebihi 40 ton per jam.
Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.

b) Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan rnemiliki tidak
kurang dari sembi Ian roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang
sarna dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/crrr'
atau (85 - 90) psipada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sarna. Roda-

6 - 38
38
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang -
Karondang roda harus berjarak sarna satu sarna lain pada kedua sumbu dan
diatur sedemikian rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu
terletak
di antara roda-roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih
(overlap). Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan
operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda
tidak melebihi 0,35 kg/ern' (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban
harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban pompa di
lapangan pad a setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang
digunakan, Penyedia Jasa harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan
grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan
ban pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang kontak.
Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara penyetelan berat
total dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda
dapat diubah dalam rentang (300 - 600) kilogram per 0,1 meter. Tekanan
dan beban roda harus disetel sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan,
agar dapat memenuhi ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada umumnya
pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap lapis campuran aspal
harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang masih dapat dipikul
bahan.

c) Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas duajenis:

* Alat pemadat tandem statis


* Alat pemadat vibrator ganda (twin drum vibratory)

Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis tidak kurang
dari 8 ton. Alat pemadat vibrator ganda mempunyai berat statis tidak
kurang dari 6 ton. Roda gilas harus be bas dari permukaan yang datar,
penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan perkerasan.

d) Dalam penghamparan percobaan, Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan


kombinasi jenis penggilas untuk memadatkan setiap jenis campuran sampai
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum JMF disetujui. Penyedia
Jasa harus melanjutkan untuk menyimpan dan rnenggunakan kombinasi
penggilas yang disetujui untuk setiap carnpuran. Tidak ada alternatif lain
yang dapat diperkenankan kecuali jika Penyedia Jasa dapat rnenunjukkan
kepada Direksi Pekerjaan bahwa kornbinasi penggilas yang baru paling
sedikit seefektifyang sudah disetujui.

12) Perlengkapan Lainnya

Semua perlengkapan lapangan yang harus disedikan termasuk tidak terbatas pada :
• Mesin Penumbuk (Petrol Driven VibratingPlate).
• Alat pemadat vibrator, 600 kg.
• M istar perata 3 meter.
• Thermometer Genis arloji) 200 0 C (minimum tiga unit).
• Kompresor dan jack hammer.
• Mistar perata 3 meter yang diJengkapi dengan waterpass dan dapat disesuaikan
untuk pembacaan 3% atau lereng melintang Jainnya dan super-elevasi antara 0
sampai 6%.
• Mesin potong dengan mata intan atau serat.
• Penyapu Mekanis Berputar.
• Pengukur kedalaman aspal yang telah dikalibrasi.

6 - 39
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
• Pengukur tekanan ban.

6.3.5 PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL

1) Kemajuan Pekerjaan

Kecuali untuk pekerjaan manual atau penambalan, campuran beraspal tidak boleh
diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan
atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan dengan
tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi pencampuran.

2) Penyiapan Bahan Aspal

Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur sampai dengan 160°C di dalam
suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
pemanasan langsung setempat dan mampu mengalirkan bahan aspaL secara
berkesinambungan ke alat pencarnpur secara terus menerus pada temperatur yang
merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, kuantitas
aspal minimum harus mencukupi untuk perkerjaan yang direncanakan pada hari itu
yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur.

3) Penyiapan Agregat

a) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui


pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra-pencampuran agregat dari
berbagai jenis atau dari surnber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat
untuk campuran beraspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pen gering sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur, Nyala api yang
terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat
agar dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.

b) Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering
dan dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang
disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak rnelampaui 10°C di atas
temperatur bahan aspal.

c) Bahan pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam


penarnpung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi
tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat rnaupun dituang ke dalam
penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian
kadar filler dapat dijamin.

4) Penyiapan Pencampuran

a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar memenuhi rumusan campuran kerja (JMF). Proporsi takaran ini
hams ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang
diambil dari tumpukan agregat (stockpile) segera sebelum produksi
carnpuran dimulai dan pada interval waktu tertentu sesudahnya,
sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin
pengendalian penakaran. Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan

6 - 40
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai


dengan JMF. Bilamana digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, di
dalam unit pengaduk seluruh agregat harus dicarnpur kering terlebih dahulu,
kemudian baru aspal dan aditif dengan jumlah yang tepat disemprotkan
langsung ke dalam unit pengaduk dan diaduk dengan waktu sesingkat
mungkin yang telah ditentukan untuk mengbasilkan campuran yang
homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu
pencampuran total hams ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dan diatur
dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Lamanya waktu
pencampuran harus ditentukan secara berkala atas perintab Direksi
Pekerjaan melalui "pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran
agregat kasar" sesuai dengan prosedur AASHTO T195-67 (2007) (biasanya
sekitar 45 detik).

b) Temperatur campuran beraspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus


dalam rentaog absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel 6.3.5.(1). Tidak
ada campuran beraspal yang diterima dalam Pekerjaan bilamana temperatur
pencampuran melampaui temperatur pencampuran maksimum yang
disyaratkan.

5) Temperatllr Pembuatan dan Penghamparan Campliran

Viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan dan perkiraan


temperatur aspaJ umumnya seperti yang dicantumkan dalam Tabel 6.3.5.(1). Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui rentang temperatur lain
berdasarkan pengujian viskositas aktual aspal atau aspal modifikasi yang digunakan
pada proyek tersebut, dalam rentang viskositas seperti diberikan pada TabeI6.3.5.(I)
dengan meJihat sifat-sifat campuran di lapangan saat penghamparan, selama
pemadatan dan basil pengujian kepadatan pada ruas percobaan. Campuran aspal
yang tidak memenuhi batas ternperatur yang disyaratkan pada saat pencuraban dari
AMP kedalam truk, atau pada saat pengiriman ke alat penghampar, tidak boleh
diterima untuk digunakan pada pekerjaan yang permanen.

TabeI6.3.5.(1) Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran &


Pemadatan

o. Prosedur Pelaksanaan Viskositas Aspal Perkiraan Ternperatur Aspal (OC)


(Pas) Tipe I Tipe lIB
I Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ±t 165 ±I
2 Pemadatan bend a uji Marshall 0,4 145 ±I 155 ±I
3 Pencampuran, rentang ternperatur 0,2 - 0,5 145 - 155 155-165
sasaran
4 Menuangkan campuran aspal dari ±0,5 135 - 150 145 - 160
alat pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Pengharnpar 0,5 - 1,0 130 - 150 140 - 160
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 - 145 135-155
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100-125 110 - 135
8 Pemadatan Akhir (roda baja) <20 > 95 >105
Catatan :
I Pas = 100 cSt = 100 mm2/s dimana :
Pas: Pascal seconds
cSt: Centistokes
mm2/s : square millimeter per second

Penentuan ternperatur pencampuran dan pemadatan aspal Tipe IIA harus dilakukan
berdasarkan nilai viskositas seperti yang tertera dalam Tabel 6.3.5.(1). Contoh

6 - 41
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

grafik hubungan antara viskositas dan temperatur ditunjukkan pada Gambar


6.3.5.(1).

70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200

Temperatur tC)

I~Renlang temperatur "I I~ "I


Renlang temperatur
pemadatan pencampuran

Gambar 6.3.5.(1) Contoh Hubungan an tara Viskositas dan Temperatur

6.3.6 PENGHAMPARAN CAMPURAN


1) Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi

a) Bilamana perrnukaan yang akan dilapisi termasuk perataan seternpat dalam


kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama
telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
dengan lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan
kern bali lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan
pennukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran beraspal
atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana permukaan
yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga
daJam campuran yang tidak memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan
adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan
dengan bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini
harus diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras (sound).
Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sarna dengan yang disyaratkan
untuk peJaksanaan lapis pondasi agregat.

b) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus diber•


sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat
(tack coal) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai
dengan Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini.

2) Acuan Tepi

Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan besi profil
siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana dan dipakukan pada
perkerasan dibawahnya.

6 - 42
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

3) Penghamparan Dan Pembentukan

a) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus


dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.

b) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.

c) Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama


penghamparan dan pembentukan.

d) Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa


campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan dalam TabeI6.3.5(1).

e) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak


menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya
pad a permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan ditaati.

f) Bilarnana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
g) Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karen a terlalu kasar atau bahan
yang tersegregasi karen a penaburan material yang halus sedapat mungkin
harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh
ditebarkan diatas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.

g) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada


tepi-tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.

h) Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari
produksi dibuat serninimal mungkin.

i) Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau


dan dikendalikan secara eJektronik atau secara manual sebagaimana yang
diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi
yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:

i) Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum


dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual)

ii) Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjarnin


terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan.

iii) Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah
dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.

6 - 43
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

iv) Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama


dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil
penandaan survei.

4) Pemadatan

a) Segera setelah eampuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan


tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus
diperbaiki. Temperatur eampuran beraspal yang terhampar dalam keadaan
gem bur harus dipantau dan penggilasan harus dimuJai dalam rentang
viskositas as pal yang ditunjukkan pada TabeI6.3.5.(l)

b) Pemadatan eampuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
berikut ini :
I. Pemadatan A wal
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir

e) Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan


alat pemadat roda baja. Pemadatan awaJ harus dioperasikan dengan roda
penggerak berada di dekat aJat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.

Pemadatan kedua atau utama hams dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar (vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak
roda pemadatan seteJah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak
dilakukan.

d) Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pad a sambungan melintang yang


telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan carnpuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan
melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebeJumnya,
maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk
suatu jarak yang pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur yang
telah dipadatkan dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira ] 5
em.

e) Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian


dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu
jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, keeuali untuk supereLevasi
pada tikungan harus dimulai dad tempat yang terendah dan bergerak kearah
yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih
(overlap) minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak
boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan
sebelumnya.

f) Bilamana menggilas sambungan memanjang, aJat pemadat untuk pemadatan


awaJ harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar
sebelumnya sehingga tidak Lebih dari 15 em dari lebar roda pemadat yang
memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan
lintasan yang berurutan harus diJanjutkan dengan menggeser posisi alat

6 - 44
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya
sambungan yang dipadatkan dengan rapi.

g) Kecepatan alat pernadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan
10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan
arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran beraspal.

h) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk


memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal rnasih dalarn
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.

i) Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus
menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat
pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh
sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada
roda.

j) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh pennukaan tersebut dingin.

k) Setiap produk minyak bumi yang turnpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oJeh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang
sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan
perbaikan oleh Penyedia Jasa atas perkerasan yang terkontaminasi,
selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Penyedia
Jasa.

I) Perrnukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
carnpuran beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti
dengan carnpuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama
dengan lokasi sekitarnya. Pad a tem pat-tern pat tertentu dari campuran
beraspal terharnpar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh
tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan
segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

m) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa


harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang
berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah pemadatan akhir, dan dibuang
oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari
jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

5) Sambungan

a) Sarnbungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan


harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak
segaris yang lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa
agar sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah
lajur lalu Iintas,

6 - 45
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

b) Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal


yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak
lurus atau telah dipotong tegak lurus atau dipanaskan dengan menggunakan
lidah api (dengan menggunakan alat burner). Bila tidak ada pemanasan,
maka pada bidang vertikal sarnbungan harus lapis perekat.

6.3.7 PENGENDALlAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI LAP ANGAN

I) Pengujian Perrnukaan Perkerasan

a) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m,


yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan
sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan untuk
memeriksa seluruh permukaan perkerasan. Toleransi harus sesuai dengan
ketentuan dalam PasaI6.3.1.(4).(f).

b) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus


dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi
harus diperbaiki dengan membuang atau menarnbah bahan sebagairnana
diperlukan. Selanjutnya pcrnadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan.
Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kernbali dan
setiap ketidak-rataan pcrrnukaan yang melarnpaui batas-batas yang
disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalarn tekstur, pemadatan atau
komposisi harus diperbaiki sebagairnana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

c) Kerataan permukaan perkerasan

i) Kerataan permukaan lapis perkerasan penutup atau lapis aus segera


setelah pckerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan
rnenggunakan alat ukur kerataan NAASRA-Meter sesuai SNI 03-
3426-1994, dengan International Roughness Index (lRI) paling tidak
3.

ii) Cara pengukuran/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap


interval 100 m.

2) Kctentuan Kepadatan

a) Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti


yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 97 %
Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density) yang tertera dalam JMF
untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran beraspal lainnya.

b) Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sarna dengan benda uji
untuk pengukuran tebal lapisan. Cara pengarnbilan benda uji carnpuran
beraspal dan pemadatan bcnda uji di laboratorium masing-masing harus
sesuai dengan ASTM 06927-06 untuk ukuran butir maksimurn 25 rnm atau
ASTM 05581-07a untuk ukuran maksimum 50 mm.

c) Benda uji inti paling sedikit harus diarnbil dua titik pengujian per
penarnpang melintang per lajur dengan jarak memanjang antar penampang
melintang yang diperiksa tidak lebih dari 100 m.

6 - 46
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

d) Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan


campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sarna
atau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 6.3.7.(1). Bilamana
rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam
serangkaian bend a uji ioti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur
untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut hams
dibuang dan serangkaian benda uji inti baru hams diambil.
TabeI6.3.7.(l) Ketentuan Kepadatan

Kepadatan yg. JumJah ben- Kepadatan Mini- Nilai minimum seti-


disyaratkan da uji per mum Rata-rata ap pengujian tunggal
(% JSO) segmen (% JSO) (% JSO)
3-4 98,1 95
98 5 98,3 94,9
>6 98,5 94,8
3-4 97,1 94
97 5 97,3 93,9
>6 97,5 93,8

3) Jumlah Pengambilan Benda Uii Campuran beraspal

a) Pengambilan Benda Vji Campuran beraspal

Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal,


tetapi Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di
lokasi penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama
pengangkutan dan penghamparao campuran beraspal.

b) Pengendalian Proses

Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Penyedia Jasa untuk


maksud pengendalian proses barus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel
6.3.7.(2) di bawah ini atau sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa yang mengoperasikan rencana jaminan mutu produksi yang
disetujui, berdasarkan data statistik dan yang mencapai suatu tingkat tinggi
dari pemenuhan terhadap ketentuan-ketentuan spesifikasi dapat meminta
persetujuan dari Direksi Pekerjaan untuk pengurangan jumlah pengujian
yang diJaksanakan.

Contoh yang diambil dari pengbamparan campuran beraspal setiap hari


harus dengan cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang
diperintahkan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4). Enam cetakan Marshall
harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur
yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.(1) dan dalam jumlah tumbukan yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1). Kepadatan benda uji rata-rata (Grnb)
dari sernua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan menjadi
Kepadatan Marshall Harian.
Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengulangi
proses campuran rancangan dengan biaya Penyedia Jasa sendiri bilamana
Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari setiap produksi selama empat hari
berturut-turut berbeda lebih 1 % dari Kepadatan Standar Kerja (JSO).

6 - 47
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian


pengujian, Penyedia Jasa dapat memilih untuk mengambil contoh di atas
ruas yang lebih panjang (yaitu, pad a suatu frekuensi yang lebih besar) dari
yang diperlukan dalam TabeI6.3.7.(2).

TabeI6.3.7.(2) Pengendalian Mutu


Bahan dan Penzuiian Frekwensi pengujian
A~I:
Aspal berbentuk drum 3" dari jurnlah drum
Aspal curah Sctiap lart:cl<i aspal
Jenis pengujian aspal drum dan curah meneakup:
Penetrasi dan Titik Lcmbek
Asbuton butir/Aditif Asbuton 3" dari iumlah kemasan
- Kadar air
- Ekstraksi (kadar aspal)
- Ukuran butir maksimum
- Penetrasi aspal asbuton
Aaresat :
- Abrasi denaan mesin Los Angeles Sctiao 5.000 rrr'
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan Setian 1.000 m3
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) Setiap 250 m3 (min. 2 pengujian per
hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) Setian 250 m3

Camouran:
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di laoanzan Setiao batch dan pengiriman
- Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 Lon(min. 2 pengujian
ocr hari)
- Kepadatan, stabilitas, pelelehan, Marshall Quo- Setiap 200 Ion (min. 2 pengujian
tient (untuk non AC), rongga dalam campuran per hari)
pada 75 tumbukan dan Stabilitas Marshall Sisa
atau Indirect Tensile Strength Ratio (lTSR)
- Ronzza dalam camnuran pd. Keoadatan Membal Setian 3.000 ton
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan agregat/rancangan
Lanisan vans dihamnar :
- Benda uji inti (core) berdiameter 4" untuk Benda uji inti paling sedikit harus
partikel ukuran maksimurn 1" dan 6" untuk diambil dua titik pengujian per
partikel ukuran di atas I)), baik untuk penampang melintang per lajur
pemeriksaan perna-datan maupun tebal lapisan dengan jarak memanjang antar
bukan perata: penampang melintang yang
dineriksa tidak lebih dari 100 m.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang rnclintang Paling sedikit 3 titik yang diukur
melintang pada paling sedikit sctiap
dari setiap jalur lalu lintas,
12,5 meier memanjang sepanjang
[alan tersebut,

c) Pemeriksaan dan Pengujian Rutin

Pemeriksaan dan pengujian rutin harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa di


bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk menguji pekerjaan yang sudah
diselesaikan sesuai toleransi dimensi, rnutu bahan, kepadatan pemadatan dan
setiap ketentuan lainnya yang disebutkan dalam Seksi ini.

Setiap bagian pekerjaan, yang menurut hasil penguj ian tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan harus diperbaiki sedemikian rupa sehingga
setelah diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan, semua biaya pembongkaran, pembuangan, penggantian bahan
maupun perbaikan dan pengujian kembali menjadi beban Penyedia Jasa.

6 - 48
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

d) Pengambilan Benda Vii Inti dan Uii Ekstraksi Lapisan BeraspaL

Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core)
yang mampu memotong benda uji inti berdiameter 4" maupun 6" pada
lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan. Benda uji inti tidak boleh
digunakan untuk pengujian ekstraksi. Uji ektraksi harus dilakukan
menggunakan benda uji campuran beraspal gembur yang ambil di belakang
mesin penghampar

4) Penguiian Pengendalian Mutu Campuran beraspal

a) Penyedia Jasa harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan


tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan.

b) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan


catatan pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi,
beserta lokasi penghamparan yang sesuai :

i) Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat per
hari dari setiap penampung panas.

ii) Temperatur campuran saat pengambilan contoh eli instalasi


pencampur aspal (AMP) maupun di lokasi penghamparan (satu per
jam).

iii) Kepadatan Marshall Harian dengan detail dari semua benda uji yang
diperiksa.

iv) Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan


lapangan relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix
Density) untuk setiap bend a uji inti (core).

v) Stabilitas, pelelehan, Marshall Quotient (untuk non AC), Stabilitas


Marshall sisa atau Indirect Tensile Strength Ratio (1TSR), paling
sedikit dua contoh per hari.

vi) Kadar bitumen aspal keras maupun aspal modifikasi dalam


campuran aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil
ekstraksi campuran aspal paling sedikit dua contoh per hari.
Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka koreksi abu
harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994.

vii) Untuk bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) dari Kapur,
Semen, Asbuton yang digunakan sebagai bahan pengisi tambahan
(filler added) ditentukan dengan mencatat kuaotitas silo atau
penampung sebelum dan setelah produksi.

viii) Rongga dalam carnpuran pada kepadatan Marshall dan kepadatan


membal (refusal), yang dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum
campuran perkerasan aspal (SNI 03-6893-2002).

ix) Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung


berdasarkan Berat jenis Maksimum carnpuran perkerasan aspal (SNI
03-6893-2002).
6 - 49
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang
x) Kadar bahan anti pengelupasan (anti stripping agent) ditentukan
dengan mencatat volume tanki sebelum dan sesudah produksi dan
juga diperiksa dengan pengujian Stabilitas Marshall sisauntuk setiap
200 ton produksi.

5) Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran beraspal

Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran


beraspal yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran
beraspal dari rumah timbang sesuai dengan PasaI6.3.1.(4).(e) dari Spesifikasi ini.

6.3.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Pekerjaan

a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran campuran beraspaJ haruslah


berdasarkan ketentuan di bawah ini :

i) Untuk lapisan bukan perata (misalnya HRS- WC, HRS-Base, AC•


WC, AC-WC Mod, AC-BC, AC-BC Mod. AC-Base, dan AC-Base
Mod) adalah jumlah tonase bersih dari campuran beraspal yang
telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian
luas lokasi yang diterima dan tebaJ yang diterima dengan kepadatan
campuran yang diperoleh dari pengujian benda uji inti (core).
Tonase bersih adaJah selisih dari berat campuran aspal dengan
bahan anti pengelupasan (anti stripping agent)
ii) Untuk lapisan perata (misalnya HRS-WCCL), HRS-Base(L), AC•
WC(L), AC-BC(L), dsb) adalahjumlah tonase bersih dari campuran
beraspal yang telah dihampar dan diterima sesuai dengan ketentuan
pada Pasal 6.3.8.(l)(c). Tonase bersih adalah selisih dari berat
campuran aspal dengan bahan anti pengelupasan (anti stripping
agent)
iii) Untuk bahan anti pengelupasan adalah jumlah kilogram bahan yang
digunakan dan diterima.

b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi


dengan tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang dapat diterima atau
setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau menipis (tapered) di
sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi dengan kadar aspal
yang tidak memenuhi kadar as pal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan
toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2), tidak akan diterima untuk
pembayaran.

c) Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan aspal lama


yang dilaksanakan pada kontrak yang lalu, menurut pendapat Direksi
Pekerjaan memerlukan koreksi bentuk, harus dihitung berdasarkan hasil
perkalian antara tebal rata-rata yang diterima dengan luas penghamparan
aktual yang diterima dengan menggunakan prosedur pengukuran standar
ilmu ukur tanah dan kepadatan lapangan rata-rata yang diperoleh dari benda
uji inti. Bilamana tebal rata-rata campuran beraspal melampaui yang
kuantitas perkiraan yang dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk),
maka tebal rata-rata yang digunakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan

6 - 50
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

yang diperhitungkan untuk pembayaran. Bagaimanapun juga, jumlah tonase


campuran beraspal yang telah dihampar dan diterima tidak boleh melampaui
berat campuran beraspal diperoleh dari penimbangan muatan di rumah
timbangan.

d) Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran beraspal
yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari tebal rancangan
yang ditentukan dalam Gambar.

Tidak ada penyesuaian kuantitas untuk ketebalan yang melebihi tebal


rancangan bila campuran beraspal tersebut dihampar di atas permukaan
yang juga dikerjakan dalam kontrak ini, kecuali jika diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan.

e) Lebar harnparan campuran beraspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dan harus diukur dengan pita ukur oleh Penyedia
Jasa di bawah pengawasan Direksi Pekcrjaan. Pengukuran harus dilakukan
tegak lurus sumbu jalan per 25 meter atau lebih rapat sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan dan tidak termasuk lokasi harnparan yang
tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi harnparan. Interval jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan tetapi harus selalu berjarak sarna dan tidak lebih dari 25 meter.
Lebar yang akan digunakan dalam menghitung luas untuk pembayaran
setiap lokasi perkerasan yang diukur, harus merupakan lebar rata-rata yang
diukur dan disetujui.

f) Pelapisan carnpuran beraspal dalam arah memanjang harus diukur sepanjang


sumbu jalan dengan rnenggunakan prosedur pengukuran standar ilrnu ukur
tanah.

g) Bilamana Direksi Pekerjaan menerirna sctiap carnpuran beraspal dengan


kadar aspal rata-rata yang Icbih rcndah dari kadar aspal yang ditetapkan
dalarn rumus campuran kerja. Pembayaran carnpuran aspal akan dihitung
berdasarkan tonase hamparan yang dikoreksi mcnurut dalam butir (h) di
bawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini. Tidak ada
penyesuaian yang akan dibuat untuk kadar aspal yang melampaui nilai yang
disyaratkan dalam Rumus Carnpuran Kerja.

Kadar aspal rata-rata yang dipcroleh dari hasil ekstraksi


== ----------------------------------------------------------------------------------
Kadar aspal yang ditetapkan dalam Rumus Carnpuran Kerja

h) Tonase yang digunakan untuk pernbayaran adalah:


Tonase seperti disebutkan pada butir (a) di atas x Cb

i) Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi


ketentuan telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal
6.3.1.(8) dari Spesifikasi ini, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran
haruslah kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima.
Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan
yang diper-lukan untuk perbaikan tersebut,

6 - 51
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

j) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang digunakan
Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk berbagai campuran
beraspal yang termasuk dalam penawarannya haruslah berdasarkan
perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian harga yang akan dibuat
sehubungan dengan perbedaan kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam
JMF dan kadar aspal dalarn analisa harga satuan dalarn penawaran.

2) Dasar Pembavaran

Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar rnenurut Harga


Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah
ini dan dalam Daftar Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan
rnenguji dan mencampur serta rnenghampar semua bahan, terrnasuk semua pekerja,
peralatan, pengujian, perkakas dan pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

No. Mata
Uraian Pengukuran
Pembayaran

6.3.(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) Ton

6.3.(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC) Ton

6 - 52
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

DIVISI 7.
PEKERJAAN STRUKTUR
7.1. BETON
7.1.2 Uraian
Beton terdiri dari campuran semen, air dan agregat. Tidak boleh ada material lain yang diijinkan
kecuali dengan persetujuan Direksi Teknik. Sesudah beton selesai mengeras, maka harus diperoleh
suatu material yang rapat, padat dan awet yang akan mempunyia karakteristik sesuai dengan
spesifikasi.
Perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar akan tergantung dari gradasi, tetapi agregat
halus harus merupakan kuantitas yang paling kecil yang memungkinkan yang jika dicampur dengan
semen akan menghasilkan suatu campuran yang mengisi rongga-rongga antara agregat kasar dan
harus cukup membentuk suatu permukaan akhir yang rata.
Untuk mendapatkan beton yang kuat dan beton yang optimal tahan lama (awet), maka banyaknya air
harus dijaga agar sekecil mungkin.

7.1.3. Kelas dan Mutu Beton


Sesuai dengan PBI 1971 Klasifikasi dan mutu beton dibagi dalam kelas-kelas utama sebagai berikut :

KELAS URAIAN

K 350 Klas “Tinggi” beton bertulang untuk lantai jembatan dll.


K 275 Klas “Satu” beton prategang dan bagian-bagian struktur utama (mutu tinggi) dll.
Struktur beton bertulang termasuk, kolom pilar, kepala jembatan, gorong-
gorong, tembok penahan dll.
K 225 Beton tidak bertulang atau dan bertulang ringan seperti dinding, pondasi plat,
pondasi beton bertulang, caisson, dll.
K 175 Beton tidak bertulang, beton masif untuk beton bukan struktural seperti pondasi
dasar, penutup pipa dll.
K 125 Digunakan pada dasar beton ringan dan lantai kerja pondasi, dll.

Mutu Rendah

Kelas beton yang digambar harus diperinci didalam Gambar Rencana atau seperti yang diperintahkan
Direksi Teknik.

7.1.4. Material
Semua material yang digunakan untuk beton harus diuji sesuai dengan PBI 1971 (untuk semen NI-8).

a. Air
Air untuk pencampuran dan rawatan mengeras tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam, organik atau benda-benda lainnya yang merusakkan beton dan atau baja tulangan. Untuk
pengadukan hanya air yang dapat diminum harus digunakan.

Banyaknya air untuk mempersiapkan adukan beton struktur harus diukur berdasar berat dan harus
ditetapkan dengan seteliti mungkin. Jumlah air untuk mempersiapkan adukan beton tak bertulang
dan beton tidak struktural (K175 dan K125) dapat diukur dengan volume atas persetujuan Direksi
Teknik.

7-1
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

b. Semen
Secara umum semua semen harus Portland Cemen sesuai AASHTO M85 Standard Spesifikasi
(termasuk air entrainingcement). Khususnya semua semen mengikuti persyaratan Standar Industri
Indonesia (SII.0013-81) dan PUBI (1982) dan harus didapat dari pabrik yang disetujui. Biasanya
Portland Semen harus dipakai kecuali ditetapkan lain dalam Dokumen Kontrak.
Untuk beton mutu K225 dan mutu K275, banyaknya semen yang digunakan pada setiap takar
(batok) harus ditentukan berdasar berat. Untuk beton mutu K125 BO dan K175 banyaknya semen
untuk setiap takar dapat ditentukan berdasar volume. Kesalahan-kesalahantidak boleh lebih dari ±
2,5% ketika mengukur semen.
c. Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam, sebagai produk disintegrasi batuan secara alam
tau yang dihasilakan oleh mesin pecah-batu.
Agregat halus harus sesuai dengan kondisi di bawah ini :
Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam keras dan awet harus tidak mengandung bahan-
bahan yang dapat merusak beton, semacam zat kimia dan material yang bereaksi dengan alkali.
Agregat halus tidak boleh mengandung lebih dari 0,5 % tanah liat dan partikel mudah pecah
(terhadap berat kering) yang dapat melalui saringan 0,075 mm (No. 200). Jika kadar tanah liat
lebih dari 0,5 % agregat harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung terlalu banyak bahan organik. Ini harus dibuktikan dengan
percobaan warna “Abrams Harder” (dengan larutan NaOH).
Agregat halus yang tidak lolos pengujian warna, masih dapat digunakan, jika kekuatan tekanan
adukan agregat sesudah 7 dan 28 hari tidak kurang 59 % dari kekuatan adukan agregat yang
sama, pada umur yang sama tetapi agregat harus dicuci sebelum pencampuran dalam larutan 3 %
NaOH dan kemudian dicuci bersih dengan air.
Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk jenis apapun.
d. Agregat kasar (krikil dan batu pecah)
Agregat kasar harus batu bersih, keras dan awet dari kerikil alam yang disaring (sungai atau galian)
atau batu yang dipecah dan disaring dan mesin pemecah batu. Yang dimaksud agregat kasar
umumnya agregat dengan butir-butir lebih besar 5 mm. Agregat kasar harus memenuhi semua
persyaratan berikut :
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras tanpa pori-pori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih digunakan, jika jumlah butir-butir pipih tersebut
tidak lebih dari 20 % dari berat total Agregat, dengan persetujuan Direksi Teknik.
Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat merusak beton, seperti bahan
yang bereaksi dengan alkali.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lebih dari 1 % tanah liat dan partikel halus (terhadap berat
kering), dapat lolos melalui saringan 0.075 mm (No. 200). Jika kandungan tanah liat melebihi 1 %,
maka agregat harus dicuci.
Ukuran maksimum dari agregat kasar tidak boleh lebih dari seperlima dari jarak yang paling kecil
antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga tebal plat atau tiga perempat jarak bersih
minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.

e. Agregat Campuran (persyaratan gradasi)


Gradasi campuran agregat kasar dan halus harus sesuai dengan persyaratan yang diberikan pada
tabel 1 dibawah, tetapi material yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini tidak perlu ditolak jika
Kontraktor dapat mendemonstrasikan dengan pengujian, bahwa beton memenuhi persyaratan
perbandingan-campuran yang ditetapkan pada tabel 2 dan 3 dapat dihasilkan dengan menggunakan
campuran tersebut. Gradasi yang tidak utuh (Gap type gradings) tidak diijinkan.

7-2
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Tabel 1
Persyaratan Gradasi Agregat
UKURAN SARINGAN PROSEN LOLOS BERDASAR BERAT
STANDARD IMPERIAL AGREGAT
PILIHAN AGREGAT KASAR
(mm) (INCHI) HALUS

50 2 100
37 2 1/2 95 – 100 100
25 1 95 – 100 100
19 3/4 35 – 70 90 – 100 100
13 1/2 25 – 60 90 – 100
10 3/8 100 10 – 30 40 – 70
4.75 #4 95 – 100 0-5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
2.36 #8 0-5 0-5 0-5
1.18 # 16 45 – 80
0.3 # 50 10 – 30
0.15 # 100 2 - 10

7.1.5 Syarat-syarat Perencanaan Campuran


Semua beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan umum untuk perencanaan campuran seperti
yang diberikan dalam tabel dibawah ini.

UKURAN MAXIMUM AGREGAT


TOTAL JUMLAH AIR
(mm)
KELAS SEMEN
BERAT PERBANDNGAN
Kg / m3 KELAS A KELAS B
KG / m3 FAKTOR AIR SEMEN

K 350 425 25.00 19.00 180 0.42


K 275 400 25.00 19.00 170 0.42
K 225 350 37.50 25.00 160 0.46
K 175 300 37.50 25.00 150 0.50
K 125 250 50.00 25.00 130 0.52

Beton 400 37.50 25.00 atau 19.00 210 0.525


dalam air

Catatan :
Untuk beton mutu rendah (beton kurus) digunakan untuk pekerjaan yang tidak struktural, setiap
campuran yang dapat diterima digunakan atas persetujuan Direksi Teknik disediakan bahwa
perbandingan volume agregat campuran (halus dan keras) dengan semen tidak melebihi 8 : 1.

7.1.6 Campuran Percobaan


Kontraktor harus menegaskan perbandingan campuran dan material yang diusulkannya dengan
membuat dan melakukan pengujian campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Teknik
menggunakan tipe alat dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Percobaan campuran dianggap dapat diterima asalkan hasil test memuaskan dan memnuhi semua
persyaratan-persyaratan proporsi campuran yang ditetapkan.

7.1.7 Pengendalian Mutu Beton


Semua beton yang diguanakan pada pekerjaan harus memnuhi persyaratan kekuatan tekan dan
persyaratan “slump” (pengujian-turun Abramns) yang ditetapkan sebagai berikut.

7-3
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

a. Pengujian - Slump
Mesin aduk-beton harus membeli pengujian slump dengan batasan-batasan berikut:
Tabel 2

K 350 Klas tinggi, beton bertulang untuk lantai jembatan dll. 2–6 6 – 10

K 275 Klas satu beton prategang dan bagian-bagian struktur 2–6 6 – 10


utama (mutu tinggi) dll.
K 225 Struktur beton bertulang. termasuk kolom, pilar, kepala 2–6 5 – 10
jembatan, gorong-gorong, tembok penahan dll.
K 175 Beton tidak bertulang atau dan bertulang ringan seperti 2–6 5–8
dinding, fondasi flat, fondasi beton bertulang, caison dll.
Beton tidak bertulang, beton masif untuk beton bukan
K 125 struktural seperti fondasi dasar, penutup pipa dll. 2–6 4–8
Digunakan pada dasar beton ringan dan lantai kerja
Mutu fondasi, dll. 2–6 -
Rendah

Metode persiapan dan pelaksanaan pengujian slump (“slump test”) harus sesuai dengan spesifikasi
PBI 1971 dan Bina Marga PC 0101 – 76.
Beton yang tidak memenuhi persyaratan “slump” tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, kecuali
Direksi Teknik dalam beberapa hal menyetujui pemakaiannya secara terbatas beton semacam itu
dalam jumlah yang kecil pada bagian-bagian dengan tegangan rendah pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Kemampuan untuk dapat dikerjakan dan susunan campuran tersebut harus sedemikian
sehingga dapat dicorkan pada tempat pekerjaan tanpa ada formasi ruang atau celah-celah yang
kosong/berongga atau kosong udara atau gelembung air, dan sedmikian sehingga pada
pembongkaran Acuan dihasilkan suatu permukaan yang halus, seragam, dan padat.

b. Kuat Desak
Campuran harus menghasilkan beton dengan kekuatan tekan sesuai denga Tabel 3.
Tabel 3
Kelas Beton Kuat Tekan ( Kg/Cm 2) t1 bk
Contoh Kubus Berisi 15 cm
7 hari 28 hari

K 350 230 350


K 275 180 275
K 225 148 225
K 125 82 125
K 175 115 175

Untuk test kuat tekanan yang menggunakan contoh silinder, syarat kekuatan tekanan dikurangi 17
%

Apabila hasil pengujian pada umur 7 hari kekuatannya dibawah angka-angka yang ditentukan pada
Tabel 3 maka kontraktor tidak boleh mengecor beton lebih jauh sampai penyebab hasil kekuatan yang
lebih rendah tersebut telah ditemukan dan ia telah mengambil langkah yang akan menjamin produksi
beton yang sesuai dengan spesifikasi sampai Direksi Teknik merasa puas. Beton yang tidak memenuhi
kekuatan tekanan umur 28 hari yang telah ditetapkan akan dianggap tidak memuaskan dan pekerjaan
harus dibetulkan seperti yang ditetapkan sebagai berikut :
Kekuatan beton akan dianggap memuaskan apabila :
(a) Tidak lebih dari satu hasil percobaan diantara 20 hasil pemeriksaan benda uji kubus beton

7-4
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

(b) berturut-turut, dengan nilai kurang dari kekuatan karakteristik yang diberikan pada Tabel 3.
(c) Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, terjadi
dengan nilai kurang dari (bk + 0.82 Sr), bk adalah kekuatan karakteristik dan Sr adalah
deviasi standard.
(d) Selisih nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, ialah
lebih kecil dari 4,3 Sr, Sr adalah deviasi standard.
Deviasi standard akan ditentukan oleh Direksi Teknik berdasar data pekerjaan beton
sebelumnya yang akan dilaksanakan oleh kontraktor .

(e) Direksi Teknik dapat juga menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan kontraktor untuk
mengambil tindakan koreksi meningkatkan mutu adukan atas dasar hasil percobaan kekuatan
tekanan umur 3 hari. Dalam hal semacam itu Kontraktor harus segera menghentikan
pengecoran beton yang dipersoalkan tapi dapat memilih untuk menunggu sampai hasil-hasil
percobaan pada umur 7 hari tersedia sebelum melaksanakan tindakan korektif, pada waktu
itu Direksi Teknik akan meninjau hasil-hasil percobaan pada umur 3 hari dan umur 7 hari,
kedua-duanya, dan dapat memerintahkan untuk melaksanakan segera tindakan korektif apa
saja yang ia anggap perlu.

7.1.8. Penyesuaian Campuran


Menyesuaikan sifat kemampuan untuk dapat dikerjakan.
Jika ternyata tidak mungkin untuk memperoleh beton yang dapat dicorkan dan dapat dikerjakan seperti
yang ditetapkan dengan perbandingan yang semula ditentukan oleh Direksi Teknik, ia akan
memerintahkan perubahan-perubahan demikian dalam berat agregat seperti yang diperlukan, asalkan
kadar semen yang semual ditentukan sama sekali tidak berubah, atau asalkan faktor air/semen yang
ditentukan berdasarkan percobaan kekuatan tekan yang menghasilkan kekuatan yang memadai sama
sekali tidak dilampaui.
Percampuran ulangan beton yang sudah dicampur dengan menambah air atau dengan cara lain tidak
diperkenankan. Bahan tambahan untuk menaikkan kemampuan dapat dikerjakan, akan diijinkan, lihat
bab.

7.1.9. Penyesuaian Kekuatan


Jika beton tidak mencapai kekuatan yang ditentukan atau yang disetujui, maka kandungan semen harus
ditambah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Penyesuaian untuk material baru
Tidak boleh mengadakan perubahan dalam sumber material atau karakter dari material tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Teknik dan tidak boleh ada material baru yang akan digunakan
sampai Direksi Teknik telah menerima material semacam itu secara tertulis dan telah meren canakan
perbandingan-perbandingan yang baru baerdasar pada percobaan-percobaan pada campuran
percobaan yang baru yang dilaksanakan oleh Kontraktor.

7.1.10. Bahan Tambahan


Untuk meningkatkan mutu beton, kemampuan untuk dapat dikerjakan, pengikatan dan waktu
pengerasan dan lain-lain, dapat digunakan bahan tambahan. Tipe dan banyakanya bahan tambahan
yang digunakan harus mendapat persetujuan sebelumnya dari Direksi Teknik. Keefektifan bahan
tambahan harus disetujui dahulu melalui percobaan-percobaan.
Pengawasan yang hati-hati harus dilakukan selama pemakaian bahan tambahan.

7.1.11. Gudang dan Penyimpana Material


Agregat harus disimpan secara terpisah menurut ukuran untuk mencegah pencampuran. Semen harus
disimpan secara teratur dan rapih sesuai dengan tanggal pengiriman sehingga kebutuhan dapat diatur
dan semen tidak boleh terlalu lama tinggal dalam gudang. Periode berakhirnya penyimpanan semen

7-5
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

untuk konstruksi beton tidak boleh melebihi 3 bulan. Semen yang telah mengeras tidak boleh
digunakan untuk dipakai pada pekerjaan konstruksi.
Harus hati-hati selama pengangkutan ke gudang atau lokasi pekerjaan sehingga semen tidak menjadi
lembab atau kantong semen rusak. Selanjutnya, kondisi penyimpanan untuk barang-barang atau
material harus memenuhi syarat-syarat seperti yang disebutkan pada artikel mengenai sifat-sifat
material (N1-3) dan spesifikasi penyimpanan material (PBI 1971, artikel 3.9).

7.1.12 Pengadukan Beton


Syarat-syarat untuk produksi beton dari permulaan pengadukan sampai pengerasan (curing) harus
sesuai dengan spesifikasi PBI 1971 dan sesuai dengan syarat-syarat berikut :

1. Cuaca
Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton lebih disukai dilakukan selama cuaca terang. Jika
hujan atau hari panas, harus dilakukan usaha-usaha untuk melindungi pengadukan, pengakutan dan
alat-alat pengecoran dengan cara sedemikian sehingga menjamin bahwa nilai adukan encer (grout)
tidak berubah karena kondisi-kondisi tersebut di atas. Jika Direksi Teknik berpendapat bahwa usaha-
usaha di atas untuk melindungi pengadukan, pengangkutan dan pengecoran tidak memadai, atau mutu
adukan dan pengecoran tidak memadai, atau mutu adukan encer (grout) tidak dapat dipertahankan
dengan baik, maka Direksi Teknik harus dalam posisi memutuskan untuk menunda pekerjaan
pengecoran sampai cuaca telah bertambah baik. Sebagai akibat hal-hal seperti tersebut di atas tidak
boleh merupakan alasan-alasan kontraktor untuk meminta konpensasi.

2. Peralatan
Mutu beton kelas K225 dan K275 dan kelas K125 harus diaduk dengan mesin aduk-beton mekanis,
sedangkan mutu rendah dapat dicampur secara manual. Mesin aduk-beton di atas harus dirawat dan
dipelihara dengan baik. Tempat (container) pengaduk khususnya harus dipelihara dalam kondisi bersih,
bebas dari kerak semen yang mengeras.

3. Pengadukan Beton dilokasi Pekerjaan


Pengadukan beton dilokasi pekerjaan harus dilakukan dengan peralatan yang baik untuk memperoleh
campuran yang homogen. Apabila semen ditakar dengan banyaknya kantong semen, maka adukan
harus meliputi jumlah seluruh kantong. Kapasitas maksimum mesin pengaduk tidak boleh dilampaui.
Periode pengadukan secara umum tidak boleh kurang dari 1 1/2 menit dihitung dari permulaan
pengadukan semua bahan termasuk air.
Untuk mesin pengaduk dengan kapasitas lebih dari 1 m 3, periode pencampuran minimum dapat
dinaikan sesuai dengan instruksi dari Direksi Teknik. Sebelum periode pengadukan minimum tersebut
telah dicapai, mesin tidak boleh berhenti dan tidak boleh mengambil bagian isinya. Perputaran dari
meisn aduk-beton harus selalu diperiksa agar terus menerus sesuai dengan rekomendasi pabrik.
Sebelum membuat penakaran beton yang baru, sisa penakaran sebelumnya harus dikosongkan
seluruhnya dari mesin aduk-beton.

4. Pengadukan beton dalam keadaan darurat


Sebuah mesin aduk-beton cadangan harus selalu tersedia dilokasi pekerjaan dan harus selalu siap untuk
digunakan apabila diperlukan. Pengadukan ulang beton yang telah mulai mengeras tidak diijinkan.
Beton pada kondisi semacam itu jika dianggap tidak memuaskan harus dibuang/dipindahkan dari lokasi
pekerjaan. Apabila terjadi penundaan pada pengecoran beton, pekerjaan pangadukan dapat diteruskan
sampai 10 menit.
Jika mesin aduk-beton rusak, Direksi Teknik dapat mempertimbangkan pemakaian pengadukan beton
secara manual, dnegan ketentuan bahwa hanya dapat berlaku pada pekerjaan yang volumenya kecil,
yakni untuk mengatasi penuangan yang lengkap sesuai dengan kondisi/syarat-syarat pelaksanaan
(dalam keadaan darurat). Apabila Direksi Teknik telah memutuskan untuk mengijinkan pemakaian
adukan beton secara manual, maka syarat-syarat berikut harus dipenuhi.

7-6
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Pengadukan beton dilaksanakan pada dasar yang kedap air dengan ukuran yang cukup sedemikian
sehingga dapat menampung paling sedikit 2 (dua) penakaran beton (kira -kira 1/4 m3 masing-masing)
secara bersamaan.
Banyaknya semen yang digunakan harus 10 % lebih besar jika dibandingkan dengan banyaknya semen
yang digunakan untuk campuran dengan mesin pengaduk, dan pengujian slump tidak boleh melebihi 15
cm. agregat halus dan semen harus dicampur dahulu sampai seragam sebagaimana yang diperagakan
oleh warna adukan yang homogen, dan kemudian diratakan dengan sama rata pada dasar. Agregat
kasar yang telah dibasahi dengan air lebih dahulu harus ditebarkan diatas campuran yang telah
disediakan. Komponen-komponen ini kemudian dibalikkan berkali-kali sambil disiram dengan air sampai
diperoleh massa yang homogen dengan warna homogen yang seragam.
7.1.13 Pengadukan Adukan Beton
Pengangkutan dari adukan beton dari lokasi pengadukan ke lokasi pengecoran harus dilaksanakan
untuk mencegah pemisahan (segregasi) dan hilangnya material (air, semen, atau agregat halus).
Metode pengangkutan adukan beton harus berlangsung dengan lancar sehingga selisih waktu tidak
terlalu besar antara beton yang sudah dicor dan adukan beton yang harus dicor. Pengangkutan
campuran beton dari lokasi pengadukan ke tempat pengecoran dengan menggunakan corong yang
miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui oelh Direksi Teknik.
Dalam hal ini ini Direksi Teknik akan mempertimbangkan sauatu persetujuan pemakaian corong yang
miring hanya sesudah mempelajari usul-usul Kontraktor mengenia pelaksanaan, kemiringan dan
panjang corong tersebut.

7.1.14 Pengecoran
Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum pekerjaan acuan dan pekerjaan persiapan seperti yang dirinci
di dalam spesifikasi ini telah dibuat dan disetujui oleh Direksi Teknik.
Seluruh pemasangan tulangan harus disetujui oleh Direksi Teknik dan diperlengkapi dengan cukup
jumlah tulangan beton sehingga pengecoran dan pemadatan beton tidak menyebabkan pergeseran
tulangan atau menyebabkan tulangan terlalu dekat dengan permukaan luar beton.

7.1.15. Persiapan-Persiapan
Sebelum mulai pengecoran, semua peralatan, materila dan tenaga kerja harus ada pada pos-pos yang
tepat dan peralatan harus dalam kondisi yang bersih dan siap untuk digunakan. Permukaan dalam
acuan harus dibersihkan dari material lepas, debu serta potongan-potongan kawat/baja.
Acuan yang dibuat drai kayu dan yang mungkin menyerap air harus dibasahi sampai kenyang dengan
air.
Pemakaian bahan pembantu untuk memudahkan pembongkaran acuan sesudah beton mengeras harus
dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian sehingga tidak akan mengganggu ikatan antara tulangan baja
dan beton. Permukaan beton yang sudah mengeras didekatnya akan dicor dengan beton yang masih
segar harus dibuat kasar, dan dibersihkan dahulu dari meterial lepas dan material yang mudah pecah
dan telah disiram dengan air sampai kenyang air.
7.1.16 Pelaksanaan Pengecoran
Kecuali bila disetujui Direksi Teknik, maka pengecoran harus dilakukan pada waktu siang hari.
Seandainya diperlukan pengecoran pada waktu malam, semua penerangan dan peralatan lain yang
diperlukan untuk pekerjaan, harus dipersiapkan dengan baik.
Pengecoran harus dilakukan segera sesudah proses pengadukan telah selesai dan sebelum beton telah
mengeras. Keterlambatan pada pengecoran akan diijinkan dalam batas-batas yang ditetapkan
sebelumnya (hal yang darurat), beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan air.
Pengecoran dan pengerjaan beton harus diakhiri dalam periode 20 menit sesudah beton telah
meninggalkan mesin pengaduk, kecuali apabila digunakan bahan tambahan untuk memperlambat
proses pengerasan beton. Pelaksanaan pengecoran beton harus dilaksanakan sehingga tidak terjadi
pemisahan material.

7-7
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Adukan beton tidak diijinkan untuk ditumpuk dalam jumlah besar dalam satu tempat yang harus
diratakan pada seluruh Acuan kemudian. Dinding beton harus dituang/dicor dalam lapis horizontal, lapis
demi lapis, dengan tebal 30 cm setiap pada seluruh panjang.

Konsistensi (Pengujian-turun slump)


Pengujian slump harus dilakukan untuk setiap pelaksanaan pekerjaan beton sampai faktor air semen
dicapai sebagaimana ditentukan dan kemudian mengikuti seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknik.

7.1.17. Pengecoran Beton Dalam Air


Beton dapat dicor dalam air apabila diperintahkan oleh Direksi teknik. Pengecoran harus diawasi benar-
benar dan cara yang digunakan oleh kontraktor harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Teknik.
Dalam semua hal beton harus dibatasi dan tidak boleh bercampur air sampai sesudah pengecoran dan
caranya harus dipilih dari hal-hal sebagai berikut :

 Pengecoran beton dengan pompa atau


 Pengecoran beton dengan alat tremie
 Pengecoran beton cara dengan bucket yang membuka dibawah.

Peralatan yang digunakan harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik lebih dulu untuk digunakan,
dan apabila disyaratkan, kontraktor harus melaksanakan percobaan untuk mendemonstrasikan
efektivitas peralatan tersebut. Selama pengecoran harus berhati-hati untuk menyakinkan bahwa beton
tidak menjadi tercemar oleh air yang disebabkan kesalahan sambungan atau peralatan rusak.
Setiap kerusakan harus menjadi tanggung jawab kontraktor, yang harus berhati-hati sepenuhnya dan
disyaratkan untuk mengganti beton yang rusak seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.

7.1.18. Pemadatan Beton


1. Umum
Selama dan sesudah proses pengecoran, beton harus dipadatkan dengan suatu alat-getar mekanis
(menggetar di adalam), kecuali apabila Direksi Teknik mengijinkan penggunaan metode pemadatan
secara manual. Metode pemadatan secara manual berupa pemukulan secara menerus dari sisi-sisi luar
acuan dan pemadatan adukan beton dengan batang pemadat.
Penggetaran pemadatan harus diawasi dan tidak boleh dilaksanakan terlalu lama karena dapat
menyebabkan segregasi material. Orang yang ditugaskan pada pekerjaan ini harus berpengalaman dan
pekerjaan pemadatabn harus dilaksanakan sesuai dengan intruksi Direksi Teknik.
2. Penggetar di dalam
Getaran didalam yang digunakan harus dilaksanakan dengan memasukkan batang getar mekanis atau
alat getar kedalam beton yang dituangkan masih segar. Peralatan penggetar harus dimasukkan kedalam
adukan beton sejajar dengan sumbu longitudinal dan digetarkan selama 30 detik setiap tempat dengan
jarak 45 cm terpisah, sesudah itu ditarik perlahan-lahan dan diikuti dengan pemasukan kedalam
tempat-tempat berikutnya. Peralatan ini tidak boleh tinggal pada satu tempat-tempat berikutnya lebih
dari 30 detik, dan kemudian ditempatkan pada posisi kira-kira 45 cm jauhnya.(untuk syarat-syarat
berikutnya, pakailah ketentuan-ketentuan pada PBI 1971).
Peralatan ini tidak boleh digunakan untuk mendorong material kesamping dan tidak boleh tinggal diatas
batang-batang tulangan. Kontak antara vibrator dan tulangan harus dihindari sejauh mungkin, karena
dapat membahayakan posisi tulangan.

3. Jumlah Alat Penggetar (Vibrator)


Jumlah minumum alat penggetar didalam (vibrator) harus ditentukan sebagai berikut : :

7-8
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Tabel 3 Jumlah Minimum Vibarotor Intern

Kecepatan Pengecoran Beton/ Jam Jumlah Peralatan

4 m3 2
8 m3 3

Disarankan untuk menyediakan lebih banyak vibrator dari pada jumlah minimum yang diperlukan
sehingga mencegah setiap keterlambatan pada proses pekerjaan, dalam hal terjadi kerusakan pada
peralatan. Apabila digunakan peralatan lain, maka metode dan jumlah harus ditentukan oleh Direksi
Teknik.
7.1.19. Perawatan Beton Mengeras
1. Umum
Beton cor yang masih segar harus dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta kerusakan lain
yang mungkin disebabkon oleh gaya-gaya kontak sebelum beton selesai mengeras. Permukaan beton
harus dijaga dalam kondisi basah dengan menutupnya dengan karung-karung basah, pasir basah, atau
merendam dengan air selama periode rawatan mengeras seperti yang diuraikan dibawah ini.
2. Pembahasan
Beton yang dibuat dari semen biasa dan tidak menggunakan bahan tambahan lain harus dijaga agar
tetap basah selama 7 hari. Beton yang dibuat dari semen biasa tetapi mengunakan bahan tambahan
harus tetap dijaga agar tetap basah sampai beton telah mencapai 70 % dari kekuatan minimum pada
umur 28 hari.

7.1.20. Pengujian Akhir Pekerjaan Beton


Secara umum pekerjaan beton dapat diterima sesudah berumur 28 hari, asalkan bahwa semua syarat
dan kondisi seperti yang ditetapkan pada spesifikasi dan yang ditunjukkan pada Gambar Rencana telah
dipenuhi selengkapnya. Penyimpangan dari Gambar Rencana, spesifikasi dan/atau intruksi Direksi
Teknik yang dapat mengakibatkan kesalahan dan kerusakan pekerjaan tersebut dan diinstruksikan
beton, dibongkar dan akan diperbarui sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi serta instruksi-instruksi
Direksi Teknik, harus menjadi tanggung jawab kontraktro dan biaya perbaikan atau pembangunan
harus sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor.

7.1.21 Cara Pengukuran untuk Pembayaran


Jumlah pekerjaan beton yang diukur untuk pembayaran ialah jumlah sebenarnya dalam meter kubik,
yang dibuat ditempat, selesai dan diterima oleh Direksi Teknik. Acuan dan batang tulangan yang
tergabung pada pekerjaan ini dihitung secara terpisah.
Jumlah yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan harga satuan pada kontrak
untuk tiap satuan yang diukur untuk mata pembayaran seperti daftar dibawah dimana harga merupakan
pembayaran penuh untuk gaji, material-material, alat-alat/peralatan-peralatan dan pekerjaan-pekerjaan
lain-lain yang perlu untuk mencapai pekerjaan berkwalitas terbaik.

7-9
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

NOMOR MATA PEMBIAYAAN DAN URAIAN SATUAN PENGUKURAN

7.1(7a) Beton K 250, fc’ 20 MPa Meter kubik

7.1(9) Beton kelas K 175 untuk semua beton ? tidak Meter kubik
bertulang atau bertulang ringan, dinding, fondasi,
plat, caisson, fc’ 15 MPa
7.1(10) Beton K 125 teidak bertulang beton tidak strutural, Meter kubik
dasar fondasi penutup pipa, fc’ 10 MPa

7.2.1 PERANCAH
7.2.1.1 Uraian
Perancah merupakan suatu konstruksi yang mendukung Acuan dan beton cor yang masih segar untuk
konstruksi, yakni sebelum beton mengeras dan mencapai kekuatan yang disyaratkan serta sebelum
beton mencapai bentuknya yang permanen. Jika tidak dilanjutkan pada Gambar Rencana, Kontraktor
harus menyerahkan perhitungan dan gambar perancah yang bersangkutan untuk disetujui oleh Direksi
Teknik.

7.2.1.2 Bahan
Bahan untuk perancah harus kayu bahan bermutu baik yang lain cukup untuk keperluan yang diuraikan
dalam dokumen kontrak.
Kayu harus memenuhi Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1961) dan disetujui oleh Direksi
Teknik sebelum digunakan.

7.2.1.3. Pelaksanaan
a. Perencanaan Perancah
Perancah harus dipasang pada pondasi yang kuat dan kokoh, dilindungi terhadap gerusan dan
penurunan, dan konstruksi itu sendiri harus mampu menahan semua beban yang bekerja.
Kontraktor harus membuat perhitungan dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan
dalam hubungan dengan pelenturan perancah sebagai akibat gaya-gaya yang bekerja diatasnya,
dengan cara demikian sehingga pada tahap akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk
konstruksi beton harus sesuai dengan elevasi dan bentuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana.

b. Pemasangan
Perancah yang dipasang pada dasar sungai dengan arus yang cepat, khususnya apabila sering
terjadi banjir besar, yang mungkin membahayakan konstruksi, harus direncanakan sehingga
gangguan arus sungai paling kecil.
Jika perancah menunjukkan tanda-tanda adanya penurunan sebelum atau selama pengecoran
beton dengan cara sedemikian sehingga menurut Direksi Teknik, bahwa penurunan itu mungkin
menyebabkan kegagalan untuk mencapai posisi/ elevasi akhir sesuai dengan Gambar Rencana, atau
menurut pendapatnya dapat menyebabkan bahaya terhadap konstruksi itu, maka Direksi Teknik
akan memerintahkan Kontraktor untuk membongkar hasil pekerjaan beton yang yang dilaksanakan
dan meminta Kontraktor memperkuat perancah sampai dianggap cukup kuat. Semua biaya yang
berhubungan dengan itu harus ditanggung seluruhnya oleh Kontraktor. Gambar Rencana yang

7-10
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

terinci yang menunjukkan konstruksi pondasi perancah harus diajukan kepada Direksi Teknik untuk
persetujuan dan pekerjaan pengecoran beton jangan dilaksanakan sampai Gambar Rencana
disetujui dan perancah telah dianggap cukup kuat untuk pemamfaatan.
Mengenai pembongkaran perancah lihat Bab 6.2.3

7.2.1.4. Cara Pengukuran


Jumlah pekerjaan perancah yang diukur untuk pembayaran ialah luas horizontal dalam meter persegi
dari bangunan-atas jembatan.

7.2.1.5 Cara Pembayaran


Jumlah yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan harga satuan kontrak bagi tiap
satuan yang diukur untuk mata pembayaran seperti daftar dibawah, dimana harga merupakan
pembayaran penuh untuk gaji, bahan, alat/ peralatan dan pekerjaan lain-lain yang perlu untuk
mencapai pekerjaan berkwalitas terbaik. Untuk pemasangan perancah 80 % harga satuan akan dibayar
pada waktu penyelesaian dan sisanya (20 %) waktu pembongkaran dilakukan. Pekerjaan ini tidak
dibayar karena menjadi satu kesatuan dalam analisa Bina Marga.

7.2.2. Acuan (Bekisting)


7.2.2.1 Uraian
Acuan berupa suatu konstruksi yang didalamnya beton akan dicor. Acuan harus dibuat dari kayu atau
bahan lain yang digunakan untuk mencetak beton segar demikian sehingga sesudah beton it u
mengeras, beton akan sesuai dengan ukuran-ukuran dan posisi seperti yang ditunjukkan pada
Gambar Rencana.

7.2.2.2 Bahan
Acuan harus dibuat dari kayu atau bahan bermutu baik yang lain cukup untuk keperluan yang diuraikan
dalam dokumen kontrak.
Kayu harus memenuhi Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI-1961) dan disetujui Direksi Teknik
sebelum digunakan.
Acuan untuk permukaan beton tanpa dirawat halus harus terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
i. Kayu bermutu baik, sesuai dengan keadaan untuk pelaksanaan dan penyimpanan seperti yang
disebutkan dalam PKKI, sambungan dilaksanakan dengan lidah dan lubang dan diselesaikan
halus pada permukaan dalam.
ii. Baja, dengan sambungan paku keling atau baut dibuat dengan kepala tenggelam, halus, rata
dan kedap air.
iii. Plywood, dengan ukuran yang sesuai dan jarak ikatan perkuatan sesuai dengan instruksi Direksi
Teknik.
iv. Kayu kasar dapat digunakan untuk permukaan yang tidak akan di expose pada konstruksi yang
selesai.

7.2.2.3 Pelaksanaan
a. Perencanaan
Semua Acuan harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan oleh Direksi
Teknik. Gambar Rencana yang terinci yang menunjukkan bentuk Acuan harus disetujui oleh Direksi
Teknik. Acuan harus direncanakan untuk menjamin bahwa pembongkaran Acuan beton tidak akan
merusak beton atau perancah.
Acuan beton harus cukup kuat untuk menahan getaran yang disebabkan oleh alat getar. Penurunan
antara dua peletakan tidak boleh melebihi satu pertiga ratus (1/300) bentang, atau bagaimanapun
juga penurunan tidak boleh lebih dari 3 mm.

7-11
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

b. Pemasangan
Permukaan bagian dalam Acuan harus diberi lapis minyak, atau bahan lain yang disetujui oleh
Direksi Teknik sedemikian sehingga permukaan Acuan dapat dilepaskan dengan mudah apabila
beton telah mengeras.
Material harus dari suatu type yang tidak akan mempengaruhi mutu beton dan tidak menyebabkan
noda warna pada permukaan beton dikemudian hari. Minyak Acuan harus dilapiskan sebelum
pemasangan tulangan untuk menjamin agar minyak tersebut tidak melekat pada permukaan baja
tulangan dan mengurangi ikatan antara baja dan beton. Penggunaan kawat pengikat besi atau baja
yang akan tinggal tertanam pada beton harus disetujui oleh Direksi Teknik.

Acuan untuk dinding vertikal/ bagian konstruksi yang tipis yang selama operasi pengecoran akan
menyebabkan adukan beton tersebut jatuh lebih tinggi dari satu setengah meter harus dilaksanakan
sesuai dengan salah satu dari metodemetode berikut ini :
i. Salah satu dari sisi Acuan harus dibuka dari bawah ke atas yang akan ditutup berturut-turut
mengikuti kemajuan pengecoran dengan cara sedemikian sehingga tinggi adukan beton yang
jatuh selama pekerjaan pengecoran tidak boleh lebih dari 1,50 m.
ii. Acuan harus terdiri dari bagian-bagian yang dapat dibuka, ukurannya tidak lebih tinggi dari 1,50
m dan tidak lebih lebar dari 2 m.
iii. Semua Acuan harus tertutup rapat dan beton dituang melalui sebuah pipa/ corong, dengan ujung
dipegang dekat dengan permukaan beton segar yang dituang. Pipa/ corong tersebut harus selalu
dijaga agar penuh dengan beton, selama bekerja.
Segera sebelum pekerjaan pengecoran, acuan harus dibersihkan dari semua kotoran/ material
lepas, serbuk gergaji, debu dan lain-lain.
Kerusakan-kerusakan seperti penurunan, deformasi, dan lain-lain harus diperbaiki segera. Apabila
selama pekerjaan pengecoran, ternyata diamati ada perubahan bentuk acuan, beton pada tempat
yang bersangkutan harus dibuang dulu dan acuan diperkuat sesuai dengan instruksi Direksi
Teknik.

Apabila beton dicor pada galian, maka dinding-dinding vertikal harus diberi Acuan, kecuali jika
ditentukan lain oleh Direksi Teknik atau seperti yang dirinci pada Gambar Rencana.
Acuan harus memberikan sudut 45° pada semua sisi yang tajam.
Acuan beton untuk permukaan yang halus dan tidak dilapis harus terdiri dari salah satu dari hal -hal
berikut :
i. Kayu dengan kwalitas baik, diselesaikan sesuai dengan kondisi untuk pelaksanaan dan
penyimpanan seperti yang disebutkan didalam PKKI, sambungan-sambungan dilaksanakan
dengan lidah dan alur, diselesaikan halus pada permukaan sebelah dalam.
ii. Baja, apabila sambungan dilakukan dengan paku keling/ sambungan baut harus dilakukan dengan
kepala terbenam, rata, datar dan rapat air.
iii. Kayu lapis, dengan ukuran dan batang kukuh penguat berjarak yang tepat, sesuai dengan
instruksi Direksi Teknik.
iv. Kayu kasar dapat digunakan untuk permukaan-permukaan yang tidak kelihatan pada konstruksi
yang telah selesai.

7.2.2.4 Pembongkaran Acuan dan Perancah


Perancah dan Acuan tidak boleh dibongkar kecuali sesudah Direksi Teknik telah memberikan
persetujuan untuk itu.
Secara umum, perancah dan Acuan dapat dibongkar sesudah beton berumur tiga minggu. Jika
pembongkaran acuan dan perancah harus dilaksanakan lebih awal, maka kondisi minimunberikut harus
dipenuhi sebagai berikut :

7-12
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

 Minimun
 Dalam hal-hal tertentu
 Pilar dan Kepala Jembatan

i. Keadaan waktu yang minimun untuk membongkar acuan dan perancah harus dihitung dari waktu
penyelesaian pengecoran beton (rawatan mengeras beton dengan jalan menggunakan air terus
menerus.

POSISI ACUAN / PERANCAH BETON MENGGUNAKAN


SEMEN NORMAL

1. Acuan sisi untuk balok-balok, pilar dan dinding- 3 hari


dinding
2. Acuan yang mendukung / perancah
a. Bentang bagian konstruksi beton (s) dibawah 7 hari
3,0 m
b. Bentang bagian konstruksi beto7n-1(2s) diatas 3,0 (4 x s) – 5 hari
m
(S = bentang dalam meter)

ii. Dalam hal-hal selain dari hal tersebut di atas, ketetapan dalam PBI 1971 harus diikuti apabila
memungkinkan.
iii. Kolom-kolom dan kepala jembatan tempat dudukan jembatan harus diperiksa lebih dulu jika ada
bagian-bagian yang lemah/ sarang kerikil, ini hatus diperbaiki segera seperti yang diuraikan pada
bab 6.5 sebelum membongkar perancah yang mendukung beban bagian konstruksi yang
sebenarnya harus didukung oleh kolom-kolom/ kepala jembatan.

7.2.2.5 Cara Pengukuran


Jumlah acuan yang diukur untuk pembayaran ialah luas dalam meter persegi permukaan beton yang
didukung oleh acuan.

7.2.2.6 Cara Untuk Pembayaran


Jumlah yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan harga satuan kontrak bagi tiap
satuan yang diukur untuk mata pembayaran seperti daftar dibawah, dimana harga merupakan
pembayaran penuh untuk gaji, bahan, alat/ peralatan dan pekerjaan lain-lain yang perlu untuk
mencapai pekerjaan berkwalitas terbaik. Untuk pemasangan perancah 80 % harga satuan akan dibayar
pada waktu acuan selesai dipasang dan sisanya (20 %) akan dibayar apabila pembongkaran telah
dilakukan. Pekerjaan ini tidak dibayar karena menjadi satu kesatuan dalam analisa Bina Marga.

7-13
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

7.3 BAJA TULANGAN BETON


7.3.1 Uraian
Pekerjaan yang tercakup pada bab ini berupa penyediaan, pemotongan, pembengkokan dan
pemasangan batang-batang baja untuk tulangan beton.

7.3.2 Kelas dan Mutu Baja Tulangan


Sesuai dengan PBI 1971 klasifikasi dan mutu baja tulangan harus seperti yang ditunjukan pada Tabel –
1

Tabel 1
Derajat-Kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di Izinkan

TEGANGAN LULUH TEGANGAN IZIN TEGANGAN IZIN


JENIS MACAM KARAKTERISTIK PERMANEN SEMENTARA
(Kg / Cm²) 0.58 Kg / Cm² 0.83 Kg / Cm²
U 22 Baja Lemah 2.200 1.200 1800
U 24 Baja Lemah 2.400 1.400 2000
U 32 Baja Sedang 3.200 1.850 2650
U 39 Baja Keras 3.900 2.250 3200
U 48 Baja Keras 4.800 2.750 4000

Jika mutu baja tulangan meragukan, maka harus diperiksa oleh lembaga pemeriksaan bahan-bahan
yang diakui untuk pengujian material. Kemudian lembaga tersebut akan memberikan pendapat dan
pertimbangan-pertimbangan dalam penggunaan jenis baja tersebut.
Berdasar profilnya, batang-batang tulangan dapat dibagi dalam batang polos dan batang ulir. Yang
dimaksud dengan batang polos adalah batang prismatis berpenampang bulat, persegi, lonjong dan lain-
lain, dengan permukaan licin. Yang dimaksudkan dengan batang ulir adalah batang yang prismatis yang
dipuntir yang permukaannya diberi rusuk-rusuk dengan rusuk-rusuk tegak atau miring terhadap sumbu
batang, dengan suatu jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kali diameter yang bersangkutan.
Apabila tidak ada data sertifikat (misalnya keterangan dari pabrik atau laboratorium), maka batang ulir
dengan jarak rusuk yang tidak memenuhi syarat diatas atau batang lain yang dipuntir dengan
penampang persegi , lonjong atau berbentuk salib yang permukaannya bertakik, harus dianggap
sebagai batang polos. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimun 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.
Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih, bebas dari karat, kotoran, material
lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit giling serta bahan lain yang melekat. Batang-batang baja tulangan
harus disimpan ditempat yang terlindung, ditumpuk dan tidak boleh menyentuh tanah dan dilindungi
terhadap karat atau rusak karena cuaca.

7.3.3 Pembengkokan
Potongan batang tulangan harus dibengkok dengan hati-hati. Batang tulangan dengan derajat kualitas
baja keras tidak boleh dibengkokkan dua kali. Pemanasan batang-batang tulangan tidak diijinkan,
kecuali jika disetujui oleh Direksi Teknik apabila harus berpedoman pada minimun dan harus
dilaksanakan dengan panas yang terendah. Dalam hal jari-jari pembengkokan tidak ditunjukan pada
Gambar Rencana, paling sedikit harus 5 kali diameter batang yang bersangkutan (untuk batang polos)
atau 6 1/2 kali diameter batang yang bersangkutan (untuk batang ulir). Kait dan beugel harus
dibengkokkan sesuai dengan PBI 1971.

7.3.4 Pemasangan/ Penyetelan


Baja Tulangan haruis dipasang teliti sehingga sesuai dengan Gambar Rencana dan persyaratan-
persyaratan untuk lindungan beton (lihat bab 7.5.3.5 dibawah, diikat dengan kokoh pada posisinya dan

7-14
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

diletakkan diatas bata pendukung yang dibuat dari adukan semen pasir (1 : 2) ukuran 3 x 3 cm atau
metode lain yang disetujui Direksi Teknik.
Bagaimanapun juga tulangantidak boleh ditempatkan pada logam-logamatau langsung diatas acuan
yang dapat menyebabkan tulangan itu terbuka langsung pada udara luar setelah acuan dibongkar.
Batang tulangantidak boleh juga diletakkan diatas kayu atau kerikil/ partikel-partikel aggregat.
Sebelum pengecoran beton maka Direksi Teknik harus diberitahu yang cukup untuk mengadakan
pemeriksaan pada pemasangantulang tersebut.

7.3.5 Penutup beton dan Jarak tulangan.


Jarak antara tulangan-tulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang atau ukuran
maksimun aggregat kasar plus 1 cm, dengan minimun 2,5 cm, yang lebih besar.
Apabila tulangan pada balok terdiri dari 1 lapis batang, maka tulanganpada lapis atas harus ditempatkan
tepat diatas lapis bawah tulanganjengan jarak vertikal minimun 2,5 cm. Kecuali jika tidak ditunjukkan
pada Gambar Rencana, maka penutup beton harus diukur dari permukaan beton ke sisi luar tulangan
dan seperti berikut pada tabel 2.
Tabel 2
Penutup Beton Pada Tulangan

Ukuran Batang Pembukaan Beton Permukaan Beton Permukaan Beton


Tulangan Dari Ditutup Yang Dapat Dimasuki Yang Tdk Kelihatan Yang Tidak Kelihatan
dan Terpendam

Batang 16 mm dan 1,0 cm 4,0 cm 5,0 cm


lebih kecil
Batang diatas 16 mm 4,0 cm 5,0 cm 6,0 cm

Toleransi Penutup beton Harus ± 5 mm

7.3.6 Sambungan
Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan harus ditempatkan pada seluruh
panjangnya. Apabila ini tidak memungkinkan maka potongan dapat diijinkan apabila panjang batang
yang disediakan melebihi panjang yang ditunjukkan pada Gambar-gambar. Sambungan-sambungan
harus dibuat pada tempat-tempat dan dengan cara-cara seperti ditunjukkan pada gambar-gambar
kecuali jika dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi Teknik. Sambungan-sambungan tidak diijinkan
pada tempat-tempat yang terdapat tegangan maksimun dan harus ditempatkan berselang-seling
sehingga tidak lebih dari 1/3 dari batang-batang yang disambung pada satu tempat. Pada tempat-
tempat batang-batang tulangan saling melewati (overlap) satu sama lain, maka batang-batang harus
didukung sehingga batang-batang itu tidak berhubungan satu sama lain jika ruang mengijinkan.
Batang-batang itu hanya diikat dengan aman minimun pada dua tempat persambungan.
Panjanng sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana. Jika tidak
ditunjukkan pada Gambar Rencana, panjang sambungan lewatan harus sesuai dengan tabel berikut.

7-15
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Tabel 3
Panjang Lewatan Minimun Sambungan Lewatan Tulangan Tarik

Panjang Lewatan Minimun

Penggunaan Tulang Tarik Batang Tanpa Kait Batang Dengan Kait


Ujung Ujung Diukur Dari
Tepi Luar Ketepi Luar
kait

a. Tulangan tarik secara umum kecuali yang 1,3 Ld a. (Ld - Le)


ditentukan dalam a dan c
b. Batang-batang yang dipasang dengan jarak 1,3 Ld 1.1 (Ld - Le)
antara melintang dari pusat ke pusat lebih dari
12 d atau 12 dp 1,3 Ld
c. Tulang pelat, dinding dan pondasi telapak 1.8 (Ld - Le)
yang memikul lentur dalam 2 arah

Catatan : Ld, Le, dan dp dihitung sesuai dengan yang ditentukan dalam PBI 1971

Tabel 4
Panjang Lewatan Minimun Sambungan Lewatan Tulangan Tekan

Panjang Lewatan Minimun Untuk


Batang Ulir Bermutu
Kelas Beton Batang Polos
U 32 Dan Lebih Lebih Tinggi
Rendah Dari U 23

Kelas II 50 d 23 dp 32 dp
Kelas III 40 d 20 dp 24 dp

Catatan : Ld dihitung sesuai dengan yang ditentukan dalam PBI 1971


Metode dan ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai sambungan tulangan harus sesuai dengan
spesifikasi PBI 1971 Artikel 8.11, 8.12, 8.13, dan 8.14.

7.3.7 Tulangan untuk perbaikan beton


Tulangan untuk perbaikan beton secara umum sesuai dengan artikel 6.3.1 sampai 6.3.6 diatas dan
selain dari itu juga harus sesuai dengan hal-hal berikut ini :
Anyaman kawat
Anyaman kawat untuk tulangan pada perbaikan beton harus baja dengan derajat kualitas U-24 batang
baja polos yang di las atau diikat satu sama lain membentuk jaringan yang seragam (uniform).
Diameter dan jarak dari batang-batang harus seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
Angker Baja
Angker baja untuk mengikat jaringan kawat, yang tersebut di atas, pada beton yang ada harus dibuat
dari batang ulir dengan kualitas U-39. Panjang, diameter dan jarak angker-angker harus seperti yang
ditunjukkan pada Gambar.

Angker tersebut harus diikat dengan kokoh pada lubang-lubang yang dibor pada beton yang ada.
Lubang-lubang harus dengan diameter 1 ½ kali diameter angker. Adukan encer untuk penyemenen
angker-angker tersebut harus dari adukan encer yang tidak menyusut seperti Sika Grout 215 atau yang
serupa.

7-16
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

7.3.8 Cara Pengukuran untuk Pembayaran


Jumlah tulangan beton yang diukur untuk pembayaran ialah berat dalam kilogram (bab 6.3.3) dan
untuk angker baja (bab 6.3.4) dari banyaknya unit angker yang dipasang ditempat dan selesai, serta
diterima oleh Direksi Teknik, dimana harga dan pembayarannya harus termasuk upah, material,
pengangkutan dan pekerjaan lain yang dianggap perlu untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan yang
memuaskan.

NOMOR MATA PEMBAYARAN DAN URAIAN SATUAN PENGUKURAN

7.3.1 Batang Tulang Polos Berkualitas U-24 (semua Kilogram


ukuran)

7.9 Konstruksi Pasangan Batu Baru

7.9.1 Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pelaksanaan konstruksi khusus dengan pasangan batu yang ditunjukkan pada
gambar-gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi Teknik.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan semua material, dan semua pekerjaan yang diperlukan untuk
menyelesaikan konstruksi sesuai dengan spesifikasi ini dan menurut garsi-garis, kemiringan,
penampang, dan ukuran-ukuran seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar atau seperti yang
diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Teknik.
Umumnya konstruksi pasangan batu hanya digunakan untuk konstruksi seperti kepala jembatan dan
pila, dinding penahan, gorong-gorong berbentuk kotak da dinding ujung gorong-gorong yang besar
dalam pekerjaan batu dimaksudkan untuk menahan beban ekstern yang cukup mempengaruhi secara
struktural. Yang bahkan fungsi utamanya ialah menahan gerusan daripada menahan beban, seperti
lapis dasar saluran air, kolam penangkap lumpur, kemiringan gorong-gorong atau sekitar ujung-ujung
gorong-gorong, maka pekerjaan batu dengan kualitas yang lebih rendah dapat digunakan.

7.9.2. Bahan
a. Batu
Batu harus, keras dan tahan lama (awet), tanpa lapisan-lapisan yang lunak atau retak-retak. Jika
perlu, batu-batu harus dicuci untuk mebuang bagian-bagian yang tipis, lunak atau pipih.
Batu harus rata, berbentuk seperti pasak atau oval, dan cocok terkunci dengan rapat apabila
dipasang bersama-sama. Kecuali kalau tidak ditunjukkan lain oleh Direksi Teknik, batu harus
mempunyai ketebalan tidak kuran dari 15 cm, dan panjang tidak kurang dari dua kali tebalnya
masing-masing.
b. Mortar
Mortar harus drai campuran Mortar semen dengan agregat halus dengan perbandingan 1 : 3.

7.9.3. Pelaksanaan
a. Persiapan Pondasi Pasangan batu
Fondasi untuk konstruksi pasangan batu harus dipersiapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Bab 2.2, Galian konstruksi.
Kecuali tidak ditentukan atau ditunjukkan lain pada Gambar-gambar, dasar Pondasi untuk
konstruksi dinding penahan harus tegak lurus pada, atau bertangga yang tegak lurus pada
permukaan dinding itu. Untuk konstruksi yang lain , dasar pondasi sebaiknya horizontal atau
bertangga pada bagian-bagian horizontal.

7-17
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

Lapis dasar yang tembus air dan ceruk kantong filter harus disediakan seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Teknik atau yang ditunjukkan dalam gambar.
Apabila ditunjukkan pada gambar atau kalau diminta Direksi Teknik, mungkin diperlukan dasar
pondasi beton. Beton yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan pada Bab 6.4
spesifikasi ini.

b. Pemasangan Batu pada Pekerjaan Pasangan Batu


Lapisan alas dari mortar segar yang tebalnya paling sedikit 3 cm harus dipasang pada pondasi yang
sudah disiapkan secepatnya sebelum memasang setiap batu pada lapis pertama. Batu-batu besar
yang telah dipilh harus digunakan untuk lapis bawah dan pada sudut-sudut. Harus hati-hati untk
menghindari pengelompokan batu-batu dengan ukuran yang sama.
Batu harus dipasang dengan mukanya yang paling panjang horizontal dan muak yang kelihatan
masing-masing batu harus dipasang sejajar dengan muka dinding batu-batu itu dipasang.
Bidang permukaan setiap batu yang nampak tidak boleh bervariasi dari profil permukaan rata-rata
pekerjaan batu disekelilingnya melebihi 1,5 cm.
Batu-batu harus ditangani sedemikian sehingga tidak merobohkan atau menggeser batu-batu yang
sudah dipasang. Perlatan yang khusus harus disediakan untuk memasang batu-batu yang lebih
besar dari batu-batu yang dapat ditangani oleh dua orang. Pengelindingan atau pemutaran batu-
batu diatas batu-batu yang sudah selesai dipasang tidak diijinkan.

c. Meletakkan Adukan (Mortar)


Sebelum meletakkan, batu-batu harus dibersihkan dan dibasahi dengan seksama, diperbolehkan
cukup waktu untuk meresapkan air sampai hampir kenyang air. Lapisan dasar yang harus menerima
setiap batu harus juga dibasahi dan kemudia lapis dasar mortar harus diratakan pada sisi-sisi batu
yang ada didekat batu yang sedang dipasang.
Tebal dasar mortar harus berkisar 2 cm sampai 5 cm dan harus minimum yang diperlukan untuk
menjamin bahwa rongga-rongga antara batu-batu yang dipasang terisi seluruhnya.
Banyaknya lapisan dasar mortar yang dipasang pada satu waktu yang dibatasi sehingga batu-batu
yang dipasang pada mortar yang segar dan belum mengeras. Jika batu lepas sesudah mortar telah
mengeras pada awal, harus diambil, mortar dibersihkan, dan batu dipasang lagi dengan mortar
yang segar.
d. Ketentuan Lobang Buangan Air pada Dinding Pasangan Batu
Dinding-dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lobang-lobang buangan air, seperti
yang diuraikan pada bab 3.2 dalam spesifikasi ini. Urugan kembali dibelakang sambungan lubang
buangan air harus dari bahan drenaise porus berbutir, gradasi baik yang harus dipilih seperti yang
diuraikan pada bab 3.3 sehingga timbunan tanah yang ditahan tidak dapat hanyut melalui bahan,
atau tidak dapat menhanyutkan bahan melalui siar-muai (lihat bab 3.3)

e. Pekerjaan akhir (finishing) Pasangan Batu


Sambungan-sambungan muka antara battu-batu harus diselesaikan dengan penyelesaian yang
hampir rata dengan permukaan pekerjaan itu, tetapi tidak menutup batu-batu, sementara pekerjaan
berlangsung.
Kecuali jika ditetapkan lain, maka permukaan atas yang horizontal dari semua pasangan batu harus
diakhiri dengan tambahan lapis mortar tahan cuaca yang tebalnya 2 cm, diakhiri dengan permukaan
yang rata dengan suatu kemiringan yang akan menjamin pengaliran/pengeringan air hujan dan
dengan suatu bentuk tepi yang dipotong 450. Lapis tahan cuaca harus dimasukkan didalam ukuran-
ukuran khusus konstruksi tsb.
Segera sesudah dipasang, dan sementara mortar masih segar, semua batu muka harus dibersihkan
dengan seksama dari kotoran mortar.
Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang ditetapkan untuk pekerjaan beton

7-18
Pengaspalan Jalan (No. Ruas 120) Poreang - Karondang

spesifikasi ini. Apabila pekerjaan pasangan batu itu sudah selesai dan mengeras cukup kuat, serta
tidak lebih cepat dari 14 hari setelah pekerjaan selesai, urugan kembali harus ditempatkan seperti
yang telah ditetapkan, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berkaitan didalam spesifikasi ini.
Talud dan batu jalan didekatnya harus dipotong dan diselesaikan untuk menjamin pelekatan yang
rata dan kuat pada pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang akan memungkinkan drainase
tidak terhalang dan mencegah gerusan pada tepi-tepi dari pekerjaan itu.

7.9.4 Cara Pengukuran


Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume normal pekerjaan
yang telah selesai dan telah diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang dibatasi dengan garis -garis
dan penampang melintang yang ditentukan atau disetujui.
Setiap material yang dipasang yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak boleh diukur atau
dibayar.
Tidak ada pengukuran atau pembayaran yang terpisah yang akan dilakukan untuk penyediaan atau
pemasangan bagian-acuan lobang buangan air atau pipa maupun untuk acuan lain apapun yang
diperlukan.

7.9.5 Cara Pembayaran


Jumlah yang ditentukan seperti diuraikan diatas, harus dibayar dengan harga satuan pada kontrak
untuk tiap satuan yang diukur untuk mata pembayaran seperti daftar diibawah dimana harga
merupakan pembayaran penuh untuk gaji, bahan, alat/peralatan dan pekerjaan lain-lain yang perlu
untuk mencapai pekerjaan berkwalitas terbaik.

KONSTRUKSI PASANGAN BATU BARU

NOMOR MATA PEMBAYARAN DAN URAIAN SATUAN PENGUKURAN

7.9. Penyediaan dan pelaksanaan konstruksi Meter kubik


pasangan batu

7-19
PROPINSI
SULAWESI BARAT

PROPINSI
Rante
SULAWESI TENGAH
Terebale
U Rampi
Dadeko

ONONDOA

KECAMATAN Leboni
Dopi
RAMPI
Limbu Kabusangan
KECAMATAN
To'Kunyi
SEKO
Takkalua
Leo
Padang Batua
Waesambi

SaluSeba

Busuh
PEMERINTAH
Masapi

Salulendong
Tana Makaleang Padang Raya
KABUPATEN LUWU UTARA
Balamba
Bua Kayu KECAMATAN KABUPATEN
Se'pon MASAMBA
Kampung baru Picara LUWU TIMUR
DINAS PEKERJAAN UMUM
Tirobali
KABUPATEN Balebo Karawa
KECAMATAN Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
Malimongan Paledu MAPPEDECENG
KECAMATAN
LUWU UTARA
Mabusa LIMBONG KECAMATAN MASAMBA
SUKAMAJU KECAMATAN
Baliase BONE-BONE
MASAMBA
Kappuna Uraso
Kaluku
Radda MAPPEDECENG
Rindingallo
KANANDEDE Lebannu Lampuawa BONE-BONE
Marampa BAEBUNTA
Pengkendekan SUKAMAJU Bungadidi
Lokasi Pekerjaan
SABBANG Patila
Tandung Sukadamai Sidomukti PROVINSI SULAWESI SELATAN
Salulemo
Sudiarjo Sidobinangun
KECAMATAN Tarue
KECAMATAN Cendana Puti Sukaraya Sidomakmur
SABBANG
BAEBUNTA Mulyorejo Tamuku Rampoang
Buangin Lara
Lumpira Batang Tongka KABUPATEN LUWU UTARA
KABUPATEN Dadeko Tallese
To'Lada
Pongko
Talabang Subur
TANAH TORAJA Pompaniki Maruga Passoreang
Tanah Gonggong
Baku-Baku KECAMATAN TANA LILI
Saluampak
KECAMATAN Kambisa Makitta
Belawa
MALANGKE BARAT
Jentak KECAMATAN PULAU SULAWESI
PETA K A BUPATEN MALANGKE P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
Pattimang VOLUME
Takkalapi Lettekan MALANGKE
PEMERINTAH Katonantanah
KABUPATEN LUWU UTARA
KABUPATEN Canning Pangkajoang
AMASSANGAN Cappasolo
DINAS PEKERJAAN UMUM LUWU Tokke
Pombakka
LEGENDA
Ujung Tanah
Pekerjaan :
TELUK BONE KABUPATEN
LUWU UTARA

MAKASSAR

KOTA PALOPO
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

Lokasi : Kecamatan Tana Lili

Perencana :
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

KE BONE-BONE JALAN TRANS SULAWESI KE BURAU

KE TANETE

KE KARONDANG
Diperiksa :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PEKERJAAN UMUM

MACHFUL DJAYA, ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
KEPALA BIDANG BINA MARGA
Lapangan
DINAS PEKERJAAN UMUM
Sepak Bola

Jln Tani
Renc. Plat Duickr Gorong-Gorong
AKHIR PEKERJAAN (Existing) Sta. 0+414
1 + 312 Gereja
STA. 2 + 060
Tugu
SMPN 2 KE KARONDANG KE POREANG MACHFUL DJAYA, ST
TANA LILI NIP. 19690927 200312 1 007
Pek. jln aspal
Gorong-Gorong Gorong-Gorong T.A 2015 Diketahui :
(Existing) Sta. 0+723 (Existing) Sta. 0+000
Awal Pekerjaan KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
Renc. Plat Duickr STA. 0 + 000 KABUPATEN LUWU UTARA
1 + 510
Renc. Plat Duicker Jln Tani
Sta. 2+328

SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

Nama Gambar

KE MUNTE
KE TANETE

Site Plant
Non Scale

Nomor Lembar 01
Jumlah Lembar 21
PEMERINTAH
KABUPATEN LUWU UTARA
DINAS PEKERJAAN UMUM
U
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
MASAMBA

PROVINSI SULAWESI SELATAN


KABUPATEN LUWU UTARA
KECAMATAN TANA LILI
Awal Pekerjaan
0+000 Sta. 0 + 000 0+050 0+100 0+150 0+200 0+250 0+300 0+350 VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
Koordinat :
S : 2° 38' 30,592" Pekerjaan :
E : 120° 37' 06,508"

Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)


KE POREANG
Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

Gorong-Gorong
Garis Impit Sta. 0 + 400

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Lokasi : Kecamatan Tana Lili


(Existing) Sta. 0+000

Gereja
Perencana :
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Diperiksa :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PEKERJAAN UMUM

23.000

Situasi : 22.000
Profil Memanjang

21.000 MACHFUL DJAYA, ST


NIP. 19690927 200312 1 007
20.000
AC - BC, t= 6 Cm
Disetujui :
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm KEPALA BIDANG BINA MARGA
19.000 Gorong-Gorong Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM

V : 200
Existing

H : 2000 18.000

17.000

Elevasi Rencana 16.000


MACHFUL DJAYA, ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Elevasi Existing 15.000
Diketahui :
14.000 KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN LUWU UTARA
Station ( Sta.) 0 + 000 0 + 050 0 + 100 0 + 150 0 + 200 0 + 250 0 + 300 0 + 350 0 + 400
Nomor Patok P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Jarak Patok 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00
Jarak Langsung 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Elevasi Rencana
18.010

18.230
18.130
18.050
17.910
17.860

18.190
17.940
17.840

SUAIB MANSUR, ST. M.Si


Elevasi Existing NIP. 19700820 199703 1 010
17.680

17.900
17.800
17.720
17.580
17.530

17.860
17.610
17.510

URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. Nama Gambar


1. Penyiapan Badan Jalan 9.476,00 M2 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00
2. Lapis Pondasi Atas Agr. Kls B 987,17 M3 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 Pofil Memanjang
3. Lapis Pondasi Bawah (Sirtu) 1.233,96 M3 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
Sta. 0+000 - 0+400
4. Pekerjaan Bahu Jalan (Sirtu) 555,28 M3 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50
5. Lapis Resap Pengikat 4.120,00 Lit. 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
6. Laston Lapis Antara (AC-BC) 1.146,54 Ton 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 Nomor Lembar 02
7. Pekerjaan Plat Duicker 3,00 Unit - - - - - - - - Jumlah Lembar 21
PEMERINTAH
KABUPATEN LUWU UTARA
DINAS PEKERJAAN UMUM
U
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
MASAMBA

PROVINSI SULAWESI SELATAN


KABUPATEN LUWU UTARA
KECAMATAN TANA LILI

Jln Tani
0+450 0+500 0+550 0+600 0+650 0+700 0+750 VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker

Gorong-Gorong
Pekerjaan :
(Existing) Sta. 0+723
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
Poreang - Karondang Kec. Tana Lili
Garis Impit Sta. 0 + 800

P8 Gorong-Gorong

Garis Impit Sta. 0 + 400


P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 Lokasi : Kecamatan Tana Lili
(Existing) Sta. 0+414

Perencana :

Jln Tani
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Diperiksa :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PEKERJAAN UMUM

23.000

Situasi : 22.000
Profil Memanjang

21.000 MACHFUL DJAYA, ST


NIP. 19690927 200312 1 007
AC - BC, t= 6 Cm
20.000
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm Disetujui :
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Gorong-Gorong KEPALA BIDANG BINA MARGA
19.000 Existing
Gorong-Gorong DINAS PEKERJAAN UMUM

V : 200
Existing
H : 2000 18.000

17.000

Elevasi Rencana 16.000


MACHFUL DJAYA, ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Elevasi Existing 15.000
Diketahui :
14.000 KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN LUWU UTARA
Station ( Sta.) 0 + 400 0 + 450 0 + 500 0 + 550 0 + 600 0 + 650 0 + 700 0 + 750 0 + 800
Nomor Patok P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16
Jarak Patok 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00
Jarak Langsung 400 450 500 550 600 650 700 750 800

Elevasi Rencana

17.990
18.440

18.470
18.360

18.540

18.460
18.570

17.840
18.290
SUAIB MANSUR, ST. M.Si
Elevasi Existing NIP. 19700820 199703 1 010

17.630
18.110

18.140
18.030

18.210

18.130
18.240

17.510
17.960
URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. Nama Gambar
1. Penyiapan Badan Jalan 9.476,00 M2 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00
2. Lapis Pondasi Atas Agr. Kls B 987,17 M3 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 Pofil Memanjang
3. Lapis Pondasi Bawah (Sirtu) 1.233,96 M3 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
Sta. 0+400 - 0+800
4. Pekerjaan Bahu Jalan (Sirtu) 555,28 M3 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50
5. Lapis Resap Pengikat 4.120,00 Lit. 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
6. Laston Lapis Antara (AC-BC) 1.146,54 Ton 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 Nomor Lembar 03
7. Pekerjaan Plat Duicker 3,00 Unit - - - - - - - - Jumlah Lembar 21
PEMERINTAH
KABUPATEN LUWU UTARA
DINAS PEKERJAAN UMUM
U
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
MASAMBA

PROVINSI SULAWESI SELATAN


KABUPATEN LUWU UTARA
KECAMATAN TANA LILI
0+850 0+900 0+950 1+000 1+050 1+100 1+150 VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker

Pekerjaan :

Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)


Poreang - Karondang Kec. Tana Lili
Garis Impit Sta. 1 +200

Garis Impit Sta. 0 + 800


P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 Lokasi : Kecamatan Tana Lili

Perencana :
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Diperiksa :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PEKERJAAN UMUM

23.000

Situasi : 22.000
Profil Memanjang

21.000 MACHFUL DJAYA, ST


NIP. 19690927 200312 1 007
20.000
AC - BC, t= 6 Cm Disetujui :
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
KEPALA BIDANG BINA MARGA
19.000
DINAS PEKERJAAN UMUM

V : 200
H : 2000 18.000

17.000

Elevasi Rencana 16.000


MACHFUL DJAYA, ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Elevasi Existing 15.000
Diketahui :
14.000 KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN LUWU UTARA
Station ( Sta.) 0 + 800 0 + 850 0 + 900 0 + 950 1 + 000 1 + 050 1 + 100 1 + 150 1 + 200
Nomor Patok P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24
Jarak Patok 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00
Jarak Langsung 800 850 900 950 1000 1050 1100 1150 1200

Elevasi Rencana
18.200

18.360
18.000

18.160
18.100

18.270
18.280

18.300
18.220
SUAIB MANSUR, ST. M.Si
Elevasi Existing NIP. 19700820 199703 1 010
17.870

18.030
17.670

17.830
17.770

17.940
17.950

17.970
URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. 17.890 Nama Gambar
1. Penyiapan Badan Jalan 9.476,00 M2 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00
2. Lapis Pondasi Atas Agr. Kls B 987,17 M3 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 Pofil Memanjang
3. Lapis Pondasi Bawah (Sirtu) 1.233,96 M3 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
Sta. 0+800 - 1+200
4. Pekerjaan Bahu Jalan (Sirtu) 555,28 M3 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50
5. Lapis Resap Pengikat 4.120,00 Lit. 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
6. Laston Lapis Antara (AC-BC) 1.146,54 Ton 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 Nomor Lembar 04
7. Pekerjaan Plat Duicker 3,00 Unit - - - - - - - - Jumlah Lembar 21
PEMERINTAH
KABUPATEN LUWU UTARA
DINAS PEKERJAAN UMUM
U
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
MASAMBA

PROVINSI SULAWESI SELATAN


1+550
1+450 1+500
1+400 KABUPATEN LUWU UTARA
Renc. Plat Duicker KECAMATAN TANA LILI
Sta. 1+510
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
1+350

1+300 Pekerjaan :
Garis Impit Sta. 1 + 600

1+250
t Duicker
Renc. Pla2 P32
Sta. 1+31 P31 Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
P29 P30
P28 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

P27 Lokasi : Kecamatan Tana Lili

Garis Impit Sta. 1 + 200


P25 P26
P24 Perencana :
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Diperiksa :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PEKERJAAN UMUM

23.000

Situasi : 22.000
Profil Memanjang

21.000 MACHFUL DJAYA, ST


NIP. 19690927 200312 1 007
20.000
Disetujui :
Renc. Plat Duicker AC - BC, t= 6 Cm
Renc. Plat Duicker KEPALA BIDANG BINA MARGA
19.000 Sta. 1+312 LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Sta. 1+510 DINAS PEKERJAAN UMUM

V : 200
H : 2000 18.000

17.000

Elevasi Rencana 16.000


MACHFUL DJAYA, ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Elevasi Existing 15.000
Diketahui :
14.000 KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN LUWU UTARA
Station ( Sta.) 1 + 200 1 + 250 1 + 300 1 + 350 1 + 400 1 + 450 1 + 500 1 + 550 1 + 600
Nomor Patok P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32
Jarak Patok 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00
Jarak Langsung 1200 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600

Elevasi Rencana

17.890

18.000
17.790
17.617

17.850
17.720

17.840

17.870
17.780

SUAIB MANSUR, ST. M.Si


Elevasi Existing NIP. 19700820 199703 1 010

17.560

17.670
17.460
17.287

17.520
17.390

17.510

17.540
17.450

URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. Nama Gambar


1. Penyiapan Badan Jalan 9.476,00 M2 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00
2. Lapis Pondasi Atas Agr. Kls B 987,17 M3 24,00 24,00 23,18 24,00 24,00 24,00 23,18 24,00 Pofil Memanjang
3. Lapis Pondasi Bawah (Sirtu) 1.233,96 M3 30,00 30,00 28,98 30,00 30,00 30,00 28,98 30,00
Sta. 1+200 - 1+600
4. Pekerjaan Bahu Jalan (Sirtu) 555,28 M3 13,50 13,50 13,04 13,50 13,50 13,50 13,04 13,50
5. Lapis Resap Pengikat 4.120,00 Lit. 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
6. Laston Lapis Antara (AC-BC) 1.146,54 Ton 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 Nomor Lembar 05
7. Pekerjaan Plat Duicker 3,00 Unit - - 1,00 - - - 1,00 - Jumlah Lembar 21
PEMERINTAH
KABUPATEN LUWU UTARA
1+950
U
DINAS PEKERJAAN UMUM
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
MASAMBA
1+900
PROVINSI SULAWESI SELATAN
KABUPATEN LUWU UTARA
1+850 P40

Garis Impit Sta. 2 + 000


P39 KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
1+800
SMPN 2
TANA LILI Pekerjaan :
P38
1+750
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
1+650 1+700
P37
Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

Lokasi : Kecamatan Tana Lili


P36

Perencana :
P35
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Garis Impit Sta. 1 + 600


P33 P34
P32

Diperiksa :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PEKERJAAN UMUM

23.000

Situasi : 22.000
Profil Memanjang

21.000 MACHFUL DJAYA, ST


NIP. 19690927 200312 1 007
20.000
Disetujui :
AC - BC, t= 6 Cm KEPALA BIDANG BINA MARGA
19.000
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm DINAS PEKERJAAN UMUM

V : 200
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
H : 2000 18.000

17.000

Elevasi Rencana 16.000


MACHFUL DJAYA, ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Elevasi Existing 15.000
Diketahui :
14.000 KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN LUWU UTARA
Station ( Sta.) 1 + 600 1 + 650 1 + 700 1 + 750 1 + 800 1 + 850 1 + 900 1 + 950 2 + 000
Nomor Patok P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40
Jarak Patok 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00
Jarak Langsung 1600 1650 1700 1750 1800 1850 1900 1950 2000

Elevasi Rencana
17.320
17.060

17.581
17.520
17.440
17.200

17.410
17.000

17.617
SUAIB MANSUR, ST. M.Si
Elevasi Existing NIP. 19700820 199703 1 010
16.990
16.730

17.251
17.190
17.110
16.870

17.080
16.670

17.287
URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. Nama Gambar
1. Penyiapan Badan Jalan 9.476,00 M2 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00 230,00
2. Lapis Pondasi Atas Agr. Kls B 987,17 M3 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,00 Pofil Memanjang
3. Lapis Pondasi Bawah (Sirtu) 1.233,96 M3 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
Sta. 1+600 - 2+000
4. Pekerjaan Bahu Jalan (Sirtu) 555,28 M3 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50 13,50
5. Lapis Resap Pengikat 4.120,00 Lit. 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
6. Laston Lapis Antara (AC-BC) 1.146,54 Ton 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 27,84 Nomor Lembar 06
7. Pekerjaan Plat Duicker 3,00 Unit - - - - - - - - Jumlah Lembar 21
PEMERINTAH
KABUPATEN LUWU UTARA
U
DINAS PEKERJAAN UMUM
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
MASAMBA
Akhir Pekerjaan
2+060

KE MUNTE
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Sta. 2 + 060
KABUPATEN LUWU UTARA
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
2+300 2+335

Garis Impit Sta. 2 + 000


P40 2+250
2+100 Pekerjaan :
2+200
P41 2+150
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

Lokasi : Kecamatan Tana Lili


P46 P47
P45
P42
Renc. Plat Duicker Perencana :
P44
P43 Sta. 2+328
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

KE PATILA
Diperiksa :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PEKERJAAN UMUM

23.000

Situasi : 22.000
Profil Memanjang

21.000 MACHFUL DJAYA, ST


NIP. 19690927 200312 1 007
20.000
Disetujui :
Akhir Pekerjaan KEPALA BIDANG BINA MARGA
19.000
AC - BC, t= 6 Cm
Renc. Plat Duicker DINAS PEKERJAAN UMUM

V : 200
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
Sta. 2 + 060 Sta. 2+328
H : 2000 18.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

17.000

Elevasi Rencana 16.000


MACHFUL DJAYA, ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Elevasi Existing 15.000
Diketahui :
14.000 KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN LUWU UTARA
Station ( Sta.) 2 + 000 2 + 060 2 + 100 2 + 150 2 + 200 2 + 250 2 + 300 2 + 335
Nomor Patok P40 P41 P42 P43 P44 P45 P46 P47
Jarak Patok 60.00
Jarak Langsung 2000 2060

Elevasi Rencana

17.000
16.970
SUAIB MANSUR, ST. M.Si
Elevasi Existing NIP. 19700820 199703 1 010

16.670
16.640
URAIAN PEKERJAAN VOLUME SAT. Nama Gambar
1. Penyiapan Badan Jalan 9.476,00 M2 276,00 - - - - - -
2. Lapis Pondasi Atas Agr. Kls B 987,17 M3 28,80 - - - - - - Pofil Memanjang
3. Lapis Pondasi Bawah (Sirtu) 1.233,96 M3 36,00 - - - - - -
Sta. 2+000 - 2+060
4. Pekerjaan Bahu Jalan (Sirtu) 555,28 M3 16,20 - - - - - -
5. Lapis Resap Pengikat 4.120,00 Lit. 120,00 - - - - - -
6. Laston Lapis Antara (AC-BC) 1.146,54 Ton 33,41 - - - - - -
Nomor Lembar 07
7. Pekerjaan Plat Duicker 3,00 Unit - - - - - - 1,00 Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 20.000 MASAMBA
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
19.000 19.000 PROVINSI SULAWESI SELATAN
Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200

550 550
Pekerjaan :
16.000 16.000

Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)


15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Station 0 + 000 Station 0 + 100


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 75 200 200 75 Jarak Ukur 75 200 200 75

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

18.162
18.162

18.190
18.230
18.190
18.067
18.095
18.130
18.095
18.067

Diperiksa :
Elevasi Elevasi
Existing Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.832
17.832

17.860
17.900
17.860
17.737
17.765
17.800
17.767
17.737

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 20.000
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
19.000 19.000
Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007
550 550 Diketahui :
16.000 16.000
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

Station 0 + 050 Station 0 + 150


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 75 200 200 75 Jarak Ukur 75 200 200 75


Pofil Melintang Sta. 0+000 - 0+150
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Skala
17.987
17.987

Rencana Rencana

18.127
18.155
18.190
18.155
18.127
18.015
18.050
18.015

V = 1 : 200

Elevasi Elevasi Nomor Lembar 08


Existing Existing

17.797
17.825
17.860
17.823
17.794
17.657
17.653

17.685
17.720
17.687

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 20.000 MASAMBA
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
19.000 19.000 PROVINSI SULAWESI SELATAN
Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200

550 550
Pekerjaan :
16.000 16.000

Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)


15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Station 0 + 200 Station 0 + 300


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 75 200 200 75 Jarak Ukur 75 200 200 75

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

17.947
17.975
18.010
17.975
17.947
17.847
17.875
17.910
17.875
17.847

Diperiksa :
Elevasi Elevasi
Existing Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.617
17.645
17.680
17.647
17.619
17.517
17.545
17.580
17.545
17.519

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 20.000
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
19.000 19.000
Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007
550 550 Diketahui :
16.000 16.000
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

Station 0 + 250 Station 0 + 350


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 75 200 200 75 Jarak Ukur 75 200 200 75


Pofil Melintang Sta. 0+200 - 0+350
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

17.877
17.905
17.940
17.905
17.877
17.797
17.825
17.860
17.825
17.797

V = 1 : 200

Elevasi Elevasi Nomor Lembar 09


Existing Existing

17.574
17.575
17.610
17.575
17.576
17.467
17.466

17.495
17.530
17.493

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 20.000 MASAMBA
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
19.000 19.000 PROVINSI SULAWESI SELATAN
Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200

550 550
Pekerjaan :
16.000 16.000

Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)


15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Station 0 + 400 Station 0 + 500


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 75 200 200 75 Jarak Ukur 75 200 200 75

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

17.777
17.777
18.227
18.227

17.805
17.840
17.805
18.255
18.290
18.255

Diperiksa :
Elevasi Elevasi
Existing Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.447
17.445
17.895
17.897

17.475
17.510
17.475
17.927
17.960
17.927

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 20.000
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
19.000 19.000
Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing Saluran Existing
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007
550 550 Diketahui :
16.000 16.000
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

Station 0 + 450 Station 0 + 550


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 75 200 200 75 Jarak Ukur 75 200 200 75


Pofil Melintang Sta. 0+400 - 0+550
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

17.897
17.925
17.960
17.925
17.897
18.397
18.425
18.460
18.425
18.397

V = 1 : 200

Elevasi Elevasi Nomor Lembar 10


Existing Existing

17.567
17.565
18.064
18.062

17.595
17.630
17.591
18.095
18.130
18.095

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 20.000 MASAMBA
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa


70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm PROVINSI SULAWESI SELATAN
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200
Pekerjaan :
16.000 16.000
540 540
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Station 0 + 600 Station 0 + 700


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur 70 200 200 70

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

18.507
18.507
18.407
18.407

18.535
18.570
18.535
18.435
18.470
18.435

Diperiksa :
Elevasi Elevasi
Existing Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

18.117
18.118
18.006
18.010

18.204
18.240
18.205
18.104
18.140
18.102

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 20.000
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa


70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007

16.000 16.000
Diketahui :
540 540
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

Station 0 + 650 Station 0 + 750


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur 70 200 200 70


Pofil Melintang Sta. 0+600 - 0+750
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

18.477
18.505
18.540
18.505
18.477
18.377
18.405
18.440
18.405
18.377

V = 1 : 200

Elevasi Elevasi Nomor Lembar 11


Existing Existing

18.147
18.147
18.046
18.046

18.175
18.210
18.175
18.075
18.110
18.075

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 20.000 MASAMBA
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa


70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm PROVINSI SULAWESI SELATAN
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200
Pekerjaan :
16.000 16.000
540 540
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Station 0 + 800 Station 0 + 900


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur 70 200 200 70

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

18.297
18.297
18.207
18.207

18.325
18.360
18.325
18.235
18.270
18.235

Diperiksa :
Elevasi Elevasi
Existing Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.967
17.963
17.876
17.876

17.995
18.030
17.995
17.904
17.940
17.904

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 20.000
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa


70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007

16.000 16.000
Diketahui :
540 540
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

Station 0 + 850 Station 0 + 950


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur 70 200 200 70


Pofil Melintang Sta. 0+800 - 0+950
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

18.237
18.265
18.300
18.265
18.237
18.157
18.185
18.220
18.185
18.157

V = 1 : 200

Elevasi Elevasi Nomor Lembar 12


Existing Existing

17.905
17.907
17.826
17.828

17.935
17.970
17.935
17.855
17.890
17.853

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 20.000 MASAMBA
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa


70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm PROVINSI SULAWESI SELATAN
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200
Pekerjaan :
16.000 16.000
540 540
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

Station 1 + 000 Station 1 + 100


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur 70 200 200 70

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

18.217
18.217
18.097
18.097

18.245
18.280
18.245
18.125
18.160
18.125

Diperiksa :
Elevasi Elevasi
Existing Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.886
17.882
17.766
17.766

17.914
17.950
17.914
17.795
17.830
17.795

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 20.000
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa


70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007

16.000 16.000
Diketahui :
540 540
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

Station 1 + 050 Station 1 + 150


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur 70 200 200 70


Pofil Melintang Sta. 1+000 - 1+150
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

18.137
18.165
18.200
18.165
18.137
18.037
18.065
18.100
18.065
18.037

V = 1 : 200

Elevasi Elevasi Nomor Lembar 13


Existing Existing

17.807
17.809
17.707
17.706

17.835
17.870
17.837
17.736
17.770
17.736

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm MASAMBA
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa


70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm PROVINSI SULAWESI SELATAN
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200
Pekerjaan :
16.000 16.000 540
540
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

1 + 200 Station 1 + 300


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur 50 200 200 50

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

17.937
17.937
17.795
17.795

17.965
18.000
17.965
17.815
17.850
17.815

Diperiksa :
Elevasi
Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.604
17.605
17.465
17.467

17.635
17.670
17.634
17.485
17.520
17.485

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm 20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa


70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 200 200 17,000
200 200 NIP. 19690927 200312 1 007

16.000 16.000
Diketahui :
540 500
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

1 + 250 Station 1 + 350


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur 50 200 200 50


Pofil Melintang Sta. 1+200 - 2+350
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

17.827
17.855
17.890
17.855
17.827
17.735
17.755
17.790
17.755
17.735

V = 1 : 200

Elevasi Nomor Lembar 14


Existing

17.497
17.495
17.405
17.405

17.525
17.560
17.522
17.424
17.460
17.424

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
MASAMBA

Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm PROVINSI SULAWESI SELATAN
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200
Pekerjaan :
16.000 16.000
500 500
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

1 + 400 Station 1 + 500


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 50 200 200 50 Jarak Ukur 50 200 200 50

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

17.815
17.815
17.726
17.726

17.835
17.870
17.835
17.746
17.780
17.746

Diperiksa :
Elevasi
Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.484
17.484
17.395
17.395

17.505
17.540
17.505
17.414
17.450
17.414

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm

2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007

16.000 16.000
Diketahui :
500 500
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

1 + 450 Station 1 + 550


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 50 200 200 50 Jarak Ukur 50 200 200 50


Pofil Melintang Sta. 1+400 - 1+550
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

17.784
17.804
17.840
17.804
17.784
17.665
17.685
17.720
17.685
17.665

V = 1 : 200

Elevasi Nomor Lembar 15


Existing

17.455
17.455
17.255
17.255

17.475
17.510
17.475
17.275
17.390
17.275

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
MASAMBA

Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm PROVINSI SULAWESI SELATAN
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200
Pekerjaan :
16.000 16.000
500 500
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

1 + 600 Station 1 + 700


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 50 200 200 50 Jarak Ukur 50 200 200 50

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

17.562
17.562
17.465
17.465

17.582
17.617
17.582
17.485
17.520
17.485

Diperiksa :
Elevasi
Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.232
17.232
17.134
17.134

17.252
17.287
17.252
17.155
17.190
17.155

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm

2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007

16.000 16.000
Diketahui :
500 500
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

1 + 650 Station 1 + 750


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 50 200 200 50 Jarak Ukur 50 200 200 50


Pofil Melintang Sta. 1+600 - 1+750
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

17.526
17.546
17.581
17.546
17.526
17.783
17.403
17.440
17.403
17.783

V = 1 : 200

Elevasi Nomor Lembar 16


Existing

17.196
17.196
17.005
17.005

17.216
17.251
17.216
17.074
17.110
17.074

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
MASAMBA

Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm PROVINSI SULAWESI SELATAN
2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4% KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200 200 200
Pekerjaan :
16.000 16.000
500 500
Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

1 + 800 Station 1 + 900


Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 50 200 200 50 Jarak Ukur 50 200 200 50

Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

17.354
17.354
17.142
17.142

17.374
17.410
17.374
17.162
17.200
17.162

Diperiksa :
Elevasi
Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

17.013
17.010
16.815
16.815

17.033
17.080
17.032
16.832
16.870
16.832

DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm

Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa 50 400 50 Lap. Permukaan Agr. Tanpa
19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm

2% 2% 2% 2%
4% 4% 4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 200 200 NIP. 19690927 200312 1 007

16.000 16.000
Diketahui :
500 500
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

1 + 850 Station 1 + 950


Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur e d a b c

Jarak Ukur 50 200 200 50 Jarak Ukur 50 200 200 50


Pofil Melintang Sta. 1+800 - 1+950
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

17.265
17.285
17.320
17.285
17.265
16.996
17.026
17.060
17.026
16.996

V = 1 : 200

Elevasi Nomor Lembar 17


Existing

16.935
16.933
16.667
16.667

16.955
16.990
16.955
16.835
16.730
16.835

Jumlah Lembar 21
ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000

22.000 22.000 PEMERINTAH


KABUPATEN LUWU UTARA
21.000 21.000 DINAS PEKERJAAN UMUM
AC - BC, t= 6 Cm
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
20.000 MASAMBA

Lap. Permukaan Agr. Tanpa 70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa


19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000 PROVINSI SULAWESI SELATAN
2% 2% Saluran Existing
4% 4%
KABUPATEN LUWU UTARA
18.000 18.000
KECAMATAN TANA LILI
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
17,000 17,000
200 200

540
Pekerjaan :
16.000 16.000

Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)


15.000 15.000 Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

14.000 14.000
Lokasi : Kecamatan Tana Lili

13.000 13.000
Perencana :
12.000 12.000 CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

2 + 000 Station
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur
Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur
Elevasi Elevasi
Rencana Rencana

16.937
16.937

16.965
17.000
16.965
Diperiksa :
Elevasi
Existing PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

16.607
16.609

16.635
16.670
16.633
DINAS PEKERJAAN UMUM

ELEVASI CL ELEVASI CL

23.000 23.000
MACHFUL DJAYA, ST
22.000 22.000 NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
21.000 21.000
KEPALA BIDANG BINA MARGA
AC - BC, t= 6 Cm
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
DINAS PEKERJAAN UMUM
20.000 Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
20.000

Lap. Permukaan Agr. Tanpa 70 400 70 Lap. Permukaan Agr. Tanpa


19.000 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 19.000
2% 2% Saluran Existing
4% 4%
18.000 18.000

MACHFUL DJAYA, ST
17,000 17,000
200 200 NIP. 19690927 200312 1 007
540 Diketahui :
16.000 16.000
KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
15.000 15.000
KABUPATEN LUWU UTARA

14.000 14.000

13.000 13.000

12.000 12.000 SUAIB MANSUR, ST. M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010

2 + 060 Station
Nama Gambar
Titik Ukur e d a b c Titik Ukur
Jarak Ukur 70 200 200 70 Jarak Ukur
Pofil Melintang Sta. 2+000 - 2+060
Elevasi Elevasi H = 1 : 100
Rencana Rencana Skala

16.907
16.935
16.970
16.935
16.907
V = 1 : 200

Elevasi Nomor Lembar 18


Existing

16.577
16.573

16.601
16.640
16.592 Jumlah Lembar 21
STA. 0 + 000 - 0 + 500 AC - BC, t= 6 Cm
CL
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm PEMERINTAH
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
KABUPATEN LUWU UTARA
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 75 400 75 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm DINAS PEKERJAAN UMUM
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
Saluran Existing 2% 2% Saluran Existing MASAMBA
4% 4%

PROVINSI SULAWESI SELATAN


KABUPATEN LUWU UTARA
200 200 KECAMATAN TANA LILI
550 VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker

Pekerjaan :
Detail Profil Melintang Pengaspalan Jalan (No.Ruas 120)
Skala 1 : 100
Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

Lokasi : Kecamatan Tana Lili

Perencana :
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN
STA. 1 + 250 - 2 + 000
AC - BC, t= 6 Cm
CL
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 50 400 50 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm
Saluran Existing 2% 2% Saluran Existing Diperiksa :
4% 4%

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


DINAS PEKERJAAN UMUM
200 200
500

Detail Profil Melintang


Skala 1 : 100 MACHFUL DJAYA, ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
KEPALA BIDANG BINA MARGA
DINAS PEKERJAAN UMUM

STA. 1. 0 + 500 - 1 + 250


2. 2 + 000 - 2 + 060
AC - BC, t= 6 Cm
CL
LPA Agregat Kls B, t= 12 Cm MACHFUL DJAYA, ST
Lapis Pondasi Bawah (Sirtu), t= 15 Cm NIP. 19690927 200312 1 007
Lap. Permukaan Agr. Tanpa Lap. Permukaan Agr. Tanpa Diketahui :
Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm 70 400 70 Penutup Aspal (Sirtu), t= 0,27 Cm KEPLA DINAS PEKERJAAN UMUM
Saluran Existing 2% 2% Saluran Existing KABUPATEN LUWU UTARA
4% 4%

200 200
540
SUAIB MANSUR, ST. M.Si
NIP. 19700820 199703 1 010
Detail Profil Melintang Nama Gambar
Skala 1 : 100
Detail Pofil Melintang
Sta. 0+000 - 2+060
Skala 1 : 100

Nomor Lembar 19
Jumlah Lembar 21
RENCANA PEMBUATAN PLAT DUICKER 3 UNIT
Sta. 1 + 312, Sta. 1 + 510 & Sta. 2 + 328
( L = 6,00 M, B = 0,80 M & T = 0,70 M ) PEMERINTAH
KABUPATEN LUWU UTARA
DINAS PEKERJAAN UMUM
25 25
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
CL
MASAMBA

600 PROPINSI SULAWESI SELATAN

KABUPATEN LUWU UTARA

300
300
KECAMATAN TANAH LILI
B P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
VOLUME

Pekerjaan

20
45

25
Pengasplan Jalan (No.Ruas 120)
A A Poreang - Karondang Kec. Tana Lili

80
80

130
170
CL
Ø12 - 15 (B2) Lantai beton fc' 20 Mpa (K.250), t = 20 Cm
Ø12 - 15 (B1) Balok bantalan fc' 20 Mpa (K.250) Lokasi : Kecamatan Tanah Lili
25 20

25
Konsultan Perencana

45

20
Ø10 - 20 (C)
10-Ø12 (A3)

20
CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

20
Ø12 - 15 (A2)

300
300
c c Ø12 - 15 (A1) Ø10 - 20 (D1)
Angkur besi 4Ø12

DENAH PLAT DUICKER


Skala 1 : 100
25 25
Diperiksa :
DETAIL A
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Skala 1 : 50
DINAS PEKERJAAN UMUM

Timbunan Pilihan Beton K.250 Timbunan Pilihan

MACHFUL DJAYA. ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
CL
KEPALA BIDANG BINA MARGA
Tembok Pengaman (25/30) DINAS PEKERJAAN UMUM
170 Lantai beton fc' 20 Mpa (K.250), t = 20 Cm
130 Balok bantalan fc' 20 Mpa (K.250)
20 25 25 20
AC - BC, T= 6 Cm Ø10 - 20 (C) 80 Ø10 - 20 (C) AC - BC, T= 6 Cm
LPA Agr. Kls B, T= 12 Cm 4-Ø10 (D2) LPA Agr. Kls B, T= 12 Cm
4-Ø12 (A4)
Lap. Pondasi Bawah (Sirtu), T= 15 Cm Lap. Pondasi Bawah (Sirtu), T= 15 Cm
MACHFUL DJAYA, ST
Ø12-15 (B2)
30

Ø12-15 (B1) NIP. 19690972 200312 1 007


20
20

Diketahui :
40

15 12 6
15 12 6

Ø12-15 (B1)
20

Ø12-15 (B2)
KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM
90

Timbunan Pilihan A Angkur besi 4-Ø12 mm KABUPATEN LUWU UTARA


70

Timbunan Pilihan
50

Pasangan batu kali 1 : 4


Rabat beton fc' 10 Mpa (K.125)
20 8

48
20

80 80 80 SUAIB MANSUR, ST, M.Si


NIP. 19700820 199703 1 010
Nama Gambar
POTONGAN B - B
Skala 1 : 100 Pembangunan Plat Duicker (Denah,
PROYEKSI PLAT DUICKER
Pot. B-B, Detail A & Detail Balok
Non Scale
Bantalan)
Nomor Lembar 20
Jumlah Lembar 21
CL
AC - BC, T = 6 Cm PEMERINTAH
Lantai beton fc' 20 Mpa (K.250), t = 20 Cm KABUPATEN LUWU UTARA
600 Balok bantalan fc' 20 Mpa (K.250) DINAS PEKERJAAN UMUM
550 Tembok Pengaman (25/30)
Sekretariat : Jln.Simpurusiang No. 27
25
25 MASAMBA
4-Ø12 (A4) Ø12 - 15 (B2) 4-Ø12 (A3) 4-Ø12 (A4)
5-Ø12 (D2) Ø12 - 15 (B1) Ø10 - 20 (C) 5-Ø12 (D2)

30
PROPINSI SULAWESI SELATAN

20
KABUPATEN LUWU UTARA

40

20
KECAMATAN TANAH LILI

90
Ø12 - 15 (A1)
Ø12 - 15 (A2) Rabat beton fc' 10 Mpa (K1.25), t= 8 Cm

50

50

70
VOLUME P : 2.060,00 M + 3 Unit Plat Duicker
Pasangan batu kali 1 : 4

Pekerjaan

48
48

20 20 8
Pengasplan Jalan (No.Ruas 120)
Poreang - Karondang Kec. Tana Lili
D0T0NGAN A - A
Skala 1 : 100 Lokasi : Kecamatan Tanah Lili
AC - BC, T= 6 Cm
LPA Agr. Kls B, T= 12 Cm
Konsultan Perencana
Plesteran topi & list 1 : 3
Timbunan Piihan Lap. Pondasi Bawah (Sirtu), T= 15 Cm
30 25 variabe l CV. MUNIKA TOTAL KONSULTAN

8
15 12 6
Resapan air Ø1"

atau variabel mengikuti Siar (voegh) 1 : 3

variable
lengkungan tanah Urugan tanah bekas galian
existing
Pasangan batu kali 1 : 4

Diperiksa :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

30
DINAS PEKERJAAN UMUM

40

P0T0NGAN C - C
Skala 1 : 100 CL MACHFUL DJAYA. ST
NIP. 19690927 200312 1 007
Disetujui :
600 KEPALA BIDANG BINA MARGA
DINAS PEKERJAAN UMUM
45

25 20
Ø12 - 15 (B1) MACHFUL DJAYA, ST
Ø12 - 15 (A1) NIP. 19690972 200312 1 007
Ø12 - 15 (B1)
Ø12 - 15 (A1) Diketahui :
80

80
170

130
CL KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN LUWU UTARA
Ø12 - 15 (B2)
Ø12 - 15 (A2)
Ø12 - 15 (B2)
Ø12 - 15 (A2)

25
45

20
SUAIB MANSUR, ST, M.Si
NIP. 19700820 199703 1 010
Nama Gambar
DETAIL PEMBESIAN
Skala 1 : 75
Pembangunan Plat Duicker (Pot. A-A,
Pot. C-C, Detail Pembesian &
T.Samping Protksi Sayap)
Nomor Lembar 21
Jumlah Lembar 21

Anda mungkin juga menyukai