ACUAN APN)
2012/10/06
Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang asuhan yang diperlukan bagi bayi baru lahir (BBL).
Walaupun sebagian proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses
tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehainilan (bayi), maka
penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi
yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan
dengan segera, aman dan bersih adalah bagian esensial dan asuhan bayi baru lahir.
Sebagian besar (85%-90%) persalinan adalah normal, tetapi gangguan dalam
kehainilan dan proses persalinan dapat mempengaruhi kesehatan bayi-bayi yang
baru dilahirkan. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan
oleh asfiksia, hipotermia dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir
dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat,
dibarengi pula dengan penccgahan hipotermia dan infeksi.
Tujuan
Telah dibicarakan dalam bab-bab terdahulu, yang penting di sini agar selalu
menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan ditatalaksana
sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat.
Memulai/inisiasi pernapasan spontan
Begitu bayi lahir segera dilakukan inisiasi pernapasan spontan dengan melakukan
penilaian awal, sebagai berikut:
Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0-30
detik).
Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana untuk asuhan
bayi baru lahir (lihat Bab 1 mengenai pembahasan pengumpulan data dan membuat
keputusan klinik).
Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan mempertimbangkan atau
menanyakan 5 pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
2. Apakah bayi bernapas spontan?
3. Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?
4. Apakah tonus/kekuatan otot bayi cukup?
5. Apakah ini kehainilan cukup bulan?
Bila kelima pertanyaan tersebut jawabannya “Ya”, maka bayi dapat diberikan
kepada ibunya untuk segera menciptakan hubungan emosional, kemudian di
lakukan asuhan bayi baru lahir normal sebagai berikut:
Keringkan bayi dengan kain/handuk yang bersih, kering dan hangat, kemudian
lingkupi tubuh bayi dengan kain/handuk kering dan hangat yang lain.
Bersihkan mulut dan hidung bayi secukupnya. Tidak perlu dilakukan penghisapan
lendir.
Hangatkan tubuh bayi (selimuti dengan kain yang kering dan hangat, beri tutup
kepala).
Berikan bayi pada ibunya untuk membangun hubungan emosional dan pemberian
ASI secara dini.
Bila salah satu atau lebih pertanyaan tersebut jawabannya “Tidak”, maka segera
lakukan Langkah Awal Resusitasi Bayi Baru Lahir (lihat di bagian
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Komplikasi di bagian selanjutnya dalam
bab ini).
Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada
tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan
stimulasi. Untuk bayi yang sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang
terjadinya pernapasan spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap
pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda
kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernapasan (lihat di bagian
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Komplikasi di bagian selanjutnya dalam
bab ini).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi
yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit
atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin
akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.
Bayi prematur atau berat badan lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia.
Mekanisme kehilangan panas
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme
berikut :
Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan
panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah
bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi
setelah bayi dimandikan.
Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan melalui upaya-upaya berikut ini :
Keringkan bayi secara seksama.
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
Tutupi kepala bayi.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
Segera setelah lahir, segera keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk
mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan
tubuh bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi
memulai pernapasan.
Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk atau
kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut atau kain hangat,
kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan
bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka
untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau
selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
Pastikan bahwa bagian kepala bayi ditutupi setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan dengan cepat
kehilangan panas tubuh jika bagian kepalanya tidak tertutup.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
Memeluk bayi akan membuat bayi tetap hangat dan merupakan upaya pencegahan
kehilangan panas yang sangat baik. Anjurkan ibu untuk sesegera mungkin
menyusukan bayinya setelah lahir. Pemberian ASI, sebaiknya dimulai dalam waktu
satu jam setelah bayi lahir (lihat bagian pemberian ASI di bagian selanjutnya
dalam bab ini).
Karena bayi baru lahir mudah mengalami kehilangan panas tubuh, (terutama jika
tidak berpakaian) sebelum melakukan penimbangan, selimuti tubuh bayi dengan
kain atau selimut bersih dan kering. Timbang selimut atau kain secara terpisah,
kemudian kurangi berat selimut atau kain tersebut dan total berat bayi saat
memakai selimut tadi.
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupannya dapat mengarah
pada kondisi hipotermia dan sangat membahayakan keselamatan bayi.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah lahir bayi
harus ditempatkan bersama ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi
bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap
hangat, mendorong upaya untuk menyusui dan mencegah bayi terpapar infeksi.
Asuhan tali pusat
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil (lihat Bab 5), ikat atau
jepitkan (jika tersedia) klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
Basuh tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
DTT atau klem plastik tali pusat atau potongan slang karet infus (DTT atau steril).
Lakukan simpul kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat tersebut.
Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali
pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci di bagian tali pusat pada
sisi yang berlawanan.
Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
Selimuti kembali bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik.
– Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT) dan
sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.
– Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan jika pusar menjadi
merah atau mengeluarkan nanah atau darah,
– Jika pusar menjadi merah atau rnengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi
tersebut ke fasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru lahir secara
lengkap.
Memulai pemberian ASI (menyusui)
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera
setelah tali pusat di klem dan dipotong. Tenteramkan ibu bahwa penolong akan
membantu ibu menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan penjahitan laserasi
selesai dikerjakan. Anggota keluarga mungkin bisa membantunya untuk memulai
pemberian ASI lebih awal. Setelah semua prosedur yang diperlukan diselesaikan,
ibu sudah bersih dan mengganti baju, (lihat Bab 5) bantu ibu untuk rnenyusukan
bayinya.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-bayi dan
perbolehkan untuk menyusui sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI.
Pastikan bahwa jumlah air susu ibu memadai (Enkin, et al, 2000). Yakinkan ibu
dan keluarganya bahwa kolostrum (susu selama beberapa hari pertama setelah
kelahiran) mernpunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mengandung semua unsur yang
diperlukan oleh bayi. Minta ibu untuk membiarkan bayinya menyusu tanpa henti
sesuai dengan yang diinginkannya. Pada saat bayi melepaskan puting susu, minta
ibu untuk menawarkan puting susu sebelahnya. Jelaskan pada ibu bahwa
membatasi waktu untuk bayi menyusu akan mengurangi jumlah nutrisi yang
seharusnya diterima oleh bayi dan akan menurunkan produksi susunya (Enkin, et
al, 2000). Anjurkan ibu untuk bertanya tentang pemberian ASI dan berikan
jawaban sejelas dan selengkap mungkin. Anjurkan ibu untuk mencari pertolongan
dan pemberi asuhan jika ada masalah dengan pemberian ASI.
Posisi yang tepat untuk bayi, sangat penting dalam menjamin keberhasilan
pemberian ASI dan mencegah lecet atau retak pada puting susu (Enkin, et al,
2000). Periksa bahwa ibu telah rneletakkan bayinya pada posisi yang tepat dan
bayi melakukan kontak dengan ibunya secara benar. Berikan bantuan dan
dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu baru pertama kali
menyusukan atau ibu berusia sangat muda.
Ingat bahwa ibu yang berpengalaman juga mungkin memerlukan bantuan untuk
memulai menyusukan bayi barunya.
Jelaskan pada ibu bagaimana memeluk bayi dan, mulai menyusukan bayinya
Beritahukan pada ibu untuk memeluk tubuh bayi secara lurus agar muka bayi
menghadap ke payudara ibu dengan hidung bayi di depan puting susu ibu.
Posisinya harus sedemikian rupa sehingga perut bayi rnenghadap ke perut ibu. Ibu
harus menopang seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya.
Beritahukan pada ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi tampak
siap untuk menghisap puting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah bila bayi
membuka mulut, mencari, menoleh dan bergerak mencari sesuatu.
Tunjukkan pada ibu bagaimana membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi
pada puting susu.
Beritahukan pada ibu untuk :
– Mendekatkan bayi dengan cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi tepat
di bawah puting susu.
Nilai posisi menyentuhkan mulut bayi pada puting payudara dan caranya
menghisap
– Bintik merah, garis atau bintik panas pada salah satu payudaranya
– Temperatur tubuh lebih dan 38°C, perasaan yang umurnnya terjadi saat tidak
enak badan dan atau sakit.
Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan bayi
baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini:
Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat
telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap,
pakai yang bersih dan baru.Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap dari
satu bayi ke bayi yang lain.
Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk
bayi, telah dalam keadaan bersih.
Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda
lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaininasi,
cuci, dan keringkan setiap kali setelah digunakan [ Bab 1]).
Upaya profilaksis terhadap gangguan pada mata
Bayi bisa diberi ASI dan “bertemu” dengan ibu dan keluarganya sebelum
mendapatkan tetes mata profilaktik (larutan perak nitrat 1%) atau salep (salep
tetrasiklin % atau salep mata eritroinisin 0,5%). Tetes mata atau salep antibiotika
tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran. Upaya
profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam
satu jam pertama kehidupannya.
Nilai bayi dalam waktu beberapa detik dari 30 detik pertama kehidupannya dengan
menjawab lima pertanyaan pada penilaian awal, bila salah satu jawaban “tidak”
lakukan langkah awal resusitasi.
Cuci tangan setiap kali sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
Gunakan perlengkapan dan bahan-bahan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Jangan menghisap lendir bayi secara rutin.
Keringkan dan berikan rangsangan pada bayi segera setelah lahir.
Ganti handuk basah dengan selimut atau kain bersih dan kering.
Tunda untuk menimbang bayi selama beberapa jam, jaga agar bayi tetap diselimuti
dengan baik selama ditimbang.
Tunggu sedikinya 6 jam setalah lahir, sebelum bayi dimandikan.
Jaga agar tubuh dan kepala bayi terselimuti dengan baik, setiap saat.
Anjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama
kehidupannya.
Anjurkan ibu untuk menempatkan bayinya di tempat tidur yang sama.
Berikan asuhan tali pusat.
Berikan profilaksis mata dalam satu jam setelah kelahiran.
Berikan profilaksis mata dalam satu jam setelah kelahiran.
Jika bayi menunjukkan tanda penyulit pada saat penilaian awal. (bayi tidak
bernapas secara spontan, atau napas megap-megap atau kulit bayi berwarna biru
atau pucat)berarti bayi mengalami asfiksia, maka segera lakukan Langkah Awal
Prosedur Resusitasi bayi baru lahir. Dalam menyambut setiap kelahiran, lakukan
persiapan peralatan dan prosedur gawat darurat bayi baru lahir (lihat daftar titik
perlengkapan dan bahan-bahan yang esensial pada lampiran B-1).
Asfiksia
Penatalaksanaan Asfiksia
Langkah Awal
Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan hangat
untuk melakukan pertolongan.
Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi
atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
Bersihkan jalan napas dengan alat penghisap yang tersedia.
Keterangan
– Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut
baru pada hidung.
– Bila air ketuban bercampur mekonium, mulai penghisapan lendir setelah kepala
lahir, (berhenti sebentar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi
menangis, napas teratur, lakukan asuhan bayi baru lahir normal. Bila bayi
mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk mernbersihkan
jalan napas dengan jalan membuka mulut lebih lebar dan menghisap lendir di
mulut lebih dalam secara hati-hati.
* Menilai bayi dengan melihat usaha napas, denyut jantung dan warna kulitnya
– Bila bayi menangis, atau sudah bernapas dengan teratur, warna kulit kemerahan,
lakukan asuhan bayi baru lahir normal.
– Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat, denyut
jantung kurang dan 100 kali per menit, lanjutkan langkah resusitasi dengan
melakukan ventilasi tekanan positif.
Keterangan
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernapas secara memadai (setelah tubuhnya
dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil secara singkat. Pada
saat melakukan rangsangan taktil, pastikan bahwa bayi diletakkan dalam posisi
yang benar dan jalan napasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan
secara lembut dan hati-hati sebagai berikut :
Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan (ekstremitas) satu atau
dua kali.
Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali).
Berbagai bentuk rangsangan taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian besar
dapat membahayakan bayi sehingga tidak lagi dilakukan pada bayi baru lahir (lihat
Tabel 4-1).
Rangsangan yang kasar, keras atan terus menerus, tidak akan banyak menolong
dan malahan dapat membahayakan bayi.
Tabel 4-1: Bentuk rangsangan taktil yang harus dihindariBentuk rangsangan taktil
yang tidak boleh dilakukan Bahaya / resiko
Menepuk bokong Trauma dan luka
Meremas rongga dada FrakturPneumotoraksGawat napas
Kematian
Menekankan kedua paha bayi ke perutnya Ruptura hati atau hmpaPerdarahan di
dalam
Mendilatasi sfingter ani Sfingter ani robek
Menempelkan kompres panas atau dingin atau menempatkan bayi di air panas atau
dingin HipotermiaHipertermiaLuka bakar
Mengguncang bayi Kerusakan otak
Menlupkan oksigen atau udara dingin ke tubuh bayi Hipotermia
Langkah Resusitasi
Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi biru atau pucat,
denyut jantung kurang dan 100 kali per menit, lakukan langkah resusitasi dengan
melakukan ventilasi tekanan positif.
Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan
sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan tes untuk balon dan
sungkup muka).
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi.
Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian
atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.
Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah tengadah
(sedikit ekstensi).
Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk
semacam pertautan antara sungkup dan wajah.
Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan (tergantung
pada ukuran balon resusitasi).
Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan
periksa gerakan dinding dada.
Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengembang, maka lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara
ruangan).
10. Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik dengan tekanan
yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi.
11. Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara
adekuat.
12. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi, atau
terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang.
* Bila frekuensi napas normal (30-60 kali per menit), hentikan ventilasi, lakukan
kontak kulit ibu – bayi, lakukan asuhan normal bayi baru lahir (menjaga bayi tetap
hangat, mulai pemberian ASI dini dan pencegahan infeksi dan imunisasi).
* Bila bayi belum bernapas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau
60 detik, kemudian lakukan penilaian ulang.
* Bila frekuensi napas menjadi normal (30-60 kali per menit), hentikan ventilasi,
lakukan kontak kulit ibu – bayi, lakukan asuhan normal bayi baru lahir.
* Bila bayi bernapas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan
menggunakan oksigen (bila tersedia).
* Bila bayi masih tidak bernapas, megap-megap teruskan bantuan pernapasan
dengan ventilasi.
* Jika bayi tidak bernapas secara teratur setelah ventilasi selama 2-3 menit, rujuk
ke fasilitas pelayan Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
* Jika tidak ada napas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekuensi denyut
jantung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan
meninggal (jelaskan pada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri
dukungan emosional pada keluarga.
Indikasi
Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama (beberapa
menit) dan bila perut bayi kelihatan membuncit, maka harus dilakukan
pemasangan pipa lambung dan pertahankan selama ventilasi karena udara dari
orofarings dapat masuk ke dalam esofagus dan lambung yang kemudian
menyebabkan :
Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan diafragma sehingga
menghalangi paru-paru untuk berkembang.
Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi lambung dan mungkin
dapat terjadi aspirasi.
Udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan diafragma tertekan.
Perawatan Pascaresusitasi
Setelah prosedur resusitasi berhasil, maka segera lakukan asuhan bayi normal
dengan jalan :
Tindakan Pascaresusitasi
Buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sckali pakai (disposable) ke
dalam kantong plastik atau tempat yang tidak bocor.
Untuk kateter dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang :
– Suhu 120°C, selama 30 menit bila dibungkus, 20 menit bila tidak dibungkus.
* DTT dengan :
– Rendam dalam larutan kimiawi (klorin 0,1% atau cidex) selama 20 menit
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan dengan kain bersih
dan kering atau keringkan dengan udara.
Setelah disinfeksi kimiawi, bilas seluruh alat dengan air bersih dan biarkan kering
dengan udara.
Pasang kembali balon.
Lakukan pengujian untuk meyakinkan bahwa balon tetap berfungsi :
– Tutup jalan udara keluar dengan telapak tangan dan amati apakah balon akan
mengembang kembali bila tahanan pada jalan udara dilepaskan.
– Ulangi percobaan tersebut dengan memakai sungkup yang sudah dipasang pada
balon.
Catatan Medik
Komplikasi lain yang sering ditemui dan membahayakan kesehatan bayi baru lahir
adalah terdapatnya mekonium pada cairan ketuban. Sangat sulit untuk
memperkirakan dengan tepat kapan terjadinya pengeluaran mekonium. Untuk itu
penolong harus selalu siap terhadap adanya mekonium dalam cairan ketuban pada
setiap kelahiran. Mekonium dalam cairan ketuban merupakan indikasi adanya
gangguan pada bayi yang berkaitan dengan masalah intrauterin ataupun gangguan
pernapasan karena aspirasi mekonium setelah bayi lahir. Amati bayi secara cermat
terhadap tanda-tanda adanya penyulit setelah bayi dilahirkan. Jika bayi mengalami
kesulitan bernapas, segera ikuti langkah-langkah penatalaksanaan asfiksia yang
dibahas di awal bab ini.Bila terdapat mekonium dalam cairan ketuban, petugas
yang menolong persalinan harus bertindak proaktif, dengan jalan menghisap cairan
dari mulut dan hidung bayi sebelum melahirkan bahu. Setelah bahu dan badan bayi
lahir seluruhnya, segera dilakukan langkah awal prosedur resusitasi hingga tahap
penilaian bayi.