Anda di halaman 1dari 9

aporan Pendahuluan Vertigo merupakan sebuah identifikasi awal dalam menangani

pasien yang mengalami penyakit vertigo atau masalah pendengaran, ada banyak definisi dari
berbagai sumber yang mengartikan apa itu vertigo.

Untuk lebih lengkap dan jelasnya saya akan memberikan keterangan mengenai penyakit vertigo
pada postingan info perawat kali ini yaitu mengenai Laporan pendahuluan
Vertigo.

Laporan pendahuluan ini saya buat dari berbagai sumber dan akan saya berikan kepada anda
semuanya gratis, anda bisa mengunduhnya dengan mudah dan melalui link yang mudah anda
jangkau, karena saya mengupload sendiri pada hosting google.com.

Tidak usah berlama-lama saya memberikan penjelasan mengenai Laporan pendahuluan


Vertigo, anda langsung bisa melihat contoh LP vertigo melalui blog sederhana ini,
berikut rincian lengkapnya;

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO


KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN

Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi


disfungsi yang cukup cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga dalam). (Smeltzer &
Bare, 2002)

Vertigo adalah sensasi berputar atau berpusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar atau bergerak naik-turun karena
gangguan pada sistem keseimbangan. (Sherwood, 2001)

Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain,
terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin
bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang
terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah)
dan pusing. (http://www.kalbefarma.com)

B. ETIOLOGI

Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan
pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak, dan lain-
lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan
yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.

Penyebab umum dari vertigo:

1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.


2. Obat-obatan, alkohol.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign
paroxysmal positional vertigo (jenis vertigo yang menyerang dalam waktu
yang singkat tetapi bisa cukup berat yang terjadi secara berulang-ulang.
Vertigo ini muncul setelah terserang infeksi virus atau adanya peradangan
dan kerusakan di daerah telinga tengah. Saat menggerakkan kepala/
menoleh secara tiba-tiba maka gejalanya akan muncul), infeksi telinga
bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere, peradangan saraf
vestibuler, herpes zoster.
4. Kelainan neurologis : tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera
pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
5. Kelainan sirkularis : gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic
attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
Menurut http://www.kalbefarma.com, etiologi vertigo antara lain :

1. Penyakit sistem vestibuler perifer :


 Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
 Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media
purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma,
rudapaksa dengan perdarahan.
 Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma,
serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk
gerakan, vertigo postural.
 Nervus VIII : infeksi, trauma, tumor.
 Inti vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria
serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
2. Penyakit SSP :
 Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis,
anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal,
stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi
ortostatik, blok jantung.
 Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
 Trauma kepala/labirin.
 Tumor, migren, epilepsi.
3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor
medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi,
fobia.
5. Kelainan mata : kelainan proprioseptik.
6. Intoksikasi.

C. PATOFISIOLOGI / PATHWAYS

Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat
kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler,
visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih
dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri
akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak.

Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika
fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat
berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/berjalan dan gejala lainnya.

D. MANIFESTASI KLINIS

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu
mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

E. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan medis.

Terapi menurut Kang (2004), terdiri dari :

 Terapi kausal
 Terapi simtomatik
 Terapi rehabilitatif
b. Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :

 Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.


 Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
 Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke
kanan.
 Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat
tidur.
 Hindari  posisi membungkuk bila mengangkat barang.
 Gerakkan kepala secara hati-hati
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan  CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan


tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa diambil
contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
2. Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan
aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
3. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
4. Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.
5. Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik,
otologik, pemeriksaan fisik umum.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / Istirahat

 Letih, lemah, malaise


 Keterbatasan gerak
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
b. Sirkulasi

 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
 Pucat, wajah tampak kemerahan.
c. Integritas Ego

 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu.


 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi.
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala.
 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d. Makanan dan cairan

 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,


keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog,
MSG (pada migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan
e. Neurosensoris

 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)


 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore.
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.
f. Nyeri/ kenyamanan

 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,


ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sndiri
 Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g. Keamanan

 Riwayat alergi atau reaksi alergi


 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
h. Interaksi sosial

Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.

i.  Penyuluhan / pembelajaran

 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga


 Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.
 Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B. DIAGNOSA

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan
saraf, vasopressor.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat.
3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber
informasi, kurang kemampuan mengingat.

C. INTERVENSI

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.

Tujuan : nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

 Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.


 •Tanda-tanda vital normal.
 Klien tampak rileks.
Intervensi dan rasional :

1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri. R : Mengenal dan


memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur. R : istirahat untuk mengurangi
intesitas nyeri
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin. R : posisi yang tepat
mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi
nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam. R : relaksasi mengurangi
ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik. R : untuk mengurangi nyeri
sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2.    Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode
koping tidak adekuat.

Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat.

Kriteria hasil :

 Klien mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.


 Klien mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang
dimiliki.
 Mengkaji situasi saat ini yang akurat.
 Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan/situasi yang
tepat. 
Intervensi dan rasional :

1. Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. R : Mengenal sejauh dan


mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan
dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. R : klien akan
merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan
menjadi lebih tenang.
3. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan
hasil yang diharapkan. R : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan
yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.
4. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan
dari kegiatan yang dapat diajarkan. R : membuat klien merasa lebih berarti
dan dihargai.
5. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber
informasi, kurang kemampuan mengingat. Tujuan : klien mengutarakan
pemahaman tentang kondisi, efek prosedur, dan proses pengobatan.
Kriteria hasil :

 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari


suatu tindakan.
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
regimen perawatan.
Intervensi dan rasional :

1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. R :


megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang. R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien
dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
3. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. R :
untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien
tetang penyakitnya.
4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telah diberikan. R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
5. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal.
R : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang
kurang baik.
6. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang
dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan. R : dengan memperhatikan
faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri
dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat
serangan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
2. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415TerapiAkupunkturuntu
kVertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html
3. Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.
4. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-
proses penyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.
5. Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2.
Jakarta: EGC
6. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-
bedah Brunner & Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC
Nah itulah uraian dari Laporan pendahuluan Vertigo, sudah saya berikan sebuah
format yang lebih enak anda pelajari dan dalam bentuk format word, sehingga anda bisa
menambahkan isi materi jika kiranya materi diatas masih kurang lengkap menurut anda, semoga
ini bisa menjadi refrensi anda yang sedang membuat LP Vertigo, berikut bisa anda download.

Download Laporan Pendahuluan Vertigo

Anda mungkin juga menyukai