Anda di halaman 1dari 6

Kewaspadaan Universal

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
SOP

PUSKESMAS SORAYA DAMAYANI, SKM


SIRNAJAYA NIP.19680413 199202 2 001

1. Pengertian Kewaspadaan Universal adalah tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan


oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya/penularan infeksi baik
bagi petugas maupun pasien lain, yang mungkin terjadi akibat pelayanan yang
diberikan kepada pasien berisiko penularan infeksi.

2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk kewaspadaan universal.

3.Kebijakan Surat Keputusan Penanggungjawab Klinik


Pratama ............................................. Nomor …………………………….
Tentang Kebijakan Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien.

4.Referensi
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Klinik.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama. Tempat Praktek Mandiri Dokter, Tempat
Praktek Mandiri Dokter Gigi..
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pengendalian dan Pencegahan Infeksi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
6. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017.

5.Prosedur
Tim PPI Puskesmas :
1. Menyediakan sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu,
sabun cair, tempat sampah infeksius, dan masker.
2. Menyediakan media dan materi Edukasi/Penyuluhan Kesehatan dengan
melakukannya melalui audio visual, leaflet, poster, banner, video melalui TV di
ruang tunggu, atau lisan oleh petugas. Informasi.

Semua Tenaga Kesehatan menerapkan :


10 Kewaspadaan Standar di Puskesmas
(PerMenKes 27/2017 Ttg Pedoman PPI) :
1. Kebersihan tangan,
Mencuci tangan dengan sabun dan air atau dengan antiseptic berbasis
alcohol, sebelum dan sesudah memberikan pelayanan.
2. Alat Pelindung Diri (APD),
Menggunakan masker/respirator partikulat N95/FFP2 dan APD lain sesuai
kebutuhan.
3. Dekontaminasi peralatan perawatan pasien,
Melakukan penatalaksanaan peralatan bekas pakai pelayanan pasien yang
terkontaminasi darah atau cairan tubuh, melalui pre-cleaning, cleaning,
disinfeksi, dan sterilisasi)
4. Pengendalian/kesehatan lingkungan,
Antara lain berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan
permukaan lingkungan, serta desain dan konstruksi bangunan, dilakukan
untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada pasien, petugas dan
pengunjung.
5. Pengelolaan limbah,
Melakukan proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling, pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/ pemusnahan.
6. Penatalaksanaan linen,
Melakukan penatalaksanaan linen yang sudah digunakan dengan hati-hati,
mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan
membersihkan tangan secara teratur sesuai pedoman kewaspadaan
standar
Prosedur penanganan, pengangkutan dan distribusi linen harus jelas, aman,
dan memenuhi kebutuhan pelayanan.
7. Perlindungan kesehatan petugas,
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik
tenaga kesehatan maupun tenaga nonkesehatan.
b. Melakukan penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas
pakai pasien, sesuai SOP (yang berisikan antara lain siapa yang harus
dihubungi saat terjadi kecelakaan dan pemeriksaan serta konsultasi yang
dibutuhkan oleh petugas yang bersangkutan)
c. Melaksanakan tugas pelayanan klinis dengan waspada dan hati-hati
untuk mencegah terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel
dan alat tajam lain yang dipakai setelah prosedur, saat
membersihkan instrumen, dan saat membuang jarum.
8. Penempatan pasien,
a. Menempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.

b. Menempatkan pasien sesuai dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien


(kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan/ tempat tersendiri.
Bila tidak tersedia ruangan/tempat tersendiri, dibolehkan dirawat bersama
pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem
cohorting. Jarak antara tempat tidur minimal 1 meter.

Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan,


dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.

c. Memberi tanda kewaspadaan berdasarkan jenis transmisinya


(kontak,droplet, airborne).

d. Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya


seyogyanya dipisahkan tersendiri.

e. Membatasi mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui


udara (airborne) untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak
perlu kepada yang lain.

f. Tidak memperkenankan pasien HIV dirawat bersama dengan pasien TB


dalam satu ruangan/tempat tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan
sesama pasien TB.

9. Hygiene respirasi/etika batuk dan bersin,


a. Menerapkan etika batuk dan bersin untuk semua orang terutama pada
kasus infeksi dengan jenis transmisi airborne dan droplet.
b. Mempersilakan petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi
saluran napas, untuk melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah
sebagai berikut :
a) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan
atas.

b) Membuang tisu ke tempat sampah infeksius dan kmdn mencuci


tangan.
10. Praktik menyuntik yang aman
a. Menggunakan spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap
suntikan, berlaku juga pada penggunaan vial multidose untuk mencegah
timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien lain.
b. Membuang spuit dan jarum suntik bekas pakai ke tempatnya dengan
benar.
c. Menerapkan aseptic technique untuk mecegah kontaminasi alat-alat
injeksi.
d. Tidak menggunakan semprit yang sama untuk penyuntikan lebih dari
satu pasien walaupun jarum suntiknya diganti.
e. Menggunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI,
dll).
f. Menggunakan single dose untuk obat injeksi
(bila memungkinkan).
g. Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien
atau mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian
berikutnya.
h. Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril.
i. Menyimpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
yang membuat.
j. Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien.

6.Bagan Alir
Cuci tangan 7
langkah

Petugas
mengenakan
APD

Pemeriksaan
fisik

Tindakan
dengan alat
steril

Dekontaminasi
alat dg chlorine
selama 10 mnt

Cuci alat yg sdh


didekkontaminasi
dg air mengalir

Sterilkan alat
yg sdh dicuci

Buang bahan
habis pakai pd
tempat sampah
medis

Cuci tangan 7 langkah

7.Hal-hal yang 1.
perlu
diperhatikan
8.Unit terkait 2.

9. Dokumen 3.
terkait

10. Rekaman
historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
perubahan

Kewaspadaan Universal
No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
DAFTAR Halaman :
TILIK

PUSKESMAS SORAYA DAMAYANI, SKM


SIRNAJAYA NIP.19680413 199202 2 001

Tidak
No Langkah Kegiatan Ya Tidak
Berlaku
1. Apakah Petugas mencuci tangan dengan cara 7 langkah
mencuci tangan?
2. Apakah Petugas mengenakan APD (kaca mata, masker,
sarung tangan steril)?
3. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan fisik?
4. Apakah Petugas melakukan tindakan medis ke pasien
dengan menggunakan alat-alat yang steril?
5. Apakah Selesai melakukan pemeriksaan fisik dan
tindakanmedis, petugas mendekontaminasikan
alat dan bahan habis pakai dengan menggunakan
cairan chlorin 0,5 % selama 10 menit?
6. Apakah Petugas mencuci alat-alat yang sudah
didekontaminasi dengan air mengalir?
7. Apakah Petugas mensterilkan alat yang sudah dicuci?
8. Apakah Petugas membuang alat dan bahan habis pakai
pada tempat sampah medis?
9. Apakah Petugas mencuci tangan dengan cara 7 langkah
mencuci tangan?

CR: ……………%
Bekasi, ………………………
Pelaksana / Auditor

……………….

Anda mungkin juga menyukai