Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komunitas


Kebidanan komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kebidanan yang
dilakukan di luar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang diberikan di
Rumah Sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek psikososial budaya
yang ada di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya
yang dilakukan oleh bidan untuk memecahkan masalah kesehatan reproduksi
perempuan, bayi, serta balita secara individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan menggunakan pendekatan manajemen pelayanan
kebidanan di komunitas (Yulifah, 2014)
2.1.1 Pengertian Bidan
Bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yakni seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi diwilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kualifikasi untuk deregister sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan.
Bidan adalah seorang yang telah memiliki program pendidikan
kebidanan yang diakui oleh negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (registrasi) atau
memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan.
2.1.2 Kebidanan
Menurut Kepmenkes No.369/Menteri/SK/III2007 kebidanan
adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui,
masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause,
BBL dan balita, fungsi-funsi reproduksi manusia, serta memberikan
bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga, dan komunitasnya.

7
8

2.1.3 Komunitas
a. Bahasa latin “Communicans”: Kesamaan
“Communis” : Sama, publik, banyak
“Community : Masyarakat setempat
b. Sebagai tempat atau kumpulan orang atau sistem social (Saunders,
1991).
c. Merupakan sekumpulan orang yang saling tukar pengalaman didalam
kehidupannya. (Spradley, 1986).
d. Kelompok sosial yang ditentukan dengan batas- batas wilayah, nilai-
nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal
dan berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lainnya (WHO,
1974).
2.1.4 Kebidanan Komunitas
a. Pelayanan kebidanan komunitas upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam
keluarga dan masyarakat.
b. Pelayanan kebidanan professional yang ditunjukan pada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan.
(Spradley, 1985 & Logam & Dawkin, 1997)
c. Bidan yang melayani keluarga, masyarakat, wilayah tertentu
(community midwife)
9

2.1.5 Riwayat Komunitas

Dikembangkan pada abad terakhir ini jumlah


Dunia penduduk merupakan salah satu penyebab
pelayanan kebidanan dan kesehatan harus dekat
dengan masyatakat. Material-Infant Care
(Mic) (1960) Program
yang dirintis beberapa
Negara merupakan
asuhan komprehensif
New Dikembangkan pada abad terakhir ini jumlah
penduduk merupakan salah satu penyebab
yang mengacu asuhan
pada masyarakat yang
Zaeland pelayanan kebidanan dan kesehatan harus dekat
dengan masyarakat. berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak
mulai dari kehamilan
sampai dengan
perawatan bati dirumah.
Masih banyak daerah tertinggi, daerah terisolir

Indonesia dan kondisi geografis pada suatu wilayah


Alasan perlunya diadakan pelayanan kesehatan
yang dekat dengan masyarakat.

Gambar 2.1.4 Riwayat Komunitas

2.1.6 Sejarah Konsep Kebidanan Komunitas


a. Tahun 1807 (Pemerintah Hindia Belanda) : Pertolongan persalinan oleh
bidan.
b. Tahun 1951 : Berdiri sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia.
c. Tahun 1953 : Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta dan
dikembangkan daerah lain, dan dibukalah BKIA, bidan sebagai
penanggung jawab pelayanan ANC, postnatal care, pemeriksaan bayi dan
gizi, intranatal dirumah, kunjungan rumah pasca salin.
d. Tahun 1952 : Pelatihan formal untuk kualitas persalinan.
e. Tahun 1967 : Kursus tambahan bidan (KTB) ditutup, BKIA puskesmas
terintegrasi dengan puskesmas.
f. Puskesmas memberikan pelayanan di dalam dan luar gedung dalam
wilayah kerja
g. Bidan di puskesmas : KIA dan KB
10

h. Bidan diluar gedung : pelayanan kesehatan keluarga dan posyandu yang


mencakup pemeriksaan kehamilan, KB, imunisasi, gizi dan kesehatan
lingkungan.
i. Tahun 1990 : Merata semua masyarakat.
j. Tahun 1992 : Instruksi presiden tentang perlunya mendidik bidan untuk
ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana KIA.
k. Tahun 1994 : Konferensi kependudukan dunia di Kairo yang
menekankan pada kesehatan reproduksi memperluas garapan bidan
yaitu : safe motherhood, KB, PMS, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan reproduksi orangtua.
2.1.7 Sasaran Kebidanan Komunitas

Individu, Ibu Anak


(Sasaran Utama)

Keluarga (Suami,
Istri, Anak dan
Anggota Keluarga
Sasaran Kebidanan Lain)
Komunitas
Kelompok
Penduduk

Masyarakat

Gambar 2.2 Sasaran Kebidanan Komunitas

Sasaran :
a. Ibu : pranikah, kehamilan, persalinan, nifas, dan masa interval.
b. Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita,
prasekolah, sekolah.
11

c. Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan


anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi.
d. Kelompok penduduk : kelompok penduduk daerah kumuh, daerah
terisolasi, daerah yang tidak terjangkau.
e. Masyarakat (community) dari satuan masyarakat terkecil sampai
masyarakat secara keseluruhan : remaja, calon ibu, kelompok ibu.
2.1.8 Peran Bidan Di Komunitas
a. Pemberian pelayanan kesehatan (provider).
Memberi pelayanan kebidanan secara langsung dan tidak langsung
kepada klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) dengan
menggunakan asuhan kebidanan.
b. Pendidik
Memberi pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang
beresiko tinggi, kader kesehatan dan lain-lain.
c. Pengelola
Mengelola (merencanakan, mengorganisasi, menggerakan, dan
mengevaluasi) pelayanan kebidanan, baik secara langsung maupun
tidak langsung dan menggunakan peran aktif masyarakat dalam
kegiatan komunitas.
d. Konselor.
Memberi konseling/bimbingan kepada kader, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan komunitas sesuai prioritas
e. Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat telah didefinisikan oleh Kohnke (1980)
adalah kegiatan memberi informasi dan sokongan kepala seseorang
sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan
bagi dirinya. Sokongan dapat berupa dorongan secara verbal atau
keterlibatan diskusi dengan petugas kesehatan lain, instansi atau
anggota keluarga dalam melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan kebidanan komunitas
12

f. Kolaborator/koordinator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain, baik lintas-program maupun
sektoral
g. Perencana
Peranan bidan di komunitas sebagai perencana, yaitu dalam bentuk
perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta
berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk
suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan
h. Peneliti
Melakukan penelitian untuk mengembangkan kebidanan komunitas
2.1.9 Tujuan Asuhan Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
1. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan
2. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu
3. Menurunkan jumlah kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,
persalinan dan nifas
4. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian bagi ibu anak
5. Mengembangkan jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat yang terkait (Yulifah, 2014)
2.2 Manajerial Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Rawan
(KK Binaan)
Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan manajemen
yaitu suatu metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari
langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Manajemen asuhan
kebidanan pada keluarga dapat dilakukan dengan cara menetapkan 7 langkah
varney yang meliputi:
13

1. Langkah 1 pengumpulan data


Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
a) Riwayat kesehatan
b) Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi
2. Langkah 2 interpretasi data dasar
Pada langkah ini, bidan melakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik
3. Langkah 3 identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di
identifikasi
4. Langkah 4 menetapkan konsultasi dan kolaborasi
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter
segera melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama dengan
anggota kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
5. Langkah 5 menyusun rencana asuhan menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah ataupun diagnosis yang ditentukan
bidan
6. Langkah 6 pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada
langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman
7. Langkah 7 evaluasi
14

Langkah ini dilakukan evaluasi keefektikan asuhan yang sudah diberikan

2.2.1 Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita


1. Perawatan kesehatan bayi
2. Perawatan kesehatan anak balita
3. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita (deteksi dini)
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa di ukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur
dan tulang keseimbangan metabolic.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan
fungsi organ/individu.
Faktor- faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang :
1. Faktor genetic
2. Faktor lingkungan
Anamnesis tumbuh kembang anak :
1. Anamnesis faktor prenatal dan perinatal
2. Kelahiran premature
3. Anamnesis faktor lingkungan
4. Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang
5. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak
6. Pola perkembangan anak dalam keluarga
Perkembangan anak balita
Frankenburg,dkk (1981) melalui DDST (DenverDevelopmental
Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang
dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :
15

1. Personal social (kepribadian/tingkah laku social)


2. Fine motor adaptive (gerakan motoric halus)
3. Language (bahasa)
4. Gross motor (perkembangan motoric kasar)
Kesimpulan :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang bersinambungan mulai dari
konsepsi sampai dewasa
2. Tumbuh kembang mengikuti pola yang sama dan tertentu, tetapi
kecepatannya berbeda antara satu anak dengan lainnya
3. Tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
4. Pentingnya ibu dalam ekologi anak, pra genetic faktor yaitu
pengaruh biologisnya terhadap tumbuh kembang postnatal dan
perkembangan kepribadian anak
5. Perlunya stimulasi dalam tumbuh kembang anak
6. Perlunya deteksi dan penanganan dini, untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia
Tujuan penilaian perkembangan anak adalah :
1. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang
merupakan risiko terjadinya kelainan berkembangan tersebut
2. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan
pengobatan atau konseling dan genetic
3. Mengetahui kapan anak perlu dirujuk kepelayanan yang lebih
lengkap
2.2.2 Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Pendidikan kesehatan mendorong masyarakat berperan serta
dibidang ksehatan. Kebidanan komunitas adalah bagian yang tidak
dipisahkan dengan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, bidan tidak
membatasi dirinya memberikan layanan kebidanan komunitas saja, kadang
dihadapkan pada masalah kesehatan yang bukan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab bidan. Untuk meningkatkan kesehatan dengan mengikuti
16

peran serta masyarakat (PMS) dilakukan kegiatan yang mencakup


pelatihan, penyuluhan, dan pembinaan PMS

2.2.3 Pelatihan
Pelatihan adalah pendidikan singkat yang dilakukan kepada
seseorang guna meningkatkan keterampilan tertentu.Pelatihan memerlukan
kurikulum. Secara sederhana kurikulum pelatihan terdiri dari :
1. Latar belakang pelatihan yang dilakukan
2. Tujuan pelatihan dan tujuan yang ingin dicapai
3. Materi pelatihan dan bobot waktunya
4. Penjelasan singkat tentang materi pelatihan dan pokok bahasan yang
tercakup.
Untuk mendukung hal tersebut ditentukan tenaga terlatih, sarana,
fasilitas, dan pembiayaannya.
A. Pelatihan Kader Kesehatan Desa
Kegiatan ini dalam rangka mempersiapkan kader kesehatan agar
mau dan mampu berperan serta dalam mengembangkan program
kesehatan di desanya. Kader kesehatan adalah tenaga suka rela yang
melakukan program kesehatan desa. Tujuannya :
1. Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan dan menyukseskannya
2. Bersama dengan masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan
kesehatan di tingkat desa
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu
4. Mengelola kegiatan, antara lain :
a. Penimbangan bulanan
b. Distribusi oralit
c. Distribusi kontrasepsi
d. Pemberian makanan tambahan
17

e. Pelayanan kesehatan sederhana


f. Pencatatan dan rujukan
g. Dan lain-lain sesuai hasil musyawarah masyarakat desa
5. Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan desa wisma
6. Melakukan kunjungan rumah pada keluarga binaan
7. Membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar
kades
B. Kursus Ibu
Kursus yang diselenggarakan untuk ibu bertujuan :
1. Memberikan pemahaman kepada ibu tentang masalah kesehatan
yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan yang dilakukan
secara khusus dengan memberi pengetahuan
2. Hygien perorangan menuju ibu hidup sehat
3. Kesehatan ibu untuk kepentingan janin
4. Jalannya persalinan
5. Persiapan menyusui bayi
6. KB (Keluarga Berencana)
2.2.4 Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip
belajar, pemberian informasi, atau nasihat yang ditunjukan kepada
kelompok, individu, atau masyarakat tentang bagaimana hidup sehat.
Tujuannya :
1. Tercapainya perubahan perilaku dalam memelihara perilaku dan
lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal
2. Penyuluhan kesehatan sangat bergantung pada unsur perilaku
masyarakat yang ingin berubah
2.2.5 Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan individu, keluarga,
kelompok masyarakat dalam setiap gerakan upaya kesehatan juga
merupakan tanggung jawab kesehatan diri, keluarga dan masyarakat.
18

Peran serta masyarakat merupakan hal yang mutlak perlu karena sistem
yang dianut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah gotong
royong. Upaya kesehatan bukan oleh pemerintah saja. Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem
kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta
masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk
menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan
pembinaan yang dilakukan oleh bidan diarahkan kepada masyarakat dalam
upaya kesehatan ibu, remaja wanita, keluarga, dan kelompok masyarakat
dan dalam upaya kesehatan ibu, anak, dan KB sebagai bagian dari upaya
kesehatan keluarga.
Tujuan pembinaan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh
masyarakat secara terorganisasi untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak,
dan keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya juga
dilakukan bidan, seperti :
1. Peningkatan peran pemimpin dimasyarakat untuk mendorong dan
mengarahkan masyarakat
2. Peningkatan kesadaran dan kemauan masyarakat dalam pemeliharaan,
perbaikan dan peningkatan kesehatan keluarga
3. Dorongan masyarakat untuk menggali potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk mendukung kesehatan keluarga.
Langkah yang dilakukan untuk pembinaan Peran Serta
Masyarakat (PSM) diupayakan dengan komunikasi, informasi dan
edukasi dengan penekanan motivasi kesehatan (KIM). Hal ini dilakukan
melalui forum KIM. Komunikasi adalah membentuk dan memelihara
hubungan antara berbagai unsur yang berpengaruh dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan. Informasi adalah menyebarluaskan
tentang berbagai cara penanggulangan. Masalah motivasi adalah
memberi dorongan yang bermakna. Proses edukasi adalah menggerakkan
berbagai pihak agar melakukan upaya kesehatan
19

Langkah yang dilakukan :


1. Melaksanakan penggalangan pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dengan menggali dan
menggerakkan sumber daya yang dimiliki
3. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga dan masyarakat melalui
kader yang terlatih
4. Pengembangan dan pelestarian kegiatan keluarga oleh masyarakat
Bentuk peningkatan PSM :
1. Peningkatan kepemimpinan dan kemampuan memimpin yang
berorientasi kesehatan dalam diri para pemimpin/pemuka/tokoh
masyarakat dan organisasi massa menuju “kesehatan bagi semua”
2. Pengembangan kesehatan masyarakat desa menuju upaya mencapai
“kesehatan bagi semua” dengan menggali sumber daya setempat
3. Peningkatan PSM ditingkat desa dan masyarakat khususnya Pembina
ibu, anak dan keluarga yang menjadi prioritas pembangunan kesehatan
melalui pendekatan PMKI dalam bentuk pengembangan dan
pembinaan posyandu, pos obat desa dan sebagainya
4. Pembinaan pendanaan masyarakat untuk upaya kesehatan keluarga
sebagai salah satu PSM dalam pembiayaan kesehatan demi tercapainya
kesehatan bagi semua.
Pembinaan prostitusi dalam upaya kesehatan keluarga mencakup
pembinaan kerjasama dengan berbagai kelompok/ lembaga / instansi/
organisasi baik tingkat pemerintah maupun swasta menuju “kesehatan
bagi semua”.
2.2.6 Survey Mawas Diri
1. Pengertian Survey Mawas Diri (SMD)
Survey Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan
pengkajian masyarakat kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokoh
masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan
20

petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa) (Depkes RI,


2007)
Survey Mawas Diri adalah pengenalan, pengumpulan, pengkajian
masalah kesehatan pekerja untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
pekerja mengenai kesehatan kerja.

2. Tujuan Survey Mawas Diri (SMD)


a) Dilaksanakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan
dan perilaku
b) Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan lingkungan dan
perilaku yang paling menonjol di masyarakat
c) Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung
upaya mengatasi masalah kesehatan
d) Diperolehnya dukungan kepala desa/ kelurahan dan pemuka
masyarakat dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat di Desa Siaga
3. Pentingnya pelaksanaan Survey Mawas Diri (SMD)
a) Agar masyarakat menjadi sadar akan adanya masalah, karena mereka
sendiri yang melakukan pengumpulan fakta dan data
b) Untuk mengetahui besarnya masalah yang ada dilingkungannya
sendiri
c) Untuk menggali sumber daya yang ada/ dimiliki desa
d) Hasil SMD dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun
pemecahan masalah yang dihadapi
4. Sasaran Survey Mawas Diri (SMD)
Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/ kelurahan atau
menetapkan sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah ) yang dapat
menggambarkan kondisi masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku
pada umumnya di desa/kelurahan
5. Pelaksana Survey Mawas Diri (SMD)
21

a) Kader yang telah dilatih tentang apa SMD, cara pengumpulan data
(menyusun daftar pernyataan sederhana), cara pengamatan, cara
pengolahan/analisa data sederhana& cara penyajian
b) Tokoh masyarakat di desa
6. Cara Pelaksanaan Survey Mawas Diri (SMD)
a) Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok warga yang
ditugaskan untuk melaksanakan SMD dengan kegiatan meliputi :
a. Pengenalan instrument (daftar pertanyaan) yang akan
dipergunakan dalam pengumpulan data dan informasi masalah
kesehatan
b. Penentuan sasaran baik jumlah KK ataupun lokasinya
c. Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengan
cara wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan
b) Pelaksana SMD
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk
melaksanakan SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan
bidan di desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
c) Pengolahan Data
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk
mengolah data SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan
bidan di desa, sehingga dapat diperoleh perumusan masalah
kesehatan untuk selanjutnya merumuskan prioritas masalah
kesehatan, lingkungan dan perilaku di desa/kelurahan yang
bersangkutan
7. Cara melaksanakan Survey Mawas Diri (SMD)
Pengamatan langsung dengan cara :
a. Observasi partisipatif yaitu melakukan koordinasi dengan pengurus
RW siaga tentang rencana survey mawas diri terkait dengan tujuan,
metode dan strategi pelaksanaanya
b. Berjalan bersama masyarakat mengkaji lapangan (Transection walk)
22

c. Wawancara denga kunjungan rumah. Bersama kader desa wisma


melakukan pendataan dari rumah ke rumah dengan metode Tanya
jawab, pengisian formulir, observasi dan pemeriksaan fisik rumah
dan anggotanya
d. Wawancara mendalam (DKT/FGD) secara kelompok

8. Langkah-langkah Survey Mawas Diri (SMD)


a) Persiapan
Menyusun daftar pertanyaan :
1) Berdasarkan prioritas masalah yang ditemui di Puskesmas& Desa
(data sekunder)
2) Dipergunakan untuk memandu pengumpulan data
3) Pertanyaan harus jelas, singkat, padat dan tidak bersifat
mempengaruhi responden
4) Kombinasi pertanyaan terbuka, tertutup dan menjaring
5) Menampung juga harapan masyarakat
6) Menyusun lembar observasi (pengamatan). Untuk mengobservasi
rumah, halaman rumah, lingkungan sekitarnya
7) Menentukan Kriteria responden, termasuk cakupan wilayah &
jumlah KK
b) Pelaksanaan :
1) Pelaksanaan interview/ wawancara terhadap responden
2) Pengamatan terhadap rumah-tangga & lingkungan
c) Tindak lanjut
1) Meninjau kembali pelaksanaan SMD
2) Merangkum, mengolah dan menganalisis data yang telah
dikumpulkan
3) Menyusun laporan SMD, sebagai bahan untuk MMD
9. Pengolahan data
23

Setelah data diolah, sebaiknya disepakati :


1. Masalah yang dirasakan oleh masyarakat
2. Prioritas masalah
3. Kesediaan masyarakat untuk ikut berperan serta aktif dalam
pemecahan masalah

10. Cara penyajian data Survey Mawas Diri (SMD)


Ada 3 cara penyajian data yaitu :
1) Secara tekstural (mempergunakan kalimat)
2) Adalah penyajian data hasil penelitian menggunakan kalimat
3) Secara Tabular (menggunakan table)
4) Merupakan penyajian data dalam bentuk kumpulan angka yang
disusun menurut kategori-kategori tertentu, dalam suatu daftar.
Dalam table, disusun dengan cara alfabetis, geografis, menurut besarnya
angka, historis, atau menurut kelas-kelas yang lazim.
1) Secara Grafikal (menggunakan grafik)
Adalah gambar-gambar yang menunjukan secara visual data
berupa angka atau simbol-simbol yang biasanya dibuat berdasarkan
dari data table yang telah dibuat.
2.2.7 Pil KB
1. Pengertian Pil KB
Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah
konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB
merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak dugunakan. Pil
KB disukai karena relative mudah didapat dan digunakan, serta
harganya murah. Pil KB atau oral contraceptives pil merupakan alat
kontrasepsi hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang
dimasukkan melalui mulut (diminum), berisi hormone estrogen dan
atau progesterone bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau
24

mencegah kehamilan dengan menghambat pelepasan sel telur dari


ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan aman apabila
digunakan secara benar dan konsisten.
2. Kelebihan Pil KB
a. Sangat efektif sebagai kontrasepsi
b. Tidak mengganggu hubungan seksual
c. Mudah digunakan
d. Mudah dihentikan setiap saat
e. Mengurangi perdarahan saat haid
f. Mengurangi insidens gangguan menstruasi
g. Mengurangi insidens anemia defisiensi besi
h. Mengurangi insidens kista ovarium
i. Mengurangi insidens tumor jinak mammae
j. Mengurangi karsinoma endometrium
k. Mengurangi infeksi radang panggul
l. Mengurangi kehamilan ektopik
3. Kekurangan Pil KB
a. Penggunaan pil harus diminum setiap hari dan bila lupa minum
akan meningkatkan kegagalan
b. Perdarahan bercak
c. Tidak mencegah penyakit menular seksual, HBV, HIV/AIDS
d. Efek samping ringan/jarang, namun dapat berupa amenorea, mual,
rasa tidak enak di payudara, sakit kepala, mengurangi ASI, berat
badan meningkat, jerawat, perubahan mood, pusing, serta retensi
cairan, tekanan darah tinggi , komplikasi sirkulasi yang jarang
namun bisa berbahaya khususnya buat perokok.
4. Yang diperbolehkan menggunakan Pil KB
a. Ibu yang belum mempunyai anak
b. Gemuk atau kurus
c. Setelah keguguran
d. Siklus haid tidak teratur
25

e. Diabetes
f. TBC
5. Yang tidak diperbolehkan menggunakan Pil KB
a. Berusia lebih dari 35 tahun
b. Seorang perokok
c. Penderita penyumbatan pembuluh darah (thrombosis). Pil KB yang
mengandung dropirenone meningkatkan risiko thrombosis vena non-
fatal hingga dua sampai tiga kali lipat. Tromboembolisme vena
adalah darah beku yang menyumbat pembuluh vena di paru-paru.
Gumpalan darah yang membeku dapat merusak dan memblokir
sirkulasi darah dalam tubuh dan berakibat fatal. Meski begitu risiko
penyumbatan pembuluh vena di paru ini bisa dikategorikan rendah.
d. Ibu yang mengidap gangguan fungsi hati
e. Ibu dengan penyakit darah tinggi
f. Ibu dengan penyakit migraine
g. Ibu dengan diabetes mellitus
6. Beberapa efek minum pil KB dalam jangka panjang
a. Bercak darah lebih banyak atau menstruasi lebih lama
Hampir 50 % orang yang menggunakan pil KB, mengeluarkan
darah atau bercak darah dari vaginanya di luar jadwal menstruasi
yang biasa terjadi. Setidaknya hal ini akan terjadi kurang lebih 3
bulan pertama penggunaan pil KB. Selama mengeluarkan bercak
darah, pil KB akan tetap efektif mencegah kehamilan. Pil KB
membuat rahim selalu meluruh agar tidak siap dan matang jika
terjadi pembuahan. Meluruhnya dinding rahim inilah yang
membuat perdarahan semakin sering. Ketika mengonsumsi pil KB,
rahim akan menyesuaikan untuk terus meluruh agar tidak terjadi
kehamilan.
b. Nyeri pada payudara
Konsumsi pil KB dapat menyebabkan payudara membesar atau
bahkan nyeri pada payudara. Efek ini terjadi pada minggu- minggu
26

pertama setelah mengonsumsi pil dan akan menghilang setelah itu.


Mengurangi makanan atau minuman yang mengandung kafein dan
gula, serta menggunakan bra dengan ukuran yang tepat, dapat
meringankan gejala nyeri payudara yang anda rasakan
c. Sakit kepala atau migrain
Tidak seimbangnya kadar hormone yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, seperti estrogen dan progesterone, dapat
menimbulkan gejala sakit kepala dan mingrain. Oleh karena itu,
mengkonsumsi pil KB dengan jenis dan dosis yang berbeda, akan
menimbulkan tingkat sakit kepala yang berbeda pula
d. Berat badan naik
Wanita yang mengkonsumsi pil KB menyatakan bahwa mereka
mengalami edema (pembengkakan akibat tertahannya cairan dalam
tubuh) pada bagian payudara dan pinggul. Estrogen yang
terkandung pada pil KB juga dapat mempengaruhi sel lemak.
Pengaruh yang terjadi yaitu membuat sel lemak menjadi lebih
besar dari ukuran sebelumnya, namun tidak membuat sel
bertambah banyak
e. Suasana hati sering berubah
Penggunaan pil KB berhubungan dengan penipisan otak bagian
orbitofrontal cortex dan cingulate cortex yang merupakan bagian
otak yang berhubungan dengan fungsi kognitif, sebagai penerima
stimulus, dan pemberi respon. Peneliti dari penelitian tersebut
menyebutkan, suasana hati dapat berubah-ubah karena penipisan
pada bagian otak tersebut.
f. Menurunkan gairah
Pil KB mengandung estrogen dan progesterone pil KB dapat
mempengaruhi gairah seksual wanita. Untuk sebagian orang pil
KB dapat menurunkan gairah, sedangkan untuk sebagian orang
lainnya konsumsi obat ini malah bisa meningkatkan gairah seksual.
Adanya penurunan hasrat dan gairah seksual dan berkurangnya
27

pelumasan vagina pada wanita yang menggunakan pil KB jangka


panjang, adanya penurunan rasa puas ketika berhubungan seks, dan
hubungan intim pun menjadi lebih sakit karena vagina terasa lebih
kering
g. Keputihan
Untuk sebagian orang yang mengalami keputihan akibat
mengkonsumsi pil KB, hal ini dapat meningkatkan atau
menurunkan lubrikasi pada vagina dan mempengaruhi gairah
seksual.

2.3 Manajerial Asuhan Kebidanan Pada Keluarga


Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan manajemen
yaitu suatu metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan
mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Menurut Maternity
(2017) berikut adalah langkah-langkah manajerial dalam kebidanan
komunitas:
1. Identifikasi masalah
Dalam identifikasi masalah bidan melakukan pengumpulan data
berdasarkan sumber data, pengumpulan dilakukan secara langsung di
masyarakat (data subjektif) dan secara tidak langsung (data obyektif).
Data subyektif didapat dari informasi yang langsung diterima dari
masyarakat melalui wawancara. Data obyektif adalah data yang diperoleh
dari hasil observasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga,
masyarakat dan lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan oleh bidan
dalam pengumpulan data ini adalah pengumpulan data tentang keadaan
kesehatan desa dan pencatatan data keluarga sebagai sasaran pemeriksaan .
2. Data Desa
Data desa meliputi:
a. Wilayah desa (luas, keadaan geografi, jarak desa dan fasilitas
kesehatan pemeriksaan)
28

b. Penduduk (jumlah, komposisi penduduk, jumlah keluarga, mata


pencaharian, pertumbuhan penduduk, dinamika penduduk).
c. Status kesehatan (angka kematian, jenis dan angka kesakitan ibu,
anak dan balita)
d. Keadaan lingkungan (jumlah sarana air minum, jumlah jamban
keluarga, pembuangan sampah dan kotoran, pembuangan tinja dan
kondisi tinja)
e. Sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan perkapita, organisasi dari
lembaga swadaya masyarakat yang ada, media komunikasi yang
dimiliki masyarakat)
f. Data keluarga
g. Pemeriksaan fisik anggota keluarga yaitu ibu, bayi dan balita
h. Pemeriksaan lingkungan keluarga (rumah, pekarangan,
pembuangan sampah dan kotoran)
3. Analisa dan Perumusan Masalah
Setelah data dikumpulkan dan dicatat sebagai syarat dengan ditetapkan
masalah kesehatan lingkungan di komuniti.
a. Analisis
Tujuan analisis adalah menggunakan data yang terkumpul dan mencari
kaitan satu dengan lainnya sehingga ditemukan berbagai masalah,
melalui proses analisis ditemukan jawaban tentang hubungan antara
penyakit atau kasus kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial
budaya (perilaku). Pelayanan kesehatan serta faktor keturunan yang
berpengaruh terhadap kesehatan.
Perumusan masalah dapat dikumpulkan berdasarkan hasil analisi.
Dalam rumusan masalah mencakup masalah utama dan penyebabnya
serta masalah potensial.
4. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah diperlukan sebuah metode
pemecahan masalah, penentuan prioritas masalah dapat dilakukan dengan
cara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan data serta perhitungan
29

kemudahan dan kemampuan untuk dapat diselesaikan, keinginan


masyarakat untuk mengatasi masalah, berdasarkan situasi lingkungan
social politik dan budaya yang ada di masyarakat serta waktu dan dana
yang diperlukan untuk mengatasi masalah. Penentuan prioritas masalah
bisa menggunakan metode carl (cability, accesbility, readness, leverage)
dengan menggunakan skor nilai 1-5.
5. Rencana
Bila sudah diketahui masalah utama kesehatan lingkungan serta
penyebabnya, maka disusun rencana dan tindakan yang dilakukan.
Tindakan dilakukan berdasarkan rencana yang disusun:
Rencana untuk pemecahan masalah kesehatan lingkungan di komunitas
dapat dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk
pencapaian tujuan tersebut perlu ditetapkan sasaran, maka disusun rencana
pelaksanaan. Di dalam pelaksanaan mencakup :
1) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
2) Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang diberikan pada
keluarga.

Untuk mengetahui hasil suatu upaya, maka perlu ditentukan kriteria


keberhasilan, kriteria ini ditetapkan di dalam rencana evaluasi tercakup:

1) Tingkat kesehatan lingkungan


2) Frekuensi penyuluhan
3) Partisipasi keluarga dalam bentuk tindakan
6. Pelaksanaan
Di dalam pelaksanaan kegiatan, bidan harus memonitor perkembangan dan
perubahan yang terjadi terhadap lingkungan kemungkinan penetapan
tujuan juga tidak tepat, bila hal ini terjadi, maka perlu dilakukan
modifikasi dan juga menyebabkan perubahan dalam melaksanakan
tindakan dan evaluasi.
7. Evaluasi
30

Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan antara


hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengkajian
dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukan data yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Bila kegiatan berhasil mencapai tujuan maka
identifikasi dilakukan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadi masalah
lain yang timbul akibat keberhasilan tersebut.

2.4 Peningkatan Peran Serta Masyarakat


Menurut Yulifah (2011) perlu dilakukan peningkatan peran serta
masyarakat. Yang harus dilakukan dalam peningkatan peran serta masyarakat
adalah:
1. Pendekatan Peran Serta Masyarakat
a. Pendekatan serta dengan paksaan (enforcement participation)
Memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program, baik
melalui perundang-undangan, peraturan maupun dengan perintah lisan
saja. Cara ini akan lebih cepat dan mudah tetapi masyarakat merasa
lebih cepat dan mudah tetapi masyarakat merasa takut dan dipaksa
sehingga tidak mempunyai rasa memiliki terhadap program.
b. Peran serta masyarakat dengan persuasi dan edukasi
Yakni partisipasi yang didasari oleh kesadaran, yang sukar
ditumbuhkan dan memakan waktu lama. Akan tetapi bila hal ini
tercapai, masyarakat akan memiliki rasa memiliki. Peran serta
masyarakat ini bisa dimulai dengan pemberian informasi yang jelas,
pendidikan dan sebagainya. Elemen-elemen peran serta masyarakat
a) Motivasi
31

Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berperan serta di segala


program. Motivasi harus timbul dari masyarakat itu sendiri,
sedangkan pihak luar hanya merangsang saja. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang
timbulnya motivasi.
b) Komunikasi informasi masyarakat
Melakukan interaksi secara terus-menerus, berkesinambungan
dengan masyarakat mengenai segala permasalahan dan kebutuhan
masyarakat akan kesehatan.
c) Kooperasi
Kerja sama dengan instansi di luar kesehatann masyarakat dan
instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan tem work
antara mereka ini akan membantu menumbuhkan peran serta.

d) Mobilisasi
Hal ini berarti bahwa peran serta itu bukan hanya terbatas pada
tahap pelaksanaan program. Peran serta masyarakat dimulai seawal
mungkin sampai akhir, mulai dari identifikasi masalah,
menentukan prioritas, perencanaan program, pelaksanaan sampai
dengan monitoring.
2.5 Survey Mawas Diri
Survey mawas diri/ Survey Berbasisi Masyarakat adalah kegiatan
pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh
masyarakat dan kader setempat dibawah bimbingan petugas kesehatan atau
perawat di desa (Depkes RI, 2007). Tujuan survey mawas diri/ Survey
berbasis Masyarakat adalah masyarakat lebih mengenal kesehatan yang ada di
desa/ kelurahan dan menimbulkan minat atau kesadaran untuk mengetahui
masalah kesehatan dan pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi.
(Efendi, 2009)
2.6 Pasangan Usia Subur
32

Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih
organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan
perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan
usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reproduksinya yaitu
menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah
dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas
reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.
Pasangan usia subur (PUS) adalah Pasangan suami-istri yang istrinya berumur
15-49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya berusia
kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50
tahun, tetapi masih haid (datang bulan). Namun dalam mini survey dibatasi
wanita PUS umur 15-49 tahun.

2.7 Konseling Keluarga Berencana


2.7.1 Definisi
Konseling adalah suatu proses saling membantu kepada yang lain
berupa informasi yang sedang dibutuhkan sedemikian rupa, sehingga
orang lain tersebut memahaminya lalu menerapkan sesuai dengan situasi
dan kondisinya. Melalui konseling pemberian pelayanan membantu klien
memilih cara KB yang cocok dan membantunya untuk terus menggunakan
cara tersebut dengan benar. (Marmi, 2016)
2.7.2 Tujuan
a. Menyampaikan informasi dari pilihan pola, reproduksi
b. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang
tersedia
c. Meningkatkan penerimaan
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan,
berbicara dan komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan
informasi mengenai KB oleh klien
33

d. Menjamin pilihan yang cocok/ memilih metode KB yang diyakini


Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik, yang sesuai dengan
keadaan kesehatan dan kondisi klien
e. Menjamin penggunaan yang efektif/ menggunakan metode KB yang
dipilih secara aman dan efektif. Konseling efektif diperlukan agar klien
mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan benar dan mengatasi
informasi yang keliru tentang cara tersebut
f. Menjamin kelangsungan yang lebih lama/ memulai dan melanjutkan
KB. Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut
memilih cara tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efek
sampingnya (Marmi, 2016).
2.7.3 Prinsip Konseling KB
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri (confidentiality), tidak
memaksa (voluntary choice), Informed consent, Hak klien (clien’t rights)
dan kewenangan (empeworment). (Marmi, 2016)
2.7.4 Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan
kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun
keuntungan adalah :
1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhannya
2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan
3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif
4. Membangun rasa saling percaya
5. Menghormati hak klien dan petugas
6. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB
7. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah (Marmi, 2016)
2.7.5 Jenis Konseling KB
1. Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Konseling umum
34

Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga


Berencana (PLKB) serta kader yang sudah mendapatkan pelatihan
konseling yang standar. Konseling umum sering dilakukan
dilapangan (non klinik). Tugas utama dipusatkan pada pemberian
informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara
perseorangan. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari
berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kontrasepsi,
tujuan, dan fungsi reproduksi keluarga.
b. Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter/bidan/konselor.
Pelayanan konseling spesifik dilakukan diklinik dan diupayakan
agar diberikan secara perorangan diruangan khusus. Pelayanan
konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai
pemantapan hasil konseling lapangan. Konseling spesifik berisi
penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternative,
keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
c. Konseling pratindakan
Konseling yang dilakukan pada saat akan dilakukan prosedur
penggunaan kontrasepsi.
d. Konseling pasca tindakan
Konseling pasca tindakan adalah konseling yang dilakukan setelah
tindakan selesai dilaksanakan. Tujuannya untuk menanyakan
keadaan klien bila ada keluhan yang mungkin dirasakan setelah
tindakan, lalu berusaha menjelaskan terjadinya keluhan tersebut.
(Marmi, 2016)
2.8 Keluarga Berencana
2.8.1 Pengertian KB
Keluarga berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah
yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah
penduduk. Program keluarga berencana menurut pemerintah adalah agar
keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
35

norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada


pertumbuhan yang seimbang. (Irianto, 2014)
Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan yang disadari. Metode
kontrasepsi meliputi metode barrier, kontrasepsi hormonal, alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR), sterilisasi, dan metode perilaku,
sedangkan kontrasepsi darurat efektif hingga beberapa hari setelah
berhubungan seks. (Marmi, 2016)
Metode yang paling efektif adalah yang tahan lama dan tidak
memerlukan kunjungan perawatan kesehatan secara terus-menerus.
Kontrasepsi mantap, kontrasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) memiliki tingkat kegagalan pada tahun pertama kurang dari 1%.
Pil kontrasepsi hormonal, koyo atau cincin, dan metode amenore laktasi
(MAL), bila digunakan dengan ketat, juga memiliki tingkat kegagalan
pada tahun pertama (atau untuk MAL, enam bulan pertama) kurang dari
1%. (Marmi, 2016)

2.9 Rokok
2.9.1 Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus termasuk cerutu/
bentuk lain nya yang di hasilkan dari nicotiana tambacum, nikotiana
Rustica, dan spesies lainnya yang mengandung Nikotin dan Tar atau tanpa
bahan tambahan.
2.9.2 Bahaya merokok
Kerugian yang di timbulkan oleh rokok sangat banyak bagi kesehatan.
Tapi sayang nya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk
menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia yang berbahaya
untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan
Tar yang bersifat karsinogenik. (Bahar, 2002)
Racun dan kasinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat
memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg
nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk kedalam sirkulasi darah
36

hanya 25%. Walaupun demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu


hanya 15 detik sampai ke otak manusia.
2.9.3 Penyakit yang disebabkan oleh rokok
1. Penyakit kanker
a. Kanker mulut, bibir, kerongkongan dan usus
Kanker mulut dan bibir lebih banyak diderita perokok dibanding
dengan mereka yang tidak merokok. Ini disebabkan oleh panas dari
asap rokok itu, dan disebabkan karena adanya ter pada asap rokok
itu, dan disebabkan karena adanya ter pada asap rokok yang
merupakan zat penyebab kanker. Perokok juga dapat menderita
kanker kerongkongan dan usus karena unsur karsinogenik, arsenic,
dan bengopirene yang terdapat pada rokok.
b. Kanker paru-paru
Penyakit kanker paru-paru telah menyebabkan kematian 40.000
orang per tahun di Inggris. Penelitian menunjukan bahwa yang
meninggal karena kanker paru-paru ini hampir semuanya perokok
atau bekas perokok.
2. Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah merupakan penyebab kematian yang umum di
Negara-negara yang sudah maju. Karena penyakit ini terdapat dua kali
lebih banyak pada orang-orang perokok dibandingkan pada orang yang
tidak merokok.
3. Emphysema
Salah satu penyakit berbahaya yang disebabkan rokok adalah
emphysema. Emphysema adalah sejenis penyakit paru-paru dimana
penderita sukar bernafas, sering penderita itu batuk-batuk,
kerongkongan berlendir banyak, pencernaan yang kurang beres serta
nafas yang pendek.
2.9.4 Faktor Penyebab Merokok
1. Pengaruh Orang Tua
37

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak


muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana
orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk merubah remaja menjadi
perokok (Baer dan Corado dalam Atkinson, pengantar psikologi,
1999;294). Remaja yang berasal dari keluarga konserfatif yang
menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan
jangka panjang lebih sulit terlibat dengan rokok dibanding dengan
keluarga permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu
sendiri-sendiri”, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang
tua sendiri menjadi figure sebagai perokok berat, maka anak-anaknya
akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku perokok lebih
banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua
(single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok
bila ibu mereka merokok dari para ayah yang merokok, hal ini lebih
terlihat pada remaja putri. (Al Bachri, Buletin RSKO, tahun IX, 1991)
2. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin banyak kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan
yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya
atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja
tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara
remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-sekurangnya satu
atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja yang non
perokok. (Al Bachri, 1991)
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tau atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang prediktif pada
penggunaan obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
38

Orang yang memiliki skor tinggi pada bagian tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang
memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999)
4. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour. Hal ini membuat
sering kali remaja terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada
dalam iklan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai