Kasus
Seorang perempuan berusia 48 tahun, P4A0, agama Islam, suku Jawa, status menikah
pendidikan terakhir SMP, pasien menikah usia 16 tahun. Dirawat di ruangan Alamanda B RSHS
karena mengalami perdarahan pada jalan lahir dan mengeluh lemas. Pasien menyatakan perdarahan
sangat banyak, warna merah segar, keputihan (+) dan berbau busuk, keluhan BAK dan BAB tidak
ada. Hasil pengkajian: berat badan turun 10 Kg dalam 6 bulan terakhir. Saat ini BB klien 42 kg
dengan TB 150cm, TD 90/60mmHg, nadi 100x/mnt, RR 20x/mnt dan suhu 37.8C. Pasien selalu
bertanya mengenai penyakit dan pengobatannya.
Riwayat penyakit yang lalu: Sekitar satu tahun yang lalu pasien mengatakan mulai
mengalami menstruasi yang tidak teratur dan siklus yang pendek. Selain itu juga pasien mengatakan
selalu nyeri saat berhubungan dengan suaminya dan setelahnya terkadang keluar darah pada vagina
dengan jumlah yang banyak dan dalam kondisi merah segar, menggumpal besar seperti kepingan.
Sehingga klien sudah ± 7 bulan tidak berhubungan seksual dengan suaminya.Klien mengatakan
menstruasi hampir terjadi setiap minggu dengan keluaran darah yang menggumpal namun tidak
merasakan nyeri. Pasien mengatakan tidak suka merokok, klien memiliki riwayat penggunaan alat
kontrasepsi yang disuntikan selama 3 bulan sekali selama 7 tahun.
Hasil lab didapatkan: Hb 10,2 mg/dL, HCt 35,1%, Leukosit 12,77 10^ 3/uL , Trombosit 213
Ribu/uL, eritrosit 4,16 jt/uL, MCV 86,1 fL, MCH 27,2 pg, MCHC 31,6 %. Therapy yang didapat
Asam tranexamat 3 x 500 mg IV dan Asam mefenamat 3 x 1 peroral.
LEARNING OBJECTIVE
1. Apa sajakah faktor resiko pada kanker serviks?
Hubungan Seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual. Beberapa
bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit
ini.
Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita
yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker
serviks. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa
maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker
serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat pertama berhubungan maupun jumlah
partner seksual, adalah faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks. Karakteristik
Partner Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi sekarang hanya
dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa
pasien dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan partner yang
melakukan seks berulang kali. Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau partner
dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan risiko
kanker serviks.
Riwayat Ginekologis
Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker serviks, hamil
di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat dapat pula
meningkatkan risiko.
Dietilstilbesterol (DES)
Hubungan antara clear cell adenocarcinoma serviks dan paparan DES in utero telah
dibuktikan.
Agen Infeksius
Mutagen pada umumnya berasal dari agen-agen yang ditularkan melalui hubungan seksual
seperti Human Papilloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks Virus Tipe 2.
(Pustaka, S., & Rasjidi, I. (2009). Epidemiologi Kanker Serviks. Cancer, III(3), 103–108.)
Pencegahan Primer
Menunda Onset Aktivitas Seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara monogami akan
mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
Penggunaan Kontrasepsi Barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma, dan spermisida)
yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan
daripada kondom yang dibuat dari kulit kambing.
Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human Papiloma
Virus, karena mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari Kebanyakan vaksin
adalah berdasarkan respons humoral dengan penghasilan antibodi yang menghancurkan
virus sebelum ia menjadi intraseluler. Masa depan dari vaksin propilatik HPV sangat
menjanjikan, namun penerimaan seluruh populasi heterogenous dengan tahap pendidikan
berbeda dan kepercayaan kultur berbeda tetap dipersoalkan. Sebagai tambahan, prevelansi
tinggi infeksi HPV mengindikasikan bahwa akan butuh beberapa dekade untuk program
imunisasi yang sukses dalam usaha mengurangi insiden kanker serviks.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder – Pasien Dengan Risiko Sedang
Hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturutturut dengan selisih waktu
antarpemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien (atau
partner hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui), dianjurkan untuk
melakukan tes Pap tiap tahun.
Pencegahan Sekunder – Pasien Dengan Risiko Tinggi
Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia <18 tahun dan wanita yang mempunyai
banyak partner (multipel partner) seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari
onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan
untuk pasien dengan risiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit
seksual berulang.
(Pustaka, S., & Rasjidi, I. (2009). Epidemiologi Kanker Serviks. Cancer, III(3), 103–108.)
6. Apakah pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnose kanker serviks?
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi,
USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan
metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik.
Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus pemeriksaan
sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau lebih.
(Kemenkes: Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.)