Tugas Kelompok 5
Tugas Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum,
pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat
kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam
keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta
Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya
masyarakat setinggi-tingginya.
B. MISI
mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan,
yaitu :
Pembangunan Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh hasil kerja sektor
kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif dari berbagai
sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif tersebut,
harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program
pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga
mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan yang
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat termasuk
swasta, dan pemerintah. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan setiap individu,
penyakit dan pemulihan kesehatan. Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu,
keluarga dan masyarakat untuk menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan
bidang kesehatan, dan melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan. Oleh
karena itu, salah satu upaya pokok atau misi pembangunan kesehatan adalah mendorong
3. Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan Terjangkau
baik upaya kesehatan primer dan sekunder maupun upaya kesehatan tersier yang bermutu,
merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan
pada pencegahan (perventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga Negara
Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya
peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang,
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan
swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih
ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan
kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula
pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang
Tenaga kesehatan yang bermutu harus tersedia secara mencukupi, terdistribusi secara adil,
tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara
dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar peserta
dasar kesehatan.
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu harus
tersedia secara merata serta menjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya dalam
pengembangan dan penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan serta pengawasan pre market dan post market sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan komprehensif.
a. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,
secara adil, dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
b. Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya
1) Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun
2) Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
3) Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
4) Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada
tahun 2025.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat
Pembangunan Nasional. Dalam kaitan ini Pembangunan Nasional perlu berwawasan kesehatan.
kesehatan, dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar
pembangunan kesehatan.
kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan, sehingga semua pelaku
pembangunan nasional (stakeholders) memahami dan mampu melaksanakan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan. Selain itu perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari
hukum kesehatan dimasa mendatang menjadi sangat penting, untuk menjamin terwujudnya
perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, banyak permasalahan kesehatan
yang wewenang dan tanggung jawabnya berada diluar sektor kesehatan. Untuk itu perlu adanya
masyarakat meliputi:
a) Penggerakan masyarakat; masyarakat mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk terllibat
b) Pengorganisasian dalam pemberdayaan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal
d) Kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan
partisipasi lintas sektor terkait, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan.
e) Sumberdaya; diperlukan sumberdaya yang memadai seperti SDM, system informasi dan dana.
harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh karenanya dalam pembangunan
kesehatan diperlukan adanya pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada daerah.
kesehatan, sangat dipengaruhi oleh tingkat kapasitas daerah yang meliputi perangkat organisasi
dan sumberdaya manusianya, serta kemampuan fisikal. Untuk itu harus dilakukan penetapan
yang jelas tentang peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang kesehatan, upaya
kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan pengembangan serta pemberdayaan
sumberdaya daerah.
3. Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan
merata, terjangkau, berjenjang, professional, dan bermutu. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat
upaya kesehatan, yaitu yang berorientasi terutama pada desentralisasi, globalisasi, perubahan
informatika yang semakin maju, antara lain: pembuatan berbagai vaksin, pemetaan dan test dari
gen, terapi gen, tindakan dengan intervensi bedah yang minimal, transplantasi jaringan,
otomatisasi administrasi kesehatan/kedokteran, upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan
Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber, baik dari pemerintah,
masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi penyelenggaraan upaya kesehatan, dan dikelola
secara berhasil-guna dan berdaya-guna. Pembiayaan kesehatan untuk menjamin terpelihara dan
tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia kesehatan yang
mencakupi jumlahnya, dan professional, yaitu sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti
perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nalai moral dan etika profesi yang tinggi. Semua
tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan kode etik profesi.
Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan dan penentuan standar
kompetensi tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan
serta pembinaan dan pengawasan sumber daya manusia kesehatan, upaya pengadaan tenaga
kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain meliputi: distribusi tenaga kesehatan
secara merata dan peningkatan karier dari tenaga kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan legislasi yang meliputi antara
lain : sertifikasi, uji kompetensi, registrasi dan perijinan (licensing) tenaga kesehatan. Disamping
Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena bencana, baik bencana alam maupun
bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan darurat kesehatan akan
mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada kehidupan masyarakat didaerah bencana
namun juga pada kehidupan bangsa dan Negara. Oleh karenanya penanggulangan keadaan
darurat kesehatan yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan,
dilakukan secara komprehensif, mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor dan peran aktif
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan kesehatan di Indonesia memang bukanlah hal yang mudah untuk diselesaikan
dengan cepat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tercapai nya keberhasilan Idonesia Sehat 2025
nantinya, maka perlu adanya peran aktif dari masyarakat Indonesia sendiri mengenai kesadaran
tentang pentingkesehatan bagi dirinya. Dan diperlukan kontribusi positif sector pembangunan
B. Saran
dan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, tanpa adanya kecurangan yang dapat
sesuai dengan standar, tanpa membeda-bedakan antara pasien yang satu dengan yang lainnya.
Serta mereka perlu meningkatkan kualitas pelayanan, dengan terus mengikuti perkemangan ilmu
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/2098/2/
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allh SWT karena atas rahmat dan karunia_Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Indonesia Sehat 2025” tepat pada waktunya.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Fenny Bintarawati, S.S.T selaku salah
satu pengampu mata kuliah Organisasi Manajemen atas pengarahannya selama penyusunan
makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dapat lebih baik lagi dalam penyusunan berikutnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................. 2
3
BAB I PENDAHULUAN............................................................ 4
C. Manfaat........................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN........................................................... 7
A. Kesimpulan.................................................................... 14
B. Saran............................................................................. 14
Daftar Pustaka........................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani
maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,
tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya
bangsa (Depkes RI, 2009). Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025
adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan
lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community) (Depkes RI, 2009).Pengertian
kesehatan menurut UU Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 bab 1 pasal 1 yaitu “Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
2. Untuk mengetahui tentang Visi, Misi, dan Tujuan Indonesia Sehat 2025
C. Manfaat
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Tujuan dari Indonesia Sehat 2025
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025. Adapun sasaran strategis Kemenkes
yang berlaku saat ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
bidang Kesehatan (RPJM-K) ke-dua (2010-2014) yang disusun setiap 5 tahun sekali.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dalam bentuk dasar, visi,
misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan nasional di bidang kesehatan untuk masa
20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk: 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat 2025”. Dalam Indonesia Sehat
2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang
bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya
penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum;
pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat
kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan
dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor
kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif berbagai sektor
pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif tersebut, harus
dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan
nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga mengandung arti
terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan yang mempengaruhi
berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau
subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional berperan sebagai penggerak utama pembangunan
Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk menjaga
kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat menentukan
1) penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai peluang yang sebesar-besarnya
2) organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin berfungsi
5) sumberdaya; diperlukan sumberdaya memadai seperti SDM, sistem informasi dan dana.
c. Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan Terjangkau.
baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu, merata,
dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada
upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga negara
Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya
peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan
antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta. Untuk masa mendatang, apabila sistem
primer akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter
keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh
Puskesmas.
ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan
kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang
makin penting peranannya. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan
pemerintah harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan. Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat
harus tersedia secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan dan
minuman yang aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan
penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan minuman. bebas
dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan
yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan
kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan
dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada
tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator
dampak yaitu:
a. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun
b. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
c. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
d. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada
tahun 2025
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih berkembang dan
meningkat.
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai mantap.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang
diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani
maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,
tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas
sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Misi Indonesia Sehat 2025 Menggerakkan
Hidup Sehat, Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu mohon saran dan
Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025.
Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010 – 2014.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.
Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008.
Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
828/Menkes/SK/IX/2008.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya. Terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang berjudul ”Keluarga Sehat dan Sejahtera”. Kemudian
shalawat beserta salam tak lupa kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW,yang
telah memberikan kita pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunahnya.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Hj.Linda
Fidawati,S.Ag.MH selaku dosen pembimbing mata kuliah ilmu social dan budaya dasar dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini , maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua.
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 5
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………............. 6
2.1 Pengertian Keluarga……………………………..…...……………………. 6
2.2 pengertian keluarga sehat……………………………………...................... 6
2.3 kriteria keluarga sehat…………………....................................................... 8
2.5 pengertian keluarga sejahtera………………………………………........... 11
2.6 faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga………………. 11
2.7 tahapan-tahapan kesejahteraan keluarga………………………………….. 12
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….. 15
A. kesimpulan…………………………………………………………………… 15
B. Saran………………………………………………………………………. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebuah keluarga, terbentuknya diawali dengan suatu prosesi yang disebut pernikahan.
Pernikahan yaitu bertemunya dua sejoli untuk berjanji setia menyempurnakan agama dan saling
menjaga dengan prinsip saling menghormat dan taat di dalamnya. Inti dari sebuah pernikahan
adalah untuk membina keluarga bahagia adalah terciptanya hubungan timbal-balik yang baik
antara suami dan istri. Hubungan timbal balik antara suami dan istri ini karena merekalah lakon
utamanya. Selain suami dan istri, komponen keluarga yang tak kalah pentingnya adalah
keberadaan anak-anak.
Membina keluarga itu tidaklah sembarangan. Kenapa? Hal ini karena membina sebuah
keluarga haruslah sesuai dengan koridor yang ada. Keluaga yang dibina haruslah menjadi
keluaga sehat baik lahirnya maupun batinnya. Selain harus menjadi keluarga sehat, sebuah
kelurga juga harus bisa disebut keluarga sejahtera. Kedua kriteria inilah yang dijadikan dasar
keluarga yang harmonis.
Pada realitasnya, banyak keluarga yang tidak sesuai dengan kriteria keluarga sehat dan
keluarga sejahtera. Masih banyak keluarga yang berada di lingkungan yang kotor jauh dari kata
bersih, tidak teratur danmasih dalam kata belum berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Berdasarkan situasi dan kondisi yang ada, kami berusaha memberikan pemaparan
mengenai kriteria keluarga sehat dan sejahtera. Dan bagaimana menciptakan keluarga yang
sesuai dengan cita-cita awal pernikahan.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di paparkan diatas, kami merumuskan beberapa rumusan
masalah, yaitu:
1.2.1. Apa yang dimaksud keluarga?
1.2.2. Apa yang dimaksud keluarga sehat?
1.2.3. Apa yang dimaksud keluarga sejahtera?
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.3.1. Untuk menjelaskan keluarga sehat beserta kriterianya.
1.3.2. Untuk menjelaskan kelurga sejahtera beserta kriterianya.
1.3.3. Untuk menambah pengalaman menulis penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai keluar sehat dan keluarga sejahtra, secara umum dapat
disimpulkan kedalam beberapa poin, diantaranya:
Keluarga sehat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi atau keadaan yang sejahtera baik dari
segi dari fisik, mental, dan sosial yang kemudian memungkinkan sebuah keluarga agar dapat
hidup normal secara sosial dan ekonomi.
Dalam kehidupan manusia modern terdapat kriteria yang di katakana sebagai keluarga sehat,
diantaranya; sehat badan dan sehat jiwa, makan makanan yang bergizi, hidup di lingkungan yang
bersih, serta berprilaku dan berinteraksi sesuai dengan etika dan norma yang berlaku.
Sejahtera adalah keadaan keluarga yang hidup makmur (mampu memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan) berada dalam kelompok yang teratur, berdasarkan sistem nilai, bebas dari
penyakit, tidak ada gangguan, dan menyenangkan.
Apa pun beberapa faktor yang mempengarruhi tingkat kesejahteraan keluarga terdiri atas dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Berdasarkan tahapannya keluarga sejahtera terbagi kedalan 4 bagian, yaitu: keluarga pra
sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, dan keluarga sejahtera III.
3.2. Saran
Keluarga sehat dan keluarga sejahtera keduanya saling berhubungan timbal balik. maka
dari itu penulis memberikan beberapa saran mengenai keluarga sehat dan sejahtera untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat:
Hendaknya pemerintah lebih memberikan banyak perhatiannya kepada kalangan muda
mengenai keluarga sehat dan sejahtera.
Selain program pemerintah, masyarakat juga diharapkan mempunyai kesadaran besar mengenai
sebuah keluarga, dan bagaimanakah caranya mengkondisikan sebuah keluarga menjadi keluarga
sehat dan keluarga sejahtera.