Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH INDONESIA SEHAT 2025

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Berbagai upaya telah Pemerintah lakukan dalam rangka meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Berbagai model pembiayaan
kesehatan, sejumlah program intervensi teknis di bidang kesehatan, dan perbaikan organisasi dan
manajemen telah diperkenalkan. Namun, walaupun terdapat peningkatan, tetapi jika kita
bandingkan dengan beberapa Negara-negara tetangga lainnya, keadaan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia masih tertinggal. Angka Kematian Bayi dan Angka
Kematian Ibu masih banyak terjadi. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih saja mengalami
kesulitan dalam memperoleh pelayanan kesehatan, terutama pada penduduk yang di daerah
pedesaan yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Banyak hal yang menjadi penyebab yaitu
selain karena faktor teknis, hal ini juga disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti: faktor
geografi, faktor ekonomi, dan faktor sosial. Untuk mengatasi hal tersebut, desentralisasi bidang
kesehatan dapat dilakukan sebagai salah satu strategi yang dianggap tepat untuk saat ini, yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk dilaksanakan.
Saat ini kita sebentar lagi akan mengakhiri tahun 2015, namun masih saja tingkat
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Indonesia masih saja belum mencapai dapat sesuai
dengan program Indonesia Sehat 2015. Oleh karena itu, pemerintah masih berupaya untuk lebih
meningkatkan kembali kesehatan masyarakat dengan berbagai program peningkatan kesehatan
melalui “Indonesia Sehat 2025”.
B.       Tujuan
1.        Untuk memenuhi tugas mata kuliah organisasi manajemen.
2.        Untuk mengetahui tentang Indonesia Sehat 2025.
3.        Untuk mengetahui perkembangan program pembangunan kesehatan nasional.
C.       Manfaat
1.        Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
2.        Dapat memberikan informasi tentang program pembangunan nasional di bidang kesehatan.
3.        Dapat memberikan pengetahuan tentang Indonesia Sehat 2025.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      INDONESIA SEHAT 2025

Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang

bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya

penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum,

serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan

masyarakat sehat dan aman (safe community).

Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat

mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan

kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam

keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta

diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.

Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya

kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan

masyarakat setinggi-tingginya.
B.       MISI

Dengan berlandaskan pada Dasar Pembangunan Nasional Kesehatan, dan untuk

mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan,

yaitu :

1.    Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawas-an Kesehatan

Pembangunan Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu

memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh hasil kerja sektor

kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif dari berbagai

sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif tersebut,

harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program

pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga

mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

2.    Mendorong Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat termasuk

swasta, dan pemerintah. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan setiap individu,

keluarga, masyarakat, dan lingkungannya dilakukan tanpa meninggalkan upaya penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan. Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu,

keluarga dan masyarakat untuk menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan

kesehatan yang bermutu, sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Masyarakat

harus mampu melakukan program pengabdian, memperjuangkan kepentingan masyarakat di

bidang kesehatan, dan melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan. Oleh
karena itu, salah satu upaya pokok atau misi pembangunan kesehatan adalah mendorong

kemandirian mayarakat untuk hidup sehat.

3.    Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan Terjangkau

Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya kesehatan,

baik upaya kesehatan primer dan sekunder maupun upaya kesehatan tersier yang bermutu,

merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan

pada pencegahan (perventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga Negara

Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya

peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan

antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta.

Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang,

penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan

swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih

diperlukan upaya kesehatan perorangan di Puskesmas.

4.    Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu

ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan

kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula

pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang

makin penting peranannya.

Tenaga kesehatan yang bermutu harus tersedia secara mencukupi, terdistribusi secara adil,

serta termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna.


Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah harus

tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara

berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional

dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan

dasar kesehatan.

Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu harus

tersedia secara merata serta menjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya dalam

meningkatkan ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen,

pengembangan dan penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan

makanan serta pengawasan pre market dan post market sediaan farmasi, alat kesehatan dan

makanan komprehensif.

C.       ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KESEHATAN 2005-2025

1.    Tujuan dan Sasaran

a.    Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan

Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam

lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,

secara adil, dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh

wilayah Republik Indonesia.

b.    Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya

derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak, yaitu :

1)        Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun

pada tahun 2025.

2)        Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005

menjadi 15,5 per kelahiran hidup pada tahun 2025.

3)        Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005

menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.

4)        Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada

tahun 2025.

D.      STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan

kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah :

1.    Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat

yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga sekaligus sebagai investasi

Pembangunan Nasional, dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan bagian dari

Pembangunan Nasional. Dalam kaitan ini Pembangunan Nasional perlu berwawasan kesehatan.

Diharapkan setiap program Pembangunan Nasional yang terkait dengan pembangunan

kesehatan, dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar

pembangunan kesehatan.

Untuk terselenggaranya pembangunan nasional berwawasan kesehatan, perlu dilaksanakan

kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan, sehingga semua pelaku
pembangunan nasional (stakeholders) memahami dan mampu melaksanakan pembangunan

nasional berwawasan kesehatan. Selain itu perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari

pembangunan nasional berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan dan

diukur tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan.

Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, pembangunan

hukum kesehatan dimasa mendatang menjadi sangat penting, untuk menjamin terwujudnya

kepastian hukum, keadilan hukum dan manfaat hukum.

2.    Pemberdayaan Masyarakat dan Daerah

Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah kesehatan

perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, banyak permasalahan kesehatan

yang wewenang dan tanggung jawabnya berada diluar sektor kesehatan. Untuk itu perlu adanya

kemitraan antar berbagai pelaku pembangunan kesehatan. Penyelenggaraan pemberdayaan

masyarakat meliputi:

a)    Penggerakan masyarakat; masyarakat mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk terllibat

aktif dalam proses pembangunan kesehatan.

b)   Pengorganisasian dalam pemberdayaan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal

makin berfungsi dalam pembangunan kesehatan.

c)    Advokasi; masyarakat memperjuangkan kepentingannya dibidang kesehatan.

d)   Kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan

partisipasi lintas sektor terkait, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan.

e)    Sumberdaya; diperlukan sumberdaya yang memadai seperti SDM, system informasi dan dana.

Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan

harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh karenanya dalam pembangunan
kesehatan diperlukan adanya pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada daerah.

Kesiapan daerah dalam menerima dan menjalankan kewenangannya dalam pembangunan

kesehatan, sangat dipengaruhi oleh tingkat kapasitas daerah yang meliputi perangkat organisasi

dan sumberdaya manusianya, serta kemampuan fisikal. Untuk itu harus dilakukan penetapan

yang jelas tentang peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang kesehatan, upaya

kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan pengembangan serta pemberdayaan

sumberdaya daerah.
3.    Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan

Pengembangan pelayanan atau upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan

masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat (client oriented) dan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkelanjutan,

merata, terjangkau, berjenjang, professional, dan bermutu. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin perlu mendapatkan pengutamaan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan

prinsip kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Menghadapi lingkungan strategis pembangunan kesehatan, perlu dilakukan reorientasi

upaya kesehatan, yaitu yang berorientasi terutama pada desentralisasi, globalisasi, perubahan

epidemologi, dan menghadapi keadaan bencana.

Pengembangan upaya kesehatan perlu memanfaatkan teknologi kesehatan/kedokteran dan

informatika yang semakin maju, antara lain: pembuatan berbagai vaksin, pemetaan dan test dari

gen, terapi gen, tindakan dengan intervensi bedah yang minimal, transplantasi jaringan,

otomatisasi administrasi kesehatan/kedokteran, upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan

komputerisasi, serta telekomunikasi jarak jauh.

Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber, baik dari pemerintah,

masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi penyelenggaraan upaya kesehatan, dan dikelola

secara berhasil-guna dan berdaya-guna. Pembiayaan kesehatan untuk menjamin terpelihara dan

terlindunginya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, diselenggarakan secara

nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dimaksud perlu didukung dengan penelitian dan

pengkajian kesehatan yang bersifat mendasar, luas dan terjangkau.

4.    Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia kesehatan yang

mencakupi jumlahnya, dan professional, yaitu sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti

perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nalai moral dan etika profesi yang tinggi. Semua

tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan kode etik profesi.

Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan dan penentuan standar

kompetensi tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan

serta pembinaan dan pengawasan sumber daya manusia kesehatan, upaya pengadaan tenaga

kesehatan di Indonesia dalam era desentralisasi dan globalisasi.


Upaya pengadaan ini dilakukan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM

kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain meliputi: distribusi tenaga kesehatan

secara merata dan peningkatan karier dari tenaga kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan

tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan legislasi yang meliputi antara

lain : sertifikasi, uji kompetensi, registrasi dan perijinan (licensing) tenaga kesehatan. Disamping

itu, penting dilakukan upaya untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan.

5.    Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan

Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena bencana, baik bencana alam maupun

bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan darurat kesehatan akan

mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada kehidupan masyarakat didaerah bencana

namun juga pada kehidupan bangsa dan Negara. Oleh karenanya penanggulangan keadaan

darurat kesehatan yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan,

dilakukan secara komprehensif, mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor dan peran aktif

masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Permasalahan kesehatan di Indonesia memang bukanlah hal yang mudah untuk diselesaikan

dengan cepat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tercapai nya keberhasilan Idonesia Sehat 2025

nantinya, maka perlu adanya peran aktif dari masyarakat Indonesia sendiri mengenai kesadaran

tentang pentingkesehatan bagi dirinya. Dan diperlukan kontribusi positif sector pembangunan

lainnya, agar program Pembangunan Nasional dapat berjalan dengan semestinya.

B.       Saran

1.         Bagi pemerintah

Sebaiknya pemerintah dapat menjalankan program pembangunan kesehatan secara tepat

dan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, tanpa adanya kecurangan yang dapat

merugikan masyarakat Indonesia.

2.         Bagi petugas kesehatan

Sebaiknya petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan professional

sesuai dengan standar, tanpa membeda-bedakan antara pasien yang satu dengan yang lainnya.

Serta mereka perlu meningkatkan kualitas pelayanan, dengan terus mengikuti perkemangan ilmu

pengetahuan dalam bidang kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/2098/2/
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allh SWT karena atas rahmat dan karunia_Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Indonesia Sehat 2025” tepat pada waktunya.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Organisasi Manajemen”.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Fenny Bintarawati, S.S.T selaku salah

satu pengampu mata kuliah Organisasi Manajemen atas pengarahannya selama penyusunan

makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk

memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dapat lebih baik lagi dalam penyusunan berikutnya.

Semarang , 14 November 2015

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................. 2

DAFTAR ISI.......................................................................... ..........

3
BAB I PENDAHULUAN............................................................ 4

A.    Latar Belakang................................................................... 4

B.     Tujuan Penulisan............................................................ 5

C.     Manfaat........................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN........................................................... 7

A.    Visi Indonesia Sehat 2025............................................... 7

B.     Misi Indonesia Sehat 2025..................................................... 8

C.     Tujuan Indonesia Sehat 2025............................................ 12

D.    Upaya PokokPembangunan.............................................. 13

BAB III Penutup........................................................................ 14

A.      Kesimpulan.................................................................... 14

B.       Saran............................................................................. 14

Daftar Pustaka........................................................................... 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang

diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani

maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,

tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan

pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya

bangsa (Depkes RI, 2009). Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025

adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan

lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk

menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community) (Depkes RI, 2009).Pengertian

kesehatan menurut UU Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 bab 1 pasal 1 yaitu “Kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”

B.  Tujuan Penulisan

1.      Untuk pemenuhan tugas mata kuliah Organisasi Manajement

2.      Untuk mengetahui tentang Visi, Misi, dan Tujuan Indonesia Sehat 2025

C.  Manfaat

1.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang Visi Indonesia Sehat 2025

2.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang Misi Indonesia Sehat 2025

3.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang Tujuan dari Indonesia Sehat 2025
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Indonesia Sehat 2025


Visi, misi dan tujuan pembangunan kesehatan terdapat dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025. Adapun sasaran strategis Kemenkes

yang berlaku saat ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

bidang Kesehatan (RPJM-K) ke-dua (2010-2014) yang disusun setiap 5 tahun sekali.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) adalah rencana

pembangunan nasional di bidang kesehatan, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dalam bentuk dasar, visi,

misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan nasional di bidang kesehatan untuk masa

20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) merupakan penjabaran dari

dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk: 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia; 2) memajukan kesejahteraan umum; 3) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan 4)

ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial.

1.    Visi Indonesia Sehat 2025


Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat 2025”. Dalam Indonesia Sehat
2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang

kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang

bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi

lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang

berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial

dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang

bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya

penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum;

serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan

masyarakat sehat dan aman (safe community).

Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat

mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan

kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan

dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat

serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.

Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta

meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu,

maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-

tingginya.

2.         Misi Indonesia Sehat 2025


Dengan berlandaskan pada dasar Pembangunan Kesehatan, dan untuk mewujudkan Visi

Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu:

a.         Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor

kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif berbagai sektor

pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif tersebut, harus

dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan

nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga mengandung arti

terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat.Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang

berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau

subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional berperan sebagai penggerak utama pembangunan

nasional berwawasan kesehatan.

b.    Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat.

Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk menjaga

kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat menentukan

keberhasilan pembangunan kesehatan. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi:

1)        penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai peluang yang sebesar-besarnya

untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan,

2)        organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin berfungsi

dalam pembangunan kesehatan,

3)        advokasi; masyarakat memperjuangkan kepentingannya di bidang kesehatan,


4)        kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan

partisipasi lintas sektor, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan,

5)        sumberdaya; diperlukan sumberdaya memadai seperti SDM, sistem informasi dan dana.

c.    Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan Terjangkau.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya kesehatan,

baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu, merata,

dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada

upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga negara

Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya

peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan

antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta. Untuk masa mendatang, apabila sistem

jaminan kesehatan sosial telah berkembang, penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan

primer akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter

keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh

Puskesmas.

d.   Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan.

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu

ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan

kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang

makin penting peranannya. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan
pemerintah harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan

termanfaatkan secara berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan

secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan. Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat

harus tersedia secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan dan

minuman yang aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan

ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen, pengembangan serta

penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan minuman. bebas

dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan

yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan

kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan

memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

3.      Tujuan dan Sasaran


Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat,

bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan

dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di

seluruh wilayah Republik Indonesia. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada

tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator

dampak yaitu:
a.       Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun

pada tahun 2025.

b.      Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005

menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.

c.       Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005

menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.

d.      Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada

tahun 2025

4.      Upaya Pokok Pembangunan Kesehatan

a.    RPJM-K ke-1 (2005-2009)

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

b.    RPJM-K ke-2 (2010-2014)

Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih berkembang dan

meningkat.

c.    RPJM-K ke-3 (2015-2019)

Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai mantap.

d.   RPJM-K ke-4 (2020-2025)

Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mantap.


BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang

diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani

maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,

tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan

pemukiman yang sehat, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas

sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Misi Indonesia Sehat 2025 Menggerakkan

Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan, Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk

Hidup Sehat, Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan

Terjangkau, Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan serta Tujuan

pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

B.  Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu mohon saran dan

kritik dari semua pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025.
Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010 – 2014.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.

Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008.

Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
828/Menkes/SK/IX/2008.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya. Terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang berjudul ”Keluarga Sehat dan Sejahtera”. Kemudian
shalawat beserta salam tak lupa kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW,yang
telah memberikan kita pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunahnya.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Hj.Linda
Fidawati,S.Ag.MH selaku dosen pembimbing mata kuliah ilmu social dan budaya dasar dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini , maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua.

Lampung, 15 desember 2016


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………... 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 5
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………............. 6
2.1 Pengertian Keluarga……………………………..…...……………………. 6
2.2 pengertian keluarga sehat……………………………………...................... 6
2.3 kriteria keluarga sehat…………………....................................................... 8
2.5 pengertian keluarga sejahtera………………………………………........... 11
2.6 faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga………………. 11
2.7 tahapan-tahapan kesejahteraan keluarga………………………………….. 12
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….. 15
A. kesimpulan…………………………………………………………………… 15
B. Saran………………………………………………………………………. 15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebuah keluarga, terbentuknya diawali dengan suatu prosesi yang disebut pernikahan.
Pernikahan yaitu bertemunya dua sejoli untuk berjanji setia menyempurnakan agama dan saling
menjaga dengan prinsip saling menghormat dan taat di dalamnya. Inti dari sebuah pernikahan
adalah untuk membina keluarga bahagia adalah terciptanya hubungan timbal-balik yang baik
antara suami dan istri. Hubungan timbal balik antara suami dan istri ini karena merekalah lakon
utamanya. Selain suami dan istri, komponen keluarga yang tak kalah pentingnya adalah
keberadaan anak-anak.
Membina keluarga itu tidaklah sembarangan. Kenapa? Hal ini karena membina sebuah
keluarga haruslah sesuai dengan koridor yang ada. Keluaga yang dibina haruslah menjadi
keluaga sehat baik lahirnya maupun batinnya. Selain harus menjadi keluarga sehat, sebuah
kelurga juga harus bisa disebut keluarga sejahtera. Kedua kriteria inilah yang dijadikan dasar
keluarga yang harmonis.
Pada realitasnya, banyak keluarga yang tidak sesuai dengan kriteria keluarga sehat dan
keluarga sejahtera. Masih banyak keluarga yang berada di lingkungan yang kotor jauh dari kata
bersih, tidak teratur danmasih dalam kata belum berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Berdasarkan situasi dan kondisi yang ada, kami berusaha memberikan pemaparan
mengenai kriteria keluarga sehat dan sejahtera. Dan bagaimana menciptakan keluarga yang
sesuai dengan cita-cita awal pernikahan.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di paparkan diatas, kami merumuskan beberapa rumusan
masalah, yaitu:
1.2.1.      Apa yang dimaksud keluarga?
1.2.2.      Apa yang dimaksud keluarga sehat?
1.2.3.      Apa yang dimaksud keluarga sejahtera?

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.3.1.      Untuk menjelaskan keluarga sehat beserta kriterianya.
1.3.2.      Untuk menjelaskan kelurga sejahtera beserta kriterianya.
1.3.3.      Untuk menambah pengalaman menulis penulis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keluarga


Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Silvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya (1989) Keluarga adalah dua atau lebih
dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
dalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah:
         Unit terkecil masyarakat.
         Terdiri atas dua orang atau lebih.
         Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
         Hidup dalam satu rumah tangga.
         Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.
         Berinteraksi diantara anggota keluarga.
         Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
         Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2.2. Pengertian Keluarga Sehat


Menurut Desi dalam blognya https://rahmidesire.wordpress.com/2014/05/26/definisi
keluarga sehat dan sejahtera, keluarga sehat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi atau
keadaan yang sejahtera baik dari segi fisik, mental, dan sosial yang kemudian memungkinkan
sebuah keluarga yang utuh (terdiri dari individu-individu yang dipimpin oleh seorang kepala
keluarga yang tinggal dalam satu lingkungan) agar dapat hidup normal secara sosial dan
ekonomi.
Dalam keluarga terjadi hubungan multi-fungsional, dimana di dalamnya terjadi banyak
interaksi dalam keluarga. Interaksi atau hubungan yang terjalin antara lain adalah hubungan
orangtua dan anak, adik dan kakak, serta suami dan istri. Masing-masing hubungan memiliki
karakteristik individual dan kepribadian yang dapat menjadi faktor pembangun dari keluarga
tersebut. Tak jarang juga terjadi konflik dalam keluarga, seperti adanya ketegangan antara
orangtua dan anak, antar saudara, suami dan istri, dan sebagainya. Sebuah keluarga dikatakan
sehat jika dapat mengatasi masalah atau konflik tersebut serta menjaga hubungan yang sehat
antara anggota keluarga. Hal yang terpenting, terutama bagi orangtua adalah bagaimana
memahami karakteristik hubungan keluarga sehat agar setiap anggota keluarga merasa didukung
dan tidak ada yang merasa dikucilkan.
Anonym dalam blognya http://sehat.link/pengertian-keuarga-sehat-secara-fisik-mental-
dan-sosial, mengemukakan beberapa karakteristik keluarga sehat diantaranya;
2.2.1. Segi Fisik
Sebuah keluarga dapat dikatakan sehat secara fisik jika memenuhi kriteria berikut ini :
         Keluarga memiliki dan menggunakan air bersih di lingkungan tempat tinggalnya.
         Keluarga memiliki dan menggunakan Toilet yang bersih.
         Seluruh anggota keluarga tidak merokok dan menggunakan zat aditif lainnya.
         Keluarga memastikan setiap anggota keluarganya cukup gizi.
         Keluarga memiliki dan menggunakan Alokasi Dana untuk pemeliharaan kesehatan.
2.2.2. Segi Mental dan Sosial
Sebuah keluarga yang sehat umumnya juga harus bisa menjaga dan mengembangkan
kesehatan mental setiap anggota keluarganya, serta menjaga agar proses sosialisasi tetap
terlaksana dengan baik. Beberapa faktor yang dapat menjadi indikator keberhasilannya adalah
sebagai berikut :
         Waktu keluarga (family time).
Menghabiskan waktu bersama keluarga adalah ibarat memperkokoh sebuah bangunan
dasar ikatan keluarga. Keluarga yang sehat biasanya berbagi waktu dan berkumpul saat makan
dan bersantai. Perbandingan waktu keluarga dan waktu pribadi yang seimbang dapat menjadi
kunci utama untuk membentuk keluarga yang sehat.
         Komunikasi.
Menghabiskan waktu dengan keluarga adalah salah satu cara untuk menjaga komunikasi
agar tetap terjalin baik antar anggota keluarga. Komunikasi ini biasanya terjalin saat berada di
meja makan, menonton TV, lari pagi bersama, dan berbagai aktifitas yang dapat mendukung
komunikasi. Kelancaran komunikasi dalam keluarga juga mampu mencairkan suasana yang
kaku, sehingga setiap anggota keluarga tidak akan merasa takut untuk mengekspresikan suatu
emosi, ketakutan, dan kekhawatirannya akan hal lain pada keluarga.
         Kepercayaan.
Rasa saling percaya akan otomatis tumbuh dalam jiwa setiap anggota keluarga yang
sehat. Namun terkadang orangtua cenderung memunculkan sikap yang overprotective terhadap
anak meraka dengan alasan ingin terus menjaga mereka dari hal buruk yang mungkin terjadi.
Padahal seharusnya orangtua dapat mulai memberikan kepercayaan anak-anak mereka untuk
sesekali membuat keputusan yang tepat berdasarkan nilai-nilai baik yang sudah ditanamkan oleh
keluarga.
         Saling Memahami Kebutuhan masing-masing.
Setiap anggota keluarga memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda. Dalam
keluarga yang sehat, sudah selayaknya untuk saling memberi dukungan dan saling membantu
ketika salah satu anggota keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya,
bukannya malah mengucilkan dan saling bersaing.

2.3. Kriteria Keluarga Sehat


Dalam kehidupan manusia modern terdapat kriteria yang di katakana sebagai keluarga
sehat, diantaranya; sehat badan dan sehat jiwa, makan makanan yang bergizi, hidup di
lingkungan yang bersih, serta berprilaku dan berinteraksi sesuai dengan etika dan norma yang
berlaku. Apabila sebuah keluarga memiliki ke empat kriteria tersebut, maka keluarga tersebut
termasuk ke dalam keluarga sempurna/lengkap. Berikut uraian kriteria keluarga sehat:
2.3.1. Sehat Badan dan Sehat Jiwa
Seorang anggota keluarga dikatakan sehat badan (sound of body), tidak dalam keadaan
sakit fisik apabila badannya segar bugar, tidak sakit/cacat akibat penyakit, kecelakaan, atau
akibat benturan dengan suatu benda keras, atau akibat serangan pihak lain atau binatang buas.
Seorang anggota keluarga dikatakan sehat jiwa (soun of mind), tidak dalam keadaan sakit jiwa
apabila cara berpikir dan bertindaknya waras, mampu membekan antara mana yang benar dan
salah, mana yang baik dan buruk, serta mana yang bermanfaat dan merugikan. Seseorang yang
sehat badan dan jiwa biasanya mampu bekerja, berkomunikasi, dan berinteraksi secara wajar,
teratur, serta mampu bertanggung jawa.
Orang tidak sehat badan atau tidak sehat jiwa memerlukan perawatan dan perlakuan
(trearment) yang berbeda. Perawatan dan perlakuan terhadap orang tidak sehat badan atau tidak
sehat jiwa dilakukan oleh tenaga medis profesional yang berbeda dan di tempat perawatan yang
berbeda pula. Tenaga medis yang dimaksud adalah dokter, dokter gigi, dokter jiwa, dan dokter
spesialis, semuanya disebut medical doctor.
2.3.2. Makanan Bergizi
Seorang anggota keluarga yang sehat badan dan jiwa adalah orang yang mengonsumsi
makanan bergizi (nutritious food) dalam ukuran yang cukup (normal). Makanan bergizi artinya
gizi (nutrient) makanan tersebut sudah ditentukan ukuran jumlah dan jenis kecukupannya
menurut ilmu gizi (nutrition). Jenis makanan yang cukup itu biasa disebut empat sehat atau lima
sempurna. Makanan empat sehat itu terdiri dari nasi/roti, sayur, lauk, buah, dan susu. Makanan
empat sehat atau lima sempurna merupakan dambaan semua keluarga, namun tingkat pendapatan
dan jumlah anggota kelurga itulah yang mempengaruhinya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan yang bergizi, dilakukanlah peningkatkan
pendapatan keluarga, tetapi hal ini terbatas pada kemampuan orang tua atau kepala keluarga.
Mungkin cara efektif yang dapat ditempuh adalah melaksanakan program keluarga berencana di
kalangan keluarga yang tingkat kelahirannya tinggi, tetapi pendapatan keluarganya rendah
melalui penyuluhan dan pelatihan. Manfaat keluarga berencana adalah pegaturan masa
kehamilan, penurunan jumlah kelahiran, pengurangan angka kematian, dan peningkatan
kesejahteraan keluarga. Di samping itu, juga dapat dilaksanakan program makanan bergizi
(empat sehat lima sempurna) melalui penyuluhan dan pelatihan.
2.3.3. Lingkungan Besih
Di samping badan dan jiwa yang sehat serta cukup makanan bergizi, seharusnya orang
tersebut juga tinggal dan hidup di lingkungan yang besih (clean environment) dan berpakaian
bersih. Lingkungan adalah tempat hidup yang berada di daratan, lautan, atau udara. Bersih
adalah keadaan yang tidak tercemar oleh kotoran manusia, hewan, sampah, limbah buangan,
polusi gas, curahan minyak, suara bising, kriminalitas, yang merusak atau merugikan kehidupan
manusia atau menjadi sumber penyakit. Konsep bersih yang dirumuskan ini biasa disebut “bersih
fisik” (phisical cleanliness) karena bentuk atau wujud keadaan yang tidak tercemar itu dapat
diamati dengan panca indera atau bersentuhan dengan raga manusia.
Di samping itu, ada pula bersih dalam arti cara berpikir bersih (clean mind), yaitu
berpikir objektif, jujur, itikad baik, manusiawi, dan berpihak pada kepentingan orang banyak.
Bersih dalam arti ini biasa disebut “bersih mental” (mental cleanliness). Misalnya, tidak akal-
akalan, tidak membodohi orang, lebih mengutamakan kepentingan orang banyak, serta bebas
dari niat korupsi dan manipulasi
Keluarga yang telah memenuhi unsur sehat badan dan jiwa, cukup makanan bergizi, serta
hidup dilingkungan yang bersih, dapat dapat dikatakan telah mempunyai tingkat kesejahteraan
hidup yang cukup baik. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan. Kesehatan (badan dan mental)
adalah syarat utama untuk berkerja mencari nafkah guna memperolah makanan bergiz. Makanan
bergizi pasti bersih, sehingga orang yang mengonsumsinya menjadi sehat. Jadi, keluarga sehat
itu adalah keluarga yang sehat badan dan jiwa, cukup makanan bergizi, pakaian bersih, tinggal
dilingkungan bersih, dan mampu bekerja keras.
2.3.4. Interaksi Sesuai dengan Etika dan Hukum
Keluarga adalah pusat interaksi suami dan istri, orangtua dan anak, serta anak dan anak,
atau dengan anggota keluarga lainnya. Interaksi tersebut dilakukan sesuai dengan etika keluarga
yang telah dituntunkan atau di contohkan oleh orangtua (ayah dan ibu). Perilaku yang
diwujudkand dalam bentuk interaksi tersebut menciptakan hubungan serasi dan harmonis, saling
menghormati, saling menghargai, saling memberi dan menerima, saling membantu, serta saling
asah dan asuh antara sesama anggota keluarga dalam lingkungan keluarga. Akibatnya, timbullah
kondisi sehat dalam arti tertib, aman, damai, serta tenteram lahir dan batin. Keadaan ini
berlangsung terus-menerus, dipatuhi dan dihargai, sampai terbiasa dan akhirnya membudaya.
Apabila anggota keluarga yang satu berhubungan dengan anggota keluarga yang lain
atau anggota masyarakat yang lebih luas, kondisi interaksi sehat tersebut berlanjut dan bahkan
beradaptasi satu sana lain, sehingga terbentuklah keberlakuan kondisi sehat yang lebih luas. Jika
ada anggota masyarakat yang melanggar kondisi sehat tersebut dalam arti perbuatan tidak sesuai
etika (ethics), anggota masyarakat sepakan pula memberi sanksi etis, misalnya dibenci,
dipencilkan dari pergaulan, tidak dihiraukan, ataupun tidak disukai.
Dalam konteks etika dan hukum pergaulan hidup, anggota keluarga atau masyarakat yang
bertindak sesuai dengan etika atau hukum yang berlaku, menciptakan kondisi sehat yang
menyenangkan bagi semua orang, bahkan terhadap pemeliharaan lingkungan alam dan hewan di
sekitarnya. Suasana keteraturan berlangsung terus-menerus dan terbiasa yang akhirnya menjadi
budaya keluarga atau masyarakat sadar hukum.

2.4. Pengertian Keluarga Kesejahteraan


Menurut desi dalamm blognya keluarga-sehat-dan-sejahtera/, mengemukakan beberapa
pengertian keluarga sejahtera diantaranya:
“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas,
2001:1011).
“Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha
Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
Sejahtera adalah keadaan keluarga yang hidup makmur, dalam kelompok teratur,
berdasarkan sistem nilai, bebas dari penyakit, tidak ada gangguan, dan menyenangkan.
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara
keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju
keselamatan dan ketentraman hidup.Berdasarkan konsep tersebut, ada beberapa faktor yang perlu
dikaji agar dapat menjelaskan konsep sejahtera.

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga


Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga, yaitu:
2.5.1. Faktor internal keluarga
         Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup
dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi
kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan
lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah
anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
         Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat
tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan
suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang
tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering
terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak
memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat
tinggal.
         Keadaan sosial ekonomi keluarga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial
dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana
ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara
anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati dan
rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-
membantu dan saling mempercayai.
         Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga. Jadi
semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan
taraf hidup keluarga.
2.5.2. Faktor eksternal keluarga
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan
dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat
menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota
keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
         Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
         Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
         Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi.

2.6. Tahapan-Tahapan Kesejahteraan Keluarga


Menurut Besty Gloria, Dalam blognya konsep-keluarga-sejahterah terdapat beberapa
tahapan dan indikator kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional) adalah sebagai berikut :
2.6.1. Keluarga pra sejahtera (Sering dikelompokkan sebagai “Keluarga Sangat Miskin”)
Keluarga pra sejahtra yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
(basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan
dan KB. Jenis keluarga ini belum bisa memenuhi beberapa kriteria dasar keluarga sejahtera,
seperti:
         Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.
         Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.
         Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau
berpergian.
         Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.
         Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.
2.6.2. Keluarga Sejahtera I (Sering dikelompokkan sebagai “Miskin”)
Keluarga Sejahtera I yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya
secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan
akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga
sejahtera I kebutuhan dasar telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi
yaitu:
         Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
         Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
         Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun.
         Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah.
         Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat.
         Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
         Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
         Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini.
         Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi
(kecuali sedang hamil).
2.6.3. Keluarga Sejahtera II
Keluarga Sejahtera II yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
dasasrnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi. Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial
psikologis telah terpenuhi, namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
         Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
         Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
         Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat dimanfaatkan
untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
         Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
         Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
         Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
         Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah.
2.6.4. Keluarga Sejahtera III
Keluarga Sejahtera III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah terpenuhi,
namun kepedulian belum yaitu:
         Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan
sosial/masyarakat dalam bentuk material.
         Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan atau
instansi masyarakat.
         Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan, sandang, dan papan)
yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan yang dimiliki barulah dikatakan makmur
dan sejahtera.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai keluar sehat dan keluarga sejahtra, secara umum dapat
disimpulkan kedalam beberapa poin, diantaranya:
         Keluarga sehat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi atau keadaan yang sejahtera baik dari
segi dari fisik, mental, dan sosial yang kemudian memungkinkan sebuah keluarga agar dapat
hidup normal secara sosial dan ekonomi.
         Dalam kehidupan manusia modern terdapat kriteria yang di katakana sebagai keluarga sehat,
diantaranya; sehat badan dan sehat jiwa, makan makanan yang bergizi, hidup di lingkungan yang
bersih, serta berprilaku dan berinteraksi sesuai dengan etika dan norma yang berlaku.
         Sejahtera adalah keadaan keluarga yang hidup makmur (mampu memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan) berada dalam kelompok yang teratur, berdasarkan sistem nilai, bebas dari
penyakit, tidak ada gangguan, dan menyenangkan.
         Apa pun beberapa faktor yang mempengarruhi tingkat kesejahteraan keluarga terdiri atas dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
         Berdasarkan tahapannya keluarga sejahtera terbagi kedalan 4 bagian, yaitu: keluarga pra
sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, dan keluarga sejahtera III.

3.2. Saran
Keluarga sehat dan keluarga sejahtera keduanya saling berhubungan timbal balik. maka
dari itu penulis memberikan beberapa saran mengenai keluarga sehat dan sejahtera untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat:
         Hendaknya pemerintah lebih memberikan banyak perhatiannya kepada kalangan muda
mengenai keluarga sehat dan sejahtera.
         Selain program pemerintah, masyarakat juga diharapkan mempunyai kesadaran besar mengenai
sebuah keluarga, dan bagaimanakah caranya mengkondisikan sebuah keluarga menjadi keluarga
sehat dan keluarga sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai