Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Apendisitis adalah peradangan dari apendik vermiformis, dan

merupakan penyebab masalah abdomen yang paling sering, insiden

apendisitis di dunia tahun 2007 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah

penduduk dunia. Angka kejadian apendisitis di negara maju lebih besar

daripada di negara berkembang. Satu dari 15 orang pernah menderita

apendisitis dalam hidupnya. [ CITATION Nov18 \l 1057 ].Penyebab

apendisitis biasanya bisa terjadi akibat pola makan yang kurang sehat,

selain itu bahan makanan yang dikonsumsi dan cara pengolahan serta

waktu makan yang tidak teratur sehingga hal ini dapat menyebabkan

apendisitis, kebiasaan pola makan yang kurang dalam mengkonsumsi

serat yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional appendiks dan

meningkatkan pertumbuhan kuman, sehingga terjadi peradang pada

appendiks [ CITATION Har12 \l 1057 ].

Menurut dr. Albert Eko H.Msi.Med.Sp.B dalam sebuah studi

American Journal of Epidemiology pada tahun 1990 menemukan bahwa

apendisitis adalah kondisi umum yang mempengaruhi sekitar 6.7%

perempuan dan 8.6% laki-laki. Di Amerika Serikat 250.000 kasus

apendisitis dilaporkan setiap tahun. Individu dari segala usia mungkin

terpengaruh, dengan insiden tertinggi terjadi pada remaja. Namun kasus

yang jarang terjadi pada apendisitis neonatal dan prenatal telah

dilaporkan. Peningkatan kewaspadaan dalam mengenali dan mengobati

kemungkinan kasus apendisitis sangat penting pada anak-anak dan lanjut


usia, karena populasi ini memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi.

[ CITATION Dit18 \l 1057 ].

Angka kejadian apendisitis di Indonesia dilaporkan sekitar 95/1000

penduduk dengan jumlah kasus sekitar 10 juta setiap tahunnya dan

merupakan kejadian tertinggi di ASEAN [ CITATION Pad17 \l 1057 ].

Prevalensi dari apendisitis sekitar 7% dari kebanyakan populasi di

Amerika dengan kejadian 1,1 kasus per seribu orang per tahun. Kejadian

apendisitis mencapai puncaknya pada kelompok usia remaja akhir yaitu

usia 17 – 25 tahun. Frekuensi terjadinya apendisitis antara laki-laki dan

perempuan umumnya sama. Terdapat perbedaan pada usia 20-30 tahun,

dimana kasus apendisitis lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki

pada usia tersebut. [ CITATION Cat191 \l 1057 ].

Berdasarkan penelitian Windy C.S dan M Sabir diperoleh

kelompok usia 17-25 tahun sebanyak 38,9% pada apendisitis akut dan

27,8% pada apendisitis perforasi. Hasil tersebut tidak jauh berbeda

dengan penelitian yang dilakukan Marisa dkk di Semarang pada tahun

2011, didapatkan insiden tertinggi pada apendisitis akut dan perforasi

terjadi pada usia 15-24 tahun. Diagnosis apendisitis ditegakkan dengan

riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan

ultrasonography (USG). Pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam salah

satu penegakkan diagnosisi apendisitis. Suhu tubuh <37○C didapatkan

pada pasien apendisitis tanpa komplikasi dan pada kasus perforasi

terdapat demam tinggi dengan rata-rata 38,3○C. Kadar leukosit secara

signifikan lebih tinggi pada kasus perforasi dibandingkan dengan tanpa

perforasi.Leukositosis pada pasien apendisitis akut dapat mencapai


10.000-18.000 sel/mm3 maka umumnya terjadi peritonitis akibat

perforasi[ CITATION Win16 \l 1057 ].

Dampak dari apendisitis terhadap kebutuhan dasar manusia

diantaranya kebutuhan dasar cairan kebutuhan dasar, karena penderita

mengalami demam tinggi sehingga pemenuhan cairan berkurang.

Kebutuhan dasar nutrisi berkurang karena pasien apendisitis mengalami

mual, muntah, dan tidak nafsu makan. Kebutuhan rasa nyaman penderita

mengalami nyeri pada abdomen karena peradangan yang dialami dan

personal hygiene terganggu karena penderita mengalami kelemahan.

Kebutuhan rasa aman penderita mengalami kecemasan karena penyakit

yang dideritanya [ CITATION Far15 \l 1057 ].

Apendiks perforasi selalu diawali oleh obstruksi lumen apendiks

oleh berbagai sebab. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan intra

luminal yang mengakibatkan gangguan vaskularisasi hingga terjadi

apendisitis perforasi [ CITATION Ann18 \l 1057 ]. Penanganan standar

apendisitis di dunia adalah operasi apendiktomi dan dilakukan laparatomi

jika sudah terjadi perforasi [ CITATION Win16 \l 1057 ]. Laparatomi

merupakan pembedahan abdomen, membuka selaput abdomen dengan

operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ-organ abdomen dan

membantu diagnosis masalah termasuk penyembuhan penyakit-penyakit

pada bagian abdomen [ CITATION Ser19 \l 1057 ].

Di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi angka

kejadian pasien apendisitis pada usia 11-20 tahun sebanyak 24 kasus

(31,2%) dan paling sedikit pada usia lebih dari 60 tahun yaitu 2 kasus

(2,6%) [ CITATION Wul17 \l 1057 ]. Menurut data rekam medis di Ruang E3


RSUD Cibabat Kota Cimahi, jumlah kasus pasien yang masuk dengan

apendisitis di ruang E3 Rumah Sakit Cibabat Kota Cimahi pada bulan

November 2019 hingga Januari 2020 mencapai 21 pasien.

Peran dan tanggung jawab perawat sangat diperlukan sebagai

edukator, peran ini dilakukan untuk memberikan pendidikan kesehatan

agar dapat meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakit

apendisitis. Perawat juga sebagai pemberi asuhan dengan

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar klien melalui pemberian

pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan,

sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa

direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai tingkat

kebutuhan dasar yang klien butuhkan, kemudian dievaluasi tingkat

perkembangannya untuk mencegah komplikasi yang memperlambat

perawatan dirumah sakit atau membahayakan diri pasien.

Pada saat dikaji keadaan klien yang mengalami apendisitis

mengeluh nyeri yang sangat hebat pada abdomen kanan bawah, nyeri

dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan menjalar hingga ke pinggang. Klien

mengatakan panas dingin, dan tidak kuat merasakan sakit yang

dialaminya. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoriom terdapat

peningkatan leukosit hingga 14.200 sel/mm3.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengangkat

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Tindakan

Laparatomi akibat Apendisitis Perforasi di Ruang E3 Rumah Sakit Umum

Daerah Cibabat Kota Cimahi”.


B. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mempunyai tujuan sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Memaparkan hasil asuhan keperawatan dengan post

laparatomi akibat apendisitis perforasi dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien post laparatomi akibat

apendisitis perforasi.

b. Mampu menganalisis dan merumuskan diagnosa keperawatan

pada pasien post laparatomi akibat apendisitis perforasi.

c. Mampu membuat perencanaan tindakan keperawatan pada

pasien post laparatomi akibat apendisitis perforasi.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien post

laparatomi akibat apendisitis perforasi.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien

post laparatomi akibat apendisitis perforasi.

f. Mampu melakukan pendokumentasian sesuai dengan tindakan

keperawatan pada pasien post laparatomi akibat apendisitis

perforasi.

C. Kerangka Penelitian

1. Pengumpulan Data

Guna menunjang kelengkapan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :


a. Observasi Partisipasi

Penulis melakukan proses pengamatan terhadap pasien secara

langsung dan intens dengan merawat klien dirumah sakit untuk

mendapatkan data objektif tentang apendisitis dan mengevaluasi

perkembangan klien.

b. Wawancara

Penulis melakukan wawancara untuk mendapatkan data subjektif

dari klien, keluarga klien, orang terdekat, atau tenaga kesehatan

lainnya.

c. Studi Dokumentasi

Menggunakan catatan medik untuk memperoleh data dari hasil

pemeriksaan, program pengobatan dan tanya terapi yang

diberikan serta catatan lain yang relevan dengan penyusunan

Karya Tulis ini.

d. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan data baik berupa buku atau jurnal,

mengakses (browsing internet), atau sumber lain yang

diperbolehkan terkait dengan asuhan keperawatan kepada klien.

2. Tempat dan Waktu

Asuhan Keperawatan diberikan di Gedung E lantai 3 Rumah Sakit

Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi pada tanggal 3 Februari hingga 7

Februari 2020.

3. Manfaat Penulisan

Karya tulis ilmiah yang disusun penulis diharapkan bermanfaat bagi

pihak-pihak yang terkait, antara lain :


a. Manfaat Teoritis

Hasil laporan kasus ini dapat menjadi proses dalam

pengembangan ilmu guna meningkatkan pengetahuan tentang

asuhan keperawatan post laparatomi akibat apendisitis perforasi.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Perawat

Dapat melakukan asuhan keperawatan post laparatomi akibat

apendisitis perforasi secara langsung dan optimal pada

praktek klinik keperawatan.

2) Bagi Rumah Sakit

Karya Tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam

pemberian asuhan keperawatan post laparatomi akibat

apendisitis perforasi.

Anda mungkin juga menyukai