Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang
adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis
memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan
arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan
permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari
penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah
No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM
Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.
b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:
i. Ekonomi
ii. Lingkungan Hidup
iii. Sosial Budaya
iv. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
v. Pertahanan dan Keamanan
c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan
c) RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan
drainase
iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur
ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:
a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari
RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-
JM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan
pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola
ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah
mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.
c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk
bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk
penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
Rencana pola ruang wilayah mencakup: (1) Rencana pengembangan ruang kawasan
lindung dan (2) Rencana pengembangan kawasan budidaya. Pola pemanfataan ruang dan
luasan wilayah untuk pola ruang di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel 3.4.
1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya (yang dalam hal ini
terdiri dari hutan lindung), tersebar di hampir seluruh pulau dengan luas 799.629,6
Ha atau sekitar 21,9 % dari total luas daratan. Sebaran hutan lindung ini mayoritas
tersebar di Pulau Halmahera Utara, Pulau Bacan, Pulau Mangoledan Pulau Taliabu
(tersebar di seluruh kabupaten);
2) Kawasan perlindungan setempat berlokasi di sepanjang pantai seluruh pulau, sekitar
danau dan sungai;
3) Kawasan suaka alam yang terdiri atas beberapa jenis, baik di daratan maupun di
wilayah perairan laut. Lokasinya adalah sebagai berikut:
a) Taman Nasional Aketajawe, Kota Tidore Kepulauan, GP-1 (RTRWN);
b) Cagar Alam Lolobata, Halmahera Timur, GP-5 (RTRWN);
c) Cagar Alam Wayabula di Pulau Morotai (diusulkan), GP-4;
d) Suaka Margasatwa Gamkonora yang terdapat di Kecamatan Sahu/Ibu
(diusulkan), GP-2;
e) Cagar Alam Saketa di Pulau Halmahera bagian selatan, GP-6;
f) Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan, GP-6 (RTRWN);
g) Cagar Alam Pulau Obi, GP-6 (RTRWN);
h) Cagar Alam Lifamatola, GP-7 (RTRWN);
i) Cagar Alam Tobalai (RTRWN);
Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program III - 21
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014
I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
j) Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu, GP-8 (RTRWN);
k) Cagar Alam Pulau Seho di Pulau Seho, Taliabu Barat, GP-8 (RTRWN);
l) Cagar Alam Taman Laut di Tobelo (diusulkan), GP-3;
m) Cagar Alam Taman Laut di Gane Timur (diusulkan), GP-6.
Secara lengkap pengembangan kawasan lindung di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
(b) Hortikultura
Buah-buahan yang banyak diusahakan adalah Durian, rambutan, mangga, jeruk,
langsat, duku, manggis, nangka, alpukat, pepaya, jambu, nenas, salak, semangka,
sukun, pisang, dan lain-lain dengan luasan ±14.115 Ha. Sedangkan sayur-sayuran
yang banyak diusahakan antara lain, kangkung, bayam, terong, cabe, tomat,
ketimun, sawi, kacang panjang, buncis dan lain-lain dengan luas lahan sebesar ±
1.406 Ha.
(c) Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan adalah Kelapa, pala, cengkeh, kakao,
kopi, jambu mete, kayu manis, vanili, dan lain-lain dengan luasan ± 246.322 Ha.
(d) Peternakan
Populasi ternak yang dominan di Maluku Utara adalah kambing dan sapi yang
tersebar hampir merata di Kabupaten/ Kota. Khusus mengenai ternak sapi terdapat
potensi di Halmahera Timur, sedangkan ternak kambing potensial di Halmahera
Selatan dan Halmahera Tengah. Tidak terdapat kawasan yang secara spesifik
diarahkan khusus sebagai daerah peternakan skala besar. Namun pemanfaatan
ruang kegiatan peternakan pada dasarnya mengacu pada potensi yang sudah
berkembang dan mengacu pada tata ruang daerah Kota atau Kabupaten yang
bersangkutan.
(f) Pertambangan
Lokasi atau Kawasan pertambangan, terdapat cukup banyak dan tersebar di
Maluku Utara dengan berbagai ragam jenis tambang. Namun yang terpenting
bahwa pengembangan lokas pertambangan tidak merubah fungsi hutan lindung
atau kawasan lindung. Pengembangan secara lebih luas mengenai pertambangan
tetap mengacu pada peraturan perundanganan mengenai kegiatan pertambangan
secara nasional. Pemanfaatan lahan untuk pertambangan adalah pada tatanan
kawasan budidaya yang non produktif dibagian permukaan tanah, sehingga
memberikan manfaat lain pada kondisi tanah yang sebelumnya dianggap non
produktif.
(g) Permukiman
Kawasan pemukiman dalam struktur tatanan ruang adalah kawasan pemukiman
perkotaan atau perdesaan. Sedangkan dalam wujud pengembangannya adalah
dapat berupa permukiman tertentu menurut fungsi pemakainya, seperti permukiman
transmigrasi, permukiman nelayan, permukiman pegawai, dan lain lain. Dalam hal
pengembanga pemukiman, diarahkan untuk menempati lahan yang ditujukan
sebagai lahan fungsi budidaya dengan kelerengan yang tidak sampai melebihi 25%.
Alokasi ruang pemukiman adalah pada unit-unit satuan pedesaan atau perkotaan,
karena pada hakekatnya penempatan ruang pemukiman adalah sebagai inti
kegiatan kehidupan pedesaan dan perkotaan. Selain itu, pengembangan
permukiman perlu disinergikan dengan keadaan infrastruktur seperti jaringan jalan,
air bersih, listrik dan telekomunikasi. Rencana Tata Ruang baik di tingkat Kota dan
Kabupaten pada dasarnya sudah menempatkan fungsi kota atau desa menurut
ordenya masing-masing, dimana dalam ruang kota dan desa tersebut terdapat
ruang kegiatan permukiman.
(h) Pariwisata
Kawasan pariwisata banyak yang sudah berkembang di Maluku Utara, namun
banyak juga yang belum diberdayakan sebagai sumber devisa daerah. Sejumlah
peninggalan bersejarah seperti benteng, meriam, bahkan kebudayaan, dapa
dijadikan oyek wisata melalui prosedur perlindungan benda bersejarah. Dengan
demikian maka pada daerah tertentu yang memiliki peninggalan bersejarah tersebut
perlu diberikan perlindungan pemanfaatan ruang sampai pada tingkat
Kota/Kabupaten. Disebutkan diantaranya di Ternate, Tidore, Bacan, dan lain-lain.
Sementara itu, kawasan lindung seperti taman suaka alam, hutan lindung, dan
taman lindung laut, juga berpotensi untuk dijadikan obyek wisata. Dengan demikian
(i) Industri
Pengembangan industri di Maluku Utara, dapat berupa industri berat maupun ringan
dan dapat berada di suatu kawasan khusus industri, dengan persyaratan tetap di
kawasan budidaya. Persyaratan lokasi kawasan industri telah diatur menurut
ketentuan yang ada baik dari Deperindag maupun dari Departemen Kimpraswil.
Pada prinsipnya alokasi kawasan industri berada pada kelerengan yang tidak lebih
dari 8 persen serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk
pengembangannya.
Hierarki kota atau daerah perkotaan dibagi atas 4 kelompok berdasarkan fungsi dan
pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu:
(a) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN).
Kota atau daerah yang dimaksud adalah perkotaan yang mempunyai wilayah
pelayanan skala nasional, disamping merupakan pintu gerbang bagi keluar
masuknya arus barang dan jasa, juga merupakan simpul perdagangan
internasional. Kota atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini merupakan pusat
pelayanan jasa, produksi, dan distribusi serta merupakan simpul transportasi untuk
pencapaian beberapa pusat kawasan atau provinsi. Biasanya yang termasuk
golongan kota/perkotaan ini adalah kota-kota besar/metropolitan, disebabkan
karena kelengkapan sarana dan prasarana yang dimilikinya.
(b) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW).
Daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup
beberapa kawasan atau kabupaten. Golongan ini biasanya merupakan kota besar
dan kota sedang setara dengan kota orde I.
(c) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang
merupakan Pusat Wilayah Pengembangan (Gugus Pulau), dan diusulkan menjadi
Pusat Kegiatan Wilayah. Kota tersebut disebut PKLW (Pusat Kegiatan Lingkungan-
Wilayah)
(d) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Kota atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini adalah yang mempunyai wilayah
pelayanan beberapa kawasan dalam lingkup kabupaten dan umumnya merupakan
kota kecil/ibukota kecamatan.
Secara diagramatis hierarki pusat-pusat permukiman di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat
pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Rencana Struktur Pusat-Pusat Permukiman di Provinsi Maluku Utara
Secara lengkap rencana kebijakan untuk pengembangan PKN, PKW, PKSN, PKLW dan
PKL di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
(1) Rencana Kebijakan Pengembangan PKN
Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-kota utama di wilayah Indonesia
Bagian Timur (seperti Sorong, Fak-fak, Biak, Merauke, Dili, Manado, Kendari dan
Ujung Pandang), Indonesia Bagian Barat (Surabaya, Jakarta, dan lain-lain) dan
Negara Asia Pasifik (Australia, Jepang dan lain-lain) melalui peningkatan sarana dan
prasarana komunikasi (laut, udara dan telekomunikasi);
Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dengan pendekatan
program pembangunan prasarana kota terpadu;
Peningkatan peran swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana perkotaan;
Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri, jasa, perdagangan, dan lain-lain)
untuk memacu pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan kerja;
Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata
ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.
Rencana struktur ruang di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2
Peta Rencana Struktur Ruang Di Provinsi Maluku Tahun 2027
Sejalan dengan pemekaran wilayah, dan guna mewujudkan program pembangunan yang
lebih terencana dan terintegrasi antara berbagai sektor pembangunan, maka diperlukan
Rencana Tata Ruang Wilayah sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan dalam
memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan sesuai dengan Bab 2 pasal 3 ayat (3) UU
No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Dalam pasal ini ditegaskan bahwa penyelenggaraan
penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
dengan:
i. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
ii. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
iii. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Penyusunan rencana tata ruang ini merupakan sesuatu hal yang penting dalam
mengantisipasi perkembangan fisik dan penduduk di masa datang serta pemanfaatan hasil-
hasil sumber daya alam secara optimal, agar perkembangan tersebut dapat terarah,
mempertimbangkan kendala fisik dan lingkungan, serta tepat sasaran.
Penyusunan RTRW Kabupaten Halmahera Tengah ini dimaksudkan untuk merumuskan dan
menetapkan kebijakan dan arahan yang menyangkut pola ruang baik bagi kegiatan
budidaya maupun non-budidaya. Kegiatan-kegiatan penduduk yang menggunakan ruang
diharapkan dapat direncanakan dan diatur alokasinya sesuai dengan peruntukkan lahan dan
daya dukung lingkungan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Halmahera Tengah ini
diharapkan menjadi arahan dan pedoman pengendalian pembangunan dalam kaitannya
dengan perubahan-perubahan tata ruang di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah.
Tabel 3.4.
Rencana Pengelolaan dan Sebaran Lokasi Kawasan Lindung
di Kabupaten Halmahera Tengah
Klasifikasi Kawasan
Rencana Pengelolaan Lokasi
Lindung
Kawasan resapan air adalah daerah yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan
tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna
Kawasan yang sebagai sumber air. Seluruh area
memberikan
Perlindungan terhadap kawasan resapan air, hutan lindung
perlindungan terhadap
dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup dan hutan
kawasan dibawahnya :
bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu produksi
Kawasan Resapan Air
untuk keperluan penyediaan kebutuhan air
tanah dan pengendalian banjir, baik untuk
kawasan bawahannya maupun kawasan yang
bersangkutan.
a. Jalur sempadan sungai dan pantai
b. Kawasan sekitar danau/bendungan/waduk
c. Kawasan sekitar tegangan tinggi
d. Sempadan jalan By Pass Halut
e. Taman Kota dan pemakaman umum
a. Taman lingkungan untuk 100 penduduk
Kawasan perlindungan dengan luas 100 m2, atau standar 1 m2/pdd
setempat (ruang yang dapat berdekatan dengan fasilitas Tersebar
terbuka hijau) pendidikan SD
b. Taman skala kelurahan atau untuk 1000 –
2000 penduduk dengan dan taman-taman
dengan luas 6.00 m2;, atau standar 0,3
m2/pdd.
c. Taman skala Kecamatan atau untuk 10,000
penduduk dengan luas 2000 m2, atau standar
0,2 m2/pdd.
Weda, wairoro
dan sekitar
Kawasan yang diidentifikasi memiliki potensi aliran air (rawan
Kawasan rawan
mengalami bencana alam akibat longsor dan banjir),
bencana
banjir sepanjang
pesisir pantai
(rawan tsunami)
Sumber : Analisis 2008
Tabel 3.5
Jenis, Definisi, dan Kriteria Kawasan Budidaya
Jenis
No. Definsi Kriteria
kawasan
1. Kawasan Hutan Produksi
a. Kawasan Kawasan yang Kawasan hutan dengan faktor-faktor
hutan diperuntukkan bagi hutan lereng lapangan, jenis tanah, curah
produksi terbatas, dimana hujan yang mempunyai nilai skor 125-
terbatas eksploitasi hanya melalui 174, di luar hutan suaka alam, hutan
tebang pilih dan tanam wisata dan hutan konversi lainnya (SK
Mentan No 683/Kpts/Um/8/81 &
837/Kpts/Um/11/80)
b. Kawasan Kawasan yang Kawasan hutan dengan faktor-faktor
hutan diperuntukkan bagi hutan lereng lapangan, jenis tanah, curah
produksi tetap produksi tetap, dimana hujan yang mempunyai nilai skor 124,
eksploitasi melalui tebang di luar hutan suaka alam, hutan wisata
pilih atau tebang habis dan hutan konversi lainnya (SK Mentan
dan tanam No 683/Kpts/Um/8/81 &
837/Kpts/Um/11/80)
c. Kawasan Kawasan hutan yang Kawasan hutan dengan faktor-faktor
hutan bilamana diperlukan dapat lereng lapangan, jenis tanah, curah
produksi dialihfungsikan hujan yang mempunyai nilai skor 124,
konversi di luar hutan suaka alam, hutan
produksi tetap dan hutan produksi
terbatas dan hutan konversi lainnya
(SK Mentan No 683/Kpts/Um/8/81 &
837/Kpts/Um/11/80)
a. Kawasan Kawasan yang Kawasan yang sesuai untuk tanaman
tanaman diperuntukkan bagi pangan lahan basah adalah yang
pangan lahan tanaman pangan lahan mempunyai sistem dan atau potensi
basah basah dimana pengembangan pengairan yang
pengairannya dapat memiliki :
diperoleh secara alamiah (a) Ketinggian <000 m & kelerengan
maupun teknis <40%
(b) Kedalaman efektif lapisan tanah
Secara lebih jelas mengenai sebaran lokasi kawasan lindung dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3
PetaPolaRuangKabupaten Halmahera Tengah
Tabel 3.6
Wilayah Pengembangan
Wilayah
Pusat Fungsi Yang Dikembangkan
Pengembangan
Weda a. Pusat Pemerintahan Kabupaten
b. Simpul transportasi laut dan darat
c. Pertambangan
d. Pertanian tanaman pangan
WP I e. Perkebunan
f. Perikanan laut
g. Permukiman
h. Jasa dan Perdagangan
i. Pariwisata
Wairoro a. Pertanian tanaman pangan
WP II
b. Peternakan
Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program III - 37
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014
I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Wilayah
Pusat Fungsi Yang Dikembangkan
Pengembangan
c. Perikanan laut
d. Permukiman
e. Pariwisata
Sagea a. Pusat pemerintahan kecamatan
b. Perkebunan
WP III c. Perikanan laut
d. Permukiman
e. Pariwisata
Patani a. Pusat pemerintahan kecamatan
b. Simpul transportasi laut
c. Pertambangan
WP IV
d. Perikanan laut
e. Permukiman
f. Pariwisata
Kapaleo a. Pusat pemerintahan kecamatan
b. Simpul transportasi laut dan udara
c. Pertambangan
WP P.Gebe V d. Perikanan laut
e. Permukiman
f. Pariwisata
Sumber : Hasil Analisis, 2008
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan
dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa
kepentingan, yaitu:
a. pertahanan dan keamanan
b. pertumbuhan ekonomi
c. sosial dan budaya
d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah dipaparkan pada bab
sebelumnya.
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan
yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan
PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai
berikut:
a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga
b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga
c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya
d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) telah dipaparkan pada
bab sebelumnya.
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu
sebagai berikut:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional
PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan
perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar
lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.
Gambar 3.5
Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah
Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
dipaparkan pada Tabel 3.7.
NO KORIDOR KPI
(1) (2) (3)
1. Koridor Ekonomi (KE) Sei Mangkei
Sumatera Tapanuli Selatan
Dairi
Dumai
Tj Api-Api – Tj Carat
Muaraenim – Pendopo
Palembang
Prabumulih
Bangka Barat, Babel
Batam
Bandar Lampung
Peraturan Pemerintah ini juga mengatur tindak lanjut KEK yang telah ditetapkan yang
meliputi pembangunan dan pengelolaan KEK. Pembangunan KEK meliputi pengaturan
mengenai pembebasan tanah untuk lokasi KEK dan pelaksanaan pembangunan fisik KEK,
serta pembiayaan pembangunan KEK. Sedangkan Pengelolaan KEK meliputi pengaturan
mengenai Administrator dan Badan U saha pengelola serta penyelenggaraan PTSP di KEK.
Agar pengelolaan KEK sesuai dengan maksud pembentukannya, Peraturan Pemerintah ini
mengatur juga evaluasi kinerja pengelola, pelaksanaan evaluasi pengelolaan KEK, dan
penyampaian hasil evaluasi pengelolaan KEK.
Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada Tabel 3.8.
Dari beberapa penetapan lokasi untuk menjadi KEK, terlihat bahwa di wilayah Provinsi
Maluku Utara yang ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus ialah Kabupaten Pulau
Morotai. Hal ini dikarenakan, Morotai memiliki daya tarik bagi investasi kelautan (marine
investment) maupun investasi kepariwisataan dan sejarah yang lebih dari bagian wilayah
Maluku Utara lainnya. Selain daripada itu lokasi KEK terdapat di dareah Sumatera, Banten,
dan Kalimantan Timur.
Tabel 3.9
MatriksIsianLokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK
diKabupaten Halmahera Tengah
KSN
STATUS
SUDUT PKN PKSN KPI MP3EI KEK
KSN HUKUM
KEPENTINGAN
RTRW KSN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
KawasanPerbat
asan Laut
RI termasuk
8pulau kecil
terluar(Pulau Pertahanan
KPI
Jiew,Budd, dan - - - -
Halmahera
Fani,Miossu, Keamanan
Fanildo,Bras,
Bepondi,dan
Liki) dengan
negara Palau
Gambar 3.6. Kabupaten/Kota Prioritas di Prov. Maluku Utara (Sumber : Dit. Bina Program Ditjen.
Cipta Karya Kememterian PU)
Tabel 3.11. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B di Prov. Maluku Utara
PKSN KSN KPI-MP3EI
PKN KEK
(PP No. 26 (PP No. 26 (Perpres PERDA
NO KAB/KOTA (PP No. 26 (PP No.2
tahun tahun No.32 th RTRW
tahun 2008) th 2011)
2008) 2008) 2011)
Tabel 3.12. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster C di Prov. Maluku Utara
KEK KPI-MP3EI
PKN PKSN KSN
(PP (Perpres PERDA
NO KAB/KOTA (PP No. 26 (PP No. 26 (PP No. 26
No.2 th No.32 th RTRW
tahun 2008) tahun 2008) tahun 2008)
2011) 2011)
TIDORE No. 25 Tahun
1
KEPULAUAN - - - - - 2013
No. 3 Tahun
2 KEPULAUAN SULA - - - - - 2011
TALIABU (Kabupaten
3 pemerkaran dari - - - - - -
Kepulauan Sula