Disusun Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya laporan yang berjudul ”Pengaturan dan Pengawasan
Perbankan (Otoritas Jasa Keuangan)” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
1. Ibu Murdiyah Hayati, M.M. selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Manajemen Perbankan yang telah membimbing dan memberi kesempatan
kepada penulis untuk menyusun makalah ini.
2. Mahasiswa/i Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendukung dan membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga gagasan pada makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..34
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 35
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1998. Krisis tersebut menyebabkan
efek yang besar bagi perekonomian Indonesia. Banyak lembaga keuangan yang
harus gulung tikar. Kemudian munculah gagasan untuk mendirikan sebuah
lembaga independen untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurut undang-
undang pembentukan otoritas jasa keuangan harus sudah terbentuk pada tahun
2002. Meskipun sudah berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan UU, tapi
kenyataanya pada tahun 2002 belum terbentuk juga. Pada tanggal 27 oktober
2011, RUU Otoritas Jasa Keuangan disahkan oleh DPR, dan selanjutnya
pemerintah mensahkan dan membuat undang-undang tentang Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yaitu undang-undang Nomor 21 tahun 2011.
4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas pengaturan dan
pengawasan bank.
2. Untuk mengetahui cara memahami tindakan BI terhadap bank yang
bermasalah.
3. Untuk mengetahui apa itu likuidasi bank.
4. Untuk mengetahui ketentuan giro wajib minimum.
5. Untuk mengetahui cara pembatasan transaksi rupiah.
6. Untuk mengetahui batas maksimum pemberian kredit.
7. Untuk mengetahui apa itu market risk.
8. Untuk mengetahui penerbitan Sertifikat Bank Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dr. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014) hal 318
6
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini”.2
7
anggaran, personalia,struktur organisasi, sistem informasi, sistem
dokumentasi, dan berbagai pengaturan pelaksanaan berupa pangkat hukum
yang dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.3
Otoritas Jasa Keuangan memiliki arti yang sangat penting, tidak hanya
bagi masyarakat umum dan pemerintah saja, akan tetapi juga bagi dunia usaha
(bisnis). Bagi masyarakat tentunya dengan adanya OJK akan akan
memberikan perlindungan dan rasa aman atas investasi atau transaksi yang
dijalankannya lewat lembaga jasa keuangan. Bagi pemerintah adalah akan
memberikan keuntungan rasa aman bagi masyarakatnya dan perolehan
pendapatan dari perusahaan berupa pajak atau penyediaan barang dan jasa
yang berkualitas baik. Sedangkan bagi dunia usaha, dengan adanya OJK maka
pengelolaannya semakin baik dan perusahaan yang dijalankan makin sehat
dan lancar, yang pada akhirnya akan memperoleh keuntungan yang berlipat.
a. Perbankan
b. Pasar Modal
3
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan,
(Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005) hal 46-47
8
c. Asuransi
d. Dana Pensiun
e. Lembaga Pembiayaan
f. Pegadaian
g. Lembaga Peminjaman
a. Tugas pengaturan
b. Tugas pengawasan
9
dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan, penunjukan dan
pengelolaan pengguna statuter, memberikan perintah tertulis kepada
lembaga jasa keuangan atau pihak lain, menetapkan sanski
administratif terhadap pelaku pelanggaran peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan
kepada lembaga jasa keuangan.4
4
Op.cit, hal 322-323
10
2) Pemegang saham mengganti Dewan Komisaris atau Direksi bank
7) Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank
kepada bank atau pihak lain
11
sistem perbankan, Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank.
Kemudian Bank Indonesia dapat memerintahkan direksi bank untuk
segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna
membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi.
5
Op.cit, hal 200-201
12
SIARAN PERS
13
PT. Bank Perkreditan Rakyat Multi Artha Mas Sejahtera, yang beralamat
di Revo Town (d/h Bekasi Square Shopping Center) Nomor 78, Pekayon
Jaya, Kota Bekasi telah dicabut izin usahanya oleh OJK sejak 2 tahun lalu,
yakni sejak tanggal 26 Agustus 2016.6
6
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-Ungkap-Kasus-
Tindak-Pidana-Perbankan-di-BPR-MAMS-Bekasi.aspx, diakses pada tanggal 23 Maret 2019, pukul
13.52
14
yang susunan dan nama-nama calon anggota Tim Likuidasi dengan
persetujuan Bank Indonesia. Anggota Tim sekurang-kurangnya terdiri dari 3
orang dan maksimal 7 orang.
7
Op.cit, hal
15
Salah satu piranti kebijakan moneter yang digunakan Bank Indonesia
saat ini untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran uang adalah
dengan mengendalikan likuiditas perbankan. Pengendalian dilakukan melalui
penerapan giro wajib minimum (staturory reserves) atau juga disebut reserve
requirements. Reserve requirement merupakan perbandingan antara saldo giro
bank yang wajib ditempatkan pada Bank Indonesia terhadap dana pihak ketiga
(DPK) yang dimiliki bank. Penerapan kebijakan giro wajib minimum
diesesuaikan dari waktu ke waktu dan berdasarkan kondisi dinamika
perekonomian dan arah kebijakan moneter.
Pada prinsipnya GWM dalam rupiah yang wajib dipelihara bagi bank
ditetapkan sebesar 5% dari DPK dengan ketentuan sebagai berikut:
16
Apabila bank mempunyai DPK dalam rupiah dalam satu masa laporan
sebesar Rp 5 triliun, maka GWM yang wajib dipelihara adalah sebesar Rp
300 miliar dengan perhitungan sebagai berikut:
5% x Rp 5 triliun = Rp 250 miliar
1% x Rp 5 triliun = Rp 50 miliar
b. DPK>Rp 10 juta-Rp 50 juta
Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp 10 triliun s.d.
Rp50 triliun, wajib memelihara tambahan GWM rupiah sebesar 2 % dari
DPK dalam rupiah. Contoh:
Apabila bank mempunyai DPK dalam rupiah dalam satu masa laporan
sebesar Rp 25 triliun, maka GWM yang wajib dipelihara adalah sebesar Rp
1,750 miliar dengan perhitungan sebagai berikut:
5% x Rp 25 triliun = Rp 1,250 miliar
2% x Rp 25 triliun = Rp 500 miliar
c. DPK>Rp 50 juta
Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp 50 triliun,
wajib memelihara tambahan GWM yang wajib dipelihara adalah sebesar
Rp4,400 miliar dengan perhitungan sebagai berikut:
5% x Rp55 triliun=Rp2,750 miliar
3% x Rp 55 triliun = Rp 1,650 miliar
d. DPK<Rp 1 triliun
Bank yang memiliki DPK dalam rupiah sampai dengan Rp 1 triliun tidak
dikenakan kewajiban tambahan GWM. Artinya bank yang bersangkutan
hanya diwajibkan memiliki GWM sebesar 5% dari DPK dalam rupiah.
17
hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam
satu masa laporan pada dua masa laporan sebelumnya sebagai berikut:
saldo giro pada Bank Indonesia setiap h ari dalam satu masalaporan
rata−rata h arian jumla h DPK dalam satu masalaporan pada dua masa laporan sebelumnya
saldo giro pada Bank Indonesia setiap h ari dalam satu masalaporan
rata−rata h arian jumla h DPK dalam satu masalaporan pada dua masa laporan sebelumnya
X 100%
DPK dalam rupiah meliputi kewajiban dalam rupiah kepada pihak ketiga
bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk yang terdiri
dari:
a. Giro
b. Simpanan berjangka
c. Tabungan
d. Kewajiban-kewajiban lainnya
18
DPK dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada
pihak ketiga, termasuk kepada bank lainnya di Indonesia baik kepada
penduduk maupun bukan penduduk yang terdiri dari:
a. Giro
b. Simpanan berjangka
c. Kewajiban-kewajiban lainnya
Bank Indonesia memberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian
saldo rekening Giro Rupiah Bank yang diperuntukan untuk pemenuhan
kewajiban tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3% per tahun.
Karena jasa giro telah ditetapkan 3% pertahun, maka jasa giro yang
diberikan terhadap saldo Rekening Giro Rupiah Bank diperuntukan untuk
pemenuhan kewajiban memelihara tambahan GWM dalam rupiah adalah
sebesar 0,0082% per hari.
2.4.6 Sanksi
Pelanggaran atas ketentuan GWM dalam rupiah dan atau valuta asing
akan dikenakan sanksi dengan kewajiban membayar sebesar presentase
19
tertentu terhadap GWM dalam rupiah dan valas yang wajib dipelihara dan
atau terhadap saldo negatif.
20
sangat pendek selama waktu operasional sistem BI-RTGS. Fasilitas
pendanaan tersebut dalam bentuk Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi bank
umum yang wajib dilunasi oleh bank pada hari yang sama.
b. Memiliki surat berharga yang dapat digunakan berupa SBI dan atau Surat
Utang Negara (SUN)
c. Tidak sedang dikenakan sanksi penangguhan sebagai bank peserta BI-
RTGS dan BI-SSSS (Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement
System) dan
d. Tidak sedang dikenakan sanksi tidak dapat memperoleh Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek
Pengajuan nilai FLI serta penggunaan surat berharga dalam rangka FLI
dilakukan dengan menggunakan sarana BI-SSSS. Bank yang bersangkutan
harus sudah memindahkan agunana ke rekening penggunaan surat berharga
pada sarana BI-SSSS sebelum menggunakan FLI. Penghitungan nilai jual
SBI atau nilai pasar surat utang negara yang diagunkan bank tersebut
ditentukan Bank Indonesia. Penggunaan FLI dilakukan secara otomatis
melalui sistem BI-RTGS pada saat saldo rekening giro Rupiah bank di BI
tidak mencukupi untuk melakukan transaksi keluar berdasarkan kecukupan
nilai agunan FLI yang tersedia direkening penggunaan surat berharga dalam
sarana BI-SSSS. Selanjutnya pelunasan FLI dilakukan secara otomatis oleh
sistem BI-RTGS setiap terdapat transaksi masuk yang mengkredit rekening
giro Rupiah bank yang bersangkutan di BI sampai dengan batas waktu
pelunasan FLI. Bank wajib melunasi FLI sampai dengan batas waktu
21
pelunasan FLI yang ditetapkan, maka terhadap nilai FLI yang tidak dapat
dilunasi diberlakukan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek.8
8
Ibid, hal
22
sistem devisa bebas maupun ketetuan-ketentuan internasional yang lazim
berlaku.9
9
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan,
(Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005) hal 220.
23
2.5.2 Pembatasan Transaksi
Bedasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut di atas, bank hanya
dapat melakukan transaksi derifatif valuta asing terhadap rupiah dengan
pihak-pihak yang dilarang untuk melakukan transaksi yang disebutkan sampai
batas maksimal nominal tertentu setiap saat, baik untuk setiap transaksi
individual maupun posisi (outstanding) transaksi derifatif perbank yaitu
sebesar USD 3.000.000 atau ekuivalen. Transaksi derifatif adalah kontrak atau
perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrument
yang mendasari. Instrument yang mendasarinya yaitu suku bunga dan nilai
tukar dalam bentuk transaksi forward, swap, dan option valuta asing terhadap
rupiah dan transaksi lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Selanjutnya, transaksi derifatif yang dibatasi meliputi :
a. Transaksi forward jual, termasuk transaksi valuta tomorrow dan spot yang
di rollover dan disintetiskan sebagai forward jual valas;
b. Transaksi swap termasuk di dalamnya overnite swap dan tom next; dan
atau
c. Transaksi option untuk jual valas call atau beli valas put terhadap rupiah.10
2.5.3 Pelaporan
Bank diwajibkan menyampaikan laporan transaksi derifatif kepada
Bank Indonesia selambat-lambatnya puku 23.30 WIB pada hari yang
bersangkutan melalui Sistem Pusat Informasi Pasar Uang.
2.5.4 Sanksi
Bank yang melakukan pelanggaran atas ketentuan larangan untuk
melakukan transaksi derifatif dan atau pelanggaran atas ketentuan pembatasan
10
Ibid, hal 221
24
transaksi derifatif dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan
kewajiban membayar sejumlah denda tertentu.11
1. Modal Inti
Modal inti terdiri dari :
a. Modal disetor
Modal inti tersebut di atas diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa
pos goodwill. Sedangkan di dalam komponen modal disetor tidak termasuk
pengakuan modal yang dipesan yang berasal dari piutang pemegang saham,
sebagaimana dimaksud dalam Penyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Nomor 21 tentang akuntansi ekuitas.
2. Cadangan tambahan modal
25
2. sumbangan
3. Cadangan umum
4. Cadangan tujuan
5. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak
6. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak sebesar 50%
7. Selisih lebih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri
8. Dana setoran modal
b. Faktor pengurang, yaitu :
1. Disagio
2. Rugi tahun-tahun lalu
3. Rugi tahun berjalan
4. Selisih kurang penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri
5. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual.
Catatan :
1) Dalam perhitungan laba atau rugi untuk pos-pos cadangan tambahan modal
harus dikeluarkan pengaruh perhitungan pajak tangguhan.
2) Dalam modal inti harus diperhitungkan faktor pengurang berup seluruh
penyertaan yang diakukan bank. Dengan diperhitungkannya penyertaan pada
modal bank (modal inti + modal pelengkap) maka nilai penyertaan tidak
diperhitungkan lagi dalam ATMR yaitu dengan diberi bobot resiko 0%.
3. Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari :
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap;
b. Cadangan minimum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif setinggi-
tingginya 1,25% dari aktiva tertimbang menurut risiko;
c. Modal pinjaman;
d. Modal subordinasi setinggi-tingginya sebesar 50% dari modal inti;
26
e. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolo yang tersedia untuk dijual
setinggi-tingginya sebesar 45%.
Catatan :
1. Untuk menjaga kondisi permodalannya, bank dilarang melakukan distribusi
modal atau laba jika distribusi dimaksud mengakibatkan kondisi permodalan
bank tidak mencapai rasio modal minimum dari ATMR sebesar 8%.
Distribusi modal atau laba antara lain pembayaran dividen, pembelian
kembali saham bank dan pembayaran bonus kepada pengurus.
2. Modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan setinggi-tingginya sebesar
100% inti.
Market risk adalah kerugian akibat posisi yang tercatat pada on dan off
balance sheet karena pergerakan faktor pasar.Resiko pasar merupakan risiko yang
timbul karena adanya pergerakan variable harga pasar dari portofolio yang dimiliki
bank. Yang dapat merugikan bank.variabel pasar mencakup suku bunga dan nilai
tukar, termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut, risiko pasar antara
lain terdapat terdapat pada aktivitas treasury serta investasi, kegiatan pembiayaan
perdagangan.
Komponen market risk dalam dunia perbankan dibagi dua yaitu specific risk
dan general risk. Spesifik risk merupakan perubahan nilai pasar sekuritas akibat
issuer dari sekuritas. Dikatakan specific risk dikarenakan perubahan ini hanya
terjadi pada saham tertentu saja. Sedangkan general risk adalah risiko perubahan
pasar pada kelompok jenis instrument tertentu. Misalnya pada pergerakan SBI
(sertifikat Bank Indonesia). General risk ini terdiri dari dari beberapa macam risk
yang kita kenal dengan:
27
b. Equity position risk
c. Foreign exchange risk
d. Commodity position risk
Adalah potensi kerugian akibat fluktuasi harga komoditas. Risiko dapat terjadi
pada posisi komoditas termasuk posisi komoditas derivatif
Sertifikat bank Indonesia atau SBI berdasarkan surat edaran Bank Indonesia
No.6/4/DPM tanggal 16 februari 2004 adalah surat berharga dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek. SBI merupakan instrument yang digunakan dalam rangka
pelaksaan operasi pasar terbuka sebagai pelaksanaan kebijakan moneter oleh
Bank Indonesia.
28
Beberapa istilah teknis yang terkait dengan penerbitan dan perdagangan SBI
yang perlu terlebih dahulu dipahami sebagai berikut;
29
9. Transaksi SBI yang dilakukan secara outright; yang selanjutnya disebut SBI
outright,adalah transaksi prmbelian atau penjualan SBI secara lepas atau putus
tanpa kewajiban untuk menjual atau membeli kembali.
10. Rekening Surat Berharga SBI adalah rekening surat berharga yang digunakan
untuk mencatat kepemilikan SBI di Central Registry
11. Setelmen Surat Berharga (securities settlement) adalah perpindahan
kepemilikan SBI antar pemilik rekening surat berharga yang tercata dalam BI
–SSSS dalam rangka pelaksaan setelmen transaksi SBI melalui BI –SSSS
12. Setelmen Dana (Fund settlement)adalah perpindahan dana antar pemilik
rekening giro rupiah di Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS dalam
rangka pelaksanaan setelmen transaksi Surat Berharga melalui BI-RTGS.
13. Delivery Versus Payment; yang selanjutnya disebut DVP, adalah setelmen
transaksi surat berharga dengan cara setelmen surat berharga melalui BI-SSSS
dilakukan bersamaan dengan setelmen Dana di Bank Indonesia melalui sistem
BI-RTGS
14. Free of payment; yang selanjutnya disebut FoP,adalah setelmen transaksi
surat berharga dengan cara setelmen surat berharga BI-SSSS,sedangkan
Setelmen Dana dilakukan tidak secara bersamaan dengan Setelmen Surat
Berharga atau tanpa Setelmen Dana.
15. Pialang adalah perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing serta
perantara pedagang efek yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
2.8 Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
2.8.1 Karakteristik SBI
Sertifikat Bank Indonesia sebagai instrumen pasar uang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Satuan unit sebesar Rp1.000.000,00
2. Jangka waktu SBI sekurang kurangya 1 bulan dan paling lama 12 bulan
yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari tanggal penyelesaian
30
transaksi sampai penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh
tempo.
3. Diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto (discounted
basis).
4. Diterbitkan tanpa warkat (scriptless).
5. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
6. Nilai Diskonto dihitung sebagai berikut;
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
7. Nilai Tunai Transaksi dihitung berdasarkan diskonto murni (true
discount).
2.8.2 Prinsip dan Persyaratan Penerbitan SBI
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPm tanggal 12 februari
2004 ditetapkann mengenai prinsip dan persyaratan penerbitan SBI sebagai berikut:
1. SBI diterbitkan melalui mekanisme lelang
2. Lelang SBI dilakukan berdasarkan target kuantitas dengan memperhatikan
tingkat suku bunga/diskonto yang terjadi
3. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SBI selambat-lambatnya
pada 1 hari kerja sebelum hari pelaksanaan lelang SBI melalui sarana BI-
SSSS dan Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) dan atau sarana lain yang
ditetapkan oleh bank Indonesia,meliputi : jangka waktu SBI, target
indikatif, waktu pelaksanaan lelang, dan waktu setelmen.
4. Pelaksanaan lelang SBI dilaksanakan pada hari rabu, atau hari kerja
berikutnya atau hari kerja lain, apabila hari rabu adalah hari libur,yang
dapat dilaksanakan pada setiap minggu dan atau setiap dua minggu dan atau
setiap bulan. Jika diperlukan, Bank Indonesia dapat mengadakan lelang SBI
tambahan pada hari kerja lain.
5. Tanggal jatuh waktu SBI ditetapkan pada hari kamis atau hari kerja
berikutnya apabila hari Kamis adalah hari libur. Jika diperlukan, Bank
Indonesia dapat menetapkan jatuh waktu pada hari kerja lain.
31
6. Peserta lelang SBI dibedakan menjadi;
a. Peserta langsung, yaitu bank dan pialang yang melakukan transaksi
lelang SBI secara langsung dengan Bank Indonesia.
b. Peserta tidak langsung ,yaitu bank yang mengajukan penawaran lelang
SBI melalui pialang.
7. Bank hanya dapat mengajukan penawaran lelang SBI hanya untuk
kepentingan diri sendiri
8. Pialang dilarang mengajukan penawaran lelang SBI untuk kepentingan diri
sendiri.
9. Peserta lelang SBI bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran
lelang SBI yang diajukan.
10. Peserta lelang SBI sedang tidak dikenakan sanksi penghentian sementara
atau permanen sebagai peserta BI-SSSS.
11. Bank Indonesia hanya menerima pengajuan transaksi dari peserta langsung
dan menggunakan data penawaran lelang SBI yang diajukan peserta
langsung.
12. Bank Indonesia melakukan Setelmen Dana dan Setelmen Surat berharga
hasil dari lelang SBI di pasar perdana pada hari kerja berikutnya setelah hari
pelaksanaan lelang SBI.
13. Bank, baik yang bertindak sebagai peserta langsung maupun sebagai peserta
tidak langsung wajib menyediakan dana sebesar jumlah transaksi lelang
SBI yang dimenangkan sampai dengan cut off warning Sistem BI-RTGS
untuk keperluan setelmen SBI di pasar perdana.
2.8.3 Tata Cara Lelang SBI Bank Indonesia
Tata cara lelang SBI dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan dan pengajuan penawaran lelang SBI:
1) Pada hari pelaksanaan lelang SBI, peserta lamgsung mengajukan
penawaran lelang SBI kepada Bagian Operasi Pasar Uang ,Direktorat
32
Pengelolaan Moneter (OPU-DPM, Bank Indonesia melalui sarana BI-
SSSS dari pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB
2) Pengajuan tawaran lelang SBI sebagaimana dimaksud dalam angka 1
meliputi penawaran kuantitas dan tingkat diskonto menurut jangka SBI
yang akan diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut;
a. Pengajuan penawaran kuantitas dari setiap peserta lelang SBI
sekurang kurangnya 1.000 unit atau Rp1.000.000.000 dan selebihnya
dengan kelipatan 100 unit atau Rp100.000.000.
b. Penawaran tingkat diskonto adalah dengan kelipatan 0,0265%
2.8.4 Penetapan dan Pemenang Lelang SBI
1) Bank Indonesia dapat menyesuaikan realisasi kuantitas hasil lelang SBI
dibandingkan target indikatif lelang SBI yang diumumkan atau
membatalkan seluruh kuantitas hasil lelang SBI.
2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas hasil lelang SBI yang dimenangkan
masing-masing bank sebagai peserta lelang SBI sebagai berikut:
a) Dalam hal tingkat diskonto penawaran lebih rendah dari SOR, peserta
lelang yang bersangkutan memperoleh seluruh penawaran SBI yang
diajukan;
b) Dalam hal tingkat penawaran sama dengan SOR, peserta lelang yang
bersangkutan dapat memperoleh seluruh penawaran SBI yang diajukan
atau sebagian dar penawaran SBI sebesar hasil perhitungan secara
prporsional.
3) Bank Indonesia akan mengumumkan hasil lelang SBI secara luas antara
lain meliputi kuantitas hasil lelang SBI yang diterima dana tau rata-rata
tertimbang tingkat diskonto lelang SBI melalui sarana BI-SSSS atau
PIPU.
4) Bank Indonesia akan mengumumkan hasil lelang SBI kepada setiap
peserta langsung penawaran nya diterima antara lain meliputi kuantitas
penawaran dan tingkatb diskonto SBI melalui sarana BI-SSSS
33
Penawaran SBI DI Pasar Sekunder
Perdagangan SBI dengan BI secara Repo dan perdagangan SBI antar
bank/sub registry secara repo atau outright
2.8.5 Perdagangan SBI dengan Bank Indonesia Secara Repo
1) Prinsip dalam perdagangan SBI dengan BI secara Repo
a) SBI yang dapat dijual secara repo kepada Bank Indonesia adalah SBI milik
Bank yang bersangkutan dan masih memiliki sisa jangka waktu dua hari
kerja.
b) Jumlah SBI milik bank yang dapat dijual secara Repo kepada Bank
Indonesia sebanyak-banyaknya 25% dari rata-rata seri SBI yang
dimenangkan bank dalam 3 hari lelang SBI berdasarkan catatan yang ada
pada Bank Indonesia.
c) Jangka waktu Repo adalah 1 hari
d) Tingkat diskonto Repo adalah sebesar nilai tertinggi dari :
1) Rata rata tertimbang suku bunga PUAB sesi pagi jangka waktu 1hari
pada 1 hari kerja sebelum transaksi ditambah 100 basis point; atau
2) Rata rata tertimbang tingkat diskonto SBI jangka waktu 1 bulan pada
lelang trakhir ditambah 100 basis point.
e) Penyelesaian transaksi SBI Repo dilaksankan pada hari transaksi SBI Repo
melalui mekanisme DVP.
f) Bank yang mengajukan transaksi SBI Repo wajib memiliki saldo Rekening
Surat Berharga SBI yang mencukupi untuk keperluan Setelmen Surat
Berharga dan Saldo Rekening Giro yang mencukupi untuk keperluan
Setelmen Dana pada saat pelunasan.
g) Bank pemohon sedang tidak dikenakan sanksi penghentian sementara atau
permanen sebagai peserta BI-SSSS.
34
a. Bank Indonesia menerima transaksi SBI Repo dari bank melalui sarana BI-
SSSS; antara lain meliputi kuantitas SBi Repo dan seri SBI yang akan
direpotkan dari pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
b. Mekanisme pengajuan transaksi SBI Repo melalui BI-SSSS diatur oleh Bank
Indonesia.
2.8.7 Tata cara setelmen transaksi dan pelunasan SBI Repo jatuh waktu
b. Jika bank tidak memiliki saldo Rekening Surat Berharga SBI yang mencukupi
untuk setelmen Surat Berharga transaksi maka transaksi SBI Repo dintakan batal.
c. Pada saat SBI Repo jatuh waktu, Bank Indonesia melakukan Setelmen Dana
dengan mendebet Rekening Giro Bank dan Setelmen Surat Berharga dengan
mengkredit Rekening Surat Berharga Pada awal hari.
d. Jika bank tidak memiliki saldo Rekening Giro yang mencukupi untuk
pelunasan SBI Repo maka transaksi pelunasan SBI Repo dinyatakan batal dan
SBI yang direpotkan dinyatakan lunas sebelum jatuh waktu.
2.8.8 Perdagangan SBI Antar Bank/Sub Registry Secara Repo atau Outright
35
1) Pemilik SBI dapatb melaksanakan perdagangan SBI yang dimilikinya secara
Repo atau outright berdasarkan kesepakatan para pelaku transaksi
2) SBI yang dapat ditransaksikan di pasar sekunder adalah SBI yang masih
memiliki sisa jangka waktu lebih dari 1 hari kerja.
3) Setelmen transaksi perdagangan SBI di pasar sekunder wajib dilakukan
melalui mekanisme DVP.
4) Penerapan mekanisme FoP dalam perdagngan SBI hanya dapat dilakukan
pemilik SBI dalam rangka hibah, warisan, pelunasan kewajiban dari dan
kepada bank Indonesia atau dalam rangka penutupan rekening sebagaimana
dimaksud dalam surat edaran tentang BI-SSSS yang berlaku.
5) Mekanisme transaksi SBI di pasar sekunder melalui sarana BI-SSSS
dilakukan mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam surat edaran
tentang BI-SSSS
2.8.9 Sanksi
Dalam hal terjadi pembatalan lelang SBI dan pembatalan transaksi SBI Repo,
bank dikenakan sanksi berupa:
a) Teguran tertulis
b) Kewajiban membayar sebesar 10/00 (satu per seribu) dari nilai nominal
transaksi SBI yang dibatalkan atau sebanyak-banyaknya Rp
1.000.000.00,00; dan
c) Jika peserta peserta langsung dan tidak langsung dikenakan teguran tertulis
untuk ketiga kalinya dalam jangka waktu 6 bulan karena pembatalan
transaksi SBI di pasar prdana dana tau pembatalan transaksi SBI Repo
dengan Bank Indonesia dan atau pembatalan transaksi FASBI sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka pemberhentian sementara untuk
mengikuti kegiatan OPT selama 5 hari kerja.
BAB IV
36
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
37
Daftar Pustaka