Dosen Pengampu :
Vivin Nopiyanti, M.Sc., Apt
Disusun oleh:
Ariska Maulana
2020394426
PEMBAHASAN
a. Definisi Gatritis
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi pada
mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2009). Gastritis atau lebih
dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah suatu
keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis,
difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik
(Price dan Wilson, 2005).Klasifikasi gastritis menurut Mansjoer 2011 :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel
inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan
perdarahan (Price dan Wilson, 2005). Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu
gastritis stres akut, gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis
akut mempunyai gejala yang sama. Episode berulang gastritis akut dapat
menyebabkan gastritis kronik (Wibowo, 2007).
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi
(Wibowo, 2007). Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung menjadi
tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan
tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi dan gastritis hipertropi (Price
dan Wilson, 2005).Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa; Gastritis atropi, dimana peradangan terjadi pada seluruh
lapisan mukosa. Pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker
lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan
jumlah sel parietal dan sel chief; Gastritis hipertropi, suatu kondisi dengan
terbentuknya nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan
hemoragik.
b. Patofisiologi gastritis
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila terdapat
ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor pertahanan (defensif) pada
mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor ofensif dan atau penurunan
kapasitas defensif mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin,
asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif,
OAINS, alkohol dan radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau faktor defensif
mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epitelial, dan
subepitelial (Pangestu, 2003). Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama
adalah berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi
terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hidrogen (Kumar, 2005). Lapis
pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas pertahanannya meliputi
produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion untuk mempertahankan pH, dan
membuat ikatan antar sel (Kumar, 2005). Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran
darah dan lekosit. Komponen terpenting lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi
subepitelial yang adekuat (Pangestu, 2003).
b. Antagonis Reseptor H2
Mekanisme kerja antagonis reseptor H2 yang paling penting adalah mengurangi
sekresi asam lambung dengan memblokir secara kompetitif pelekatan histamin
pada reseptornya sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk
mengeluarkan asam lambung. Inhibisi bersifat reversibel (Finkel, 2009). Obat
ini menghambat sekresi asam yang dirangsang histamin, gastrin, obat-obat
kolinomimetik dan rangsangan vagal. Volume sekresi asam lambung dan
konsentrasi pepsin juga berkurang. Simetidin, ranitidin dan famotidin kecil
pengaruhnya terhadap fungsi otot polos lambung dan tekanan sfingter esofagus
yang lebih bawah (Katzung, 2012). Berikut adalah uraian obat ranitidin sebagai
terapi farmakologi gastritis: (BPOM, 2015)
Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia
episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori,
sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung
akan bermanfaat.
Kontraindikasi : penderita yang diketahui hipersensitif terhadap ranitidin.
Efek samping : sakit kepala, pusing, diare dan nyeri otot, takikardi, agitasi,
gangguan penglihatan, alopesia, nefritis interstisial.
Interaksi : ranitidin tidak memiliki sifat menghambat metabolisme obat
seperti halnya simetidin.
Sediaan : tablet, injeksi intravena, dan injeksi intramuskuler.
Dosis : Pengobatan dengan ranitidin digunakan dosis 150-300 mg dan dua
kali sehari secara IV. Pemberian secara oral dilakukan pada malam hari.
Penyelesaian
- Penyakit yang diderita pasien tersebut adalah gastritis akut.
- Riwayat pengobatan : tidak ada
- Riwayat alergi : tidak ada
- Rekomendasi pengobatan :
a. Terapi farmakologi
Obat Antasida Sirup
Indikasi: mengurangi nyeri lambung yang disebabkan oleh kelebihan
asam lambung.
Dosis: 1-2 sendok makan, 3-4 kali sehari. Diminum 1 jam sebelum
makan.
Mekanisme: secara langsung menetralisir keasaman, peningkatan pH, atau
secara reversibel mengurangi atau menghalangi sekresi asam lambung
oleh sel untuk mengurangi keasaman di perut.
Efek samping: diare, sembelit, mual muntah, keram perut
Monitoring terapi: dilakukan dengan melihat tingkat nyeri pada bagian
uluh hati.
b. Terapi nonfarmakologi
Konsumsi air yang cukup
Menjaga pola makan
Istirahat yang cukup
Hindari minuman kafein
Hindari makanan yang pedas
Hindari kebiasaan langsung tidur setelah makan
Dialog swamedikasi
Pasien : Pagi mbak. Ini mbak perut saya melilit. Rasanya seperti penuh, dan sering
sendawa. Terus saya jg sering merasa kenyang meskipun belum makan. Itu
kira-kira kenapa ya mbak?
Apoteker : Oh begitu.. apa mbak juga sering mengkonsumsi kopi dan juga kurang tidur?
Pasien : hehehee.. iya mba. Hampir tiap hari saya minum kopi trus begadang
begadang juga. Kan saya ini mahasiswa semester akhir mba, jadi saya saat ini
sedang mempersiapkan skripsi saya.
Apoteker : Oh iya saya mengerti mbak.. sudah berapa lama mbak sakit perutnya?
Apoteker : Oh, sebentar ya saya ambilkan obatnya dulu.. (apoteker mengambil obat
yang akan diberikan). Baik mbak, ini untuk obatnya saya berikan Mylanta.
Nah, mbak mau pilih yang bentuk tablet kunyah atau sirup?
Apoteker : Bedanya, kalau yang tablet kan harus dikunyah dulu. Kalau yang cair tinggal
diminum saja mbak, lebih praktis.
Apoteker : Baik.. untuk Mylanta sirup ini diminum 1 jam sebelum makan, 1-2 sendok
makan, sehari 3 sampai 4 kali. Nanti kalau perutnya sudah enakan, gak
kembung/gak melilit lagi boleh dihentikan. Kalau gak sembuh sembuh atau
malah semakin nyeri, segera periksa ke dokter ya mbak.
Pasien : Oh iya baik mbak.. terus ada pantangannya gak? Maksud saya kayak
makan, minum, gitu ada yang dilarang gak?
Apoteker : Hmm.. sebaiknya dikurangi dulu konsumsi kopi, makanan asam, dan
makanan pedas. Terus jangan banyak begadang, usahakan istirahat yang
cukup. Jangan lupa menjaga pola makan, dan konsumsi air yang cukup.
Apoteker : Baik, kalau sudah jelas boleh coba diulang lagi penjelasan saya tadi untuk
memastikan mbak benar-benar paham dengan obat ini.
Pasien : Iya jadi ini obatnya Mylanta sirup. Diminumnya satu jam sebelum makan, 1-
2 sendok, sehari 3-4 kali. Kalau sudah sembuh boleh dihentikan. Terus harus
mengurangi konsumsi kopi, makanan pedas, makanan asam. Terus harus
istirahat yang cukup dan jaga pola makan. Begitu kan mbak??
Apoteker : Iya betul mbak.. ini ada kartu nama saya. Kalau ada yang ingin ditanyakan
boleh menghubungi saya di nomor ini ya. Untuk obatnya bisa diambil dikasir
sekalian bayar ya. Semoga lekas sembuh..
PENUTUP
Kesimpulan
- Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag adalah suatu peradangan pada lambung
yang disebabkan oleh beberapa kondisi kompleks yang menyebabkan sakit,
mulas, dan perih pada perut. Kondisi yang menyebabkan gastritis adalah infeksi
Helicobacter pylori, trauma fisik, stress, pola makan.
- Tujuan pemberian swamedikasi adalah agar pasien yang mengalami gejala-gejala
penyakit yang dirasakan mampu melakukan pengobatan sendiri dengan
menggunakan obat-obat secara baik dan benar, sehingga efek terapi yang
diinginkan tercapai.
- Terapi untuk gastritis yaitu dengan terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi,
serta perlu dilakukan monitoring dengan melihat tingkat nyeri pada bagian ulu
hati.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1997. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Cetakan Ketiga. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
BPOM RI, 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia. Terdapat di: http://pionas.pom.go.id/ioni.
Bruner, S., 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2 Edisi 8. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas.
Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas.
Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015. Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edition. Inggris: McGraw-Hill Education Companies.