Anda di halaman 1dari 14

PCD

SWAMEDIKASI KONSTIPASI

KASUS 7

DOSEN PENGAMPU :

Vivin Nopiyanti, M.Sc., Apt

Disusun oleh:

Yupita Ratri Wisdyawati

2020394424

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari
kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran)
kurang, atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi,
terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa
pada usus, red) lebih lambat dan kemungkinan sebab l ain. Kebanyakan terjadi jika
makan kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini
bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari berturut-turut. Konstipasi juga
dapat diartikan sebagai proses diperlambatnya pengosongan feses yang kering
dan keras yang disebabkan oleh waktu untuk melewati usus lebih lambat atau
terganggunya refleks pengosongan feses dari usus (Mutschler 1991).
Konstipasi atau sembelit merupakan gejala proses defekasi yang
bermasalah, ditandai dengan berkurangnya frekuensi defekasi kurang dari 2 kali
seminggu, dengan konsistensi feses yang keras, disertai rasa sakit waktu
mengejan (Dharmika 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
sembelit kurang mengkonsumsi makanan berserat, kurang minum air, kebiasaan
buang air besar yang tidak teratur, perubahan rutinitas hidup dan kurang
aktivitas. Sembelit dapat juga akibat efek sampang penggunaan obat-obat
tertentu, dan adanya penyakit-penyakit tertentu (Tjay dan Kirana, 2007).
Sembelit apabila tidak dapat diatasi secara non farmakologis, dapat digunakan
pendekatan secara farmakologis.
Konstipasi yang dibiarkan dalam waktu lama, dapat menyebabkan
komplikasi. Pada saat mengejan, pembuluh darah di sekitar rektum, akan
mengalami kontraksi berlebih. Jika konstipasi dibiarkan berlangsung terus
menerus dapat menyebabkan timbulnya wasir, akibat terjadinya sembelit. Pada
pasien dengan riwayat wasir, penanganan konstipasi harus dilakukan dengan
tepat. Hal ini karena penanganan konstipasi yang tidak tepat pada pasien dapat
menyebabkan kekambuhan pada wasir atau memperparah wasir. Oleh karena itu,
konstipasi pada pasien wasir atau riwayat sebelumnya wasir harus segera diatasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan swamedikasi?
2. Apa yang dimaksud dengan konstipasi?
3. Apa sajakah penyebab konstipasi?
4. Bagaimanakah patofisiologi konstipasi?
5. Bagaimanakah tanda dan gejala konstipasi?
6. Bagaimana klasifikasi konstipasi?
7. Bagaimana tatalaksana konstipasi?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami konsep dan teori konstipasi serta mengetahui
tatalaksana konstipasi secara farmakologi dan non farmakologi.

D. Manfaat Penulisan
Mengetahui konsep dasar dan teori gangguan gastrointestinal yaitu
konstipasi pada pasien dengan riwayat wasir serta tatalaksana konstipasi secara
farmakologi maupun pendekatan non farmakologi.
BAB II
ISI

A. Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-
obatan yang dijual bebas dipasaran yang bisa didapat tanpa resep
dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah
2004). The International Pharmaceutical Federation (FIP)
mendefinisikan swamedikasi atau self-medication sebagai
penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seorang individu atas
inisiatifnya sendiri (FIP 1999).
Menurut World Health Organization (WHO), swamedikasi
atau pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan
penggunaan obat baik itu obat modern, herbal, maupun obat
tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau
gejala penyakit. Swamedikasi bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan diri, mengobati penyakit ringan dan lebih terfokus
pada penanganan terhadap gejala penyakit secara cepat dan
efektif tanpa intervensi sebelumnya oleh konsultan medis kecuali
apoteker (WHO 1998)
B. Definisi Konstipasi
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja)
dalam usus besar pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam
pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya gerakan peri staltik pada usus
besar sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar dan timbul perasaan tidak
nyaman pada perut (Akmal 2010).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menim bulkan eliminasi yang jarang
atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras (Uliyah 2008).
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat dikenal
dengan istilah sembelit, merupakan suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang air
besar, feses (tinja) yang keras, rasa buang air besar tidak tuntas (ada rasa ingin
buang air besar tetapi tidak dapat mengeluarkannya), atau jarang buang air besar.
Seringkali orang berpikir bahwa mereka mengalami konstipasi apabila mereka
tidak buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat bervariasi dari tiga kali
sehari hingga tiga kali seminggu (Herawati 2012).
C. Penyebab Konstipasi
Penyebab terjadinya konstipasi adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Pola Makan dan Kurang Serat
2. Mengkonsumsi zat besi
3. Kurang olahraga
4. Stress
5. Penggunaan obat-obatan misalnya morfin, codein, adrenergik dan
antikolinergik
6. Kelainan struktur kolon (tumor, stiktur, hemoroid, abses perineum dan
megakolon
7.    Penyakit sistemik ; hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus.
8. Penyakit neurologik ; hirschprung, lesi medulla spinalis, neuropati
otonom.
9. Disfungsi otot dinding dasar pelvis.
10. Idiopatik transit kolon yang lambat, pseudo obstruksi kronis.
11. Irritable Bowel syndrome
D. Tanda dan Gejala Konstipasi
 Mengedan kuat pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi
 Konsistensi feses keras pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi
 Rasa pengeluaran feses yang tidak komplit > 1 kali dalam 4 kali
defekasi
 Diperlukan tindakan manual > 1 kali dalam 4 kali defekasi (misalnya
menggunakan jari, menyokong rongga pelvis)
 Tidak disertai feses cair
 Timbul rasa sakit dibagian bawah perut
 Perut terasa kembung dan penuh
 Jeda buang air besar antara 1-2 hari
 Terkadang menyebabkan pendarahan

E. Klasifikasi Konstipasi
Klasifikasi Konstipasi Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya
keluhan yaitu konstipasi akut dan konstipasi kronis. Disebut konstipasi akut
bila keluhan berlangsung kurang dari 4 minggu. Sedangkan bila konstipasi
telah berlangsung lebih dari 4 minggu disebut konstipasi kronik. Penyebab
konstipasi kroonik biasanya lebih sulit disembuhkan (Kasdu 2005).
F. Tatalaksana Konstipasi
Terapi Farmakologi

Obat yang digunakan untuk mengatasi konstipasi adalah obat yang


termasuk dalam golongan obat pencahar atau disebut laxatives. Obat pencahar
dikelompokkan menjadi 5 berdasarkan cara kerjanya, yaitu:
1. Bulking agents
Obat yang termasuk kelompok bulking agent memiliki cara kerja
meningkatkan kandungan air dari tinja, dan merangsang pergerakan
saluran cerna, serta menurunkan lama makanan diam di saluran cerna.
Obat kelompok ini dapat dipilih paling pertama untuk mengatasi
konstipasi karena aman, efektif, dan tidak mempengaruhi perkembangan
janin. Contoh obat bulking agent adalah psyllium dengan dosis sebanyak
6,4 – 10 gram/hari, metilselulosa sebanyak 4,8 – 9,6 gram/hari dan
polycarbophil sebanyak 2 – 8 gram/hari.
Hal yang perlu perhatian:
 Tidak cocok digunakan untuk mengatasi konstipasi secara cepat karena
perlu waktu 2-3 hari (48-72 jam) untuk bekerja
 Jangan digunakan jika konstipasi yang dialami terjadi disebabkan oleh
obat golongan opioid.
 Tingkatkan konsumsi air putih/ cairan selama penggunaan obat ini
 Sebaiknya obat tidak diminum segera sebelum tidur karena dapat
mengganggu waktu tidur Anda.
 Penggunaan obat polycarbophil umumnya dapat mengakibatkan perut
kembung dan pembentukan gas karena zat ini tidak dimetabolisme
oleh bakteri saluran pencernaan.
2. Pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives)
Kelompok pencahar osmotik merupakan obat pilihan kedua,
jika bulking agent  tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan. Cara
kerja obat ini adalah meningkatkan tekanan osmosis saluran cerna
sehingga dapat meningkatkan kandungan air tinja. Contoh obat dan jumlah
yang digunakan per hari: Laktulosa 15-30 mL/hari, sorbitol 15-30
mL/hari, PEG (polyethylene glycol) 17-34 mL/hari
Hal yang perlu perhatian: Pastikan untuk mengonsumsi makanan berserat
dan cairan yang cukup
3. Pelunak tinja (stool softeners)
Cara kerja obat kelompok pelunak tinja adalah menurunkan
tegangan permukaan sehingga dapat membantu masuknya air ke dalam
tinja dan melunakkan tinja. Contoh obat dan jumlah yang diperlukan
dalam sehari: sodium docusate 50-500 mg/hari setiap 1-4 kali sehari atau
menggunakan bentuk gel enema sebanyak 0,12 gram yang dimasukkan
melalui lubang anus.
Hal yang perlu perhatian :
 Pastikan mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup
 Obat akan bekerja secara optimal setelah 24-72 jam (1-3 hari)
4. Pencahar perangsang (stimulant laxatives)
Pencahar kelompok stimulant bekerja dengan cara meningkatkan
gerakan otot saluran cerna sehingga tinja akan terdorong untuk
dikeluarkan. Contoh obat kelompok ini adalah senna, dan bisacodyl.
Sumber lain juga menyebutkan bahwa bisacodyl dapat meningkatkan
rangsang otot uterus sehingga menimbulkan kontraksi uterus, oleh karena
itu penggunaan bisacodyl sebaiknya dihindarkan.
Hal yang perlu perhatian:
 Obat kelompok ini hanya digunakan jika pilihan obat kelompok 1-3
tidak dapat mengatasi konstipasi
 Pastikan mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup
 Obat ini sebaiknya diminum saat malam hari
 Jangan menggunakan minyak jarak (castor oil) selama kehamilan
karena dapat memicu kelahiran prematur.
5. Pencahar minyak mineral (lubricant laxatives)
Cara kerja obat kelompok pencahar minyak mineral adalah dengan
melapisi tinja sehingga lebih lunak dan lebih mudah untuk dikeluarkan
karena bagian luar dari tinja terlapisi oleh lapisan pelumas berupa minyak
mineral. Contoh obatnya adalah minyak mineral dan paraffin, tetapi obat
kelompok ini umumnya tidak digunakan selama kehamilan karena dapat
mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi terutama vitamin yang larut
dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Gangguan pada penyerapan
vitamin K dapat memicu terjadinya kekurangan protrombin darah
(hypoprotrombinemia) dan perdarahan (hemorrhage).
2.4 Pengobatan Non Farmakologi
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
1. Meningkatkan asupan serat
Kebutuhan serat pada orang normal yakni sekitar 25-30 gram per hari.
Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak larut. Serat larut akan
mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan
lambung, menahan air dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk, pepaya
dan strawberi. Serat tidak larut sukar difermentasi, memperpendek waktu
transit di usus dan memperbesar massa tinja. Serat tidak larut banyak
terdapat pada sereal, sayur-sayuran (kangkung, bayam, daun sungkong),
kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hindari konsumsi serat yang berlebihan
secara bersamaan dalam waktu cepat karena akan menimbulkan kembung,
sebah dan rasa tidak nyaman di perut.
2. Meminum jus buah dan sayuran.
3. Asupan cairan yang cukup. Rata-rata 2 L cairan yang dikonsumsi orang
normal. Pagi hari setelah bangun tidur usahakan untuk mengkonsumsi
segelas air untuk merangsang defekasi
4. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi makanlah dengan porsi kecil
dan sering.
5. Hindari gangguan psikis seperti stres dan cemas.
6. Jangan menahan rasa ingin buang air besar karena akan memperbesar
resiko konstipasi.
7. Pemberian probiotik dianjurkan karena dapat memperbaiki keseimbangan
flora kolon dan memperbaiki fungsi pencernaan.
8. Sebaiknya hindari minuman bersoda, alkohol dan kopi
9. Olahraga secara rutin. Aktifitas fisik rutin dapat merangsang peristaltik
usus untuk bekerja normal sehingga memperpendek waktu transit di
saluran pencernaan dan membantu pengeluaran tinja.
BAB III
KASUS DAN PENYELESAIAN
Kasus 7
Seorang Bapak umur 45 tahun pergi ke apotik dengan keluhan susah
buang air besar sudah 3 hari, jika dipaksa untuk BAB takut kalau wasirnya
kambuh lagi. Sebelumnya belum pernah mengalami penyakit ini, dulu pernah
memiliki penyakit wasir, tidak memiliki alergi.
Pasien : Siang mbak
Apoteker : Ya, siang pak (sambil berdiri dari tempat duduk). Saya Yupita
apoteker di apotek ini ada yang bisa saya bantu?
Pasien : Iya mbak, saya mau beli obat. Udah 3 hari susah BAB
Apoteker : Oh…. obatnya untuk siapa pak ?
Pasien : Untuk saya sendiri bu.
Apoteker : Maaf pak, boleh minta waktunya sebentar untuk konseling? Kira-
kira 10 menit.
Pasien : Baik bu, tidak masalah
Apoteker : Mari pak silakan masuk, silakan duduk
Pasien : Iya bu
Apoteker : Maaf pak, dengan bapak siapa ini?
Pasien : Bapak Danang
Apoteker : Maaf pak, Pak Danang usianya berapa kalau boleh tau ?
Pasien : 45 tahun bu
Apoteker : Selain susah bab, apa lagi gejala yang dirasakan?
Pasien : Ga ada sih bu, tapi saya kurang merasa nyaman aja. Soalya saya
biasanya tiap hari BAB, nah ini sudah 3 hari tidak BAB, dipaksa
pun ga mau keluar
Apoteker : Sebelumnya bapak ada penyakit lain? Atau alergi obat?
Pasien : Seingat saya ga ada alergi obat mbak. Tapi kalo riwayat
penyakit, saya ada riwayat sakit maag sama wasir. Nah yang saya
takutkan wasir saya kambuh bu kalo saya biarkan konstipasinya.
Soalnya katanya kalo orang wasir ga boleh diare dan ga boleh
konstipasi
Apoteker : Iya pak betul, jika ada riwayat wasir, maka diusahakan jangan
diare dan konstipasi karena dapat memperburuk kondisi wasirnya.
Pasien : Iya bu
Apoteker : Kalau pengobatan yang sudah di terima apa saja? Atau usaha
yang dilakukan selama ini untuk menangani konstipasinya?
Pasien : Ga ada juga bu, kamaren saya banyak makan sayur sama buah
aja, tapi sampe sekarang belum bisa BAB juga
Apoteker : Oh gitu, ini ada beberapa pilihan obat untuk susah BAB bu…
Pasien : Bingung saya pilih yang mana mas, boleh pilihkan saja
Apoteker : Bapak mau pilih obat yang diminum atau dimasukkan lewat
dubur saja pak?
Pasien : Yang mana saja mbak, yang penting saya bisa BAB dengan
cepat
Apoteker : Ini ada obat Bisacodyl suppositoria untuk susah bab dan aman
untuk penderita wasir, ini harganya 20.000 pak
Pasien : Ya udah saya ambil ini aja.
Apoteker : Ini penggunaan nya di masukkan ke dalam dubur yah pak,
Caranya, pertama bapak cuci tangan dulu, kemudian basahi ujung
yang runcing ini dengan sedikit air, kemudian dimasukkan ke
dubur dengan cara menekan suppositoria ini dengan menggunakan
ujung jari telunjuk, pastikan obatnya masuk semua ke dalam dubur.
Jika sudah masuk semua, jangan banyak bergerak, supaya obatnya
tidak keluar lagi dari dubur. Setelah itu cuci tangan. Efek yang
bapak rasakan dari obat ini sekitar 30menit kemudian, bapak akan
merasa ingin BAB dan dengan mudah untuk keluar BAB nya.
Setelah menggunakan supositoria ini, jangan lupa mencuci tangan
ya pak.
Pasien : Oh gitu, baik bu
Apoteker : Ini cukup dipakai 1 kali saja pak pada pagi hari, biar tidurnya
tidak terganggu. Kemudian banyak minum air putih setelah
menggunakan obat ini. Jika 3 hari setelah penggunaan masih susah
bab, bapak bisa langsung ke dokter untuk pemeriksaan lanjut.
Selain itu, jangan lupa untuk banyak konsumsi buah dan sayur
supaya dapat mencegah terjadinya konstipasi berulang pak.
Olahraga juga penting untuk melancarkan BAB karena dapat
menormalkan kembali gerakan-gerakan di usus sehingga
menghindari feses macet di usus yang bikin BAB. Selain itu, jika
bapak mau, konsumsi minuman yang mengandung probiotik juga
bagus pak untuk menjaga pencernaan tetap sehat. Contoh prebiotik
ada misalnya yang dipasaran itu ada yoghurt atau yakult.
Pasien : Baik bu. Terima kasih
Apoteker : Untuk penyimpanan obatnya ini jika belum digunakan, disimpan
di dalam kulkas ya pak. Tapi jangan di freezer. Kalo disimpan di
suhu kamar, obatnya bisa rusak karena meleleh.
Pasien : Baik bu
Apoteker : Ada pertanyaan lagi pak?
Pasien : Tidak bu
Apoteker : Baik pak, jadi obat ini bagaimana cara pakainya?
Pasien : Obatnya dimasukkan ke dalam dubur bu, sebelum digunakan
dibasahi dulu ujungnya yang runcing dengan menggunakan sedikit
air. Jika obat ini belum digunakan, disimpannya di dalam kulkas,
tapi bukan di freezer.
Apoteker : Wah, mantap pak. Ini obatnya nanti bisa diambil di counter
pengambilan obat setelah dilakukan pembayaran di kasir ya pak.
Semoga lekas sembuh, hati-hati di jalan. Terima kasih atas waktu
yang diluangkan untuk konseling
Pasien : Ya bu, sama-sama, terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Mutaroh,Dkk,.2010.Ensiklopedi Kesehatan Untuk


Umum,.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Dharmika Djojoningrat.2006.Inflammatory Bowel Disease :Alur Diagnosis dan
Pengobatannya di Indonesia Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, editor :
Aru W. Sudoyo dkk. Edisi IV.Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Djojoningrat, D,. 2009. Dispepsia Fungsional. In : Sudoyo, AW.,
Setiyohadi, B,.Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
FIP, 1999. Joint Statement By The International Pharmaceutical
Federation and TheWorld Self-Medication Industry: Responsible
Self-Medication. FIP & WSMI,p.1-2.
ISO. 2013-2014. Iso Indonesia Indformasi Spesialite Obat Volume 48. Jakarta: penerbit
PT. ISFI
MIMS. 2013-2014. MIMS Petunjuk Konsultasi ed 13. Jakarta PT Medidata Indonesia.
Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Cetakan I, Penerbit EGC, Jakarta.
Tan H.T. & Drs. Kirana Rahardja. 1993.SWAMEDIKASI Cara-cara mengobati
gangguan sehari-hari dengan obat-obat bebas sederhana Edisi pertama cetakan
pertama.Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja,2007, Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya,Edisi Keenam, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta
Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,dan Jackson, R.B. (2008a).Biologi Jilid 1(Edisi
Kedelapan). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai