1
Aromatisitas, Benzena, dan Benzena Tersubstitusi
Benzena tersubstitusi diberi namadengan awalan orto, meta, para dan tidak
dengan nomor-nomor posisi. Awalan orto menunjukkan bahwa kedua substituen itu
1,2 satu sama lain dalam suatu cincin benzena ; meta menandai hubungan 1,3 ; dan
para berarti hubungan 1,4. Penggunaan orto meta dan para sebagai ganti nomor-
nomor posisi hanya diperthankan khusus untuk benzene disubstitusi. Sistem ini tidak
digunakan untuk sikloheksana atau system cincin lain.
2
Dalam reaksi senyawa benzene akan digunakan istilah substitusi-orto (ataupun
substitusi –meta atau –para atau orto-substitusi). Perhatikan bahwa benzene
monosubstitusi mempunyai dua posisi orto dan meta, tetapi hanya ada satu posisi
para.
CH3
CH3 CH3
Tabel 10.2 Titik Leleh dan Titik Didih Beberapa Hidrokarbon Aromatik
Nama Titik Leleh (oC) Titik Didih (oC)
Benzena 5.5 80
Toluena -95 111
o-xilena -25 144
m-xilena -48 139
p-xilena 13 138
3
10.3 Spektra Benzena Substitusi
Sikloheksena sikloheksana
4
Benzena sikloheksana
Benzena tidak dapat diadisi (tidak bereaksi) dengan HBr dan KMnO4
Tidak Bereaksi
Tidak Bereaksi
Sehubungan dengan teori resonansi formula ini sangat berguna; oleh karena
itu, rumus Kekule digunakan dalam membahas reaksi-reaksi benzena. Benzena
mempunyai enam karbon sp2 dalam sebuah cincin. Tumpang tindih keenam orbital p
mengakibatkan terbentuknya enam orbital molekul π. Bila diperhatikan keeenam
orbital molekul yang mungkin bagi benzena akan nampak bahwa representasi awan pi
aromatik sebagai suatu “donat rangkap” barulah menyatakan satu, π1, dari enam
orbital molekul itu. Dalam orbital π1, keenam-enam orbital p dari benzena bersifat
sefase (in phase) dan tumpang tindih secara sama; orbital ini berenergi terendah
5
karena tak memiliki simpul (node) di antara inti karbon. Orbital π2 dan orbital π3
masing-masing mempunyai satu bidang simpul di antara inti-inti karbon. Kedua
orbital bonding ini bersifat berregenerasi dan energi itu lebih tinggi daripada energi
orbital molekul π1. Benzena dengan enam elektron p, mengisi orbital-orbital π1,π2,π3
masing-masing dengan sepasang elektron. Maka ketiga orbital ini merupakan orbital-
orbital bonding dari benzena.
Bersama dengan ketiga orbital ini, dalam benzena terdapat tiga orbital
antibonding. Dua dari orbital antibonding ini (π4* dan π5* ) masing-masing memiliki
dua simpul, dan orbital berenergi tinggi (π6*) memiliki tiga simpul. Dimana simpul
adalah daerah dengan rapatan elekron sangat rendah.
6
10.6 Apakah Senyawa Aromatik Itu?
siklooktatetraena (tidak
aromatik).
7
4n + 2 = 6 4n + 2 = 10 4n = 8
n=1 n=2 non aromatik
aromatik aromatik
8
Monosubstitusi
H H H H
FeCl3
H H + Cl2 H Cl + HCl
30o
H H H H
+
Klorobenzena (90%)
Klorobenzena (90%)
Nitrobenzena
Disubstitusi
Trisubstitusi
9
gugus hidroksil dari dalam asam nitrat, maka akan dihasilkan ion nitronium +NO2.
Suatu elektrofil dapat menyerang elektron pi suatu cincin benzena untuk
menghasilkan suatu macam karbokation yang terstabilkan oleh resonansi yang disebut
suatu ion benzenonium.
A. Halogenasi
Halogenasi aromatik dicirikan oleh brominasi benzena. Katalis dalam
brominasi aromatik adalah FeBr3 (seringkali dibuat in situ dari Fe dan Br2).
Peranan katalis adalah menghasilkan elektrofil Br+. Ini dapat terjadi oleh
reaksi langsung dan pembelahan ikatan Br-Br. Lebih mungkin lagi, Br2 tidak
sepenuhnya terbelah pada reaksi dengan katalis FeBr3, melainkan sekedar
terpolarisasikan. Untuk sederhananya, di sini ditunjukan Br+ sebagai
elekfilnya.
B. Efek Isotop
Jika tahap penentu laju substitusi aromatik elektrofilik ialah
pembentukan ion benzenonium, maka reaksi benzena terdeuterasi dan reaksi
benzena normal akan sama cepat. Eksperimen menunjukan bahwa hal ini
memang benar; benzena dan perdeuteriobenzena (C6D6) menjalani brominasi
elektrofilik sama cepat, dan tak dijumpai efek isotop kinetik.
Tahap 2 dalam mekanisme reaksi, lepasnya H+ atau D+, memang
melibatkan pemutusan ikatan CH atau CD. Tak diragukan lagi bahwa
eliminasi D+ akan lebih lambat daripada eliminasi H+, tetapi dalam masing-
masing kasus tahap kedua itu begitu cepat dibandingkan dengan Tahap 1,
sehingga tak dijumpai perubahan laju reaksi keseluruhan.
C. Nitrasi
Benzena menjalani nitrasi bila diolah dengan HNO3 pekat. Katalis
asam Lewis dalam reaksi ini adalah H2SO4 pekat. Seperti halogenasi, nitrasi
aromatik berupa reaksi dua-tahap. Tahap pertama (tahap lambat0 adalah
serangan elektrofilik. Dalam nitrasi elektrofiliknya ialah +NO2. Hasil serangan
ialah suatu ion benzenonium yang mengalami pelepasan H+ dengan cepat
dalam tahap kedua. H+ ini bergabung dengan H2SO4- untuk menghasilkan
kembali katalis H2SO4.
10
D. Alkilasi
Alkilasi benzena berupa substitusi sebuah gugus alkil untuk sebuah
hidrogen pada cincin.Alkilasi dengan alkil halida dan runutan AlCl3 sebagai
katalis, sering dirujuk sebagai alkilasi Friedel-Crafts.
E. Asilasi
Reaksi ini serinkali merupakan metode terpilih untuk membuat aril
keton. Guguskarbonil aril keton ini dapat direduksi menjadi gugus CH2 .dengan
kombinasi asilasi Friedel-Crafts dan direduksi, dapat disiapkan suatu alkil
benzene tanparisiko penataan ulang dari gugus alkil.
F. Sulfonasi
Sulfonasi benzene dengan asam sulfat menghasilkan asam benzene
sulfonat. Sulfonasi bersifat mudah balik danmenunjukkan efek isotop yang
sedang.
SO3H
+ 3HBr
Anilina
Tidak perlu diberi katalis seperti benzene
11
Nitrobenzena m-dinitrobenzena (93%)
3. Jika dua gugus deaktivasi berada pada cincin, terlepas dimana posisinya, akan
menghambat substitusi ketiga
4. Jika dua gugus pada cincin berposisi meta satu sama lain substitusi tidak
terjadi pada posisi apit meskipun cincin teraktifkan pada posisi itu. Tidak
reaktifnya posisi ini rena rintangan sterik
12
10.12 Alkil Benzena
Seringkali cincin benzene mempunyai efek yang besar pada sifat-sifat kimia
dari substituent-substituennya. Misalnya, gugus alkil yang terikat pada sebuah cincin
benzene tidaklah berbeda dengan gugus alkil lain, dengan satu kekecualian penting
yaitu karbon di dekat cincin benzene adalah karbon benzilik. Kation benzyl, radikal
bebas benzyl dan karbanion benzyl semua terstabilkan secara resonian oleh cincin
benzene.
10.13 Fenol
Suatu fenol (ArOH) ialah senyawa dengan suatu gugus OH yang terikat pada
cincin aromatic. Gugus OH merupakan activator kuat dalam substitusi aromatic
elektrofilik. Karena ikatan karbon sp2 lebih kuat daripada ikatan oleh karbon sp3 maka
ikatan C-O dari suatu fenol tidak mudah diputuskan. Fenol tidak bereaksi SN1 atau
SN2 atau reaksi eliminasi seperti alcohol.
13
10.13.2 Reaksi Kolbe
Reaksi Kolbe adalah reaksi natrium fenoksida dan CO2 yang menghasilkan
natrium salisilat dan yang menghasilkan asam salisilat bila diasamkan. Asam
salisilat digunakan untuk mensitesis asam asetilsalisilat yang biasa disebut aspirin.
14
10.13.4 Oksidasi Fenol
Fenol sendiri bertahan terhadap oksidasi, karena pembentukan suatu gugus
karbonil akan mengakibatkan dikarbonya penstabilan aromatic. Gugus hidroksil
adalah gugus pengaktif yang kuat sehingga fenol akan mengalami reaksi substitusi
elektronik pada kondisi yang rusak sekalipun. Senyawa fenol dapat menghambat
radikal bebas dengan cara mendonorkan protonnya dan membentuk radikal yang
stabil.
15
Halo benzene tidak bereaksi SN1 atau SN2, tetapi X- dapat digantikan dalam reaksi
substitusi aromatiknukleofilik, terutama jika cincin itu diaktifkan oleh gugus penarik
electron seperti NO2.
NO2 NO2
10.17 Kesimpulan
Suatu senyawa aromatik adalah suatu tipe senyawa yang memperoleh
penstabilan cukup banyak oleh delokalisasi elektron-pi. Agar bersifat aromatik, suatu
senyawa haruslah siklik dan datar. Tiap atom cincin harus memiliki orbital p
tegaklurus bidang cincin, dan orbital-orbital p harus mengandung (4n + 2) elektron pi
(aturan Huckel). Benzena dan aromatika lain bereaksi substitusi aromatik eletrofilik.
Suatu substitusi kedua akan menghasilkan isomer-o dan p, atau isomer-m, bergantung
pada substituen pertama. Pengarah –o,p (kecuali R) mempunyai elektron yang dapat
disumbangkan ke cincin secara resonansi. Semua pengarah-o,p, kecuali X,
mengaktifkan cincin keseluruhan terhadap substitusi elektrofilik. Posisi –o dan –p
merupakan posisi-posisi substitusi yang disukai, karena adanya penstabilan resonansi
tambahan dari zat-zat antaranya. Semua pengarah-m dan gugus X mendeaktivasi
cincin terhadap substitusi elektrofilik lanjutan, dengan cara penarikan elektron.
Alkilbenzena mengandung posisi benzilik yang aktif terhadap banyak
reagensia.
Fenol lebih bersifat asam daripada alkohol dan mengandung cincin yang
sangat teraktifkan terhadap substitusi aromatik elektrofilik. Fenol dapat diesterkan
dengan suatu anhidrida asam. Arilmanina dapat diubah menjadi garam arildiazonium
16
oleh reaksi dengan NOHO. Garam-garam ini stabil pada 0oC, tetapi sangat reaktif
terhadap anekaragaman nukleofil. Halobenzena tidak bereaksi SN1 ataupun SN2, tetapi
X- dapat digunakan dalam reaksi substitusi aromatik nukleofilik, terutama jika cincin
itu diaktifkan oleh gugus penarik elektron seperti NO2.
17
DAFTAR PUSTAKA
18