Askep Baru Semkas
Askep Baru Semkas
Di Susun Oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang.
Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur kami atas terselesaikannya makalah tentang Asuhan
Keperawatan Klien Yang Mengalami Gangguan Sistem Muskuloskeletal Dengan Diagnosa Medis
Neglected Posterior Dislokasi Hit Joint Dextra Di Ruang Gelatik Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.
Abdul Moeloek Prov Lampung, mata kuliah KMB 2. Sholawat teriring salam semoga tertujukan
kepada Nabi ALLAH Muhammad SAW, kepada Keluarga, Sahabat, Tabi’in,Tabi’ut Tabi’in, hingga
kepada orang-orang yang senantiasa menjalankan Sunnah Beliau.
Ucapan terimakasih pun, kami sampaikan kepada Pembimbing Lahan Kami di Ruang
Gelatik yaitu Tugiono.,S.Kep, dan Pembimbing Akademik kami yaitu Ibu Musiana S.Kp., M.Kep,
yang turut membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan sumber dari berbagai
referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik.
Akhir kata kami berharap semoga Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Gangguan
Sistem Muskuloskeletal Dengan Diagnosa Medis Neglected Posterior Dislokasi Hit Joint Dextra Di
Ruang Gelatik Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bandar lampung, Maret 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Teori............................................................................................
B. Asuhan Keperawatan.............................................................................
BAB II ISI
A. TINJAUAN KASUS.............................................................................
B. PEMERIKSAAN FISIK........................................................................
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................
D. Daftar Terapi Obat Yang Diberikan......................................................
E. Analisa Data..........................................................................................
F. Daftar Diagnosa Keperawatan...............................................................
G. Rencana Keperawatan...........................................................................
H. Catatan Perkembangan..........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. RESUME KLIEN..................................................................................
B. SARAN & TINDAK LANJUT............................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN
iii
Judul : Asuhan Keperawatan Terhadap Tn. Dengan Diagnosa Medis Neglected Posterior Dislokasi Hit
Joint Dextra di Ruang Gelatik RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Prov. Lampung
Tanggal :
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat mendorong dirinya sendiri
diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera olahraga. Cedera terhadap sistem mukoluskletal dapat
bersifat akut (sprain, strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat penggunaan berlebihan secara bertahap
(kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet profesional juga rentan terhadap cedera, meskipun latihan
mereka disupervisi ketat untuk meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga
dapat mengalami cedera muskoluskletal, salah satunya adalah dislokasi.
Dislokasi atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat menyerang siapa saja, tetapi lebih
mungkin terjadi pada individu yang terlibat dengan olahraga, aktivitas berulang, dan kegiatan dengan
resiko tinggi untuk kecelakaan. Ketika terluka ligamen, otot atau tendon mungkin rusak, atau terkilir yang
mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen adalah pita sedikit elastis jaringan yang menghubungkan
tulang pada sendi, menjaga tulang ditempat sementara memungkinkan gerakan. Dalam kondisi ini, satu
atau lebih ligamen yang diregangkan atau robek. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, memar, dan tidak
mampu bergerak.
Dislokasi biasanya terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, dan lutut. Bila kekurangan ligamen
mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin diperlukan perbaikan bedah.
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi
secara komplet / lengkap ( Jeffrey m.spivak et al ,1999) terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi, dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain, sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul
(paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa
nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor.
Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa organ
lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan
dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat
penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma
atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
1
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari
posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan dislokasi ?
2. Apa penyebab terjadinya dislokasi ?
3. Apa jenis-jenis dislokasi sendi ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari dislokasi ?
5. Menjelaskan anatomi fisiologi disloaksi ?
6. Menjelaskan patofisiologi dislokasi ?
7. Bagaimana pathway dislokasi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi ?
9. Menjelaskan komplikasi dislokasi ?
10. Bagaimana askep teoritis dislokasi ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi dislokasi
2. Untuk mengetahui etiologi dislokasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dislokasi sendi
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari dislokasi
5. Untuk mengetahui anatomi fisiologi disloaksi
6. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dislokasi
7. Untuk mengetahui pathway dislokasi
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dislokasi
9. Untuk mengetahui komplikasi dislokasi
10. Untuk mengetahui askep teoritis dislokasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Dasar Teori
1. Definisi Diagnosa Medis
Dislokasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar / keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan, secara
anatomis (tulang lepas dari sendi). (Brunner & Suddarth. 2002).
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, 2000).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
terdapat hanya kepada komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
2. Etiologi
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan.
Misalnya pada umur 30- 40 tahun kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan
ligamen menurun pada usia 30 tahun.
2. Terjatuh atau kecelakan
Dislokasi dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga lutut mengalami
dislokasi.
3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian lututnya dan menyebabkan
dislokasi.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi keseleo karena kurangnya pemanasan.
5. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
6. Cedera olahraga. Pemain basket dan kiper pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
7. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
8. Kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
4
1. Pemeriksaan sinar X-Ray
Dengan cara pemeriksaan sinar X (pemeriksaan X-Ray). Pada bagian anteroposterior
akan memperlihatkan bayangan yang tumpang tindih antara kapus humerus dan fossa glanoid,
kapus biasanya terletak dibawah dan medial terhadap mangkuk sendi.
2. Foto Rontgen
3. CT-Scan
4. MRI
6. Penatalaksanaan Medis
1. Dislokasi reduksi : Dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika
dislokasi berat
2. Kapsul tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan kerongga sendi
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap
dalam posisi stabil
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi mobilisasi harus sehari yang berguna untuk
mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan
6. Operasi
7. Patofisiologi/Pathway
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya
traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit
yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi.
Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah,
perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi
kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut dengan
dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari
rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang
robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah
akan terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri.
Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat
membengkak dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang disebut dengan
dislokasi.
5
Pathway
Etiologi
Cedera Trauma
olahraga kecelakaa
B. Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan dan intervensi yang muncul pada klien dengan post operasi Neglected
Posterior Dislokasi Hit Joint Dextra
a. Nyeri akut berhubungan dengan pencenderaan fisik
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
7
BAB II
ISI
A. TINJAUAN KASUS
1. Identitas Klien
Nama : Tn.T
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
8
Pekerjaan : Petani
Tgl masuk RS : 05-02-2020
Ruangan : Gelatik, kamar 3
Dx. Medis : Neglected Posterior Dislokasi Hit Joint Dextra
Alamat : Pmk danau kurung, krui, lampung barat
Tanggal Pengkajian : 18-02-2020
2. Analisa Kasus
Klien mengatakan pada tanggal 05-02-2020 klien mengalami kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan kaki kiri klien mengalami luka. Pada tanggal 05-02-2020 klien dibawa ke RSUD
Abdul Moeloek.
c. Pola Eliminasi
BAB : Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit BAB 2X1dengan konsistensi
padat,klien mengatakan baru 2x BAB sejak awal dirawat di rumah sakit terakhir BAB dua
hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit
BAK : eliminasi urine klien terpasang kateter, klien tidak mampu untuk pergi ke kamar
mandi sendiri. Dalam satu hari urine bag terisi 500cc karakteristik urine berwarna kuning
jernih dan berbau normal, namun kadang berbau obat.
e. Pola Istirahat-Tidur
Tidur : Saat ini pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari setelah karena nyeri di
bagian luka post op, dalam sehari pasien tidur kurang lebih 3 jam / hari, yang biasanya
dirumah tidur selama 7-8 jam/hari
i. Pola Keyakinan-Nilai
Klien berlatar budayakan lampung yang memiliki tujuan hidup untuk menghidupi keluarga
dan membahagikan keluarganya. Dengan datangnya penyakit ini klien dan keluarga yakin
bahwa ini merupakan ujian dan yakin apabila di rawat di rumah sakit akan sempuh. Saat
beribadah pasien kesulitaan untuk beribadah dengan berdiri karena sulit bernafas apabila
berdiri terlalu lama.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Kesehatan Umum.
Klien memiliki kesadaran composmentis, E: 4 M: 6 V : 5. Tanda-tanda vital yaitu TD ; 100/80
mmHg, Nadi 82 x/m teratur, RR : 20x/m dengan irama teratur dan kussmual.
2. Kepala : Tidak terdapat benjolan, rambut bersih, konjungtiva tidak anemis, tidak ada polip,
tidak ada cairan yang keluar dari hidung dan telinga, tidak terdapat karies gigi.
3. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
4. Thorax ( Jantung & Paru):
a. Inspeksi : dada simetris antara kanan dan kiri, terdapat retraksi dada, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan
b. Palpasi : Taktil fremitus kiri (-), pengembangan dada kanan dan kiri simetris
c. Perkusi : Pekak di seluruh lapang paru
d. Auskultasi :vesikuler
5. Abdomen
a. Inspeksi : Perut bulat besar, tidak ada asites/cairan, terdapat luka bekas operasi
b. Auskultasi : Bising usus terdengar 15 x/menit
c. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba massa dalam perut, tidak
teraba pembesaran hepar
d. Perkusi : terdengar suara timpani di 4 kuadran abdomen
6. Punggung & Tulang Belakang : Tidak dilakukan pemeriksaan karena pasien tidak mengeluhkan
masalah punggung dan tulang belakang
7. Genetalia & Rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan karena pasien tidak mengeluhkan masalah
genetalia dan rectum.
8. Ekstremitas Atas & Bawah :
11
Ekstremitas atas : Kedua tangan sama panjang, tidak ada luka, jumlah jari 10, tidak ada
kekakuan
Ekstremitas bawah : Kaki kanan lemah karena terpasang traksi terdapat luka post operasi, kaki
kiri tidak ada luka dan tidak ada kekakuan otot. Jumlah jari 10
Kekuatan otot :
5555 5555
3333 5555
9. Pemeriksaan Khusus :
a. Neurologi
Sensorik : Klien dapat membedakan rasa kasar dan halus
Motorik : Klien dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sesuai dengan instruksi
b. Reflek Fisiologis :
Bicep : kanan () kiri () Tricep : kanan () kiri ()
Tendon Achiles : kanan () kiri () Abdomen : ()
12 Syaraf Kranial :
- Nervus I : Klien dapat membedakan bau dari bahan yang dicium seperti
kopi, teh, jahe
- Nervus II : reflex pupil ()
- Nervus III : Klien dapat memutar bola mata,
- Nervus IV : Ukuran pupil 4-5 mm, p upil peka terhadap rangsang, ukuran pupil sama
- Nervus V : Klien dapat membedakan rasa yang menyentuh wajahnya
- Nervus VI : Bola mata klien dapat mengikuti arah gerakan pemeriksa
- Nervus VII : Klien dapat membedakan rasa asam, manis, pahit
- Nervus VIII : Klien dapat mendengar garputala dan getarannya, klien berjalan kurang
seimbang.
- Nervus IX : Refleks muntah ()
- Nervus X : Tidak terjadi regurgitasi ke hidung
12
- Nervus XI : Klien mampu mengangkat bahu saat diberi tahanan
- Nervus XII : Gerakan lidah klien terkoordinasi
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
13
kering,
lelah.
Omepeazole inj. 500 gr/8 jam 17 – 19 Peningkatan Diare,
Februari 2020 Asam mual
lambung muntah,
sembelit.
Cefuroxime inj. 100 gr/12 jam 17 – 19 Antibiotik Diare,
Februari 2020 mengobati mual
infeksi muntah,
mulut
kering,
lelah.
D. Analisa Data
FORMAT ANALISIS DATA
Nama Klien : Ny. T
Ruang : Gelatk
No. MR : 00.62.02.12
TANGGAL MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
JAM KEPERAWATAN
2. Klien mengatakan
nyeri dibagian
lokasi pembedahan
3. Klien mengatakan
panas di daerah
pembedahan atau kaki
sebelah kanan
14
DO :
DO :
1. Klien tampak lesu
2. Frekuensi nadi
meningkat :
82x/menit
3. TD menurun
100/80 mmHg
DS :
DO :
1. Klien hanya
berbaring ditempat
tidur dan tidak
melakukan
15
aktivitas
No. MR : 00.62.02.12
F. Rencana Keperawatan
FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No. MR : 00.62.02.12
16
an Data
Penunjang
1. 17- Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1.Monitor TTV
02- agen tindakan 2.Kaji tingkat nyeri
2020 pencederaan fisik keperawatan PQRTS
selama 3×24 jam 3.Ajarkan terknik
DS :
nyeri berkurang relaksasi napas
1. Klien
atau hilang dengan dalam
mengatakan
kriteria hasil : 4.Berikan pasien
nyeri dibagian
1. Skala nyeri posisi nyaman
lokasi
berkurang 5.Kontrol lingkungan
pembedahan
2. Tidak ada yang dapat
2. Klien ekspresi mempengaruhi nyeri
mengatakan menahan nyeri seperti suhu
nyeri dibagian 3. Tidak ada ruangan,pencahayaa
lokasi kekakuan otot n,kebisingan
pembedahan 6.Berikan infromasi
mengatakan penyebab
17
FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No. MR : 00.62.02.12
Diagnosa
Tangg Tujuan
No Keperawatan dan Rencana Tindakan Paraf
al ( SMART )
Data Penunjang
18
2 18- Gangguan pola tidur Setelah 1. Kaji faktor
02- b.d nyeri dilakukan gangguan tidur
2020 DS : tindakan asuhan 2. Menciptakan
keperawatan lingkungan yang
1. Klien
selama 3×24 jam nyaman
mengatakan sulit
gangguan pola 3. Anjurkan klien
tidur
tidur dapat tidur dan istirahat
2. Mengeluh
diatasi deng an setelah mengantuk
istirahat tidak
kriteria hasil : 4. Anjurkan klien
cukup
1. Klien dapat untuk menggunakan
3. Mengeluh pola
tidur lebih Teknik relaksasi
tidur berubah
dari 6-8 jam / dengan
karena nyeri
hari mendengarkan music
DO :
2. Klien tampak saat tidur
1. Klien tampak rileks
lesu
2. Frekuensi nadi
meningkat :
82x/menit
3. TD menurun
100/80 mmHg
No. MR : 00.62.02.12
G. Catatan Perkembangan
No. MR : 00.62.02.12
20
Dx. ( Respon dan atau Evaluasi ( SOAP )
Kep Hasil )
17-02- 1 1. Monitor TTV S:
2020 2. Kaji tingkat nyeri 1. Klien mengeluh nyeri
PQRTS 2. klien mengatakan bagian
3. Berikan pasien kaki kanan nyeri
posisi nyaman
O:
4. Kontrol
1. Klien tampak menahan nyeri
lingkungan yang
2. Skala nyeri 5
dapat
mempengaruhi
A: Masalah belum teratasi.
nyeri seperti suhu
ruangan,pencahaya
P: Lanjutkan intervensi
an,kebisingan
1. Monitoring TTV
5. Berikan infromasi
2. Kaji tingkat nyeri PQRST
tentang nyeri
3. Ajarkan Teknik relaksasi
seperti penyebab
nafas dalam
nyeri,berapa lama
4. Kolaborasi pemberian obat
nyeri akan
analgetik
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
6. Kolaborasi
pemberian obat
analgetik.
21
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi
No. Dx.
No Tanggal ( Respon dan atau Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep
Hasil )
17-02- 2 1. Kaji faktor S:
2020 gangguan 1. Klien mengatakan
tidur sulit tidur
22
2. Menciptakan 2. Mengeluh istirahat
lingkungan tidak cukup
yang nyaman 3. Mengeluh pola tidur
3. Anjurkan berubah karena nyeri
klien tidur O:
dan istirahat
1. Klien tampak lesu
setelah
mengantuk 2. Frekuensi nadi
4. Anjurkan meningkat :
klien untuk 82x/menit
melakukan 3. TD menurun 100/80
Teknik mmHg A : Masalah
relaksasi belum
dengan
Teratasi
mendengarka
n musik saat P : Lanjutkan Intervensi
23
Dx. Medis : Neglected Posterior Dislokasi Hit Joint Dextra
No. MR : 00.62.02.12
Implementasi
No. Dx.
o Tanggal ( Respon dan Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep
atau Hasil )
17-02-2020 3 1. Monitor TTV S:
sebelum dan 1. Kliem mengatakan cemas
sesudah latihan saat bergerak
dan lihat respon
2. Klien mengatakan nyeri saat
pasien data
bergerak
latihan
O:
2. Catat respon
1. Klien hanya berbaring
emosi terhadap
ditempat tidur dan tidak
mobilisasi
melakukan aktivitas
3 Kaji kemampuan
A: Masalah Belum Teratasi
pasien dalam
P: Lanjutkan Intervensi.
mobilisasi
1. Monitor TTV sebelum dan
4. Berikan
sesudah latihan dan lihat
aktivitas sesuai
respon pasien data latihan
keadaan klien
5. Ajarkan klien 2. Catat respon emosi terhadap
miring kanan mobilisasi
dan miring kiri
3 Kaji kemampuan pasien dalam
6. Damping dan mobilisasi
bantu pasien 4. Berikan aktivitas sesuai
saat mobilisasi keadaan klien
dan bantu 5. Dampingi klien untuk miring
pemenuhan kanan dan miring kiri
kebutuhan
6. Damping dan bantu pasien saat
sehari-hari
mobilisasi dan bantu
pemenuhan kebutuhan sehari-
24
hari
No. MR : 00.62.02.12
Implementasi
No. Dx.
Tanggal ( Respon dan atau Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep
Hasil )
18-02-2020 1 1. Monitoring S:
TTV 1. Pasien mengatakan nyeri
2. Kaji tingkat berkurang
nyeri PQRST
O:
3. Ajarkan Teknik
1. Klien tampak rikeks
relaksasi nafas
2. Skala nyeri berkurang,
dalam
skala nyeri 3
4. Kolaborasi
pemberian obat A: Masalah sebagian teratasi.
analgetik
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitoring TTV
25
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
No. MR : 00.62.02.12
No. Implementasi
No Tanggal Dx. ( Respon dan atau Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep Hasil )
5. 18-02-2020 2 1. Menciptakan S:
lingkungan yang 1. Klien mengatakan sudah tidur 6-7
nyaman jam/hari
2. Anjurkan klien 3. Klien mengatakan sudah bisa tidur
tidur dan istirahat karena nyeri berkurang
setelah O:
mengantuk
1. Klien tampak segar
4. Dampingi klien
2. Frekuensi nadi meningkat :
untuk melakukan
82x/menit
Teknik relaksasi
3. TD menurun 100/80 mmHg
dengan
mendengarkan A : Masalah teratasi
musik saat tidur P :Pertahankan Intervensi
26
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
No. MR : 00.62.02.12
No. Implementasi
No Tanggal Dx. ( Respon dan atau Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep Hasil )
. 18-02- 2020 3 1. Monitor TTV S:
sebelum dan 1. Klien mengatakan
sesudah latihan perasaan takut berkurang
dan lihat respon saat bergerak
pasien data
O:
latihan
1. Klien dapat miringkan
2. Catat respon
dan miring kiri
emosi terhadap
mobilisasi A: Masalah sebagian
Teratasi
3 Kaji kemampuan
P: Lanjutkan Intervensi.
pasien dalam
1. Catat respon emosi terhadap
mobilisasi
mobilisasi
4. Berikan aktivitas
sesuai keadaan 2. Kaji kemampuan pasien
klien dalam mobilisasi
5. Dampingi klien 3. Berikan aktivitas sesuai
miring kanan dan keadaan klien
miring kiri 4. Dampingi klien miring
kanan dan miring kiri
6. Damping dan
bantu pasien saat 5. Damping dan bantu pasien
mobilisasi dan saat mobilisasi dan bantu
bantu pemenuhan pemenuhan kebutuhan sehari-
kebutuhan sehari- hari
27
hari
No. MR : 00.62.02.12
Implementasi
No. Dx.
Tanggal ( Respon dan atau Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep
Hasil )
19-02-2020 1 1. 1. Monitoring S:
TTV 1. Pasien mengatakan nyeri
berkurang
2. Kaji tingkat nyeri
PQRST O:
1. Klien tampak rikeks
2. Skala nyeri berkurang,
3. Dampingi Teknik skala nyeri 3
relaksasi nafas
dalam A: Masalah sebagian teratasi.
4. Kolaborasi
P: Lanjutkan intervensi
pemberian obat
1. Monitoring TTV
analgetik
2. Dampingi Teknik relaksasi
nafas dalam
28
Ruang : Ruang Gelatik
No. MR : 00.62.02.12
No. Implementasi
No Tanggal Dx. ( Respon dan atau Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep Hasil )
8. 19-02-2020 2 1. Menciptakan . Klien mengatakan sudah tidur 6-7
lingkungan yang jam/hari
nyaman 3. Klien mengatakan sudah bisa tidur
2. Anjurkan klien karena nyeri berkurang
tidur dan istirahat O:
setelah
1. Klien tampak segar
mengantuk
2. Frekuensi nadi meningkat :
3. Dampingi klien
82x/menit
untuk melakukan
3. TD menurun 100/80 mmHg
Teknik relaksasi
dengan A : Masalah teratasi
mendengarkan P :Pertahankan Intervensi
musik saat tidur
1. Menciptakan lingkungan yang
nyaman
2. Anjurkan klien tidur dan istirahat
setelah mengantuk
3. 4. Dampingi klien untuk
melakukan Teknik relaksasi
dengan mendengarkan musik saat
tidur
29
No. MR : 00.62.02.12
No. Implementasi
No Tanggal Dx. ( Respon dan atau Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep Hasil )
. 19-02- 2020 3 1 Monitoring TTV S:
1. Pasien mengatakan nyeri
2. Kaji tingkat nyeri
berkurang
PQRST
O:
3. Dampingi Teknik
1. Klien tampak rikeks
relaksasi nafas
2. Skala nyeri berkurang, skala
dalam
nyeri 3
4. Kolaborasi
pemberian obat A: Masalah sebagian teratasi.
analgetik
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitoring TTV
30
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
Selama diruang gelatik mahasiswa telah melakukan pengkajian sampai dengan tahap evaluasi pada
klien dengan gangguan sistem muskoskeletal. Setelah Asuhan keperawatan dilakukan selama 3x24 jam, maka
dapat kita lihat bahwa masalah yang teratasi yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Sebagian Teratasi)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri (Teratasi)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirag baring (Teratasi)
31
DAFTAR PUSTAKA
3. Sue Moorhead, Marian Jhonson, Meridean L.Muas, Nursing Outcome Classification (NOC) 5th
edition.Mocomedia.
4. Amil Hardi(2015). Asuhan keperawatan berdasarkan Diagnosa medis dan NANDA NIC NOC,
Mediation, Yogyakarta
32