Disusun Oleh:
Alhamdulillah, kami ucapkan rasa syukur kita kehadirat ALLAH Subhannahu wa ta'ala yang telah
memberikan beragam nikmatnya, diantaranya ada nikmat terbesar yaitu nikmat Islam, nikmat sehat,
sehingga ALLAH azza wa jalla menggerakan hati kami untuk mulai mengerjakan, menyelesaikan Tugas
Keperawatan Gerontik Mengenai Askep Lansia Dalam Konteks Komunitas Lansia.
Sholawat teriringi salam semoga tetap tertujukan kepada Nabi ALLAH, Muhammad Sholallahu
'alaihi wassalam. Kepada Keluarga beliau sholallahu 'alaihi wassalam, Para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in,
dan kepada setiap orang yang kokoh berdiri menjalankan sunnahnya, istiqomah hingga yaumul akhir.
InsyaaALLAH.
Tugas keperawatan gerontik kali ini kami membahas tentang bagaimana bentuk asuhan
keperawatan pada komunitas lansia. Isi yang akan pembaca temukan merupakan sebuah teori dimana
askep tersebut akan dibentuk, yang dimulai dari proses pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi,
sampai evaluasi. Kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menjadi sebuah bahan penambah
wawasan mengenai bentuk askep gerontik dalam komunitasnya.
Demikianlah alasan penyusunan dari makalah ini, Atas kekurangan yang nampak pada penulisan
ini, baik itu tersirat ataupun tersurat kami mohon maaf, dan selebihannya semoga mendatangkan manfaat
kepada kita semua, penyusun atau pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengkajian............................................................................... 3
B. Diagnosa................................................................................... 7
C. Intervensi................................................................................. 8
D. Implementasi........................................................................... 12
E. Evaluasi.................................................................................... 14
A. Kesimpulan.............................................................................. 16
B. Saran........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa lanjut usia (lansia) adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia.
Dikatakan sebagai perkembangan terakhir oleh karena ada sebagian anggapan bahwa
perkembangan manusia berakhir setelah manusia menjadi dewasa. Menurut saya manusia tidak
pernah berhenti berkembang sampai ia mati. Boleh saja perkembangan fisik berhenti sampai masa
remaja, tetapi perkembangan psikologis, sosial, dan spiritual tidak akan pernah berhenti. Manusia
selalu belajar dari pengalamannya sejak lahir sampai mendekati akhir hayatnya. Ia akan selalu
belajar dan berubah untuk menyesuaikan diri dengan segala hal yang dihadapinya. Ia akan
bersedia mengganti pola tingkah laku yang kurang sesuai dengan pola tingkah laku yang lebih
sesuai dengan tuntutan kenyataan dan lingkungan. Hanya kadang-kadang agak sulit bagi manusia
lansia untuk bersedia berubah seperti itu. Salah satu penyebabnya adalah adanya perasaan bahwa
ia telah banyak makan asam garam kehidupan. Jadi karena ketuaannya ia merasa lebih tabu
daripada mereka yang muda. Ia merasa tidak perlu belajar lagi. Anggapnya bahwa apa yang
diketabuinya telah cukup untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Mungkin pula karena
keterbatasan ingatan, ia tidak mampu lagi belajar. Ini yang kadang-kadang menghambat
kelenturannya untuk berubah, sebingga terkesan kaku.
Masa penuaan umur umatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun. (HR. Muslim
dan Nas’i). Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa :
Mereka berkata : Ya Rasulullah, berapakah ketetapan umur-umur umatmu? Jawab beliau : Saat
kematian mereka (pada umumnya) antara usia enam puluh tahun dan tujuh puluh. Meraka
bertanya lagi : Ya Rasulullah, bagaimana dengan umur delapan puluh? Jawab beliau, sedikit
sekali umatku yang dapat mencapainya. Semoga Allah merahmati orag-orang yang mencapai
umur delapan puluh.(HR. Hudzaifah Ibn Yamani).
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya
lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada
kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan
kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Penurunan ini terutama penurunan yang
terjadi pada kemampuan otak, dalam Al-Qur’an.
1
Artinya: Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada
yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya Dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa (QS. An –Nahl ayat 70)
Artinya : Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah
itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup
lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya) (QS.Al-
Mukmin ayat 60 )
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu "Bagaimana bentuk asuhan keperawatan
lansia dalam konteks komunitas lansia ?"
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yaitu "Mahasiswa Mengetahui bentuk asuhan keperawatan lansia dalam
konteks komunitas lansia ."
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan objektif.
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui
lisan
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan hasil pemeriksaan dan komunitas.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya
: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau anamnase,
pengamatan dan pemeriksaan fisik. Data yang perlu dikumpulkan di masyarakat meliputi aspek
bio-psiko-sosio-kultural, dan spiritual. Data tersebut diperoleh dari wawancara, observasi,
partisipasi, analisis data sekunder, penelitian, catatan kesehatan, survei terstruktur, dan winshield
survey. Menurut Newman (1982), pengkajian terdiri atas struktur inti dan delapan subsistem yang
mengelilingi struktur inti, antara lain lingkungan fisik, sarana pelayanan kesehatan dan sosial-
ekonomi, keamanan, transportasi, politik, komunikasi, pendidkan, dan rekreasi.
2. Interaksi Subsistem
Yang merupakan interaksi subsistem adalah lingkunga fisik, pelayanan kesehatan dan
sosial ekonomi, keamanan dan transportasi, politik, komunikasi, pendidikan, serta rekreasi.
4
a. Lingkungan fisik meliputi jenis pelayanan geopolitik, bunyi bising, bau, fasilitas pelayanan
dan sosial.
1) Pemukiman
2) Sanitasi
3) Fasilitas
4) Batas-batas wilayah
5) Kondisi geografis
b. Pelayanan fisik meliputi jenis pelayanan yang diberikan, sumber pelayanan kesehatan,
karakteristik pemakaian statistik, jenis fasilitas kesehatan yang tersedia, sosial intra-ekstra
komunitas.
1) Pelayanan kesehatan
Lokasi sarana kesehatan
Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan & kader)
Jumlah kunjungan
Sistem rujukan
2) Fasilitas social (pasar,took,dll)
Lokasi
Kepemilikan
Kecukupan
5
2) Transportasi
Kondisi jalan
Jenis transportasi yang dimiliki
e. Politik. Hal yang perlu dikaji antara lain struktur organisasi masyarakat. Apakah
masyarakat/lanjut usia mempunyai badan perkumpulan politik yang formal?
1) System pengorganisasian
2) Struktur organisasi
3) Kelompok organisasi dalam komunitas
4) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
g. Pendidikan meliputi persentasi kelompok lanjut usia yang pernah sekolah, buta huruf,
apakah kelompok memerlukan pengetahuan khsus, apakah tersedia sumber pendidikan
khusus.
h. Rekreasi Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi
stress.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan komunitas adalah respons masyarakat/lanjut usia terhadap masalah
kesehatan, baik aktual maupun potensial/resiko yang dapat diantisipasi oleh perawat. Diagnosa
keperawatan tersebut meliputi:
1. Menggambarkan masalah, tanggapan dan kondisi masyarakat lanjut usia.
2. Mengindentifikasi faktor etiologi dan masalah.
3. Karakteristik, tanda dan gejalan masalah
Contoh Diagnosa Yang sering muncul.
6
1) Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau adanya
sekret pada jalan nafas.
2) Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan pendapat
secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3) Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapikematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara
tepat.
C. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan lanjut usia di tatanan komunitas adalah kumpulan tindakan
yang disusun oleh perawat bersama dengan masyarakat lanjut usia dan dilaksanakan untuk
memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi. Dalam
merencanakan asuhan keperawatan lanjut usia di tatanan komunitas, terlebih dahulu ditetapkan
tujuan dan sasaran. Rencana tindakan meliput upaya pencegahan primer dan tersier dengan tidak
mengabaikan pencegahan tingkat sekunder.
Perawat dapat menggunakan tiga jenis strategi dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan
komunitas yang telah disusun bersama masyrakat, yaitu.
7
Proses Kelompok, dalam melakukan implementasi, perawat melakukannya dalam satu
tim/kelomok yang memiliki elemen, seperti peraturan, keterpaduan, kepeimpinan, dan
kekuatan.
Health Promotion, merupakan aktivitas yang secara langsung bertujuan utnuk menignkatkan
kesehatan dan aktualisasi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Kemitraan adalah kemampuan mengidentifikasi dan menjalin hubungan baik dengan klien,
berkolaborasi dengan pihak terkait, mampu memfasilitasi pertukaran informasi, danmampu
menjadi advokat bagi masyarakat.
Dalam konteks sasaran komunitas maka bentuk intervensi berfokus-komunitas.
Intervensi berfokus-komunitas adalah aktivitas dan program yang diarahkan pada lansia di
komunitas secara keseluruhan atau sub-kelompok lansia yang beragam dikomunitas. Tujuan
intervensi berfokus-komunitas adalah meingkatkan kapasitas dan ketersediaan komunitas terhadap
pelayana gabungan kesehatan dansosial yang sesuai dan dibutuhkan dalam upaya
mempertahankan kemandirian dan status fungisonal lansia di komunitas. Intervensi di komunitas
terutama melibatkan advokasi, tindakan politisi, dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang
mempengaruhi lansia di komunitas. Contoh intervensi berfokus-komunitas adalah sebagai berikut:
Kampanye pendidikan kesehatan di mayrakat luas yang menenkankan pada masyarkat lansia.
Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai "Older American
Month"
Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia, seperti pengembangan pusat informasi
lokal, botlines telepon atau situs internet.
Keterlibatan politis utuk advokasi kebutuhna lansia, seperti mempertahankan atau memperluas
tanggungan mediacare untuk pelayanan dirumah.
Kolaborasi dengan universitas, gereja, pusat perkumpulan lansia, proyek pemukiman lansia,
serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk memberikan pelayanan yang komprehensif
kepada subkelompok lansia.
Aktivitas pencegahan kejahatan.
Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.
8
Contoh tujuan umum:
Terbentuknya pelayanan Posyandu Lansia di RW A dalam waktu 3 minggu.
Contoh tujuan khusus:
1) Terbentuknya kader kesehatan lansia di RW A dalam waktu 2 minggu
2) Terlaksananya pelatihan kader kesehatan lansia di RW A dalam waktu 2 minggu
3) Tersosialisasinya pelayanan posyandu lansia di RW A dalam waktu 2 minggu
4) Terlaksananya uji coba posyandu lansia di RW A dalam jangka waktu 2 minggu
- Tetapkan sasaran kegiatan berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus tersebut
- Tetapkan indikator pencapaian tujuan berdasarkan tujuan khusus
Contoh indikator pencapaian tujuan:
1) Tujuh orang kader kesehatan lansia
2) Seluruh kader kesehatan lansia mengikuti pelatihan
3) Seluruh RT di RW A tersosialisasi posyandu lansia
- Buat rencana kegiatan sesuai dengan tujuan khusus:
Contoh :
1) Kejasama dengan tokoh masyarakat merekrut calon kader kesehatan lansia di masing-
masing RT
2) Laksanakan pelatihan kader-kader kesehatan lansia tingkat desa dengan melibatkan
petugas Puskesmas
3) Sosialisasikan Posyandu lansia ke seluruh masyarakat melalui kegiatan penyuluhan di
kelompok-kelompok masyarakat
- Tetapkan metode dan media yang akan digunakan (ceramah, simulasi, demonstrasi,
diskusi. Media; LCD proyektor, leaflet, poster, model, buku panduan kader, KMS,
lansia, dll)
- Tetapkan penanggung jawab masing-masing
- Buat perkiraan waktu pelaksanaan kegiatan (hari/tanggal/jam)
- Tetapkan perkiraan tempat pelaksanaan kegiatan (balai RW, rumah kepala dusun,
mushola, RW, dll)
- Susunlah rencana biaya masing-masing kegiatan (pembelian bahan, alat, foto kopi,
konsumsi, dll)
e. Buatlah kerangka acuan kegiatan pada setiap kegiatan yang akan dilaksanakan, meliputi:
- Judul kegiatan
- Tujuan kegiatan
- Waktu
10
- Tempat kegiatan
- Langkah-langkah kegiatan
- Pelaksanaan kegiatan
- Metode
- Media
- Lampiran materi
- Daftar hadir peserta (sasaran/masyarakat)
D. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
yang spesifik, dimana tahapan Implementasi dimulai setelah rencana tindakan keperawatan
disusun untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan implementasi:
1. Melakukan membantu atau mengarahkan kinerja aktifitas kehidupan sehari-hari.
2. Memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien.
3. Mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
yang berkelanjutan dari klien.
Tahapan-Tahapan Implementasi:
Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan keperawatan yang efisien,
aman, dan efektif.
1. Pengkajian ulang terhadap klien, Langkah ini membantu perawat untuk menentukan
apakah tindakan keperawatan masih sesuai dengan kondisi klien.
2. Meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada Seteah mengkaji ulang,
lakukan peninjauan rencana keperawatan, bandingkan data tersebut agar diagnosis
keperawatan menjadi valid, dan tentukan apakah intervensi keperawatan tersebut masih
menjadi yang terbaik untuk situasi klinis saat itu. Jika terjadi perubahan status klien,
diagnosis keperawatn dan intervensinya, lakukan modifikasi rencana asuhan keperawatan.
Rencana yang “ketinggalan zaman” akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan. Proses
peninjauan dn modifikasi memungkinkan perawat menyediakan intervensi keperwatn yang
terbaik bagi kebutuhan klien. Modifikasi rencana perawat tertulis mencakup empat
langkah sebagai berikut :
a. Lakukan revisi data pada kolom pengkajian untuk menggambarkan status klien terkini.
Berikan tanggal pada data baru sehingga anggota tim yang lain mengetahui waktu
perubahan tersebut.
11
b. Lakukan revisi pada diagnosis keperawatan. Hapus diagnosis keperawatan yang telah
kehilangan relevansinya, tambah dan berikan tanggal pada diagnosis yang baru.
c. Lakukan revisi pada intervensi sesuai dengan diagnosis dan tujuan keperawatan yang
baru. Revisi ini harus menggambarkan status terkini klien.
d. Tentukan metode evaluasi untuk menetukan apakah perawat telah berhasil.
3. Mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan Sumber daya suatu fasilitas mencakup
peralatan dan personel yang memiliki keterampilan. Organisasi peralatan dan personel
akan membuat perawatan klien menjadi lebih tepat waktu, efisien, dan penuh
keterampilan. Persiapan pemberian asuhan juga meliputi persiapan linggkungan dan klien
untuk intervensi keperawatan.
4. Mengantisipasi dan mencegah komplikasi Untuk mengantisipasi dan mencegah
komplikasi, perawat mengenali resiko pada klien, menyesuaikan intervensi dengan situasi,
mengevaluasi keuntungan terapi dibandingkan resikonya dan memulai tindakan
pencegahan resiko.
5. Mengimplementasikan intervensi keperawatan Implementasi intervensi keperawatan yang
berhasil membutuhkan keterampilan kognitif, interpersonal, dan psikomotor.
a. Keterampilan kognitif:
Keterampilan kognitif meliputi aplikasi keterampilan kognitif meliputi aplikasi
pemikiran kritis pada proses keperawatan. Untuk melaksanakan intervensi dibutuhkan
pertimbangan yang baik dan keputusan klinis yang jelas, ini berarti intervensi
keperawatan tidak bersifat otomatis . perawat harus berpikir dan mengantisipasi secara
kontinu sehingga perawat dapat menyesuaikan perawatan klien dengan tepat . perawat
akan belajar mengintegrasikan berbagai konsep dan menghubungkannya sambil
mengingat kembali fakta, situasi dan klien yang pernah perawat temui sebelumnya( Di
Vito-Thomas, 2005 ).
b. Keterampilan interpersonal:
Keterampilan ini dibutuhkan untuk terwujudnya tindakan keperawatan yang efektif
. Perawat membangun hubungan kepercayaan, menunjukan perhatian , dan
berkomunikasi dengan jelas.
c. Keterampilan psikomotorik:
Keterampilan psikomotor membutuhkan integrasi antara aktivitas kognitif dan
motorik. Sebagai contoh, saat melakukan pentuntuksn, perawat harus memahami
anatomi dan farmakologi (kognitif), serta menggunakan koordinasi dan presisi untuk
melakukan penyuntikan dengan tepat (motorik). Keterampilan ini sangat penting untuk
membangun kepercayaan klien.
12
(Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition.)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencangkup perubahan atau respon
masyarakat terhadap program kesehatan yang di laksanakan.evaluasi dapat di lakukan setiap saat
(formatif) dan pada akhir program (sumatif).hal-hal yang perlu di evaluasi antara lain ke
adekuatan program, kesesuian, keefektifan, dan efesiensi proses keperawatan komunitas yang
telah dilkukan.
Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :
1. Mengukur pencapaian tujuan klien
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan
di gunakan dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien,yang
terdiri dari bebrapa komponen,meliputi: KAPP (kognitif, Afektif, Psikomotor, Perubahan
fungsi dan gejala yang spesifik).
a. Kognitif (pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan setelah klien
di ajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi
pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan,
diet, aktifitas, persediaan alat-alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan,
pencegahan, pengukuran dan lain-lain. Evaluasi kognitif di peroleh melalui interview
atau tes tertulis.
c. Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang lainnya jika
perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasikan pada tujuan (kriteria
hasil ).Hal ini biasanya di lakukan melalui observasi secara langsung.Dengan melihat
13
apa yang telah di lakukan Klien sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang
terbaik untuk mengevaluasi psikomotor klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek status
kesehatan klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh
maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah di
lakukan tindakan keperawatan.Evaluasi pada gejala yang spesifik di gunakan untuk
menentukan penurunan atau penigkatan gejala yang mempengaruhi status kesehatan
Klien.Evaluasi tersebut bisa di lakukan bisa di lakukan dengan cara observasi secara
langsung,interview dan pemeriksaan fisik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Cara pengumpulan data
terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau anamnase, pengamatan dan pemeriksaan fisik.
14
Diagnosa keperawatan komunitas adalah respons masyarakat/lanjut usia terhadap masalah
kesehatan, baik aktual maupun potensial/resiko yang dapat diantisipasi oleh perawat
Rencana asuhan keperawatan lanjut usia di tatanan komunitas adalah kumpulan tindakan
yang disusun oleh perawat bersama dengan masyarakat lanjut usia dan dilaksanakan untuk
memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi, yang
kemudian dilaksanakan atau yang biasa kita sebut dengan implementasi.
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencangkup perubahan atau respon
masyarakat terhadap program kesehatan yang di laksanakan.evaluasi dapat di lakukan setiap saat
(formatif) dan pada akhir program (sumatif).
B. Saran
Makalah mengenai Asuhan keperawatan lansia Dalam konteks komunitas lansia ini telah
kami susun dengan kesadaran penuh. Namun meskipun demikian mungkin di mata pembaca
masih terdapat kekeliruan atau kekurangan yang tampak, oleh karenanya kami senantiasa
menerima segala bentuk kritik atau saran yang membangun yang InsyaaALLAH nantinya akan
menjadikan kami lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T. 2015. Buku Ajar Keperawatan Komunitas : Teori Dan Praktik, Edisi 3.
Jakarta: EGC
H. Wahjudi Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/7644970/ASUHAN_KEPERAWATAN_KELOMPOK_LANSIA
(Diakses pada tanggal 17 April 2018. Pukul 10.00 WB)
15